Anda di halaman 1dari 30

PEMBERIAN SANKSI

Permenkop 9/2020 tentang Pengawasan Koperasi JENIS PENGAWASAN KOPERASI


Jenis sanksi administratif: Permenkop 17/2015 tentang Pengawasan Koperasi
a. sanksi ringan: surat teguran (surat dinas ditandatangani Deputi/Kepala Perangkat Daerah Jenis Pengawasan Pengawasan Koperasi Meliputi :
provinsi/kabupaten/kota) a. Pengawasan aktif dan pasif
b. sanksi sedang: penurunan tingkat Kesehatan Koperasi, pembatasan kegiatan usaha Pengawasan aktif: pemeriksaan langsung terhadap Koperasi yang berpotensi mempunyai
Koperasi/pembekuan izin usaha Koperasi (surat keputusan ditandatangani Deputi/Kepala masalah
Perangkat Daerah provinsi/kabupaten/kota) Pengawasan pasif: menganalisa laporan terhadap Koperasi uang sudah berjalan baik
c. sanksi berat: pencabutan izin usaha Koperasi atau pembubaran Koperasi (surat keputusan b. Pengawasan rutin dan sewaktu-waktu
ditandatangani Deputi/Kepala Perangkat Daerah provinsi/kabupaten/kota) Pengawasan rutin: dilakukan sesuai jadwal yang telah di rencanakan
Pemberian sanksi administratif dapat dilakukan: Pengawasan sewaktu-waktu: dilakukan sesuai dengan kebutuhan
a. berjenjang: berurutan mulai dari yang paling ringan sampai paling berat c. Pengawasan bersifat preventif dan represif
b. bebas/tidak berjenjang: sesuai dengan tingkat kewajaran terhadap pelanggaran yang dilakukan Pengawasan preventif: dilakukan bertujuan pembinaan dan pencegahan
dan dampaknya di masyarakat; Pengawasan represif: dilakukan bertujuan mencegah meluasnya permasalahan
c. kumulatif: gabungan jenis sanksi administrative Permenkop 9/2020 tentang Pengawasan Koperasi
Jenis pelaksanaan Pengawasan Koperasi:
RUANG LINGKUP PENGAWASAN KOPERASI a. pengawasan rutin
Permenkop 17/2015 tentang Pengawasan Koperasi Pengawasan secara langsung (on-site): dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, mengolah,
Ruang lingkup pengawasan koperasi meliputi aspek : dan mengevaluasi data dan/atau keterangan mengenai Koperasi yang dilakukan di kantor
a. Penerapan kepatuhan b. Kelembagaan koperasi e. Penerapan sanksi Koperasi dan di tempat lain yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
c. Usaha simpan pinjam d. Penilaian kesehatan usaha simpan pinjam Koperasi
Pengawasan secara tidak langsung (off-site): dilakukan dengan menganalisa dan memeriksa
MANFAAT PENGAWASAN KOPERASI dokumen dan laporan tertulis yang wajib disampaikan secara berkala oleh Koperasi kepada
Permenkop 17/2015 tentang Pengawasan Koperasi Deputi/Kepala Perangkat Daerah
Manfaat Pengawasan bagi Koperasi adalah untuk mendorong Koperasi : b. pengawasan sewaktu-waktu
a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; Pengawasan sewaktu-waktu dilaksanakan berdasarkan:
b. Sebagai badan usaha yang kredibel berdasarkan prinsip Koperasi 1. perintah dari pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
c. Menjaga dan melindungi aset Koperasi dari tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak undangan;
bertanggung jawab; 2. laporan dari masyarakat yang disampaikan secara resmi dan dapat dipertanggungjawabkan
d. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas koperasi terhadap pihak-pihak yang 3. permasalahan Koperasi yang memerlukan penanganan khusus dan dapat melibatkan
berkepentingan; instansi terkait
e. Menjadi kuat, sehat, mandiri, dan Tangguh
f. Mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi FUNGSI DEWAN PENGAWAS
anggota.
Perdepmenkop 07/2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Dan e. memiliki modal kerja untuk Kantor Cabang minimal Rp 15.000.000,00
Pembiayaan Syariah Dan Unit Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Koperasi f. memiliki laporan keuangan koperasi yang bersangkutan dalam 2 tahun terakhir;
Dewan Pengawas Syariah: Dewan yang dipilih oleh koperasi yang bersangkutan berdasarkan g. memiliki rencana kerja Kantor Cabang paling sedikit 1 tahun;
keputusan Rapat Anggota dan beranggotakan alim ulama yang ahli dalam syariah, yang h. memiliki daftar nama dan riwayat hidup calon pimpinan dan daftar nama calon kaiyawan Kantor
menjalankan fungsi dan tugas sebagai pengawas syariah pada koperasi yang bersangkutan dan Cabang; dan
berwenang memberikan tanggapan atau penafsiran terhadap fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI. i. calon kepala cabang wajib memiliki sertifikat kompetensi
Permenkop 11/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Perubahan Pasal 6 - Pembukaan Kantor Cabang Pembantu dilaksanakan dengan persyaratan:
Oleh Koperasi a. memiliki Izin Operasional pembukaan Kantor Cabang;
Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang dipilih melalui keputusan rapat anggota yang b. Kantor Cabang telah melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam minimal 6 bulan
menjalankan tugas dan fungsi sebagai pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah berjumlah c. mempunyai anggota paling sedikit 20
paling sedikit 2 orang dan setengahnya memiliki sertifikat pendidikan d. memiliki laporan keuangan Kantor Cabang yang bersangkutan dalam 1 tahun terakhir;
dan pelatihan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari Dewan Syariah Nasional MUI (DSN-MUI). e. memiliki rencana keija Kantor Cabang Pembantu paling sedikit 1 tahun;
Penerbitan produk Simpanan KSPPS/USPPS merupakan wewenang Pengurus setelah mendapat f. memiliki daftar nama dan riwayat hidup calon pimpinan dan daftar nama calon karyawan Kantor
pertimbangan Dewan Pengawas Syariah Cabang Pembantu;
g. dan calon kepala cabang pembantu wajib memiliki sertifikat kompetensi.
PERMENKOP 9/2020 TENTANG PENGAWASAN KOPERASI
Pengganti PERMENKOP 17/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pengawasan Koperasi KLASIFIKASI USAHA KOPERASI (KUK)
PENGERTIAN KANTOR KAS CABANG DAN PEMBANTU Permenkop 9/2020 tentang Pengawasan Koperasi
Permenkop 11/2018 tentang Perizinan Usaha Simpan Pinjam Koperasi Anggota 5.000 9.000 15.000
Kantor Cabang: mewakili kantor pusat dalam menjalankan kegiatan usaha menghimpun dana dan Modal 2.500 juta 15 M 40 M
penyalurannya serta mempunyai wewenang memutuskan pemberian pinjaman Aset 2,5 M 100 M 500 M
Kantor Cabang Pembantu: berfungsi mewakili kantor cabang dalam menjalankan kegiatan usaha
untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang menerima permohonan UU NO. 8 TH. 2010 TENTANG PENCUCIAN UANG
pinjaman tetapi tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan pemberian pinjaman. penyertaan modal awal koperasi itu berasal dari uang yg tidak tau asalnya dan ditengarai hasil
Kantor Kas: kantor kas yang berfungsi mewakili kantor cabang dalam menjalankan kegiatan usaha pencucian uang
untuk menghimpun dana PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas
Permenkop 05/2019 tentang Perubahan Atas Permenkop 11/2018 tindak pidana pencucian uang
Perubahan Pasal 5 - Persyaratan pembukaan Kantor Cabang dapat dilaksanakan setelah KSP, -Tindak Pidana Pencucian Uang-
ICSPPS, USP, dan USPPS: Pasal 3
a. memiliki Izin Usaha dan telah melaksanakan kegiatan simpan pinjam minimal 2 tahun; Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
b. bagi KSPPS dan USPPS wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang telah bersertifikat menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata
pendidikan dan pelatihan DPS dari DSN-MUI; uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
c. mempunyai predikat kesehatan paling rendah "cukup sehat" pada 1 tahun terakhir; diduganya merupakan hasil tindak pidana pencucian uang dengan tujuan menyembunyikan atau
d. mempunyai anggota paling sedikit 20 orang;
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan
pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00.
Pasal 4
Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau MODAL AWAL KOPERASI
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana pencucian uang dipidana karena tindak pidana UU 25/1992 tentang Perkoperasian
pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00.
Pasal 5
Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi
Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini.
Pasal 6
