PERENCANAAN DALAM
MANAJEMEN ENERGI
Oleh Titovianto Widyantoro
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 5
I.1 LATAR BELAKANG 5
I.1.1 PLAN ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
I.1.2 DO ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
I.1.3 CHECK ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
I.1.4 ACT........................................................................... Error! Bookmark not defined.
I.2 HUKUM DAN PERSYARATAN LAINNYA 10
BAB II ULASAN ENERGI (ENERGI REVIEW) 15
II.1 INVENTARISASI PENGGUNAAN ENERGI 17
II.1.1 Audit energi ......................................................................................................... 18
II.1.2 Rekomendasi penghematan energi..................................................................... 19
II.1.3 Prioritas kegiatan penghematan energi .............................................................. 20
BAB III INDIKATOR KINERJA ENERGI 21
III.1 INDIKATOR DATA OPERASIONAL 22
III.1.1 Indikator tingkat operasional .......................................................................... 22
III.1.2 Indikator tingkat situs (unit) ............................................................................ 22
III.1.3 Indikator tingkat korporasi .............................................................................. 23
III.2 INDIKATOR PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI 23
III.2.1 Definisi dan pertimbangan perhitungan ......................................................... 24
III.2.2 Konsumsi energi total pada fasilitas ................................................................ 24
III.2.3 Intensitas energi, konsumsi energi spesifik, atau fuel economy ..................... 24
III.2.4 Indikator Intensitas energi atau index intensitas ............................................ 24
BAB IV BASELINE ENERGI 26
IV.1 DASAR BASELINE ENERGI 26
IV.2 BENCHMARKING ENERGI 28
IV.2.1 Konsumsi energi spesifik ................................................................................. 28
IV.2.2 Tingkat agregasi ............................................................................................... 29
IV.2.3 Batasan ............................................................................................................ 29
IV.2.4 Proses Benchmarking ...................................................................................... 31
BAB V TUJUAN DAN TARGET 34
2
V.1 MENETAPKAN TUJUAN 35
V.1.1 Langkah 1: Identifikasi Tujuan Energi .................................................................. 35
V.1.2 Langkah 2: buat Bagan tingkat pencapaian tujuan ............................................. 36
V.1.3 Langkah 3: memerinci Tujuan ............................................................................. 37
V.1.4 Langkah 4: Tentukan Tugas dan tanggung Jawab ............................................... 37
V.1.5 Langkah 5: Melaporkan Kembali ......................................................................... 37
V.1.6 Langkah 6: Mengembangkan Rencana Induk Energi........................................... 38
V.1.7 langkah 7: Menyelesaikan Rencana Energi ......................................................... 38
BAB VI RENCANA AKSI ENERGI 40
VI.1 OUTPUT 41
VI.2 Rencana sumber daya manusia 42
VI.3 Waktu 42
VI.4 Sumber daya 42
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
3
Tabel 1 Perhitungan indeks pemanfaatan energi ................................................................... 32
Tabel 2. Contoh kebijakan, tujuan dan target ......................................................................... 35
Tabel 2 Contoh tujuan ............................................................................................................. 36
Tabel 3 Tingkat pencapaian tujuan dan target........................................................................ 36
Tabel 4 Action plan dan pemeran ........................................................................................... 37
Tabel 5 Penyelesaian rencana energi ...................................................................................... 39
4
BAB I PENDAHULUAN
Dalam standar sistem manajemen energi ISO 50001, menetapkan persyaratan persyaratan
untuk menerapkan, melaksanakan, menjaga, dan meningkatkan sistem manajemen energi.
Standar ini didasarkan pada Plan-Do-Check-Act dalam suatu sistem manajemen, dimana
banyak perusahaan telah menerapkan standar manajemen ISO lainnya.
Perencanaan energi adalah inti dari sistem manajemen energi. Secara umum perencanaan
energi dilakukan dengan menggunakan pendekatan terpadu (integrated) yaitu dengan
mempertimbangkan baik penyediaan pasokan energi dan peran efisiensi energi dalam
mengurangi perencanaan permintaan. Secara sistem maka perencanaan energi mengikuti
konsep dalam ISO 50001 seperti pada gambar di bawah.
Kegiatan perencanaan antara lain melakukan review energi dan menetapkan baseline,
indikator kinerja energi (EnPI), tujuan, sasaran dan tindakan berencana yang diperlukan
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan peluang yang telah diidentifikasi dalam rangka
5
meningkatkan kinerja energi dan kebijakan energi organisasi yang berkelanjutan. Dalam
SKKNI manajer energi kriteria unjuk kerja seperti pada bagan di bawah.
Metode tinjauan energi ditetapkan berdasarkan sasaran kebijakan energi organisasi
Kriteria tinjauan energi ditetapkan berdasarkan sasaran kebijakan energi organisasi
Konsumsi energi dianalisis berdasarkan pemantauan pada peralatan pemanfaat energi
utama
Penggunaan energi dianalisis berdasarkan pemantauan pada peralatan pemanfaat energi
Melakukan tinjauan energi
utama
Sumber energi diidentifikasi berdasarkan keberlanjutannya
Biaya energi diidentifikasi berdasarkan satuan biaya terendah
Audit energi diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan
Tinjauan energi dilakukan berdasarkan hasil identifikasi
Ruang lingkup energi ditentukan berdasarkan kegiatan organisasi
Menetapkan indikator kinerja energi pada
Rencana Manajemen Energi Batasan kinerja energi ditentukan berdasarkan operasi organisasi
organisasi
Indikator kinerja energi ditetapkan berdasarkan kebutuhan organisasi
Faktor pendorong konsumsi energi ditentukan berdasarkan tingkat keterkaitan terhadap
Menetapkan baseline energi energi
Baseline energi ditetapkan berdasarkan faktor pendorong konsumsi energi
Peluang penghematan energi diidentifikasi berdasarkan kriteria tertentu
Menetapkan target penghematan energi
Target penghematan energi ditentukan berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan
Daftar rencana aksi dibuat berdasarkan prioritas penghematan energi
Rentang waktu rencana aksi ditentukan berdasarkan target penghematan energi
Menetapkan rencana aksi peningkatan
Petugas pelaksana rencana aksi ditentukan berdasarkan kompetensi
kinerja energi
Pendanaan ditentukan berdasarkan kriteria tertentu
Rencana aksi peningkatan kinerja energi ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu
6
BAB II PERENCANAAN ENERGI
Indikator Keberhasilan
Perencanaan energi dan unsur-unsurnya yang dijelaskan di bawah ini membentuk inti dari
EnMS. Langkah pertama adalah ulasan energi yang meliputi inventarisasi penggunaan energi
masa lalu dan sekarang, daftar variabel yang mempengaruhi konsumsi energi, definisi
tentang apa yang merupakan 'penggunaan energi yang signifikan', dan analisis faktor-faktor
tersebut. Hal ini diikuti oleh pemilihan indikator kinerja energi. Hasil akhir adalah definisi
dasar dari energi.
