PENDAHULUAN
Pada karya tulis ini akan membahas mengenai penatalaksaan gigi tiruan penuh
pada pasien yang telah kehilangan seluruh giginya atau disebut edentulous total
sehingga pada kasus ini tidak lagi dilakukan pencabutan dalam penatalaksanaannya.
Kehilangan gigi telah lama dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, atau kecelakaan.
Kehilangan gigi dapat menyebabkan estetik yang buruk dan proses biomekanis,
keadaan ini menjadi lebih buruk ketika pasien dengan edentulous total dan
kehilangan seluruh jaringan periodontal. Pada sebagian besar pasien yang mengalami
1
kehilangan gigi merupakan suatu hal yang buruk dan menimbulkan keinginan
mencari perawatan gigi untuk memelihara kesehatan gigi serta penampilan yang baik
secara sosial.4
Gigi tiruan lepasan dibagi menjadi gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian.
Dalam pembuatan gigitiruan lepasan khususnya gigitiruan penuh sering dijumpai
masalah kontradiksi fungsional. Kita dituntut untuk menciptakan suatu gigitiruan
yang sesuai dengan keadaan gigi asli agar tidak terjadi perubahan estetik maupun
fungsi bicara serta dapat dipakai untuk mengunyah makanan. Dalam pembuatan
gigitiruan penuh perlu diketahui anatomi landmark dari wajah, rongga mulut dan
rahang.5
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan pembuatan gigi tiruan penuh
lepasan pada pasien dengan edentulous totalis.
2
LAPORAN KASUS
1. Data Pasien
Nama : Bachtiar
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : pensiunan
Alamat : komp. BTP blok L
2. Anamnesis
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pencabutan gigi terakhir dilakukan
sekitar ± 2 bulan yang lalu. Pasien sudah pernah menggunakan gigitiruan
sebelumnya selama ± 1 tahun.
Keadaan Umum :
Tidak ada kelainan jantung
Tidak ada DM
Tekanan darah normal
Tidak ada gangguan lain.
3. Pemeriksaan Klinis
Dari hasil pemeriksaan klinik diperoleh :
Pemeriksaan ekstraoral
3
- Secara ekstraoral pasien memiliki profil progeni, bentuk wajah square,
mata, hidung, telinga dan bibir pasien simetris, serta tidak terdapat
kelainan pada Temporomandibular joint (TMJ).
- Pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri pada bagian submandibula
dalam keadaan lunak dan tidak sakit yang berarti tidak terjadi peradangan.
- Selain itu, pasien juga tidak memiliki kebiasaan buruk.
Pemeriksaan intraoral
- Pada pemeriksaan intraoral, terlihat edentulous totalis pada rahang atas
dan rahang bawah.
- Kedalaman vestibulum pada rahang atas sedang dan vestibulum pada
rahang bawah rendah tetapi daerah anterior sedang.
- Frenulum pada rahang atas bagian anterior sedang dan pada bagian media
dan posterior frenulum cukup rendah, sedangkan frenulum rahang bawah
rendah pada bagian posterior dan lingual, sedangkan pada bagian anterior
dan media frenulumnya sedang.
- Bentuk ridge tulang alveolar pada rahang atas berbentuk square,
begitupun pada rahang bawah.
- Palatum berbentuk U, tidak terdapat torus pada palatum dan mandibula.
- Tuberositas maksila kanan dan kiri berukuran sedang.
- Retromylohyiod rahang bawah kanan dan kiri besar.
- Tahanan jaringan pada rahang atas dan bawah tinggi.
- Pasien memiliki lidah yang macroglosi.
- Konsistensi saliva yang dimiliki pasien tersebut adalah kental.
4. Rencana Perawatan
Rencana perawatan dilakukan sesuai dengan kasus yang ditemukan pada
rongga mulut pasien yang merupakan hasil dari pemeriksaan intra oral yaitu
pembuatan gigitiruan penuh (GTP).
4
5. Desain gigitiruan penuh
Kunjungan Pertama
5
Gambar.2 Kartu status
Pencetakan Pendahuluan
6
Gambar.3 Sendok cetak edentulous no.1
7
bergerak dan jaringan tak bergerak yang akan digunakan pada pembuatan sendok
cetak individual yang terbuat dari bahan shellac.