PERHITUNGAN PPH PADA OMSET & SHU KOPERASI
Dalam hal tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal
Penghasilan dari Koperasi yang Terkena Pajak Koperasi
5 dilakukan oleh Korporasi, pidana dijatuhkan terhadap Korporasi dan/atau Personil Pengendali
1. Bunga Simpanan Koperasi
Korporasi. Pidana dijatuhkan terhadap Korporasi apabila tindak pidana pencucian uang:
Bunga simpanan koperasi adalah bunga yang diberikan pada anggota atas simpanan wajib dan
a. dilakukan atau diperintahkan oleh Personil Pengendali Korporasi;
simpanan sukarela yang ia setorkan. Penghitungan pajak atas bunga simpanan koperasi
b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan Korporasi
berlandaskan Pasal 23 ayat 1a dan Pasal 4 ayat 2a dari UU Pajak Penghasilan, PP 15 tahun
c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah; dan
2009 tentang PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi pada anggota koperasi
d. dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi Korporasi.
Orang Pribadi, dan PMK nomor 112/PMK/03/2010 tentang tata cara pemotongan, penyetoran,
Pasal 7
dan pelaporan pajak penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi pada
Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap Korporasi adalah pidana denda paling banyak
anggota koperasi Orang Pribadi.
Rp100.000.000.000,00.
Berdasarkan tiga hukum itu, maka bunga simpanan koperasi dikenakan pemotongan PPh Pasal
Selain pidana denda terhadap Korporasi juga dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:
4 ayat 2, yaitu sebesar 10% dari jumlah bruto bunga simpanan untuk penghasilan berupa bunga
a. pengumuman putusan hakim;
simpanan lebih dari Rp 240.000 per bulan dan bersifat final.
b. pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha Korporasi
2. Pajak Penghasilan atas Koperasi
c. pencabutan izin usaha;
Koperasi perlu melakukan penghitungan pajak penghasilan atas badan usaha sebagai subjek
d. pembubaran dan/atau pelarangan Korporasi;
pajak badan. Penghitungannya dimulai dengan menghitung penghasilan neto atau Penghasilan
e. perampasan aset Korporasi untuk negara; dan/atau
Kena Pajak (PKP). Penghitungan ini berdasarkan pada hukum Pasal 4 ayat 1, Pasal 17 ayat 1b,
f. pengambilalihan Korporasi oleh negara.
Pasal 25 dan Pasal 29 UU Pajak Penghasilan.
Rumus penghitungan Penghasilan Kena Pajak: Penghasilan neto x 25 % a) menginventarisasi data dan informasi terkait dengan Koperasi yang akan dilakukan
Penghasilan neto: total penghasilan setelah dikurangi biaya-biaya terkait pemeriksaan serta menyusun rencana kerja Pemeriksaan Koperasi;
tarif pajak atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri: 25% dengan b) menyampaikan surat pemberitahuan pemeriksaan kepada Koperasi terkait waktu
memerhatikan pasal 31E UU PPh yang menyatakan jika wajib pajak badan dalam negeri memiliki pelaksanaan dan permintaan data, dokumen, dan keterangan lain paling lambat 3 hari kerja
peredaran bruto sampai dengan Rp 50 miliar akan mendapatkan pengurangan tarif sebesar 50% sebelum pelaksanaan pemeriksaan; dan
tarif yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1b dan ayat 2a, yang dikenakan atas Penghasilan Kena c) mempersiapkan surat tugas yang diterbitkan oleh Deputi/Kepala Perangkat Daerah.
Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.8 miliar rupiah dan PP 46 tahun 2012. b. pelaksanaan pemeriksaan;
Maka, wajib pajak badan, dalam hal ini koperasi, harus menyetorkan dan melaporkan pajak a) tim Pengawas Koperasi wajib menyerahkan surat tugas pemeriksaan kepada pengurus
penghasilannya yang dikenakan tarif 1% final setiap tanggal 15 bulan berikutnya, dan wajib Koperasi;
menyetor PPh Pasal 25. b) pengurus mewakili Koperasi dalam hal pemberian data, dokumen, dan keterangan lain
3. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Tidak Termasuk Objek Pajak selama pelaksanaan pemeriksaan;
Mengacu pada undang-undang tentang koperasi dan PMK nomor 111/PMK.03/2010 c) pertemuan pendahuluan (entry meeting);
sebelumnya, Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi termasuk dalam dividen sehingga menjadikannya d) pelaksanaan pemeriksaan dengan menggunakan KKPKK;
sebagai objek pajak. Tarif yang dikenakan sebesar 10% dari jumlah bruto dan bersifat final. e) melakukan klarifikasi dan konfirmasi hasil temuan pemeriksaan yang akan dituangkan dalam
Namun semenjak diterbitkannya UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, SHU tidak lagi BAPK
merupakan objek pajak. Hal ini tercantum pada Pasal 4 ayat 3 huruf i bagian ketujuh UU yang f) pertemuan akhir (exit meeting) untuk penandatanganan dan penyerahan BAPK.
berbunyi: Tim Pengawas Koperasi menyerahkan hasil Pemeriksaan Kesehatan kepada Koperasi berupa
“Yang dikecualikan dari objek pajak adalah, bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau output Kertas Kerja dan Sertifikat Pemeriksaan Kesehatan Koperasi paling lambat 30 hari sejak
diperoleh anggota dari koperasi, perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham- berakhirnya pemeriksaan kesehatan koperasi
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan c. pelaporan hasil pemeriksaan
kontrak investasi kolektif; Tim Pengawas Koperasi wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan Kesehatan (BAPK) Koperasi
dan Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Koperasi (LHPKK) paling lambat 14 hari kerja sejak
TOKOH KOPERASI PERTAMA DI INDONESIA berakhirnya pemeriksaan kesehatan koperasi kepada pejabat pemberi tugas.
Koperasi pertama dipelopori oleh R. Aria Wiraatmadja pada tahun 1886. Koperasi pertama tersebut d. penerapan sanksi administrative: atas pelanggaran tata Kelola, profil risiko, kinerja keuangan,
berjenis koperasi simpan pinjam bernama Hulf Sparbank. Titik kulminasi pergerakan koperasi di dan permodalan
Indonesia jatuh pada tanggal 12 Juli 1947 ketika pelaksanaan kongres nasional koperasi pertama di
Tasikmalaya. Bung Hatta dikukuhkan sebagai bapak koperasi pada kongres nasional kedua pada 17 PENGERTIAN NIB
Juli 1953 di Bandung. Nomor Induk Berusaha (NIB): indentitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS (Online
Single Submission). NIB terdiri dari 13 digit angka dan didalamnya ada lampiran berkaitan daftar
TAHAPAN PENGAWASAN KOPERASI bidang usaha sesuai dengan KBLI (Klasifikasi Bahan Baku Lapangan Usaha Indonesia). Untuk
Permenkop 9/2020 tentang Pengawasan Koperasi mendapatkan NIB setiap pelaku bisa mendaftarkan melalui OSS. Sesuai PP No.5 Tahun 2021
Tahapan Pengawasan Koperasi meliputi: tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko, NIB diperuntukkan untuk semua
a. persiapan pemeriksaan secara langsung; perusahaan, baik perorangan, UMKM, non UMKM maupun badan usaha seperti koperasi. Untuk
mendapatkan NIB untuk koperasi, pemohon dapat melakukan pendaftaran NIB di OSS dengan
melengkapi data diri seperti nama koperasi, NIK koperasi, dan NIK salah satu pengurus. Lalu 2. Setelah berhasil login, pemohon dapat melengkapi data diri dan dokumen persyaratan yang
setelahnya, koperasi baru melakukan penginputan untuk mendapatkan NIB. dibutuhkan
e. Hingga saat ini, terdapat 7 klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia yang sudah bisa diakses 3. Koperasi melakukan komitmen kepatuhan dengan mengajukan surat permohonan kepada Deputi
sistem OSS oleh seluruh koperasi dan masyarakat yang ingin mendapatkan izin usaha simpan Perkoperasian dan PTSP Kementerian Koperasi dan UKM lantai 1.
pinjam, yaitu: 4. Koperasi menunggu persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu maksimal 3 hari kerja
f. Kode 64141 untuk Koperasi Simpan Pinjam Primer (KSP Primer) 5. Koperasi mendapatkan penerbitan izin usaha simpan pinjam
g. Kode 64142 untuk Unit Simpan Pinjam Koperasi Primer (USP Koperasi Primer) RASIO BERHUBUNGAN DENGAN ASET
h. Kode 64143 untuk Koperasi Simpan Pinjam Sekunder (KSP Sekunder) Risiko likuiditas terdapat 3 indikator
i. Kode 64144 untuk Unit Simpan Pinjam Koperasi Sekunder (USP Koperasi Sekunder) 1. Aset likuid terhadap total asset
j. Kode 64145 untuk KSPPS Primer
k. Kode 64147 untuk KSPPS Sekunder
l. Kode 64148 untuk USPPS Koperasi Sekunder

