Anda di halaman 1dari 19

PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH LEPASAN PADA PASIEN

DENGAN EDENTULOUS TOTALIS : LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN

Pembuatan gigi tiruan lengkap membutuhkan kerja kelompok antara dokter


gigi, teknisi, dan pasien. Dokter gigi membuat diagnosa, membuat rencana
perawatan, melakukan kerja klinis, dan mengawasi hasilnya. Teknisi harus dapat
menginterpretasikan apa yang diinginkan dokter gigi. Keberhasilan pasien dalam
beradaptasi dengan protesa yang baru berhubungan dengan kemampuannya untuk
belajar, keterampilan otot, dan motivasinya.1

Pada karya tulis ini akan membahas mengenai penatalaksaan gigi tiruan penuh
pada pasien yang telah kehilangan seluruh giginya atau disebut edentulous total
sehingga pada kasus ini tidak lagi dilakukan pencabutan dalam penatalaksanaannya.

Hilangnya beberapa gigi disebut edentulous sebagian dan hilangnya seluruh


gigi disebut edentulous total. Edentulous total dapat didefinisikan sebagai keadaan
fisik dari rahang diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi dari jaringan pendukung
tersedia untuk terapi penggantian atau rekonstruksi.2 Edentulous total juga dapat
didefinisikan sebagai keadaan klinis rahang setelah kehilangan seluruh gigi yang
telah erupsi dan kondisi jaringan pendukung yang tersedia untuk penempatan
gigitiruan. diperkirakan kebutuhan untuk pemakaian gigitiruan panuh akan meningkat
dari sekitar 54 juta pada tahun 1991 menjadi sekitar 61 juta pada tahun 2020.3

Kehilangan gigi telah lama dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, atau kecelakaan.
Kehilangan gigi dapat menyebabkan estetik yang buruk dan proses biomekanis,
keadaan ini menjadi lebih buruk ketika pasien dengan edentulous total dan
kehilangan seluruh jaringan periodontal. Pada sebagian besar pasien yang mengalami

1
kehilangan gigi merupakan suatu hal yang buruk dan menimbulkan keinginan
mencari perawatan gigi untuk memelihara kesehatan gigi serta penampilan yang baik
secara sosial.4

Gigi tiruan lepasan dibagi menjadi gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian.
Dalam pembuatan gigitiruan lepasan khususnya gigitiruan penuh sering dijumpai
masalah kontradiksi fungsional. Kita dituntut untuk menciptakan suatu gigitiruan
yang sesuai dengan keadaan gigi asli agar tidak terjadi perubahan estetik maupun
fungsi bicara serta dapat dipakai untuk mengunyah makanan. Dalam pembuatan
gigitiruan penuh perlu diketahui anatomi landmark dari wajah, rongga mulut dan
rahang.5

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan pembuatan gigi tiruan penuh
lepasan pada pasien dengan edentulous totalis.

2
LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki bernama Bachtiar berumur 61 tahun datang ke Bagian


Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut drg. Halimah daeng Sikati Universitas
Hasanuddin, Makassar. Pasien memiliki keluhan tidak nyaman dan sulit mengunyah
pada saat makan, serta merasa kurang percaya diri akibat kehilangan seluruh giginya.

1. Data Pasien
 Nama : Bachtiar
 Jenis Kelamin : laki-laki
 Umur : 61 Tahun
 Pekerjaan : pensiunan
 Alamat : komp. BTP blok L

2. Anamnesis
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pencabutan gigi terakhir dilakukan
sekitar ± 2 bulan yang lalu. Pasien sudah pernah menggunakan gigitiruan
sebelumnya selama ± 1 tahun.
Keadaan Umum :
 Tidak ada kelainan jantung
 Tidak ada DM
 Tekanan darah normal
 Tidak ada gangguan lain.

3. Pemeriksaan Klinis
Dari hasil pemeriksaan klinik diperoleh :
Pemeriksaan ekstraoral

3
- Secara ekstraoral pasien memiliki profil progeni, bentuk wajah square,
mata, hidung, telinga dan bibir pasien simetris, serta tidak terdapat
kelainan pada Temporomandibular joint (TMJ).
- Pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri pada bagian submandibula
dalam keadaan lunak dan tidak sakit yang berarti tidak terjadi peradangan.
- Selain itu, pasien juga tidak memiliki kebiasaan buruk.