Setelah didapatkan model gips yang merupakan hasil cetakan anatomis dari
rahang pasien, selanjutnya pembuatan sendok cetak individual dilakukan. Sebelum
sendok cetak individual dibuat, pada model gips digambarkan batas jaringan bergerak
dan jaringan tak bergerak untuk menentukan batas dari sendok cetak individual
tersebut.
Pembuatan sendok cetak individual menggunakan bahan shellac baseplate
yang dilunakkan dengan lampu spritus, lalu diletakkan di atas model kerja. Lakukan
pemotongan 2mm di atas batas jaringan gerak dan tidak gerak yang nantinya akan
menjadi tempat untuk bahan border moulding. Kemudian lakukan “muscle
trimming” yaitu pembentukan pinggiran sekitar rongga mulut dan batas posterior.
Buatlah pegangan sendok cetak individual dan buat lubang pada sendok cetak
berjarak 4-5mm. Kegunaan lubang ini untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih,
8
karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada
jaringan pendukungnya.
Border Moulding
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan green stick compound
yang meliputi pada rahang atas membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke
kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis.
Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke
luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir ditarik ke
9
depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah frenulum
labialis. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang merupakan batas
antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
“ah”.
Pada rahang bawah, untuk membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid
maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke
posterior palatum durum. Setelah itu, frenulum lingual dibentuk dengan
menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior
palatum dan ke bibir atas. Kemudian daerah bukal dan labial dibentuk dengan
memberikan instruksi yang sama dengan instruksi rahang atas. Gambar 3
menunjukkan hasil dari border moulding.
Cetakan fisiologis
10
pada bagian labial, namun ditambahkan gerakan lateral ke kiri dan ke kanan.
Selanjutnya pencetakan pada rahang atas, pada bagian bukal pipi di tarik kemudian di
gerakkan ke atas lalu kebawah. Hampir sama dengan cara mencetak rahang bawah.
11
Try-in gigi anterior
Kunjungan ke lima, dilakukan try-in gigi anterior pada pasien. Hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain kesesuaian garis median, oklusi gigi geligi dan posisi
distal.
Insersi GTP
Kontrol pertama
12
Sehingga dilakukan pengurangan bagian dalam dari gigitiruan yang menyebabkan
adanya lesi tersebut dan menanyakan apakah ada keluhan selama pemakaian GTP.
Kontrol kedua
Kontrol dilakukan setelah seminggu kemudian. Pemeriksaan dilakukan pada
jaringan sekitar mulut untuk melihat adanya lesi atau tidak dan melihat apakah lesi
yang pernah muncul pada saat kontrol pertama sudah sembuh atau tidak.
13
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien telah kehilangan seluruh giginya sehingga pasien
merasa terganggu saat berbicara, saat mengunyah dan utamanya masalah estetik.
Pasien tersebut ingin dibuatkan gigi palsu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Sebelumnya pasien pernah memakai gigi tiruan penuh, namun hanya bertahan selama
satu tahun disebabkan gigi tiruan yang dibuat oleh bukan dokter gigi tersebut melukai
mukosa pasien, sehingga pasien merasakan sakit. Dari kejadian ini dapat kita
simpulkan bahwa dalam pembuatan gigi tiruan terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan yang nantinya akan berpengaruh pada gigitiruan pasien nantinya.
Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung gigitiruan sering dijumpai pada
pasien yang memakai gigitiruan penuh (GTP). Kadang-kadang gejala rasa nyeri dapat
berupa rasa gatal, pedih, panas/rasa terbakar dan mukosa jaringan pendukung sangat
sensitif.7
14
Pada umumnya penyebab rasa nyeri pada pemakaian gigitiruan multi faktor.
Bisa disebabkan oleh emosi, fisik, gangguan metabolisme/hormonal dan gangguan
gizi. Kekurangan gizi dan metabolism seperti defisiensi zat besi, kekurangan protein,
penyerapan usus yang kurang baik, sebagai penunjang penyebab nyeri mulut. Tanda
yang sudah jelas menimbulkan rasa nyeri adalah memiliki linger yang rendah dengan
jaringan hiperplastik, dan adanya ulser.7
15
gigi. Cara mengatasinya ialah dengan menyusun gigi sedemikian rupa sehingga
dicapai geligi tiruan yang baik.