Semakin rendah persentase komposisi rasio ini, koperasi memiliki Risiko yang semakin tinggi
TATA CARA PENERBITAN IZIN MELALUI OSS
karena koperasi berpotensi mengalami Risiko likuiditas akibat tidak memiliki aset likuid yang
Permenkop UKM Nomor 11 Tahun 2018 tentang Perizinan Usaha Simpan Pinjam Koperasi
memadai.
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS)
2. Aset likuid terhadap kewajiban lancar
adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS melalui sistem elektronik yang
terintegrasi.
Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur,
atau bupati/wali kota setelah koperasi melakukan pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/atau
kegiatan sampai sebelum pelaksanaan operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau
Komitmen. untuk mengetahui kemampuan aset likuid yang dimiliki dalam memenuhi kewajiban lancar.

Izin Operasional adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, Semakin rendah persentase rasio, koperasi memiliki Risiko yang semakin tinggi karena koperasi

gubernur, atau bupati/wali kota setelah koperasi mendapatkan Izin Usaha dan untuk melakukan berpotensi mengalami Risiko likuiditas akibat koperasi tidak memiliki aset likuid yang memadai

kegiatan operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen. untuk memenuhi kewajiban lancar.

Koperasi melalui kuasa pengurus melakukan Pendaftaran untuk memperoleh izin dengan cara 3. Penilaian terhadap seberapa luas atau seberapa besar koperasi memiliki komitmen

mengakses laman OSS untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha. Untuk mengakses laman OSS pendanaan yang dapat digunakan jika dibutuhkan

dilakukan dengan cara memasukkan nomor pengesahan badan hukum koperasi. Koperasi
melakukan pendaftaran dengan mengisi form sebagaimana tercantum dalam laman OSS. Lembaga RUMUS SHU

OSS menerbitkan NIB setelah Koperasi melakukan Pendaftaran melalui pengisian data secara SHU = JUA + JMA

lengkap. Koperasi yang telah memiliki NIB wajib untuk memiliki Izin Usaha. Jasa Modal Anggota (JMA)

Bagi koperasi yang sudah memiliki NIB, dapat mengurus proses perizinan melalui sistem OSS JMA = (Simpanan anggota : Total simpanan koperasi) x Persentase jasa modal x SHU

dengan tahapan sebagai berikut: Jasa Usaha Anggota (JUA)

1. Koperasi login ke sistem OSS dengan mengunjungi laman www.oss.go.id


Di dalam koperasi simpan pinjam, Jasa Usaha Anggota terdiri dari jasa penjualan dan jasa pinjaman. Rasio Kemandirian Operasional: (Partisipasi Netto : jumlah beban usaha ditambah beban
Jasa penjualan diberikan atas kontribusi melakukan pembelian di koperasi, sementara jasa pinjaman perkoperasian) x 100%. Partisipasi netto: partisipasi bruto (pendapatan) anggota dikurangi beban
didapatkan atas aktivitasnya melakukan peminjaman. Tapi, biasanya, yang dihitung adalah jasa pokok anggota
penjualannya, yang rumusnya, d. SHU Bersih terhadap Total Pendapatan (NPM)
JUA = (Penjualan anggota : Total penjualan koperasi) x Persentase Jasa Modal Anggota x Sisa Hasil Rasio SHU Bersih terhadap total pendapatan adalah perbandingan antara SHU bersih dengan
Usaha jumlah total pendapatan dikalikan dengan 100 %

PENILAIAN EFISIENSI
1. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
2. Biaya usaha terhadap SHU kotor UU 25 PASAL 41&45
3. Biaya gaji karyawan terhadap total pendapatan PASAL 41 (ttg modal koperasi)
4. Biaya operasional terhadap total piutang 1. Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
2. Modal sendiri dapat berasal dari: a. simpanan pokok; b. simpanan wajib; c. dana cadangan; d.
PENILAIAN MANAJEMEN KOPERASI hibah.
3. Modal pinjaman dapat berasal dari: a. anggota; b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya; c. bank
dan lembaga keuangan lainnya; d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; e. sumber lain
yang sah.
PASAL 45 (ttg SHU koperasi)
1. SHU Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi
dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
RASIO RENTABILITAS 2. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota standing dengan jasa usaha
berkaitan dengan evaluasi kinerja keuangan yang dilakukan oleh, masing-masing anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan
a. Rentabilitas Aset (Return on Asset/ROA) pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat
Rasio Rentabilitas aset adalah perbandingan antara sisa hasil usaha setelah pajak yang Anggota.
diperoleh dengan kekayaan atau total asset yang dimiliki dikali 100 %. 3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
ROA = (SHU setelah pajak : total asset) x 100%
b. Rentabilitas Modal Sendiri (ROE) TUGAS PENGAWAS KOPERASI
Rasio Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara sisa hasil usaha setelah pajak yang Permenpan Nomor 43/ 2018 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi
diperoleh dengan jumlah modal sendiri yang dimiliki dikali 100 % Tugas Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi yaitu melaksanakan pengawasan koperasi dalam
ROE = (SHU setelah pajak : total modal sendiri) x 100% aspek penerapan kepatuhan, pemeriksaan kelembagaan, pemeriksaan usaha simpan pinjam,
c. Kemandirian Operasional penilaian kesehatan usaha simpan pinjam, dan penerapan sanksi.
Tugas pelaksanaan Pengawasan Koperasi
Permenkop 9/2020 Tentang Pengawasan Koperasi
Tugas pelaksanaan Pengawasan Koperasi meliputi: Pengelola: anggota Koperasi dan/atau pihak ketiga yang diangkat oleh Pengurus dan diberi
a. pengawasan terhadap seluruh fasilitas sarana dan prasarana yang berhubungan dengan wewenang untuk mengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
pelaksanaan kegiatan usaha Koperasi; Simpanan: pokok, wajib, tabungan koperasi, simpanan berjangka
b. pemeriksaan, verifikasi, dan klarifikasi setiap dokumen yang berkaitan dengan Koperasi; Pinjaman: penyediaan uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
c. permintaan keterangan dari anggota, pengurus, pengawas, dewan pengawas syariah, meminjam antara Koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
pengelola/manajemen, karyawan, kreditor, investor dan mitra kerja Koperasi; hutangnya setelah jangka waktu tertentu tanpa imbalan
d. penyusunan BAPK dan LHPKK; Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
e. pelaporan hasil pemeriksaan kepada pimpinan pemberi tugas; a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
f. pemantauan penerapan sanksi administratif terhadap Koperasi dengan tingkat kesehatan dalam b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah, sewa-menyewa yang diakhiri dengan perpindahan
pengawasan atau dalam pengawasan khusus kepemilikan dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik, sewa-menyewa atas manfaat suatu barang
dan/atau jasa dalam bentuk ijarah maushufah fi zimmah dan sewa-menyewa atas manfaat dari
transaksi multi jasa dalam bentuk ijarah dan kafalah;
KOPERASI SYARIAH c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna dan musyarokah
Permenkop 11/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah mutanaqishoh; dan
Oleh Koperasi d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh atau dengan pemeliharaan jaminan dalam
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS): Koperasi yang kegiatan usaha simpan, bentuk rahn.
pinjam dan pembiayaan sesuai prinsip syariah,termasuk mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf Modal Sendiri KSPPS: jumlah Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dan Dana Cadangan yang
Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi (USPPS) Koperasi: unit usaha Koperasi yang disisihkan dari sisa hasil usaha dan hibah
bergerak di bidang usaha simpan, pinjam dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk Modal USPPS Koperasi: modal tetap USPPS Koperasi dan hibah yang ditempatkan oleh Koperasi
mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang pada USPPS Koperasi, modal tidak tetap tambahan dari Koperasi yang bersangkutan, dan Dana
bersangkutan. Cadangan yang disisihkan dari hasil usaha USPPS Koperasi.
KSPPS Primer: didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang Modal Kerja: dana yang harus tersedia untuk kelancaran usaha dan merupakan dana yang
KSPPS Sekunder: didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi yang melaksanakan usaha simpan ditanamkan dalam aktiva lancer
pinjam dan pembiayaan Syariah. Modal Usaha: dana yang harus tersedia untuk usaha dan merupakan dana yang tertanam dalam
USPPS Koperasi Sekunder: Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi Sekunder. bentuk aktiva lancar maupun aktiva tetap
Prinsip Syariah: prinsip hukum Islam dalam kegiatan usaha Koperasi berdasarkan fatwa yang Modal Penyertaan: sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. ditanamkan oleh pemodal, untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan Koperasi dalam
Pengurus: anggota Koperasi yang diangkat dan dipilih dalam rapat anggota untuk mengurus meningkatkan kegiatan usaha Koperasi.
organisasi dan usaha Koperasi Akad: kesepakatan tertulis antara KSPPS atau USPPS Koperasi dan pihak lain yang memuat adanya
Pengawas: anggota Koperasi yang diangkat dan dipilih dalam rapat anggota untuk mengawasi hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan Koperasi Hibah: akad pemberian dana, barang dan/atau jasa yang tidak perlu Kembali
Dewan Pengawas Syariah: dewan yang dipilih melalui keputusan rapat anggota yang menjalankan Ijarah: akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang
tugas dan fungsi sebagai pengawas Syariah. atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu.
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT): akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau Rahn: Pinjaman dengan memberikan barang yang terjamin dan dikenakan biaya sekedar pengganti
manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan pemeliharaan dan perawatan
kepemilikan barang.
Ijarah Maushufah Fi Zimmah (IMFZ): akad sewa-menyewa atas manfaat suatu barang dan/atau jasa PEMBUBARAN KOPERASI
yang pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan kuaIitas). PP 17/1994 tentang pembubaran koperasi
Istishna: akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan Menteri dapat membubarkan Koperasi apabila:
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau a. Koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan
pembuat (shani’) atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar Koperasi yang bersangkutan; atau
Mudharabah: akad atau sistem kerjasama dimana seseorang menyerahkan hartanya kepada pihak b. Kegiatan Koperasi bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan yang dinyatakan
lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh (dari hasil pengelolaan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti; atau
tersebut) dibagi antara kedua pihak sesuai dengan nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian c. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
ditanggung oleh shahib al mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib. hukum yang pasti; atau
Murabahah: akad jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan d. Koperasi tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama dua tahun berturut-turut
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. terhitung sejak tanggal pengesahan Akta Pendirian Koperasi.
Musyarakah: akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masingmasing pihak memberikan kontribusi dana (modal) dengan ketentuan bahwa keuntungan ISI RAT
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati atau proporsional, dan risiko (kerugian) akan Peremenkop 19/2015 Tentang Penyelenggaraan Rapat Anggota Koperasi
ditanggung bersama secara proporsional. Rapat Anggota untuk meminta pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas yang dilaksanakan
Qardh: akad pinjaman dana kepada anggota Koperasi dengan ketentuan bahwa anggota Koperasi paling sedikit 1 kali dalam setahun, dikenal dengan Rapat Anggota Tahunan (RAT);
wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati. Rapat Anggota membahas penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi
Salam: akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilaksanakan sebelum akhir tahun buku atau sebelum memasuki tahun berikutnya;
dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati. Pembahasan pertanggungjawaban Pengurus meliputi antara lain:
Wadiah: akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak a. Laporan pertanggungjawaban tahunan Pengurus selama 1 tahun buku lampau yang dibagi dalam
yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan 3 aspek yaitu: aspek kelembagaan, aspek usaha dan aspek keuangan, serta kejadian penting
barang atau uang. yang perlu dilaporkan kepada anggota;
Wakalah: akad pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas b. Materi laporan pertanggungjawaban pengurus sekurang-kurangnya memuat perkembangan
nama pemberi kuasa. kondisi organisasi, laporan keuangan, perkembangan usaha, serta evaluasi rencana/target dan
Ju’alah: janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil pencapaian program;
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. c. Masalah-masalah lain terkait pengembangan koperasi yang diajukan oleh Pengurus atau para
Ujrah: pembayaran atas pelayanan pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang/jasa. anggota koperasi;
Kafalah: akad jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi Pembahasan pertanggungjawaban Pengawas meliputi antara lain:
kewajiban atau tanggungan pihak kedua (makfuul ‘anhu, ashil). a. Laporan hasil pengawasan selama 1 tahun buku lampau, yang didalamnya sekurang kurangnya
Hawalah: akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib meliputi 3 aspek yaitu: aspek kelembagaan, aspek usaha dan aspek keuangan;
menanggung (membayar)-nya.
b. Materi laporan pertanggungjawaban pengawas sekurang-kurangnya memuat hasil pengawasan a. mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan;
berkala, hasil pengawasan tahunan, serta rekomendasi hasil pengawasan yang dilakukan b. memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai
terhadap jalannya koperasi; dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;
c. Masalah-masalah lain terkait pengawasan jalannya pengelolaan koperasi yang diajukan oleh c. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai dengan
Pengawas atau para anggota koperasi; tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota
Penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan diatur sebagai berikut :
a. Rapat Anggota Tahunan diadakan 1 kali dalamsetahun dan dilaksanakan paling lambat dalam LANDASAN HUKUM KOPERASI
jangka waktu 6 bulan setelah tutup buku; UU CIPTA KERJA
b. Penyelenggara Rapat Anggota wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
anggota paling lambat 7 hari kerja sebelum penyelenggaraan Rapat Anggota, yang memuat RASIO BERHUBUNGAN DENGAN LABA
informasi tentang waktu, tempat dan agenda yang akan dibahas dalam Rapat Anggota. RASIO LANCAR
Pemberitahuan tersebut wajib dilampiri bahan-bahan Rapat Anggota yang akan dijadikan agenda RASIO BERHUBUNGAN DENGAN MODAL
pembahasan; SOLVABILITAS
c. Penundaan terhadap pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan oleh koperasi harus diberitahukan RENTABILITAS
pada anggota dan pejabat yang berwenang;
d. Dalam hal Rapat Anggota Tahunan menolak dan tidak menerima laporan pertanggungjawaban
pengurus, sebagian atau seluruhnya, maka Rapat Anggota membentuk tim untuk melakukan
verifikasi.