7
CONTOH INPUT
Infromasi operasi dan
Tagihan energi Diagram organisasi keuangan
Hasil kajian energi Hukum dan persyaratan
Data sub meter sebelumnya lainnya
Variabel lain seperti
produksi, cuaca dll Daftar peralatan O&M
Diagram alir proses Sumber energi Lainnya
Kebijakan energi
OUTPUT
PERENCANAAN OPERASIONAL
Baseline Pelatihan
Analisis penggunaan energi Pengguna energi yang Peluang untuk peningkatan Komunikasi/keterlibatan
dan variabel lainnya signifikan dan personel kinerja energi EnPI para pihak
Tujuan Kontrol operasi
Target Procurement
Aksi Desain
Grafik Kajian energi Review data DCS Rencana-rencana
Prevnetive/predictive
Chart maintenance Analisis kebutuhan energi
Tabel Analisis Pinch Analisis LCC
Spreadsheet Root cause analysis Mengkaji kompetensi
Peta proses Benchmark Model energi
Diagram Sankey Analisis Pareto Lainnya
CONTOH TOOL/TEKNIK
Dalam SME, lingkup dan batas-batas yang telah ditentukan akan membantu untuk
memfokuskan upaya dan sumber daya yang diperlukan. Ruang lingkup dapat bersifat fisik
seperti bangunan, plant, fasilitas, situs, perusahaan, atau kombinasi dari hal di atas, akan
tetapi harus mencakup semua kegiatan, fasilitas, dan keputusan terkait dengan sumber
energi yang tercakup dalam ruang lingkup.
8
Sebuah kebijakan energi menetapkan komitmen manajemen puncak untuk perbaikan kinerja
energi. Kebijakan tersebut harus menyatakan prioritas energi pada organisasi. Ini dapat
berkisar dari beberapa kalimat untuk beberapa paragraf, dan itu harus didokumentasikan
serta dipahami oleh semua karyawan.
Untuk mencapai peningkatan kinerja terbesar dengan sumber daya paling sedikit, fasilitas
harus mengidentifikasi semua penggunaan energi mereka yang signifikan (SEU). SEU harus
mendapat perhatian khusus saat mulai membuat tujuan energi, sasaran, dan rencana aksi,
pada saat pelatihan dan uji kompetensi personil yang relevan, ketika merencanakan untuk
operasi dan pemeliharaan yang efektif dan ketika memantau dan menganalisis kinerja.
Indikator kinerja energi (EnPIs) diukur berdasarkan parameters, rasio, atau model yang
membantu untuk mengukur penggunaan energi dan peningkatan efisiensi energi di
organisasi, fasilitas, sistem, proses, atau tingkat peralatan. Bila dibandingkan dengan
baseline tertentu maka dapat digunakan untuk membantu perbaikan mengukur kinerja
energi tersebut.
Setelah peluang untuk perbaikan kinerja energi diidentifikasi dan diorganisasikan, maka
tujuan dan target energi untuk memenuhi kebijakan energi atau komitmen terhadap kinerja
energi perlu ditetapkan. Tujuan energi merupakan tujuan tingkat tinggi atau hasil tertentu
yang akan memandu pengembangan strategi dan kegiatannya. Untuk setiap tujuan, target
dan spesifikasi pencapaian kuantitatif harus diuraikan untuk membantu mencapai tujuan
secara keseluruhan.
Rencana aksi manajemen energi merupakan panduan proyek kegiatan yang komprehensif
yang perlu dikomunikasikan kepada semua pihak yang bertanggung jawab. Hal ini berkaitan
dengan penentuan kegiatan yang akan diselesaikan, sumber daya yang dibutuhkan,
tanggung jawab personil, dan metode untuk memverifikasi hasil.
9
BAB III HUKUM DAN PERSYARATAN LAINNYA
Indikator Keberhasilan
III.1 UMUM
Dalam perencanaan ada bagian penting yaitu unsur hukum yang berlaku. Unsur persyaratan
hukum dan lainnya dalam ISO 50001 ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa organisasi
sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan persyaratan lain yang terkait dengan
penggunaan energi, konsumsi dan efisiensi energi.
Disarankan bahwa isu-isu berikut dibahas ketika melakukan perencanaan energi yang
berkaitan dengan persyaratan hukum dan lainnya:
10
• Bagaimana untuk memastikan organisasi telah sesuai dengan persyaratan yang berlaku;
• Bagaimana untuk memastikan anggota staf kunci memiliki pengetahuan yang diperlukan
untuk mengakses persyaratan hukum dan lainnya;
• Bagaimana untuk mengkomunikasikan informasi yang relevan mengenai persyaratan
hukum dan lainnya untuk staf lain; dan
• Bagaimana untuk memastikan informasi mengenai persyaratan hukum dan lainnya yang
terkinikan.
Identifikasi persyaratan hukum dan lainnya yang berlaku untuk penggunaan energi,
konsumsi dan efisiensi biasanya ditunjukkan melalui pembentukan daftar persyaratan
hukum dan lainnya yang berlaku. Setelah diidentifikasi, organisasi perlu memastikan bahwa
mereka telah menerapkan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan ini. Selain
itu, organisasi harus tetap mengikuti persyaratan hukum dan lainnya yang baru atau direvisi
terkait dengan penggunaan energi. Hal ini akan berdampak pada tinjauan perubahan
tersebut untuk penerapannya dan jika akan diterapkan, evaluasi apa berkaitan dengan
perubahan tertentu berkaitan dengan fasilitas, proses, sistem dan atau peralatan organisasi.
Setelah evaluasi selesai dan dampak dari perubahan dipahami, organisasi harus menerapkan
tindakan untuk memastikan kepatuhan dengan persyaratan baru.
Suatu perusahaan baik di sektor bangunan maupun industri terikat oleh hukum dan
peraturan dari negara-negara di mana mereka beroperasi. Setiap personal atau karyawan
harus sepenuhnya menyadari perundang-undangan nasional yang relevan berhubungan
dengan energi, persyaratan yang digariskan untuk operasional perusahaan dan kendala yang
yang ada serta peluang yang dimungkinkan.
Adapun suatu perusahaan yang mempunyai karakter bisnis secara internasional, maka
dimungkinkan ada kegiatan tertentu yang perlu disesuaikan dengan hukum dan peraturan
dari beberapa Negara (internasional/regional). Sehingga sistem manajemen energi tingkat
korporat perlu mempertimbangkan hal tersebut sehingga mereka dapat mengakomodasi
sesuai dengan keragaman peraturan. Sedangkan sistem manajemen energi tingkat lokasi
harus sepenuhnya mematuhi peraturan setempat yang berlaku.