Pemeriksaan intraoral
- Pada pemeriksaan intraoral, terlihat edentulous totalis pada rahang atas
dan rahang bawah.
- Kedalaman vestibulum pada rahang atas sedang dan vestibulum pada
rahang bawah rendah tetapi daerah anterior sedang.
- Frenulum pada rahang atas bagian anterior sedang dan pada bagian media
dan posterior frenulum cukup rendah, sedangkan frenulum rahang bawah
rendah pada bagian posterior dan lingual, sedangkan pada bagian anterior
dan media frenulumnya sedang.
- Bentuk ridge tulang alveolar pada rahang atas berbentuk square,
begitupun pada rahang bawah.
- Palatum berbentuk U, tidak terdapat torus pada palatum dan mandibula.
- Tuberositas maksila kanan dan kiri berukuran sedang.
- Retromylohyiod rahang bawah kanan dan kiri besar.
- Tahanan jaringan pada rahang atas dan bawah tinggi.
- Pasien memiliki lidah yang macroglosi.
- Konsistensi saliva yang dimiliki pasien tersebut adalah kental.

4. Rencana Perawatan
Rencana perawatan dilakukan sesuai dengan kasus yang ditemukan pada
rongga mulut pasien yang merupakan hasil dari pemeriksaan intra oral yaitu
pembuatan gigitiruan penuh (GTP).

4
5. Desain gigitiruan penuh

Gambar.1 Desain gigitiruan penuh

TATA CARA PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH :

Kunjungan Pertama

Pada kunjungan pertama, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif serta


pencatatan rekam medis untuk menegakkan diagnosis yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan ekstra oral serta pemeriksaan intra oral. Sebelum suatu pemeriksaan
dilakukan pada kunjungan pertama, pasien hendaknya diminta menggambarkan
pengalaman perawatan gigi sebelumnya.

Setelah pencatatan rekam medis dilakukan dan didapatkan diagnosis yang


tepat, pasien diberitahukan mengenai rencana perawatan yang sesuai yaitu pembuatan
gigitiruan penuh. Pasien juga dijelaskan mengenai lamanya proses pembuatan
gigitiruan tersebut. Setelah informasi ini diberikan pada pasien, maka diminta
persetujuan tertulis dari pasien dalam bentuk inform concent. Seluruh informasi
dicatat dalam dental record. dan selanjutnya dilakukan prosedur kerja sebagai berikut.

5
Gambar.2 Kartu status

Pencetakan Pendahuluan

Pencetakan pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan cetakan anatomis


rahang atas dan rahang bawah pasien. Sebelum dicetak terlebih dahulu sendok cetak
dicobakan pada pasien untuk melihat sendok cetak yang akan digunakan cocok
dengan rahang pasien sehingga tidak ada bagian yang tidak tercetak, pada pasien ini
digunakan sendok cetak tak bergigi no.1 dan bahan cetak yang digunakan adalah
irreversible hydrocolloid yang dikenal dengan alginate.

6
Gambar.3 Sendok cetak edentulous no.1

Sebelum mencetak pasien diinstruksikan untuk bernafas lewat hidung seperti


biasa ketika bahan cetak berada di dalam mulut. Saat dilakukan pencetakan rahang
atas, bibir atas pasien diangkat terlebih dahulu sebelum menekan sendok cetak.
Setelah itu dilakukan penekanan sendok cetak yang dimulai dari posterior kemudian
ke anterior. Saat mencetak rahang bawah, bibir bawah pasien ditarik ke depan dan
pasien diinstruksikan untuk menempatkan ujung lidah pada bagian palatum ketika
sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian dilakukan penekanan
yang dimulai dari posterior ke anterior.
Setelah dicor maka akan didapatkan bentuk positif dari rahang yang lazim
disebut model rahang. Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan,
kemantapan dan dukungan pada geligi tiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak
seakurat mungkin sehingga landasan gigi tiruan dapat mempertahankan kesehatan
jaringan pendukungnya. Setiap tahap pembuatan geligi tiruan dapat berpengaruh
terhadap kesehatan jaringan pendukung terutama bila terjadi kesalahan pada tahap
mencetak rahang.
Setelah cetakan tersebut dicor dengan menggunakan gips keras dan
diperoleh model gips. Pada model gips tersebut digambarkan batas antara jaringan

7
bergerak dan jaringan tak bergerak yang akan digunakan pada pembuatan sendok
cetak individual yang terbuat dari bahan shellac.