KEWAJIBAN ANGGOTA KOPERASI, TUGAS & WEWENANG PENGURUS


UU 25/1992 ttg perkoperasian
Anggota mempunyai kewajiban:
a. mematuhi AD ART serta keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;
b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi;
c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan
Pengurus bertugas:
a. mengelola Koperasi dan usahanya;
b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan
belanja Koperasi;
c. menyelenggarakan Rapat Anggota;
d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus
Pengurus Berwenang
1. ATURAN TERKAIT KOPERASI
Permenpanrb No 43 Tentang Jabfung Pengawas Koperasi
Permenkop UKM No 9 Th 2020 Tentang Pengawasan Koperasi pengganti Peraturan
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 17/Per/M.KUKM/IX/2015
tentang Pengawasan Koperasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1496)
UU 25 Th 1992 tentang Perkoperasian
Permenkop UKM No 11 Th 2018 tentang perizinan koperasi yg dirubah di Permenkop
No. 5 Th 2019 perubahan di pasal 5
2. PERBEDAAN KSP & KSPPS
(PERMEN UKM NO 11 TH 2017)
BAGIAN UMUM
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS): Koperasi yang kegiatan usaha
simpan, pinjam dan pembiayaan sesuai prinsip syariah,termasuk mengelola zakat, infak,
sedekah, dan wakaf
Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disingkat (KSP): Koperasi yang melaksanakan
kegiatan usahanya hanya usaha simpan pinjam.
Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi (USPPS) Koperasi: unit usaha Koperasi
yang bergerak di bidang usaha simpan, pinjam dan pembiayaan sesuai prinsip syariah,
termasuk mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari kegiatan usaha
Koperasi yang bersangkutan.
Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP) Koperasi: unit usaha Koperasi yang bergerak di bidang
usaha simpan pinjam sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan.
KSPPS Primer: didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang
KSPPS Sekunder: didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi yang melaksanakan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan Syariah.
USPPS Koperasi Sekunder: Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi Sekunder.
Prinsip Syariah: prinsip hukum Islam dalam kegiatan usaha Koperasi berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Unsur:
Pengurus: anggota Koperasi yang diangkat dan dipilih dalam rapat anggota untuk mengurus
organisasi dan usaha Koperasi
Pengawas: anggota Koperasi yang diangkat dan dipilih dalam rapat anggota untuk mengawasi
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan Koperasi
Dewan Pengawas Syariah: dewan yang dipilih melalui keputusan rapat anggota yang
menjalankan tugas dan fungsi sebagai pengawas Syariah.
Pengelola: anggota Koperasi dan/atau pihak ketiga yang diangkat oleh Pengurus dan diberi
wewenang untuk mengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
Kekeluargaan Semenda: satu pertalian kekeluargaan karena perkawinan yaitu pertalian antara
salah seorang dari suami isteri dan keluarga sebagai orangtua, anak, mertua, besan, menantu,
suami, isteri, saudara kandung atau ipar.
Simpanan: pokok, wajib, tabungan koperasi, simpanan berjangka
Pinjaman: penyediaan uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara Koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu tanpa imbalan
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah, sewa-menyewa yang diakhiri dengan
perpindahan kepemilikan dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik, sewa-menyewa atas
manfaat suatu barang dan/atau jasa dalam bentuk ijarah maushufah fi zimmah dan sewa-
menyewa atas manfaat dari transaksi multi jasa dalam bentuk ijarah dan kafalah;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna dan musyarokah
mutanaqishoh; dan
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh atau dengan pemeliharaan jaminan
dalam bentuk rahn.
Modal Sendiri KSPPS: jumlah Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dan Dana Cadangan yang
disisihkan dari sisa hasil usaha dan hibah
Modal USPPS Koperasi: modal tetap USPPS Koperasi dan hibah yang ditempatkan oleh
Koperasi pada USPPS Koperasi, modal tidak tetap tambahan dari Koperasi yang
bersangkutan, dan Dana Cadangan yang disisihkan dari hasil usaha USPPS Koperasi.
Modal Kerja: dana yang harus tersedia untuk kelancaran usaha dan merupakan dana yang
ditanamkan dalam aktiva lancer
Modal Usaha: adalah dana yang harus tersedia untuk usaha dan merupakan dana yang
tertanam dalam bentuk aktiva lancar maupun aktiva tetap
Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang ditanamkan oleh pemodal, untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan
Koperasi dalam meningkatkan kegiatan usaha Koperasi.
Akad: kesepakatan tertulis antara KSPPS atau USPPS Koperasi dan pihak lain yang memuat
adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.
Hibah: akad pemberian dana, barang dan/atau jasa yang tidak perlu Kembali
Ijarah: akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu.
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT): akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak
guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang.
Ijarah Maushufah Fi Zimmah (IMFZ): akad sewa-menyewa atas manfaat suatu barang dan/atau
jasa yang pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan
kuaIitas).
Istishna: akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan
penjual atau pembuat (shani’)
Mudharabah: akad atau sistem kerjasama dimana seseorang menyerahkan hartanya kepada
pihak lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh (dari hasil
pengelolaan tersebut) dibagi antara kedua pihak sesuai dengan nisbah yang disepakati,
sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib al mal sepanjang tidak ada kelalaian dari
mudharib.
Murabahah: akad jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
Musyarakah: akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masingmasing pihak memberikan kontribusi dana (modal) dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati atau proporsional, dan risiko
(kerugian) akan ditanggung bersama secara proporsional.
Qardh: akad pinjaman dana kepada anggota Koperasi dengan ketentuan bahwa anggota
Koperasi wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
Salam: akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang
dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
Wadiah: akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan
pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta
keutuhan barang atau uang.
Wakalah: akad pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas
atas nama pemberi kuasa.
Ju’alah: janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
Ujrah: pembayaran atas pelayanan pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang/jasa.
Kafalah: akad jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban atau tanggungan pihak kedua (makfuul ‘anhu, ashil).
Hawalah: akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib
menanggung (membayar)-nya.
Rahn: Pinjaman dengan memberikan barang yang terjamin dan dikenakan biaya sekedar
pengganti pemeliharaan dan perawatan.