11
a. Petunjuk organisasi dan persayaratannya
b. Persetujuan dengan pembeli dan pemasok
c. Petunjuk bukan aturan
d. Prinsip sukarela atau code of practices
e. Persetujuan energi sukarela
f. Persyaratan asosiasi
g. Persetujuan dengan komunitas atau NGO
h. Komitmen publik
i. Spesifikasi kinerja energi minimla yang dikeluarkan oleh pemerintah secara sukarela
j. Batasan jaringan listrik atau gas.
Landasan filosofis UU 30 tahun 2007 tentang energi adalah untuk menuju kemandirian dan
ketahanan energi nasional yang berdaulat. Berkaitan dengan tujuan konservasi energi dan
efisiensi maka dalam UU 30 disebutkan dalam pasal 25 yaitu :
12
Untuk pelaksanaannya maka pasal 25 UU 30 tersebut dibuat PP 70 tahun 2009, yang secara
umum berisi seperti pada gambar di bawah.
Dari gambar di atas, maka hal-hal yang diatur adalah pada bagian-bagian sebagai berikut.
1) Penerapan teknologi yang efisien energi dilakukan melalui penetapan dan pemberlakuan
standar kinerja energi pada peralatan pemanfaat energi melalui :
a. pencantuman label tingkat efisiensi energi.
b. Pencantuman label tingkat efisiensi energi dilakukan oleh produsen dan importir
peralatan pemanfaat energi pada peralatan pemanfaat energi secara bertahap
sesuai tata cara labelisasi.
13
III.6 KEMUDAHAN, INSENTIF DAN DISINSENTIF
Kemudahan diberikan produsen peralatan hemat energi di dalam negeri yang melaksanakan
konservasi energi untuk memperoleh:
1) akses informasi mengenai teknologi hemat energi dan spesiiikasinya, dan cara/langkah
penghematan energi;
2) layanan konsultansi mengenai cara / langkah penghematan energi.
Insentif diberikan kepada produsen peralatan hemat energi di dalam negeri, yang berhasil
melaksanakan konservasi energi pada periode tertentu.
Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi bagi produsen peralatan hemat energi
adalah:
1) memproduksi peralatan hemat energi yang efisiensi energinya lebih tinggi dari
benchmark yang ditentukan; dan
2) mencantumkan label tingkat efisiensi energi sesuai dengan standar yang berlaku.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi diatur
dengan Peraturan Menteri.
Insentif yang diberikan kepada produsen peralatan hemat energi dapat berupa:
1) fasilitas perpajakan untuk komponen/ suku cadang dan bahan baku yang digunakan
untuk memproduksi peralatan hemat energi;
2) pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk
komponen/suku cadang dan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi peralatan
hemat energi;
3) fasilitas bea masuk untuk komponen/suku cadang dan bahan baku yang akan digunakan
untuk memproduksi peralatan hemat energi; dan/atau
4) dana suku bunga rendah untuk investasi dalam rangka mempraduksi peralatan hemat
energi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Permohonan insentif dapat diajukan oleh produsen peralatan hemat energi di dalam negeri
dalam hal verifikasi terhadap kriteria keberhasilan menunjukkan keberhasilan pelaksanaan
konservasi energi.
1. Pembinaan dan pengawasan bagi produsen peralatan hemat energi dapat berupa:
1. pendidikan dan, pelatihan;
2. bimbingan teknis
3. penyuluhan;
4. penyebarluasan informasi baik melalui media detak, media elektronik, forum, atau
pameran-pameran; dan
5. dorongan dan / atau fasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi
konservasi energi
14
BAB IV ULASAN ENERGI (ENERGI REVIEW)
Indikator Keberhasilan
Dalam menentukan ruang lingkup kegiatan yang mengkonsumsi energi, terkadang perlu
dipertimbangkan pengecualian dari energi yang dikonsumsi oleh pihak ketiga atas nama
bisnis (misalnya dalam transportasi atau penyediaan jasa).
Frekuensi dan kedalaman review harus mencerminkan semua faktor yang relevan seperti
usia fasilitas, tinjauan sebelumnya, kemajuan yang telah dibuat, outage karena
pemeliharaan peralatan, peluang struktural, dll.
Organisasi harus mencatat dan memelihara review/ulasan energi dengan metodologi dan
kriteria tertentu serta didokumentasikan. Ulasan energi adalah proses untuk menentukan
kinerja energi organisasi berdasarkan data dan / atau pengukuran yang sebenarnya, yang
mengarah ke pada identifikasi peluang untuk perbaikan. Review memberikan informasi yang
berguna untuk pengembangan baseline energi dan pemilihan indikator kinerja energi
(EnPIs). Termasuk di sini adalah menetapkan kemampuan monitoring untuk mendukung
perbaikan terus-menerus efektif SME di masa depan.
15
Bagan 7 Ulasan energi dalam ISO 50001
Ulasan energi dan baseline energi merupakan dasar perencanaan energ karena akan
digunakan sebagai titik awal untuk perbaikan kinerja energi dalam proses perencanaan.
Secara umum proses ulasan energi dapat digambarkan dalam bagan berikut ini. Ada tiga
bagian pokok kegiatan ulasan energi yaitu analisis penggunaan energi yang merupakan
analisis energi masa lalu, sekarang dan perkiraaan yang akan datang, identifikasi SEU untuk
lebih fokus penggunan yang berpengaruh baik dari sisi konsumsi energi maupun biaya dan
idnetifikasi peluag peningkatan kinerja energi.
Tugas manajer energi dalam melakukan tinjauan energi disebutkan dalam kriteria unjuk
kerja seperti pada bagan di bawah.
16
Metode tinjauan energi ditetapkan berdasarkan sasaran kebijakan energi organisasi
Kriteria tinjauan energi ditetapkan berdasarkan sasaran kebijakan energi organisasi
Konsumsi energi dianalisis berdasarkan pemantauan pada peralatan pemanfaat energi
utama
Penggunaan energi dianalisis berdasarkan pemantauan pada peralatan pemanfaat energi
Melakukan tinjauan energi
utama
Sumber energi diidentifikasi berdasarkan keberlanjutannya
Biaya energi diidentifikasi berdasarkan satuan biaya terendah
Audit energi diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan
Tinjauan energi dilakukan berdasarkan hasil identifikasi
Bagan 9 Kriterai Unjuk kerja tinjauan energi dalam SKKNI manajer energi
Pada bab ini akan dijelaskan analisis penggunaan energi identifikasi significant energy use
dan identifikasi penghematan energi sedangkan indikator kinerja energi dan baseline energi
adakan dibahas pada bab selanjutnya.
Angka konsumsi energi sebaiknya dibentuk atas dasar data aktual meskipun data desain
dapat digunakan sebagai pilihan kedua. Sebuah tinjauan kritis penyediaan energi dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi konsumen energi yang paling signifikan yang mungkin akan
digunakan dalam analisis lebih lanjut.
