Triage
Triage
TRIAGE
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gadar yang
berjudul “Triage “ dengan baik. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap
istiqamah di jalan-Nya.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah sempurna.
Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang sifatnya membangun
dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan datang menjadi lebih baik.
Terima kasih
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 6
Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam system triage adalah
kondisi klien yang meliputi :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / Pernafasan, Circulation /
Sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal atau cacat (Wijaya,
2010
A. Menurut Rowles (2007) kode warna berdasarkan kegawatan pasien adalah
sebagai berikut:
1. Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa
yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt),
perdarahan internal, dsb.
2. Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
3. Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi
minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
4. Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat
3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
5. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna : merah, kuning, hijau, hitam.
6. Penderita/korban kategori triage merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang
operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7. Penderita dengan kategori triage kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan
menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triage merah selesai
ditangani.
8. Penderita dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang. 9)
9. Penderita kategori triage hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah. (Rowles, 2007)
B. Prioritas Triage
Prioritas Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar
beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan prioritas perawatan
gawat darurat medik. Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab
ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE.
Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk
sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas,
tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan
dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.
Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma
thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III (rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan. Prioritas 0 warna
Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah.
Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala
berat (Carpenito, 2008).
c. Gawat Darurat
Gawat Darurat adalah beberapa situasi yang dapat mengancam nyawa jika
tidak segera diberi penanganan dimana penanganannya menuntut respon yang cepat
dan tepat (UNHCR, 2007). Gawat Darurat adalah Keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Jadi Gawat darurat adalah suatu
keadaan yang dapat mengancam nyawa yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi
penderita. Gawat darurat dilambangkan dengan warna merah.
Pada saat perawatan diberikan pada pasien dalam situasi kedaruratan,
beberapa keputusan penting harus dibuat. Keputusan membutuhkan penilaian yang
didasarkan pada pemahaman tentang kondisi yang menimbulkan kedaruratan dan efek
pada seseorang. Tujuan utama dari pelaksanaaan medis kedaruratan adalah untuk
mempertahankan hidup, mencegah keadaan memburuk sebelum penanganan pasti
dapat diberikan dan untuk memulihkan pasien agar dapat hidup berguna. Selain itu
juga untuk menentukan luas cidera atau kesakitan sehingga pasien akan mendapat
prioritas penanganan. Prioritas ini ditentukan oleh seberapa besar kondisi tersebut
dapat mengnacam kehidupan pasien. Cidera atau kondisi yang mengganggu fungsi
fisiologik vital lebih diutamakan seperti obstuksi jalan nafas , perdarahan massif dan
kondisi lainnya yang khususnya menyangkut bagian pernafasan (Smeltzer & Bare,
2002).
Prinsip yang diterapkan saat penatalaksanaan kedaruratan (Smeltzer & Bare,
2002) adalah :
1) Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, melakukan
resusitasi pada saat diperlukan. Kaji cedera dada dan obstruktif jalan nafas.
2) Kontrol perdarahan dan konsekuensinya
3) Evaluasi dan pemulihan curah jantung
4) Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
5) Melaksanankan pemeriksaan fisik secara terus menerus
6) Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah (evaluasi ukuran, aktivasi
pupil dan respon motorik)
7) Pantau EKG jka diperlukan
8) Lakukan pembabatan jika diduga terdapat fraktur servikalis dengan cedera
kepala
9) Melindungi luka dengan balutan steril
10) Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi atau masalah kesehatan lain
11) Mengisis lembar alur tanda vital, tekanan darah dan status neurologik agar
mendapat petunjuk dalam pengambilan keputusan.