3. Bentuk lingir
Bentuk linger ada tiga macam, bentuk “U”, “V” dan bentuk jamur. Keadaan ini
bergantung pada bantuk tulang dan ada atau tidaknya resorbsi. Makin tinggi
linger maka makin kokoh dan mantap gigitiruan yang dibuat.
4. Hubungan rahang atas dan rahang bawah
Kepentingan dari hubungan rahang ini yaitu akan member pedoman pada
penyusunan gigi dengan tidak mengganggu estetik dan fungsi.
5. Kesejajaran linger rahang atas dan rahang bawah
Kegunaan jarak kesejajaran linger ini untuk menentukan panjang gigi.
Bila jarak kesejajaran lingir :
- >15 mm atau 10 mm akan menimbulkan masalah saat menyusun gigi
- <10 mm tidak dapat menggunakan gigi porselen, pilihlah gigi akrilik
- Akibat jarak yang terlalu besar ialah akan menimbulkan ungkitan terutama
pada rahang atas.
- Makin dekat permukaan oklusal gigi pada lingir, gigi tiruannya akan lebih
bagus.
Kesejajaran linger rahang atas dan rahang bawah berhubungan erat dengan
oklusi.
6. Eksostosis
Eksostosis merupakan tonjolan tulang. Tonjolan tulang harus dihilangkan secara
bedah (alveolektomi) sebelum gigitiruan dibuat.
7. Batas jaringan bergerak-tidak bergerak
Batas ini merupakan batas perluasan maksimal landasan gigitiruan sekitar rahang
yang membatasi pinggiran gigitiruan.
8. Tahanan jaringan
Gigitiruan yang berada di atas jaringan yang tahanannya normal akan lebih baik
sehingga dapat berfungsi dengan baik.
16
9. Lidah
Lidah dapat menahan gigitiruan pada tempatnya atau melepaskan gigitiruan dari
tempatnya
10. Saliva
Saliva yang cair dalam jumlah yang banyak dapat membasahi permukaan
anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya permukaan. Saliva yang banyak
dan kental mudah melepaskan gigitiruan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigitiruan penuh
yaitu kondisi rongga mulut pasien, pengukuran dimensi vertical, posisi distal, serta
oklusi pasien. Kondisi rongga mulut pasien dapat mempengaruhi gigitiruan yang
akan dibuat. untuk kasus edentulous totalis rahang atas dan rahang bawah dalam
pembuatan gigitiruannya memerlukan stabilitas dan retensi yang adekuat sehingga
pasien merasa nyaman saat menggunakannya. Untuk memperoleh stabilitas dan
retensi yang adekuat dibutuhkan kerapatan tepi.5
Pasien yang telah kehilangan seluruh giginya maka dimensi vertikalnya
berkurang sehingga perlu dilakukan pengukuran dimensi vertikal dengan menghitung
selisih antara posisi istirahat dan free way space. Yang dimaksud dengan free way
space yaitu celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan
istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertical istirahat dan relasi vertical
oklusi.8
Residual ridge yang ideal untuk mendukung sebuah gigitiruan penuh terdiri
dari tinggi sisa tulang dengan puncak yang membulat dan sisi labial, bukal serta
lingual yang sedikit tapered dengan ketahanan mukosa yang sehat.9
Pada lansia, oklusi dari gigitiruan sebaiknya diatur sedemikian sehingga
memberikan keseimbangan yang besar selama gerakan fungsional dari rahang
termasuk protrusi. Sebaiknya gunakan gigi dengan cusp yang pendek sebab
memungkinkan terjadinya gerakan antara kontak oklusal sentrik dan eksentrik dan
dengan demikian mengurangi resiko menimbulkan tekanan yang menyebabkan
pergerakan pada basis gigitiruan.1
17
Akibat – akibat kehilangan gigi tanpa penggantian :10
SIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2006. p. 215.
5. Itjiningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. p. 67-9.
6. Gunadi HA dkk. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta:
Hipokrates; 1995. p 448.
10. Gunadi HA dkk. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta:
Hipokrates; 1991. p .31-2.
19