Definisi signifikansi menjadi suatu hal yang sangat penting. ISO 50001 secara langsung tidak
menentukan kriteria untuk mendefinisikan signifikansi akan tetapi tergantung pada
organisasi untuk menentukannya. Ketika pertama kali menerapkan sistem manajemen
energi, pendekatan praktis yang dapat dilakukan untuk pertama kalinya adalah dengan
menetapkan ambang batas signifikansi pada tingkat yang cukup tinggi pada konsumen
energi yang lebih besar, hal ini bukan berarti meninggalkan konsumen energi yang lebih kecil
untuk ditangani.
Kriteria signifikansi bisa didefinisikan dengan menggunakan ambang batas absolut, spesifik
atau indikator lainnya, misalnya total konsumsi energi tertentu (GJ), konsumsi energi per
produksi (GJ/t), persentase tertentu dari sebuah plant atau total konsumsi energi
perusahaan, atau persentase tertentu di atas patokan nilai internal atau eksternal.
Di banyak operasi yang kompleks misalnya dalam industri minyak dan gas, perhitungan yang
sederhana atas penggunaan energi terkadang tidak memberikan dasar yang baik/valid untuk
perbandingan antara perusahaan dari operasi plant yang berbeda, atau bahkan dari plant
yang sama dari waktu ke waktu.
17
Analisis kinerja biasanya membutuhkan definisi data yang dinormalisasi (misalnya untuk
berbagai tingkat aktivitas, berbagai jenis peralatan, dll) dan atau indikator kinerja yang
khusus.
a) Audit harus konsisten dengan lingkup audit energi, batas dan tujuan audit yang
disepakati
b) Pengukuran dan pengamatan penggunaan dan konsumsi energi yang tepat
c) Data kinerja energi yang terkumpul adalah data yang digunakan untuk mengukur kinerja
energi adalah data yang mewakili kegiatan, proses, peralatan dan sistem
d) Pemanfaatan data untuk menghitung kinerja energi dan mengidentifikasi peluang
perbaikan harus konsisten dan unik
e) Proses pengumpulan, validasi dan analisis data harus dapat dilacak
f) Laporan audit energi memberikan peluang peningkatan kinerja energi berdasarkan
analisis teknis dan ekonomi yang tepat. (Analisis yang tepat sesuai dengan ruang lingkup
audit energi dan cukup rinci untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang efisien).
Proses audit energi dalam ISO 50002 adalah seperti pada bagan di bawah. Secara umum
kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data baik data sekunder mapun primer
(misalnya dengan pengukuran) kemudian melakukan analisis kinerja dan peluang
peningkatannya, dan terakhir membuat laporan dimana termasuk di dalamnya adalah
rekomendasi peluang penghematan energi.
18
IV.1.1.2 Menentukan kedalaman dan fokus dalam audit energi
Dalam ISO 50002 didefinisikan tiga jenis audit:
1) Tipe 1: audit energi dasar yang mengidentifikasi peluang tingkat tinggi dan memiliki
cukup kerincian untuk mengembangkan peluang pengembalian singkat atau yang murah
2) Tipe 2: audit energi cukup rinci untuk menerapkan peluang biaya menengah, dan
mengidentifikasi peluang khusus yang bisa diterapkan pada audit Tipe 3.
3) Tipe 3: energi audit yang rinci untuk mencari kelayakan untuk penerapan dengan biaya
tinggi atau peluang payback periode yang lama.
Untuk memenuhi review energi dalam perencanaan maka semua penggunaan energi yang
signifikan dapat dilakukan setidaknya oleh Audit tipe 1. Berdasarkan profil energi yang ada
mungkin ditemukan bahwa ada bangunan, proses, layanan atau sistem yang spesifik
membutuhkan fokus yang lebih besar, maka audit tipe 2 dapat diterapkan. Peluang yang
mungkin membutuhkan investasi yang lebih besar atau periode payback yang lama maka
dapat dilakukann audit tipe 3 untuk memberikan detail yang diperlukan.
Sebagai contoh umum audit tipe 1 dapat dilakukan pada satu industri secara keseluruhan.
Audit tipe 2 misalnya bisa lebih fokus pada pembangkit panas dan distribusinya, sedangkan
peluang khusus seperti mengganti ketel uap akan memerlukan audit tipe 3.
Tanpa investasi (sebagian besar berkaitan dengan peningkatan operasi dari unit
pemanfaat energi)
Investasi rendah (sebagian besar terkait dengan modifikasi minor dan pemeliharaan)
Investasi yang signifikan (sebagian besar terkait dengan penerapan teknologi baru atau
desain sistem yang lebih efisien)
Dua kategori pertama biasanya fokus pada optimalisasi sistem dan peralatan yang ada
melalui operasi atau pemeliharaan dan pelaksanaan perubahan fisik minor seperti
memperbaiki atau mengatasi permasalahan energi pada sistem tata udara, pemanas dan
boiler, alat penukar panas dan sistem recycle, optimasi sistem uap, isolasi termal,
pengurangan kebocoran uap, pembangkit listrik, motor, pemilihan bahan bakar dll.
19
Untuk memantau konsumsi energi dari peralatan utama maka gambar terkini dan manual,
perangkat metering yang dikalibrasi adalah sangat penting. Kemudian kegiatan pemodelan,
optimasi atau pengendalian proses lanjutan dari sistem akan membantu tercapainya kondisi
operasi yang optimal dalam unit proses dan jaringan utilitas dari waktu ke waktu.
Kategori ketiga dapat dapat dikategorikan optimasi antar sistem seperti integrasi panas dan
recycle (unit baru atau penukar panas tambahan, optimasi atau penataan ulang dalam unit-
unit proses dan atau antar unit), instalasi hemat energi pada peralatan yang menggunakan
energi besar misalnya pada sistem pembakara atau penggerak utama, penggunaan gas
bertekanan yang besar misalnya pada pembangkit uap, peningkatan kemampuan sistem
utilitas (gabungan antara termal dan listrik).
Pada akhirnya review energi harus didokumentasikan dalam sebuah laporan yang memerinci
struktur penyediaan dan konsumsi energi (neraca energi), rekomendasi/proposal perbaikan
dan jadwal waktu pelaksanaan serta semua data teknis pendukungnya.
20
BAB V INDIKATOR KINERJA ENERGI
Indikator Keberhasilan
Pada kegiatan pemanfaatan energi baik yang sederhana seperti pada bangunan gedung
maupun operasi pada industri yang umumnya kompleks, dimana melibatkan banyak sub-
kegiatan dengan tingkat variabilitas tinggi antara plant operasi yang sama dan juga dari
waktu ke waktu, maka indikator kinerja yang memiliki keragaman ini perlu diperhitungkan
dengan baik. Oleh karena itu penting untuk memahami dan menganalisis kinerja energinya.