Gambar.4 Hasil cetakan anatomis

Pembuatan Sendok Cetak Individual

Setelah didapatkan model gips yang merupakan hasil cetakan anatomis dari
rahang pasien, selanjutnya pembuatan sendok cetak individual dilakukan. Sebelum
sendok cetak individual dibuat, pada model gips digambarkan batas jaringan bergerak
dan jaringan tak bergerak untuk menentukan batas dari sendok cetak individual
tersebut.
Pembuatan sendok cetak individual menggunakan bahan shellac baseplate
yang dilunakkan dengan lampu spritus, lalu diletakkan di atas model kerja. Lakukan
pemotongan 2mm di atas batas jaringan gerak dan tidak gerak yang nantinya akan
menjadi tempat untuk bahan border moulding. Kemudian lakukan “muscle
trimming” yaitu pembentukan pinggiran sekitar rongga mulut dan batas posterior.

Buatlah pegangan sendok cetak individual dan buat lubang pada sendok cetak
berjarak 4-5mm. Kegunaan lubang ini untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih,

8
karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada
jaringan pendukungnya.

Gambar 5. Sendok cetak individual

Border Moulding

Setelah sendok cetak individual dibuat, dilakukan try-in sendok cetak


individual kepada pasien. Setelah dilakukan try-in, kemudian dilakukam
pembentukan tepi (border moulding) dengan menggunakan bahan green stick
compound. Lunakkan green stick compound dengan api dan letakkan pada tepi
sendok cetak individual lalu masukkan ke dalam mulut pasien sebelum bahan
tersebut mengeras.

Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan green stick compound

berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan fisiologis

yang meliputi pada rahang atas membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke

kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis.

Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke
luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir ditarik ke

9
depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah frenulum
labialis. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang merupakan batas
antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
“ah”.
Pada rahang bawah, untuk membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid
maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke
posterior palatum durum. Setelah itu, frenulum lingual dibentuk dengan
menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior
palatum dan ke bibir atas. Kemudian daerah bukal dan labial dibentuk dengan
memberikan instruksi yang sama dengan instruksi rahang atas. Gambar 3
menunjukkan hasil dari border moulding.

Cetakan fisiologis

Cetakan fisiologis menggunakan bahan elastomer (exaflex). Exaflex


merupakan bahan cetak polyvinylsiloxane dengan viscositas tinggi untuk
preimpression. Hasil cetakan fisiologis disebut model kerja, yang digunakan untuk
membuat geligi tiruan.

Pada tahap ini pertama-tama dilakukan pencetakan pada rahang bawah


terlebih dahulu, namun sebelum di cetak pasien diinstruksikan untuk melakukan
gerakan-gerakan fisiologis untuk mendapatkan hasil yang baik. untuk mendapatkan
hasil yang baik pada bagian lingual, pasien diinstruksikan untuk melakukan tiga
gerakan. Pertama menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan, dimana ujung lidah
berada pada sudut mulut. Pada saat sudut lidah berada di sudutmulut sebelah kanan
maka bagian lingual kiri yang akan tercetak, begitupun sebaliknya. Kemudian
gerakan lidah berada pada bagian palatal agar frenulum lingualis tercetak, dan
selanjutnya gerakan lidah menjilat seluruh bagian bibir atas maupun bibir bawah
dengan demikian bagian distobukal akan tercetak dengan baik. Untuk bagian bukal
mukosa pipi pasien ditarik kemudian digerakkan ke bawah lalu ke atas, begitupun

10
pada bagian labial, namun ditambahkan gerakan lateral ke kiri dan ke kanan.
Selanjutnya pencetakan pada rahang atas, pada bagian bukal pipi di tarik kemudian di
gerakkan ke atas lalu kebawah. Hampir sama dengan cara mencetak rahang bawah.

Gambar 6. Hasil cetakan fisiologis dengan bahan


silikon yaitu polyvinyl siloxane (exaflex).