KELEMBAGAAN USAHA SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (PASAL 2)


Usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah hanya dapat dilaksanakan oleh KSPPS; dan
USPPS Koperasi
Pengesahan akta pendirian Koperasi yang melaksanakan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan Syariah diberikan dengan menerbitkan keputusan pengesahan akta pendirian
Koperasi oleh Menteri.
Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah wajib
memiliki Dewan Pengawas Syariah.
KSP dilarang membentuk USPPS Koperasi
Koperasi yang membentuk USPPS Koperasi dilarang membentuk dan/atau memiliki USP
Koperasi

Pendirian KSPPS (PASAL 3)


KSPPS dapat berbentuk:
a. KSPPS Primer: dibentuk dan didirikan minimal 20 orang yang mempunyai kegiatan dan
kepentingan ekonomi yang sama.
b. KSPPS Sekunder: dibentuk dan didirikan minimal 3 badan hukum Koperasi yang
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.

Pembentukan USPPS Koperasi (PASAL 4)

USPPS Koperasi dapat dibentuk oleh Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. USPPS
Koperasi yang telah mencapai Aset paling sedikit Rp5.000.000.000,00 dapat berubah menjadi
KSPPS.

Perubahan KSP atau USP Koperasi (pasal 5)

KSP atau USP Koperasi dapat mengubah kegiatan usahanya menjadi usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah dengan persetujuan rapat anggota. Setelah mendapatkan persetujuan
rapat anggota dapat melaksanakan transisi kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah paling
lama 2 tahun sebelum perubahan anggaran dasar. Perubahan kegiatan usaha dilakukan
melalui perubahan anggaran dasar yang mencantumkan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah dan wajib diajukan kepada Menteri untuk memperoleh pengesahan. KSP
atau USP Koperasi setelah melaksanakan perubahan anggaran dasar menjadi KSPPS atau
USPPS Koperasi wajib melaksanakan dan mematuhi Prinsip Syariah. Setelah perubahan
anggaran dasar disetujui oleh Menteri, KSPPS atau USPPS Koperasi harus menyelesaikan
perubahan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah dalam jangka waktu 1 tahun. KSPPS
atau USPPS Koperasi dan KSP atau USP Koperasi yang telah mengubah kegiatan usaha
menjadi berdasarkan Prinsip Syariah tidak dapat berubah kembali menjadi KSP atau USP
Koperasi.

3. KUK
PERMENKOP 9 TH. 2020 TTG PENGAWASAN KOPERASI
Anggota 5.000 9.000 15.000
Modal 2.500 juta 15 M 40 M
Aset 2,5 M 100 M 500 M

4. MANFAAT & SASARAN PENGAWASAN KOPERASI


PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 17/Per/M.KUKM/IX/2015
(pasal 4) Manfaat Pengawasan bagi Koperasi adalah untuk mendorong Koperasi :
a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. Sebagai badan usaha yang kredibel berdasarkan prinsip Koperasi
c. Dalam menjaga dan melindungi aset Koperasi dari tindakan penyelewengan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab;
d. Dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas Koperasi terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan;
e. Menjadi kuat, sehat, mandiri, dan Tangguh
f. Mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan
ekonomi anggota.
( Pasal 5) Ruang lingkup pengawasan koperasi meliputi aspek :
a. Penerapan kepatuhan
b. Kelembagaan koperasi
c. Usaha simpan pinjam
d. Penilaian kesehatan usaha simpan pinjam
e. Penerapan sanksi
(Pasal 6)
(1) Aspek penerapan kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a sesuai
dengan peraturan perundang-undangan meliputi :
a. Kepatuhan legal
b. Kepatuhan usaha dan keuangan
c. Kepatuhan transaksi
(2) Aspek kelembagaan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi:
a. Kelengkapan legalitas yang terdiri dari Akta Pendirian Koperasi, Anggaran dasar bagi
Koperasi, surat, izin usah, surat izin pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu
dan kantor KAS
b. Kelengkapan organisasi Koperasi yang mencerminkan struktur tugas tugas, rentang
kendali, dan satuan pengendalian inferna;
(3) Aspek Usaha simpan pinjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi:
a. Penghimpunan dana bersumber dari anggota, calon anggota, Koperasi lain dan atau
anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan oblligasi dan surat utang
lainnya, dan sumber lain yang sah, serta modal penyertaan;
b. Mengontrol keseimbangan dana antara sumber dana dan penyaluran dana agar tidak
terjadi over liquid dan unliquid;
c. Penyaluran dana untuk menyalurkan dana yang sifatnya menjadi aktiva produktif
mengurangi kemacetan.
(4) Aspek penilaian kesehatan usaha simpan pinjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf d dilaksanakan dengan melakukan penilaian melalui pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif terhadap aspek-aspek sebagai berikut:
a. Permodalan
b. Kualitas aktiva produktif
c. Manajemen
d. Efisiensi
e. Likuiditas
f. Jatidiri Koperasi
g. Pertumbuhan dan kemandirian; dan
h. Kepatuhan terhadap prinsip syariah untuk usaha simpan pinjam pola syariah.
(5) Aspek penerangan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruc e meliputi :
a. Sanksi administrative
b. Pelimpahan perkara
c. Pemantauan pelaksanaan sanksi
d. Pemantauan keputusan hasil pelimpahan perkara
e. Rehabilitasi kelembagaan
f. Rehabilitasi usaha
5. TUGAS PENGAWAS KOPERASI
PERMENPAN NOMOR 43 TAHUN 2018 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS
KOPERASI
Tugas Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi yaitu melaksanakan pengawasan koperasi
dalam aspek penerapan kepatuhan, pemeriksaan kelembagaan, pemeriksaan usaha simpan
pinjam, penilaian kesehatan usaha simpan pinjam, dan penerapan sanksi.
Tugas pelaksanaan Pengawasan Koperasi (PERMENKOP 9 THN 2020 TENTANG
PENGAWASAN KOPERASI)
a. pengawasan terhadap seluruh fasilitas sarana dan prasarana yang berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan usaha Koperasi;
b. pemeriksaan, verifikasi, dan klarifikasi setiap dokumen yang berkaitan dengan Koperasi;
c. permintaan keterangan dari anggota, pengurus, pengawas, dewan pengawas syariah,
pengelola/manajemen, karyawan, kreditor, investor dan mitra kerja Koperasi;
d. penyusunan BAPK dan LHPKK;
e. pelaporan hasil pemeriksaan kepada pimpinan pemberi tugas;
f. pemantauan penerapan sanksi administratif terhadap Koperasi dengan tingkat kesehatan
dalam pengawasan atau dalam pengawasan khusus.
6. RASIO (ROA, RENTABILITAS, SOLVABILITAS, PROFTABILITAS, HITUNGAN
RASIO LANCAR, PROSENTASI CURRENT RATIO, RASIO BERHUBUNGAN
DENGAN MODAL, RASIO BERHUBUNGAN DENGAN ASET, RASIO
BERHUBUNGAN DENGAN LABA, DLL)
RINCIANNYA ADA DI JUKNIS DEPUTI BIDANG PERKOP NO. 15 TH 2021
7. MODAL AWAL KOPERASI
(UU NOMOR 25 TAHUN 1992 TTG PERKOPERASIAN PASAL 41 & 42)