Peningkatan kinerja energi memerlukan upaya dan tindakan di semua tingkat organisasi
dengan indikator yang relevan dan disesuaikan dengan masing-masing tingkat yang ada.
Indikator Kinerja Energi atau dalam ISO 50001 dikenal dengan Energy performance indicator
(EnPI) merupakan alat untuk menentukan kinerja energi. Sehingga harus selalu dimonitor
dan direview secara reguler dan dibandingkan dengan baseline maupun dengan
benchmarking.
Definisi indikator kinerja harus dibuat seakurat mungkin, yaitu dengan menguraikan ruang
lingkup dan batas-batasnya serta identifikasi ukurannya. Indikator kinerja sebaiknya harus
sesuai dengan standar pelaporan internasional untuk memungkinkan dilakukannya
perbandingan atau benchmarking baik internal maupun eksternal. Pada waktu mengevaluasi
efisiensi energi dengan menggunakan indikator kinerja, perlu dilakukan evaluasi indikator
tersebut sesuai kategorinya.
Nilai indikator energi mencerminkan efisiensi energi yang dapat dicapai dikarenakan
kegiatan efisiensi operasional dan proyek-proyek perbaikan yang spesifik, akan tetapi nilai-
21
nilai secara keseluruhanya akan sangat bervariasi tergantung pada banyak faktor (misalnya
dalam tata udara adalah jenis refrigerannya, karakteristik alat, umur alat, dll).
Tugas manajer energi berkaitan dengan pentapan indikator kinerja energi organisasi seperti
pada bagan di bawah.
Ruang lingkup energi ditentukan berdasarkan kegiatan organisasi
Menetapkan indikator kinerja energi pada
Batasan kinerja energi ditentukan berdasarkan operasi organisasi
organisasi
Indikator kinerja energi ditetapkan berdasarkan kebutuhan organisasi
Perlu kehati-hatian dalam memperhitungkan tingkat kualitas yang berbeda baik produk atau
sumber daya dalam menilai suatu kinerja energi. Salah satu pendekatan yang bisa
menggunakan indikator berbasis exergy daripada berbasis energi saja.
Konsumsi energi yang mutlak (dalam satuan energi per tahun) dapat digunakan untuk
manajemen dan atau untuk tujuan pelaporan keuangan meskipun tidak bisa disamakan
dengan indikator kinerja energi karena tidak mengacu pada tingkat yang sesuai aktivitas.
Konsumsi energi spesifik (dinyatakan dalam satuan energi per unit produksi atau bahan baku
olahan) merupakan indikator yang umum digunakan. Hal ini sering disebut sebagai intensitas
energi. Akan tetapi penggunaannyapun juga terbatas jika untuk perbandingan atau
benchmarking fasilitas dengan kompleksitas yang berbeda atau jenis asset yang berbeda
(misalnya gedung perkantoran dengan rumah sakit).
Sedangkan untuk industri yang kompleks yang mempunyai banyak situs seperti industri
minyak dan gas, konsumsi energi adalah hasil dari kombinasi dari sejumlah besar faktor.
Dalam operasi produksi hulu industry minyak dan gas dapat mencakup lokasi, kondisi iklim,
karakteristik reservoir, usia, dll. Pada sisi penyulingan, konsumsi energi ditentukan tidak
hanya berdasarkan ukuran (misalnya dalam hal pengolahan minyak mentah), tetapi juga dari
kompleksitas kilangnya. Oleh karena itu, setiap fasilitas operasi memiliki struktur konsumsi
energi sendiri yang mencerminkan tugas-tugas dan lingkungan operasi tertentu. Spesifik
konsumsi energi dengan ukuran relatif sederhana akan tidak memadai sebagai ukuran
kinerja energi karena tidak memperhitungkan keragaman ini.
22
Sebagai contoh di sektor penyulingan kebanyakan perusahaan bergantung pada Intensitas
Energi IndexTM (EII ®) yang dikembangkan oleh Solomon Associates.
Dalam kerjasama yang erat dengan industri penyulingan di seluruh dunia, Solomon Associates telah mengembangkan Indeks
Intensitas Energi mereka ™ atau EII ® sebagai rasio berdimensi energi aktual yang digunakan oleh kilang dibagi oleh penggunaan
energi standar.
Setiap proses generik jenis unit digunakan dalam kilang telah ditetapkan faktor energi standarnya yang ditetapkan oleh Solomon
Associates dari analisis dataset yang luas meliputi sebagian besar kilang di dunia selama periode hingga 30 tahun. Penggunaan
energi standar kilang untuk suatu periode tertentu adalah produk jumlah dari faktor individu dengan throughputs unit proses
dioperasikan oleh kilang tertentu selama periode itu.
The EII ® efektif memperhitungkan baik ukuran dan kompleksitas, sehingga EII ® s dari kilang yang berbeda, dan atau EII ® dari
kilang yang diberikan dari waktu ke waktu, dapat dibandingkan secara sah. Semakin rendah indeks semakin baik kinerjanya.
Masalah yang mungkin terjadi adalah dalam penggunaan basis yang berbeda untuk unit
operasional yang berbeda (misalnya pada rumah sakit yang memiliki kelas pelayanan yang
berbeda atau pada industry minyak dan gas dimana produksinya barel minyak atau m3 gas
yang dihasilkan dalam kegiatan hulu, ton minyak mentah yang diolah di kilang, volume
produk yang dijual, dll ). Oleh karena itu, indikator tingkat situs atau lapangan perlu
didefinisikan dengan cara yang memungkinkan konversi unit yang tepat untuk konsolidasi
nantinya. Kebutuhan monitoring di tingkat perusahaan dan upaya pelaporan di tingkat lokasi
harus dibuat seimbang.
23
V.2.1 Definisi dan pertimbangan perhitungan
Contoh beberapa konsep dasar dan definisi indikator dijelaskan di bawah ini, berdasarkan
pada tingkat kompleksitas. Jenis indikator dapat didefinisikan untuk semua jenis fasilitas,
terlepas dari ukuran atau konfigurasi:
• Sektor Transportasi: bahan bakar yang digunakan (satuan energi) per km, atau per
kilometer penumpang, atau per ton kargo km.
• Sektor Industri: Jumlah energi yang dikonsumsi (termasuk listrik, gas alam dan bahan
bakar lainnya) per ton produk atau per massa energy-equivalent atau volume.
• Sektor Residential dan komersial: penggunaan listrik per unit area permukaan atau
volume, atau per okupansi (orang).
• Sektor Listrik: efisiensi pembangkit listrik (GJout/GJin). Untuk gabungan panas dan
pembangkit listrik, perhitungan efisiensi harus memperhitungkan kedua output baik
listrik dan termalnya.
Intensitas energi
Intensitas energi
Untuk menentukan indeks EI dari unit bisnis, kita perlu mengetahui Konsumsi Tertentu (SC)
untuk setiap fasilitas produksi untuk kedua tahun acuan dan tahun yang sedang dipelajari.