Pencatatan hubungan rahang


Pada kunjungan selanjutnya, operator melakukan try-in basis rahang atas dan
rahang bawah pada pasien. Basis dan galengan gigit sudah menyatu sehingga setelah
melakukan try-in, operator melakukan pencatatan hubungan rahang pasien yang
terdiri dari: penentuan tinggi galengan gigit rahang atas dan garis servikal yang
berjarak 2 mm dari low lip line bibir atas pada saat pasien tersenyum, penyesuaian
labial fullness, penentuan kesejajaran galengan gigit rahang atas anterior dan
posterior terhadap garis Camper, penentuan dimensi vertikal, penentuan posisi distal
serta penentuan garis median dan garis kaninus. Selanjutnya galengan gigit difiksasi
dan model kerja ditanam di artikulator, dilanjutkan dengan penyusunan gigi anterior.

11
Try-in gigi anterior
Kunjungan ke lima, dilakukan try-in gigi anterior pada pasien. Hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain kesesuaian garis median, oklusi gigi geligi dan posisi
distal.

Try-in gigi posterior


Kunjungan ke enam, dilakukan try-in gigi posterior pada pasien. Hal-hal yang
harus diperhatikan antaralain kesesuaian garis median, posisi distal, oklusi gigi
anterior dan posterior, evaluasi dimensi vertikal saat istirahat dan oklusi, serta
perluasan sayap pada basis galengen gigit. Setelah itu, basis malam gigitiruan penuh
diberikan pada tekniker untuk dilakukan packing.

Gambar 7. Try in gigi posterior

Insersi GTP

Gigitiruan yang selesai dibuat diinsersikan pada pasien. Pemeriksaan yang


dilakukan antara lain retensi, stabilitas, adaptasi, estetik dan oklusi dari gigi tiruan.

Kontrol pertama

Kontrol dilakukan setelah satu minggu gigi tiruan di insersikan. Pemeriksaan


dilakukan pada jaringan sekitar mulut untuk melihat adanya lesi atau tidak. Pada saat
pemeriksaan di dapatkan adanya lesi pada bagian posterior kanan rahang bawah.

12
Sehingga dilakukan pengurangan bagian dalam dari gigitiruan yang menyebabkan
adanya lesi tersebut dan menanyakan apakah ada keluhan selama pemakaian GTP.

Kontrol kedua
Kontrol dilakukan setelah seminggu kemudian. Pemeriksaan dilakukan pada
jaringan sekitar mulut untuk melihat adanya lesi atau tidak dan melihat apakah lesi
yang pernah muncul pada saat kontrol pertama sudah sembuh atau tidak.

13
PEMBAHASAN

Sebelum suatu pemeriksaan dilakukan pada kunjungan pertama, pasien


hendaknya diminta menggambarkan pengalaman perawatan gigi sebelumnya. Bila
dokter gigi menyimak dengan penuh perhatian, ia akan memperoleh tambahan
informasi berharga untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasiennya. Pemeriksaan
terbaik untuk keadaan mulut dapat dicapai melalui cara-cara pemeriksaan yang baku,
sehingga tidak satupun aspek terabaikan.6

Rasa sakit pada pemakaian gigitiruan

Pada kasus ini, pasien telah kehilangan seluruh giginya sehingga pasien
merasa terganggu saat berbicara, saat mengunyah dan utamanya masalah estetik.
Pasien tersebut ingin dibuatkan gigi palsu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Sebelumnya pasien pernah memakai gigi tiruan penuh, namun hanya bertahan selama
satu tahun disebabkan gigi tiruan yang dibuat oleh bukan dokter gigi tersebut melukai
mukosa pasien, sehingga pasien merasakan sakit. Dari kejadian ini dapat kita
simpulkan bahwa dalam pembuatan gigi tiruan terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan yang nantinya akan berpengaruh pada gigitiruan pasien nantinya.

Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung gigitiruan sering dijumpai pada
pasien yang memakai gigitiruan penuh (GTP). Kadang-kadang gejala rasa nyeri dapat
berupa rasa gatal, pedih, panas/rasa terbakar dan mukosa jaringan pendukung sangat
sensitif.7

Penderita dengan perasaan nyeri tidak merasa nyaman memakai gigitiruan,


malahan ada yang menderita nyeri yang berlebihan, sehingga tidak mampu memakai
gigitiruannya. Hal tersebut membuat pasien tidak puas terhadap operator yang
membuatnya. Rasa sakit biasanya disertai dengan kerusakan jaringan, tetapi ada juga
secara klinis terjadi kerusakan jaringan mukosa, tetapi tidak disertai rasa nyeri.7

14
Pada umumnya penyebab rasa nyeri pada pemakaian gigitiruan multi faktor.
Bisa disebabkan oleh emosi, fisik, gangguan metabolisme/hormonal dan gangguan
gizi. Kekurangan gizi dan metabolism seperti defisiensi zat besi, kekurangan protein,
penyerapan usus yang kurang baik, sebagai penunjang penyebab nyeri mulut. Tanda
yang sudah jelas menimbulkan rasa nyeri adalah memiliki linger yang rendah dengan
jaringan hiperplastik, dan adanya ulser.7

Tekanan di bawah gigitiruan bisa merupakan penyebab awal terjadinya iritasi


kemudian menyebabkan rasa nyeri. Jaringan pendukung yang rusak tersebut akan
mengeluarkan substansi histamine dan prostaglandin dan saraf terakhir mengeluarkan
substansi , mendukung terjadinya inflamasi dan meningkatkan sensitivitas.7

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigitiruan

Dalam perawatan pembuatan gigitiruan lepasan khususnya gigitiruan penuh


sering dijumpai masalah kontradiksi fungsional. Dalam pembuatan gigitiruan penuh
perlu diketahui anatomi landmark dari wajah, rongga mulut dan rahang.5
Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai
kemantapan gigitiruan, yaitu :5
1. Bentuk lengkung rahang
Bentuk lengkung rahang ada tiga macam yaitu persegi (square), lancip (tapering),
lonjong (ovoid). Kegunaan bentuk lengkung rahang menyangkut kemantapan dan
kekokohan geligi tiruan. Bentuk persegi dan lonjong lebih mantap dan kokoh
disbanding dengan yang bentuk lancip.
2. Besar lengkung rahang
Lengkung rahang ada yang besar, sedang atau kecil. Makin besar lengkung
rahang makin baik. Besar lengkung rahang yang tidak sama, rahang bawah lebih
besar dari rahang atas atau sebaliknya, akan menjadi masalah dalam penyusunan

15
gigi. Cara mengatasinya ialah dengan menyusun gigi sedemikian rupa sehingga
dicapai geligi tiruan yang baik.
3. Bentuk lingir
Bentuk linger ada tiga macam, bentuk “U”, “V” dan bentuk jamur. Keadaan ini
bergantung pada bantuk tulang dan ada atau tidaknya resorbsi. Makin tinggi
linger maka makin kokoh dan mantap gigitiruan yang dibuat.
4. Hubungan rahang atas dan rahang bawah
Kepentingan dari hubungan rahang ini yaitu akan member pedoman pada
penyusunan gigi dengan tidak mengganggu estetik dan fungsi.
5. Kesejajaran linger rahang atas dan rahang bawah
Kegunaan jarak kesejajaran linger ini untuk menentukan panjang gigi.
Bila jarak kesejajaran lingir :
- >15 mm atau 10 mm akan menimbulkan masalah saat menyusun gigi
- <10 mm tidak dapat menggunakan gigi porselen, pilihlah gigi akrilik
- Akibat jarak yang terlalu besar ialah akan menimbulkan ungkitan terutama
pada rahang atas.
- Makin dekat permukaan oklusal gigi pada lingir, gigi tiruannya akan lebih
bagus.
Kesejajaran linger rahang atas dan rahang bawah berhubungan erat dengan
oklusi.
6. Eksostosis
Eksostosis merupakan tonjolan tulang. Tonjolan tulang harus dihilangkan secara
bedah (alveolektomi) sebelum gigitiruan dibuat.
7. Batas jaringan bergerak-tidak bergerak
Batas ini merupakan batas perluasan maksimal landasan gigitiruan sekitar rahang
yang membatasi pinggiran gigitiruan.
8. Tahanan jaringan
Gigitiruan yang berada di atas jaringan yang tahanannya normal akan lebih baik
sehingga dapat berfungsi dengan baik.