Modal Koperasi terdiri dari:


Modal sendiri dapat berasal dari: a. simpanan pokok; b. simpanan wajib; c. dana cadangan;
d. hibah. Modal pinjaman dapat berasal dari: a. anggota; b. Koperasi lainnya dan/atau
anggotanya; c. bank dan lembaga keuangan lainnya; d. penerbitan obligasi dan surat
hutang lainnya; e. sumber lain yang sah.
Selain modal sebagai dimaksud dalam Pasal 41, Koperasi dapat pula melakukan
pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Ketentuan mengenai pemupukan
modal yang berasal dari modal penyertaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Untuk koperasi yang didirikan dengan jenis Simpan Pinjam, ada minimum permodalan
yang harus dipenuhi, sebagai berikut :
- Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Primer
dengan wilayah keanggotaan 1 kabupaten/kota, minimum permodalan sebesar Rp.
15.000.000,-
- Koperasi Simpan Pinjam/ Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Primer
dengan wilayah keanggotaan lintas kabupaten/kota dalam 1 provinsi, minimum
permodalan sebesar Rp. 75.000.000,-
- Koperasi Simpan Pinjam/ Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Primer
dengan wilayah keanggotaan lintas provinsi, minimum permodalan sebesar Rp.
375.000.000,-
- Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Sekunder
dengan wilayah keanggotaan 1 kabupaten, minimum permodalan sebesar Rp.
50.000.000,-
- Koperasi Simpan Pinjam/ Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas kabupaten/kota dalam 1 provinsi, minimum
permodalan sebesar Rp. 150.000.000,-
- Koperasi Simpan Pinjam/ Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas provinsi, minimum permodalan sebesar Rp.
500.000.000,-

Untuk koperasi yang didirikan dan di dalamnya terdapat unit usaha simpan pinjam, maka
koperasi wajib menyediakan modal bagi unit usaha simpan pinjam/unit usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah koperasi primer minimum Rp. 15.000.000,- dan bagi unit
usaha simpan pinjam/unit usaha simpan pinjam dan pembiyaan syariah koperasi sekunder
minimum Rp. 50.000.000,-. Untuk koperasi yang didirikan dengan jenis Jasa Lembaga
Keuangan Mikro, ada minimum permodalan yang harus dipenuhi, sebagai berikut :

- Koperasi Jasa Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan


wilayah usaha tingkat Desa/Kelurahan, minimum permodalan sebesar Rp. 50.000.000,-
- Koperasi Jasa Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan
wilayah usaha tingkat Kecamatan, minimum permodalan sebesar Rp. 100.000.000,-
- Koperasi Jasa Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan
wilayah usaha tingkat Kabupaten/Kota, minimum permodalan sebesar Rp. 500.000.000
8. PENGAWASAN RUTIN & SEWAKTU-WAKTU
PERMENKOP 9 THN 2020 TENTANG PENGAWASAN KOPERASI, PASAL 7, 8, 9
Jenis pelaksanaan Pengawasan Koperasi meliputi:
a. pengawasan rutin
- langsung (on-site): dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan
mengevaluasi data dan/atau keterangan mengenai Koperasi yang dilakukan di kantor
Koperasi dan di tempat lain yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
Koperasi
- tidak langsung (off-site): dilakukan dengan menganalisa dan memeriksa dokumen dan
laporan tertulis yang wajib disampaikan secara berkala oleh Koperasi kepada
Deputi/Kepala Perangkat Daerah
b. pengawasan sewaktu-waktu.
Dilaksanakan berdasarkan: a. perintah dari pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; b. laporan dari masyarakat yang disampaikan
secara resmi dan dapat dipertanggungjawabkan; dan/atau c. permasalahan Koperasi yang
memerlukan penanganan khusus dan dapat melibatkan instansi terkait

9. KANTOR KAS CABANG & PEMBANTU


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995
TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH
KOPERASI
Pasal 6 (1) Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dapat membuka jaringan pelayanan simpan pinjam.
(2) Jaringan pelayanan simpan pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berupa:
a. Kantor Cabang yang berfungsi mewakili Kantor Pusat dalam menjalankan
kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai
wewenang memutuskan pemberian pinjaman
b. Kantor Cabang Pembantu yang berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam
menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta
mempunyai wewenang menerima permohonan pinjaman tetapi tidak mempunyai
wewenang untuk memutuskan pemberian pinjaman;
c. Kantor Kas yang berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam menjalankan kegiatan
usaha untuk menghimpun dana.
10. JENIS PENGAWASAN
PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 17/Per/M.KUKM/IX/2015, PASAL 8
Jenis Pengawasan Pengawasan Koperasi Meliputi :
a. Pengawasan aktif: pemeriksaan langsung terhadap Koperasi yang berpotensi
mempunyai masalah
b. Pengawasan pasif: menganalisa laporan terhadap Koperasi uang sudah berjalan baik
c. Pengawasan rutin: Dilakukan sesuai jadwal yang telah di rencanakan
d. Pengawasan sewaktu-waktu: dilakukan sesuai dengan kebutuhan
e. Pengawasan preventif: dilakukan dengan tujuan pembinaan dan pencegahan
f. Represif: dilakukan dengan tujuan mencegah meluasnya permasalahan
11. RUMUS SHU
(UU NOMOR 25 TAHUN 1992 TTG PERKOPERASIAN PASAL 45)
Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu
tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak
dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan,
dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-
masing anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
SHUa = JUA + JMA
Keterangan,
SHUa= Sisa Hasil Usaha Anggota
JUA= Jasa Usaha Anggota
JMA= Jasa Modal Anggota

1. Rumus untuk mengetahui Jasa Modal Anggota (JMA)

JMA = (Simpanan anggota : Total simpanan koperasi) x Persentase jasa modal x SHU

2. Rumus untuk mengetahui Jasa Usaha Anggota (JUA)


Di dalam koperasi simpan pinjam, Jasa Usaha Anggota terdiri dari dua, yaitu jasa
penjualan dan jasa pinjaman. Jasa penjualan diberikan atas kontribusinya melakukan
pembelian di koperasi, sementara jasa pinjaman didapatkan atas aktivitasnya melakukan
peminjaman. Tapi, biasanya, yang dihitung adalah jasa penjualannya, yang rumusnya,
JUA = (Penjualan anggota : Total penjualan koperasi) x Persentase Jasa Modal Anggota x
Sisa Hasil Usaha
Contoh:
Diketahui SHU Koperasi Simpan Pinjam Desa Matahari memiliki SHU tahun 2019 sebesar
Rp 40.000.000. Berdasarkan kesepakatan anggota di dalam AD/ART persentase
pembagian SHU, adalah jasa modal 20 persen, jasa modal anggota 25 persen, untuk
cadangan koperasi 40 persen, dan lain-lainnya 15 persen. Jumlah simpanan anggota
Koperasi Desa Matahari ada Rp 60.000.000 dan penjualannya selama tahun 2019
mencapai Rp 100.000.000. . Tio merupakan anggota, memiliki simpanan pokok Rp
2.000.000 dan simpanan wajib Rp 4.000.000. Tio juga sudah berbelanja di koperasi
sebesar Rp 2.000.000. Maka, berapa SHU anggota yang diterima Tio?
Diketahui,
SHU Koperasi Desa Matahari= Rp 40.000.000
Jasa Modal= 20 persen
Jasa Modal Anggota= 25 persen
Total simpanan Tio (pokok+wajib)= Rp 6 juta
Penjualan anggota (belanja Tio)= Rp 2 juta
Total penjualan koperasi= Rp 100 juta
Sisa Hasil Usaha anggota = Jasa Modal (JMA) + Jasa Usaha (JUA)
Jasa Modal (JMA) Tio= (6.000.000 : 60.000.000) x 20% x 40.000.000 = Rp 800.000
Jasa Usaha (JUA) Tio= (2.000.000 : 100.000.000) x 25% x 40.000.000 = Rp 200.000
Maka SHU koperasi Tio untuk tahun 2019 adalah Rp 800.000 + Rp 200.000= Rp
1.000.000.

12. LHPKK
Berisi dokumen laporan tertulis hasil Pemeriksaan Kesehatan Koperasi dan pemberian skor
tingkat kesehatan Koperasi (PERMENKOP 9 THN 2020 TENTANG PENGAWASAN
KOPERASI)
13. OMSET KOPERASI

14. TOTAL SHU DENGAN PPH


Sejak diubahnya ketentuan mengenai pengenaan pajak atas Sisa Hasil Usaha (SHU)
melalui UU Cipta Kerja, maka PMK No. 111/PMK.03/2010 yang pada awalnya mengatur
koperasi sebesar 10% dari jumlah bruto dan bersifat final menjadi tidak lagi berlaku. Hal
ini dikarenakan PMK merupakan turunan dari undang-undang atau peraturan pelaksanaan
atas ketentuan di dalam undang-undang. Dengan demikian, sebagaimana yang diatur
dalam UU Cipta Kerja terkait Pajak Penghasilan, SHU koperasi yang dibagikan kepada
anggota merupakan penghasilan yang dikecualikan dari objek PPh. Pasal 4 ayat (3) huruf i
UU PPh sebagaimana yang telah diubah dengan UU Cipta Kerja menyebutkan sbb.:
“Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
i. bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari
koperasi, perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif.”