24
Penghematan energi dapat dihitung berdasarkan perubahan persen dari indikator relatif EI
tahun dasarnya. Misalnya, dengan menggunakan tahun dasar 2010, maka EI 1993 = 1. Jika
pada tahun 2013 EI 2013 = 70, maka ini akan mewakili penghematan energi 30 % pada tahun
2013 dibandingkan dengan energi yang seharusnya telah digunakan pada tahun 2013 pada
tingkat tahun dasar 1993.
25
BAB VI BASELINE ENERGI
Indikator Keberhasilan
Seorang manajer energi dalam tugasnya adalah menetapkan baseline yang berkaitan dengan
faktor pendorong yang mempengaruhi konsumsi energi seperti pada bagan di bawah.
Faktor pendorong konsumsi energi ditentukan berdasarkan tingkat keterkaitan terhadap
Menetapkan baseline energi energi
Baseline energi ditetapkan berdasarkan faktor pendorong konsumsi energi
Energi baseline adalah salah satu output dari review energi. Ini adalah referensi kuantitatif
yang akan digunakan untuk menilai data aktual di masa depan. Baseline energi
mencerminkan ruang lingkup kegiatan yang akan direview. Untuk mendapatkan hasil guna
26
yang maksimal maka data untuk baseline berbasis kinerja harus dengan data yang telah
dinormalisasi dan atau dengan indikator kinerja.
Baseline energi digunakan untuk mengukur kemajuan kinerja atau dapat juga digunakan
sebagai alat ukur penghematan energi. Penggunaan baseline energi dapat dilakukan untuk
masing-masing pengguna energi yang signifikan dimana telah dilakukan penerapan
penghematan energi maupun untuk kinerja keseluruhan organisasi. Untuk ketelitian dan
keakuratan penghematan yang terjadi maka indikator kinerja energi (EnPI) harus
didefinisikan terlebih dulu dimana output yang dipilih harus mempunyai keterikatan dengan
konsumsi energi.
Salah satu cara untuk membangun dasar untuk monitoring bisa dengan menilai konsumsi
energi acuan untuk fasilitas untuk tahun berjalan (N) menurut konsumsi spesifik unit individu
atau plant untuk tahun sebelumnya:
Baseline konsumsi energi tahun N = ∑ (konsumsi spesifik tahun N-1 x Aktivitas tahun N) fasilitas
Berdasarkan prinsip yang sama, konsumsi energi referensi juga bisa diperkirakan, dengan
asumsi bahwa konsumsi tertentu sesuai dengan nilai referensi (pada umumnya selama satu
tahun, yang disebut
Tahun/baseline). Untuk tahun tertentu x, konsumsi awal akan dihitung dengan rumus
berikut:
Baseline konsumsi energi tahun x/referens = ∑ (konsumsi spesifik referens x Aktivitas tahun x) fasilitas
Nilai ini dapat dianggap sebagai konsumsi energi pada kondisi bisnis-as usual, dengan asumsi
individu plant beroperasi pada konsumsi energi spesifik sama di semua periode. Untuk
memperhitungkan fluktuasi musiman dalam konsumsi energi spesifik, nilai rata-rata tahunan
dapat digunakan.
Dimana perhitungan konsumsi tertentu yang kompleks, metode statistik dapat digunakan. Di
bawah adalah contoh intensitas energi (fuel/produk) suatu industry dengan baseline tahun
dasar 2010 menunjukkan kecenderungan naik meskipun relative sangat kecil.
Metode di atas berguna untuk membedakan antara base line sejarah (masa lalu sampai
sekarang) dan ' proyeksi bisnis-as usual, dan juga dapat merupakan proyeksi berdasarkan
implementasi dari best practice dan standar.
27
VI.2 BECHMARKING KINERJA ENERGI
Salah satu cara terbaik untuk menentukan apakah suatu peralatan, situs atau perusahaan
menggunakan energi secara efisien adalah dengan membandingkan kinerja energi dengan
jenis yang sama. Proses ini biasa dikenal sebagai benchmarking. Tujuan dari benchmarking
adalah untuk membantu membuat penilaian cepat dari efisiensi energi dengan
membandingkan biaya energi dan tingkat konsumsinya.
Benchmark juga disebut sebagai indeks pemanfaatan energi (EUI), memberikan informasi
penting tentang penggunaan energi individu peralatan, bangunan atau organisisa yang lebih
besar. Untuk kendaraan biasa disebut lt/km. EUI mencerminkan laju penggunaan energi.
Untuk bangunan, laporan benchmark (patokan) energi dapat memberikan data energi
tahunan dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh, biaya energi per murid atau biaya energi
per kaki persegi.
Benchmarking dapat membantu menentukan seberapa baik masing-masing plant dalam hal
efisiensi energi. Benchmark dapat dengan cepat mengidentifikasi yang terbaik, dan terburuk
dan mengungkapkan siapa yang memiliki potensi terbesar untuk penghematan energi.
Benchmark akan memandu dalam menentukan sumber daya yang terbatas sehingga
mengoptimalkan investasi dalam proyek-proyek efisiensi energi yang hemat biaya.
Setelah benchmark menunjukkan konsumsi energi saat ini ditetapkan, maka akan menjadi
dasar untuk mengukur peningkatan kinerja energi masa depan. Jika secara rutin
pemantauan penggunaan energi dilakukan akan memastikan bahwa kegiatan pemanfaatan
energi tetap pada target dan akan mengidentifikasi masalah operasi dan kinerja energi yang
terjadi.
Untuk analisis selanjutnya dapat digunakan indikator penjelas (explanatory indicator) untuk
menguji faktor pendorong dibelakang pola konsumsi energi, misalnya berkaitan dengan
perbedaan teknologi dan kualitas sumber daya.
Indikator dengan dasar rasio fisik mendekati pengukuran efisiensi teknis dari suatu
industri sehingga dapat dikaitkan dengan kinerja teknologi. Oleh karena itu dapat
digunakan untuk mengidentifikasi potensi peningkatan efisiensi melalui teknologi baru.
Indikator ini tidak berdampak terhadap siklus variasi harga komoditas industri seperti
halnya pada indikator yang menggunakan nilai tambah yang berarti tidak terlalu
berkaitan dengan adanya gangguan fluktuasi ekonomi.
Kinerja energi pada langkah proses yang spesifik dalam suatu industri dapat di analisis
secara terpisah dan perbedaan bauran produk antar negara dan waktu dan lebih mudah
dihitung. Dampak perubahan bauran produk dapat dipertimbangkan secara terpisah dari
pertambahan efisiensi sebab faktor pendorong dapat berubah setiap saat.
28
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan penetapan indikator fisik antara
lain adalah ketersediaan data dan kualitas dari energi dan data aktifitasnya serta pendekatan
yang diperlukan.