16
9. Lidah
Lidah dapat menahan gigitiruan pada tempatnya atau melepaskan gigitiruan dari
tempatnya
10. Saliva
Saliva yang cair dalam jumlah yang banyak dapat membasahi permukaan
anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya permukaan. Saliva yang banyak
dan kental mudah melepaskan gigitiruan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigitiruan penuh
yaitu kondisi rongga mulut pasien, pengukuran dimensi vertical, posisi distal, serta
oklusi pasien. Kondisi rongga mulut pasien dapat mempengaruhi gigitiruan yang
akan dibuat. untuk kasus edentulous totalis rahang atas dan rahang bawah dalam
pembuatan gigitiruannya memerlukan stabilitas dan retensi yang adekuat sehingga
pasien merasa nyaman saat menggunakannya. Untuk memperoleh stabilitas dan
retensi yang adekuat dibutuhkan kerapatan tepi.5
Pasien yang telah kehilangan seluruh giginya maka dimensi vertikalnya
berkurang sehingga perlu dilakukan pengukuran dimensi vertikal dengan menghitung
selisih antara posisi istirahat dan free way space. Yang dimaksud dengan free way
space yaitu celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan
istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertical istirahat dan relasi vertical
oklusi.8
Residual ridge yang ideal untuk mendukung sebuah gigitiruan penuh terdiri
dari tinggi sisa tulang dengan puncak yang membulat dan sisi labial, bukal serta
lingual yang sedikit tapered dengan ketahanan mukosa yang sehat.9
Pada lansia, oklusi dari gigitiruan sebaiknya diatur sedemikian sehingga
memberikan keseimbangan yang besar selama gerakan fungsional dari rahang
termasuk protrusi. Sebaiknya gunakan gigi dengan cusp yang pendek sebab
memungkinkan terjadinya gerakan antara kontak oklusal sentrik dan eksentrik dan
dengan demikian mengurangi resiko menimbulkan tekanan yang menyebabkan
pergerakan pada basis gigitiruan.1

17
Akibat – akibat kehilangan gigi tanpa penggantian :10

- Penurunan efisiensi kunyah


Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, terutama pada bagian
posterior akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada
kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu
berpengaruh maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat
dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan saja.
- Gangguan pada sendi temporo-mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure)
hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan
gangguan pada struktur sendi rahang.
- Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan
bicara, karena gigi –khususnya bagian anterior – termasuk bagian organ
fonetik.
- Memburuknya penampilan
Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi
depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang
manusia modern.

SIMPULAN

Dalam perawatan gigitiruan penuh terdapat beberapa hal yang harus


diperhatikan dalam pembuatannya mulai dari anamnesa sampai proses
penatalaksanaannya karena dapat mempengaruhi kenyamanan bahkan gigitiruan
dapat menyebabkan rasa nyeri pada pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2006. p. 215.

2. McGarry Thomas et all. Classification system for partial edentulism. Journal


of Prosthodontic 2002;11(3):181-93.

3. Williamson RA. Evidence-based treatment for the edentulous patient 2010


[internet]. available from :
http://www.dentistrytoday.com/prosthodontics/removable/prosthodontics/380
6-evidence-based-treatment-for-the-edentulous-patient, Accessed on: march
4th, 2012.

4. Strayer M. Edentulisme 2010 [internet]. Available from:


http://www.enotes.com/public-health-encyclopediaedentulisme. Accessed on:
march 4th, 2013.

5. Itjiningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. p. 67-9.

6. Gunadi HA dkk. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta:
Hipokrates; 1995. p 448.

7. Sumarsongko T, Adenan A. Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung


gigitiruan penuh dan penanggulangannya. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi
2011;10(3):190.

8. Wahyu E. Hubungan rahang pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan


2009 [internet] available from
http://www.scribd.com/pdf/24196386/hubungan-rahang-pada-pembuatan-
gigitiruan-sebagian-lepasan. Accessed on: march 4th 2013.

9. Geering AH, Kundert M, Kelsey CC. Complete denture and overdenture


prosthetics. New York : Thieme medical publisher. 1993. p. 12.

10. Gunadi HA dkk. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta:
Hipokrates; 1991. p .31-2.

19

Anda mungkin juga menyukai