15. YANG MELAKUKAN PENGAWASAN KOPERASI


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab menyelenggarakan
Pengawasan Koperasi. Pengawasan Koperasi dilakukan sesuai dengan wilayah
keanggotaan Koperasi.
Kewenangan Pengawasan Koperasi:
a. wilayah keanggotaan Koperasi lintas daerah provinsi oleh Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah
b. wilayah keanggotaan Koperasi lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 daerah provinsi
oleh Pemerintah daerah provinsi;
c. wilayah keanggotaan Koperasi dalam 1 daerah kabupaten/kota oleh Pemerintah daerah
Kabupaten/Kota.
Pengawasan Koperasi dilakukan oleh:
1) Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi.
2) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah selaku instansi pembina JFPK.

Pengawas Koperasi berada dalam lingkup: a. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil, dan
Menengah; b. Pemerintah Daerah provinsi; dan c. Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

Dalam hal belum terpenuhinya Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi di lingkungan


instansi pemerintah, penyelenggaraan tugas Pengawasan Koperasi ditetapkan oleh pejabat
yang memiliki kewenangan di bidang koperasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
PNS yang bukan merupakan Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dapat melaksanakan
tugas Pengawasan Koperasi untuk jangka waktu tertentu setelah mendapatkan penugasan
dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

PNS di lingkungan instansi Pemerintah Daerah yang bukan merupakan Pejabat Fungsional
Pengawas Koperasi dapat melaksanakan tugas Pengawasan Koperasi untuk jangka waktu
tertentu dari Perangkat Daerah setelah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Masa pelaksanaan tugas Pengawasan Koperasi oleh Pengawas Koperasi yang bukan
merupakan Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi paling lama 5tahun sejak Peraturan
Menteri ini diundangkan. Setelah berakhirnya masa pelaksanaan tugas sebagaimana
dimaksud sebelumnya, Pengawasan Koperasi wajib dilakukan oleh Pejabat Fungsional
Pengawas Koperasi.

16. PENILAIAN MANAJEMEN


(RINCIANNYA ADA DI JUKNIS DEPUTI BIDANG PERKOP NO. 15 TH 2021)
Manajemen Umum
- Ketersedian visi, misi dan tujuan koperasi;
- Ketersedian rencana kerja baik jangka panjang dan jangka pendek
- Pengukuran dan evaluasi atas rencana kerja
Manajemen Kelembagaan
- Ketersedian struktur organisasi;
- Ketersedian uraian tugas;
- Ketersediaan SOM dan SOP;
- Sistem pengamanan dokumen
Manajemen Permodalan
- Pertumbuhan modal sendiri;
- Pertumbuhan simpanan anggota;
- Peningkatan cadangan;
- Investasi bersumber dari modal sendiri.
Manajemen Aset
- Piutang, pinjaman dan/Pembiayaan yang diberikan dengan dukungan agunan;
- Kolektibilitas pembayaran;
- Tingkat pengembalian piutang dan atau pinjaman/pembiayaan macet masih dapat
tertagih;
- Menjaga prinsip kehati-hatian dalam memberikan pinjaman
Manajemen Likuiditas
- Memiliki kebijakan tertulis mengenai pengendalian likuiditas;
- Ketersediaan fasilitas pembiyaan dari lembaga keuangan lain;
- Peraturan khusus terkait standar likuiditas;
- Sistem informasi yang mendukung pemantauan likuiditas koperasi
17. PENILAIAN EFISIENSI
(RINCIANNYA ADA DI JUKNIS DEPUTI BIDANG PERKOP NO. 15 TH 2021)
a. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional adalah perbandingan antara
biaya operasional dengan pendapatan operasional dikalikan dengan 100%. Biaya
operasional adalah penjumlahan antara biaya pokok anggota dengan biaya usaha
anggota dan biaya perkoperasian. Pendapatan operasional adalah pendapatan yang
diperoleh dari transaksi dengan anggota. Untuk rasio Biaya operasional terhadap
pendapatan operasional lebih besar sama dengan 100% memperoleh nilai 4 dengan
skor 1, untuk setiap penetapan nilai dan skor rasio iaya Operasional tehadap
pendapatan operasional mengacu kepada tabel di bawah ini.
b. Biaya Usaha terhadap SHU Kotor
Rasio Biaya usaha terhadap SHU kotor adalah perbandingan antara biaya usaha
dengan SHU Kotor dikalikan dengan 100%. SHU Kotor adalah adalah pendapatan
dikurangi dengan beban pokok. Untuk rasio Biaya biaya usaha terhadap SHU kotor
lebih besar sama dengan 80% memperoleh nilai 4 dengan skor 1, untuk setiap
penetapan nilai dan skor rasio biaya usaha terhadap SHU kotor mengacu kepada tabel
di bawah ini.

c. Biaya Gaji Karyawan terhadap Total Pendapatan


Rasio Gaji Karyawan terhadap Total Pendapatan adalah perbandingan antara biaya gaji
karyawan dengan total pendapatan . dikalikan dengan 100%. Biaya gaji karyawan
adalah gaji dan atau honor karyawan. Total pendapatan adalah pendapat yang
diperoleh dari aktivitas usaha. Untuk rasio Biaya Gaji Karyawan terhadap Total
Pendapatan lebih besar sama dengan 15% memperoleh nilai 4 dengan skor 1, untuk
setiap penetapan nilai dan skor rasio Biaya Gaji Karyawan terhadap Total Pendapatan
mengacu kepada tabel dibawah ini.