Penggunaan energi pada industri sangat kompleks (sebagai contoh industry minyak dan gas).
Meskipun data yang diperlukan tersedia, umumnya tidak langsung dapat digunakan sebagai
indikator yang konsisten dan pembanding untuk analisis kebijakan. Ada dua area yang perlu
dipertimbangkan yaitu: tingkat agregasi dan batasan.
Ketersediaan dan kualitas input sumberdaya. Kebutuhan energi untuk suatu industri
tergantung dari kualitas sumber daya misalnya kualitas gas atau minyaknya. Efisiensi
konversi energi akan berbeda dari masing-masing negara karena kualitas sumber daya
energinya juga berbeda.
Definisi produk. Definisi produk perlu perhatian. Misalnya jika rasio produknya sebagian
besar gas dan sebagian kecil kondensat atau minyak (liquid) akan berbeda dengan yang
sebaliknya. Rasio produksi ini biasanya berbeda antar perusahaan maupun negara.
Keberagaman produk. Produk dari industri biasanya tidak seragam oleh karena itu
indikator harus dirancang dengan jalan kategorisasi produk yang masuk akal.
Dari tingkat agragasi tersebut maka untuk industri eksplorasi dan produksi minyak dan gas
penggunaan energi dapat dibagi dalam penggunaan pembakaran, pembelian energi dan
pengguanaan energi yang tidak terspesifikasi.
VI.2.3 Batasan
Untuk analisis yang konsisten, diperlukan definisi batasan umum yang berhubungan dengan:
Tingkat/langkah produksi. Produksi dalam suatu industri biasanya ada beberapa langkah
yang bisa atau tidak dimasukkan dalam indikator, dimana perbedaan ini mungkin dapat
berpengaruh pada perbandingan antar perusahaan atau negara. Misalnya pemanfaatan
combine heat and power (CHP) dalam produksi di suatu tempat adalah sangat penting di
tempat lain tidak diperlukan.
Embodied energi. Energi dapat disimpan dalam suatu bahan misalnya energi dapat
didaur ulang atau dibakar dalam incinerator.
Pada analisis ini prinsip umum yang digunakan untuk mensetting batasan pernyataan total
energi yang dikonsumsi untuk mengoperasikan fasilitas dan peralatan, termasuk energi
langsung yang dihasilkan oleh operasi (digunakan sendiri atau diekspor), serta energi yang
terkait dengan impor listrik, panas dan uap. Untuk mencerminkan penggunaan sumber daya,
energi adalah energi primer (yaitu kandungan energi dari bahan bakar hidrokarbon atau
sumber lain yang digunakan untuk menghasilkan energi yang pada akhirnya dikonsumsi
untuk operasi perusahaan).
29
VI.2.3.1 Penggunaan energi langsung
Penggunaan energi langsung adalah hasil energi langsung dari pembangkit sendiri, tenaga
mekanik, listrik, panas atau uap pada lokasi operasi perusahaan, serta di kantor bangunan,
kapal laut, truk, atau lainnya peralatan stasioner atau mobile di bawah pengendalian
operasional dari perusahaan. Contoh peralatan pengguna energi termasuk boiler, pemanas,
insinerator limbah, turbin gas, mesin gas dan mesin diesel. Penggunaan energi langsung
adalah jumlah energi yang berisi bahan bakar atau sumber energi lain yang digunakan untuk
menghasilkan listrik atau panas yang dihasilkan langsung di fasilitas.
Energi dari hasil pembakaran bahan bakar harus ditentukan sebagai berikut:
Utama: dihitung berdasarkan volume bahan bakar yang dikonsumsi dan kandungan
energi bahan bakar dari bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan energi yang
dibutuhkan. Perhitungan dapat dilakukan dengan total bahan bakar yang dikonsumsi jika
bahan bakar yang sama digunakan oleh semua sumber energi, atau dengan sumber jika
BBM jenis bervariasi. Penggunaan LHV dianjurkan karena hal ini mencerminkan jumlah
energi yang bisa digunakan/dikonsumsi.
Alternatif: estimasi yang didasarkan pada desain spesifikasi konsumsi energi terkait
dengan berbagai peralatan pengolahan, ditambah dengan run time atau throughput jika
informasi tersedia.
Untuk perhitungan maka dapat digunakan metode konversi yang umum yaitu:
Kandungan energi bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan listrik = listrik yang
dibeli / diterima dalam gigajoules (GJ) dibagi dengan 0,38
Kandungan energi bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan uap = uap dibeli /
diterima di GJ dibagi dengan 0,8
Dari batasan tersebut dapat disederhanakan model analisis intensitas energinya adalah
sebagai berikut:
Injeksi
Produksi air
Air dan gas
Langkah 1
31
Mengumpulkan dan meringkas data penggunaan energi untuk semua bahan bakar termasuk
listrik, gas alam dan minyak bakar. Jika mengalami kesulitan pengumpulan data maka dapat
dihubungi penyedia energi seperti PT. PLN.
Langkah 2
Membentuk indeks pemanfaatan energi (EUI) untuk peralatan, situs maupun organisasi.
Sebagai contoh sebuah gedung A pada suatu sekolah dihitung berapa jumlah biaya energi
per m2 dan atau per siswa selama satu bulan dan dikumpulkan selama 12 bulan.
Tabel 1 Perhitungan indeks pemanfaatan energi
Indeks lain yang lebih umum adalah energi listrik/m2 (kWh/m2) biasanya untuk ruang yang
dikondisikan.
Langkah 3
Langkah 4
Hasil laporan benchmarking adalah bahwa fasilitas sekolah yang diurutkan ke dalam urutan
peringkat berdasarkan EUI. Setelah laporan kemudian akan dicari variasi dalam penggunaan
energinya. Dengan menentukan kinerja relatif sebuah gedung terhadap gedung lain akan
32
memberikan arah untuk mencari masalah penggunaan energi yang tinggi dan solusi efisiensi
energi dan hemat biaya.
Kasus
33
BAB VII TUJUAN DAN TARGET
Indikator Keberhasilan
VII.1 UMUM
Tujuan menyeluruh harus didefinisikan dan konsisten terhadap visi dan tujuan organisasi.
Tujuan menyeluruh ini kemudian harus diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan dan sasaran
praktis untuk setiap segmen bisnis, untuk setiap situs dan akhirnya untuk setiap entitas
pengolahan sejalan dengan waktu.
Bagan 18 Tujuan, sasaran dan rencan aksi energi dalam ISO 50001
Segmen usaha atau situs biasanya akan memiliki target tahunan sedangkan indikator
operasional di unit proses harus dipenuhi oleh masing-masing shift yang ada. Target sering
mudah dinyatakan dalam perbaikan indikator kinerja dari waktu ke waktu.
Tujuan dan target di semua tingkatan harus secara teratur diperbarui untuk mencerminkan
dan mempertimbangkan hasil tinjauan energi sebelumnya pada item-item tertentu
ditingkatkan.