d. Biaya Operasional terhadap Total Piutang


Rasio Biaya Operasional terhadap Total Piutang, pinjaman dan/pembiayaan adalah
perbandingan antara biaya operasional dengan total piutang, pinjaman dan/pembiayaan
dikalikan dengan 100%. Biaya operasional adalah penjumlahan antara biaya pokok
anggota dengan biaya usaha anggota dan biaya perkoperasian. Total piutang, pinjaman
dan/pembiayaan adalah outstanding atau sisa penyaluran piutang, pinjaman
dan/pembiayaan. Untuk rasio Biaya Operasional terhadap Total Piutang, pinjaman dan/
pembiayaan lebih besar sama dengan 100% memperoleh nilai 4 dengan skor 1, untuk
setiap penetapan nilai dan skor rasio Biaya Operasional terhadap Total Piutang
mengacu kepada tabel dibawah ini.
18. TINGKAT KESEHATAN KOPERASI DAN SANKSI
PERMENKOP 9 TH. 2020 TTG PENGAWASAN KOPERASI
Tingkat kesehatan Koperasi terdiri atas (PASAL 15&16):
a. sehat: sertifikat kesehatan
b. cukup sehat: sertifikat kesehatan
c. dalam pengawasan: sanksi administratif
d. dalam pengawasan khusus: sanksi administratif
19. SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 28
Pemberian sanksi administratif dapat dilakukan:
a. berjenjang: secara berurutan mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat;
b. tidak berjenjang: sesuai dengan tingkat kewajaran terhadap pelanggaran yang dilakukan
dan dampak yang terjadi di masyarakat
c. secara kumulatif: terdiri atas gabungan jenis sanksi administratif.
Pasal 29
(1) Naskah sanksi administratif berupa surat teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 huruf a dibuat dengan surat dinas yang ditandatangani oleh Deputi/Kepala Perangkat
Daerah provinsi/kabupaten/kota.
(2) Naskah sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b dan huruf c
dibuat dengan surat keputusan yang ditandatangani oleh Deputi/Kepala Perangkat Daerah
provinsi/kabupaten/kota.
(3) Naskah sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat: a. nama jabatan, nama pejabat, dan alamat pejabat yang berwenang menerbitkan
sanksi administratif; b. identitas Koperasi dan pengurus Koperasi; c. jenis sanksi
administratif; d. ketentuan substansi atau norma peraturan perundang-undangan yang
dilanggar; e. rekomendasi temuan pemeriksaan tim Pengawas Koperasi yang harus
ditindaklanjuti oleh pengurus Koperasi; dan f. jangka waktu penyelesaian sanksi
administratif.
20. RUMUS ASET LANCAR / HITUNGAN ASET LANCAR (BERAPA ASET
LANCAR DARI TOTAL ASET)
Aset lancar, yaitu aset yang memiliki manfaat kurang dari satu tahun dan memenuhi kriteria:
- Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam waktu siklus
akuntansi koperasi;
- Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan);
- Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan
KOMPONEN ASET LANCAR
1. Koperasi Konsumen dan Koperasi Pemasaran
Komponen aset lancar untuk koperasi konsumen dan koperasi pemasaran meliputi
komponen perkiraan : Kas, bank, Surat Berharga, Piutang Usaha, Persediaan,
Perlengkapan, Biaya Dibayar di muka, Pendapatan Yang Masih Harus Diterima, Uang
Muka, PPh dibayar dimuka, Aset lancar lain
2. Koperasi Jasa
Komponen aset lancar untuk koperasi jasa meliputi komponen perkiraan : Kas, bank,
Surat Berharga, Piutang Usaha, Perlengkapan, Biaya Dibayar di muka, Pendapatan
Yang Masih Harus Diterima, Uang Muka, PPh dibayar dimuka, Aset lancar lain.
3. Koperasi Produsen
Komponen aset lancar untuk koperasi produsen meliputi komponen perkiraan : Kas,
bank, Surat Berharga, Piutang Usaha, Perlengkapan, Persediaan Bahan Baku,
Persediaan Baranga setengah Jadi, Persediaan Barang Jadi, Biaya Dibayar di muka,
Pendapatan Yang Masih Harus Diterima, Uang Muka, PPh dibayar dimuka, Aset lancar
lain.
4. Koperasi Simpan Pinjam
Komponen aset lancar untuk koperasi simpan pinjam meliputi komponen perkiraan :
Kas, Penempatan dana pada bank/usaha simpan pinjam oleh koperasi sekunder,
Surat Berharga, Piutang Usaha, Pinjaman yang diberikan, Penyisihan Pinjaman yang
tak tertagih, Perlengkapan, Biaya Dibayar di muka, Pendapatan Yang Masih Harus
Diterima, PPh dibayar dimuka, Aset lancar lain.
5. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Komponen aset lancar untuk koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah
meliputi komponen perkiraan : Kas, Penempatan dana pada bank syariah/koperasi
simpan pinjam dan pembiayaan syariah sekunder, Piutang Murabahah, Surat
Berharga,Piutang Salam, Piutang Istishna, Ijarah, Pendapatan margin yang
ditangguhkan, Pinjaman yang diberikan, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Musyarakah, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, Persediaan / Aktiva
Murabahah, Aset Ijarah, Aset Istishna dalam penyelesaian, Qardh, Perlengkapan,
Biaya Dibayar di muka, Pendapatan Yang Masih Harus Diterima, PPh dibayar dimuka,
Aset lancar lain.
21. KEWAJIBAN LANCAR
Komponen Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban merupakan pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh koperasi dimasa
yang akan datang dalam bentuk penyerahan aset atau pemberian jasa, yang disebabkan
oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Komponen Kewajiban meliputi
perkiraan :
Kewajiban jangka pendek adalah utang koperasi yang digunakan untuk kebutuhan modal
kerja dan memelihara likuiditas koperasi, dan harus dilunasi paling lama dalam satu
periode akuntansi koperasi. Komponen kewajiban jangka pendek untuk koperasi
konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa dan koperasi simpan pinjam meliputi
komponen perkiraan :
1. Utang Usaha
2. Simpanan Anggota
3. Dana-dana SHU
4. Utang bank/Lembaga Keuangan Bukan Bank
5. Beban yang masih harus dibayar
6. Pendapatan diterima dimuka
7. Hutang Pajak
8. Utang Jangka Pendek lainnya
Komponen kewajiban jangka pendek untuk koperasi simpan pinjam dan pembiayaan
syariah meliputi komponen perkiraan :
1. Hutang Usaha
2. Simpanan Wadiah
3. Simpanan Mudharabah
4. Bagi Hasil yang Belum Dibagi
5. Dana-dana SHU
6. Beban yang Masih Harus Dibayar
7. Pendapatan diterima dimuka
8. Hutang Pajak
9. Utang Jangka Pendek lainnya
22. TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS, KEWAJIBAN ANGGOTA
(UU NOMOR 25 TAHUN 1992 TTG PERKOPERASIAN)
Anggota mempunyai kewajiban:
a. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah
disepakati dalam Rapat Anggota;
b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi;
c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan
Pengurus bertugas:
a. mengelola Koperasi dan usahanya;
b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan
dan belanja Koperasi;
c. menyelenggarakan Rapat Anggota;
d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus
Pengurus Berwenang
a. mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan;
b. memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota
sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;
c. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai
dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota
23. TUGAS MANAJER KOPERASI
Pasal 31 Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi
dan usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa.
Pasal 32 (1) Pengurus Koperasi dapat mengangkat Pengelola yang diberi wewenang dan
kuasa untuk mengelola usaha.
(2) Dalam hal Pengurus Koperasi bermaksud untuk mengangkat Pengelola, maka rencana
pengangkatan tersebut diajukan kepada Rapat Anggota untuk mendapat persetujuan.
(3) Pengelola bertanggung jawab kepada Pengurus.
(4) Pengelolaan usaha oleh Pengelola tidak mengurangi tanggung jawab Pengurus
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31.
Penjelasan pasal 32: Ketentuan ini dimaksudkan untuk mewujudkan profesionalisme dalam
pengelolaan usaha Koperasi. Karenanya, Pengurus dapat mengangkat tenaga Pengelola
yang ahli untuk mengelola usaha Koperasi yang bersangkutan. Penggunaan istilah
Pengelola dimaksudkan untuk dapat mencakup pengertian yang lebih luas dan memberi
alternatif bagi Koperasi. Dengan demikian sesuai kepentingannya Koperasi dapat
mengangkat Pengelola sebagai manajer atau direksi. Maksud dari kata diberi wewenang
dan kuasa adalah pelimpahan wewenang dan kuasa yang dimiliki oleh Pengurus. Dengan
demikian Pengurus tidak lagi melaksanakan sendiri wewenang dan kuasa yang telah
dilimpahkan kepada Pengelola dan tugas Pengurus beralih menjadi mengawasi
pelaksanaan wewenang dan kuasa yang dilakukan Pengelola. Adapun besarnya
wewenang dan kuasa yang dilimpahkan ditentukan sesuai dengan kepentingan Koperasi.
Pasal 33 Hubungan antara Pengelola usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
dengan Pengurus Koperasi merupakan hubungan kerja atas dasar perikatan.
24. UUD NO. 25 TAHUN 1992 PASAL 41, 45, 46
PASAL 41 (TTG MODAL KOPERASI)
(1) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
(2) Modal sendiri dapat berasal dari: a. simpanan pokok; b. simpanan wajib; c. dana
cadangan; d. hibah. (3) Modal pinjaman dapat berasal dari: a. anggota; b. Koperasi lainnya
dan/atau anggotanya; c. bank dan lembaga keuangan lainnya; d. penerbitan obligasi dan
surat hutang lainnya; e. sumber lain yang sah.
PASAL 45 (TTG SHU KOPERASI)
(1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu
tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak
dalam tahun buku yang bersangkutan.
(2) Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota standing
dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-masing anggota dengan Koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi,
sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. (3) Besarnya pemupukan dana cadangan
ditetapkan dalam Rapat Anggota.
PASAL 46 (TTG PEMBBARAN KOPERASI)
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan: a. keputusan Rapat Anggota, atau b.
keputusan Pemerintah.
25. APLIKASI OSS TENTANG PERIZINAN KOPERASI, PERMENKOP
BERAPA
(PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 11 TAHUN 2018
TENTANG PERIZINAN USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI)
Pasal 12
(1) Izin Usaha dan/atau Izin Operasional diperoleh setelah Koperasi memenuhi Komitmen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Koperasi
kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali Kota sesuai dengan kewenangannya untuk
dilakukan pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan.
(3) Izin Usaha dan/atau Izin Operasional diterbitkan oleh Lembaga OSS berdasarkan
persetujuan atas pemenuhan Komitmen.
Nomor Induk Berusaha adalah indentitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh lembaga
OSS. Adapun NIB terdiri dari 13 digit angka dan didalamnya ada lampiran berkaitan daftar
bidang usaha sesuai dengan KBLI (Klasifikasi Bahan Baku Lapangan Usaha Indonesia)
Untuk mendapatkan NIB, setiap pelaku bisa mendaftarkan melalui OSS (Online Single
Submission) sesuai dengan PP No.5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Resiko. NIB (Nomor Induk Berusaha) diperuntukkan untuk semua
perusahaan, baik perorangan, UMKM, non UMKM maupun badan usaha seperti koperasi.
Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam

26. KERTAS KERJA

27. RAPAT KOPERASI PERTAMA DI?

28. ASPEK YANG DINILAI UNTUK KSP

29. RAPAT TAHUNAN KOPERASI


30. POSISI DEBIT KREDIT NERACA
31. PENGAWASAN INTERN
32. MANAJEMEN KOPERASI
33. UUD NO. 8 TH. 2010 TENTANG PENCUCIAN UANG
34. UU CIPTA KERJA
35. PEMBUBARAN KOPERASI
36. KELENGKAPAN PENDIRIAN KOPERASI / PERIZINAN KOPERASI
37. PENJURNALAN PEMBELIAN ASET KOPERASI

Anda mungkin juga menyukai