Tujuan energi didokumentasikan dan target harus ditetapkan untuk memastikan kepatuhan
terhadap kebijakan energi organisasi dan untuk memfasilitasi perbaikan berkelanjutan
dalam kinerja energi. Tujuan harus menyatakan apa yang ingin dicapai oleh organisasi, dan
target harus menentukan bagaimana organisasi akan dapat mencapai tujuan tersebut.
Tujuan dan sasaran harus praktis, dapat dicapai dan terukur, dan harus sesuai dengan tujuan
bisnis organisasi dan sebaiknya memberikan beberapa tantangan untuk organisasi.
34
Bagan 19 Faktor pendukung tujuan dan sasaran energi dalam ISO 50001
Dalam SKKNI manajer energi tugas manajer energi adalah menetapkan target penghematan
energi dengan mengidentifikasi peluang penghematan energi dengan kriteria tertentu
seperti pada bagan berikut.
Peluang penghematan energi diidentifikasi berdasarkan kriteria tertentu
Menetapkan target penghematan energi
Target penghematan energi ditentukan berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan
Salah satu strategi yang efektif dan terbukti untuk menetapkan tujuan efisiensi energi adalah
melakukan kerja sama dengan semua stakeholder kunci dan tim energi dalam sesi kerja
selama satu atau dua hari untuk mengembangkan kesepakatan visi untuk proyek dan
menetapkan pelatihan dan kompetensi untuk pengembangan proyek pada bulan maupun
tahun mendatang. Salah satu hasil penting dari pertemuan awal ini adalah pembinaan sikap
dan komitmen terhadap proyek-proyek hemat energi dan tujuan energi di antara peserta.
Terlepas dari pendekatan yang dilakukan, ada proses 7 - langkah generik berikut yang telah
terbukti berhasil dan dapat membantu mengidentifikasi dan mencapai tujuan efisiensi
energi.
35
Penerapan yang dapat segera dilaksanakan biasanya yang berbiaya rendah atau tanpa biaya,
seperti pada tata cahaya, tata udara, selubung bangunan, metering dan pemantauan energi.
Kemudian buat daftar pada setiap tujuan energi yang SMART dalam setiap kategori.
Contoh:
Aturan sederhana dalam membuat tujuan dan target adalah dengan tidak menetapkan
banyak tujuan pada waktu yang sama, hal ini dikarenkan kunci utama untuk penetapan
sebuah tujuan adalah tetap fokus dan tidak mungkin untuk fokus pada banyak tujuan pada
saat yang sama. OLeh karena itu mulailah dengan hal yang paling penting.
Tabel 3 Contoh tujuan
Bagan blok tingkat pencapaian tujuan merupakan tulisan bagaimana menangani setiap
masalah. Bagian ini penting karena sering kita tidak pernah berpikir hambatan apa saja yang
mungkin terjadi dalam mencapai tujuan kita. Langkah ini juga akan mengidentifikasi di mana
informasi tambahan atau penelitian perlu dilakukan.
Tabel 4 Tingkat pencapaian tujuan dan target
36
VII.2.3 Langkah 3: memerinci Tujuan dan Target
Tujuan dan target harus diperinci ke dalam tindakan spesifik, yaitu untuk memastikan semua
mendukung "peran" yang kita lakukan sebagai hal yang penting untuk perusahaan.
Jika mereka tidak dapat memenuhi tujuan dan target, maka harus dicari tahu mengapa dan
bekerja sama untuk mengidentifikasi solusi untuk mengatasi hambatan tersebut dan segera
menerapkannya. Kemajuan dan pelajaran yang diperoleh digunakan sebagai feed back ke
dalam proses pencapaian tujuan dan target. Tujuan dan sub tujuan harus dievaluasi ulang
secara berkala dan disesuaikan seperlunya.
Untuk mencapai tujuan dan target membutuhkan komitmen dan dedikasi dari semua orang
yang terlibat. Komitmen tidak akan muncul pada proyek-proyek di mana tujuan energi
didasarkan pada biaya keuangan yang ketat. Dalam prakteknya, komitmen tampaknya
muncul hanya ketika peserta merasakan hubungan antara tujuan proyek dengan nilai-nilai
37
lingkungan mereka sendiri, dan juga ketika mereka berpartisipasi dalam pengembangan
tujuan mereka sendiri.
Rencana induk perlu direview dan diupdate atau disesuaikan dengan rencana sistem yang
lain yang ada. Mencari umpan balik dan best practice di tempat lain. Perencanaan yang
bersifat kolaboratif dimana melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkena dampak
pada rencanan energi tersebut akan meningkatkan efektivitas operasional dari rencana
energi.
38
Tabel 6 Penyelesaian rencana energi
39
BAB VIII RENCANA AKSI ENERGI
Indikator Keberhasilan
Rencana aksi harus dikembangan selaras dengan kebijakan, tujuan energi dan target yang
dirinci dengan bagaimana dan kapan akan dicapai, termasuk disini pemantauan kemajuan
dalam pencapaian tujuan dan targetnya. Dalam rencana aksi harus termasuk jadwal, sumber
daya dan penanggung jawab dalam pencapaian tujuan dan target meskipun demikian
rencana aksi juga harus fleksibel terhadap semua perubaan dari tujuan dan target tersebut.
Dalam SKKNI manajer energi tugas manajer energi seperti pada bagan di bawah.
Daftar rencana aksi dibuat berdasarkan prioritas penghematan energi
Rentang waktu rencana aksi ditentukan berdasarkan target penghematan energi
Menetapkan rencana aksi peningkatan
Petugas pelaksana rencana aksi ditentukan berdasarkan kompetensi
kinerja energi
Pendanaan ditentukan berdasarkan kriteria tertentu
Rencana aksi peningkatan kinerja energi ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu
Pernyataan apa yang harus dicapai (output atau hasil yang keluar dari proses
perencanaan strategis)
40
Langkah-langkah yang harus diikuti untuk mencapai tujuan ini
Jadwal waktu ketika setiap langkah harus dilakukan dan berapa lama
Klarifikasi tentang siapa yang akan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap
langkah berhasil diselesaikan
Klarifikasi dari input / sumber daya yang dibutuhkan.
Semua ini ditangani dalam kegiatan langkah-demi-langkah perencanaan (PDCA). Artinya jika
memulai proses perencanaan tindakan, maka harus berakhir dengan sebuah rencana praktis
yang memungkinkan agar sumber daya dapat meneruskan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mencapai tujuan jangka panjang. Dalam bagan di atas menunjukkan proses PDCA
dalam membuat rencan aksi mulai dari mencari penanggung jawab aksi, jadwal, sumberdaya
yang diperlukan, aksi itu sendiri dan verifikasi hasil dari rencana aksi.
VIII.1 OUTPUT
Output adalah hal-hal yang menunjukkan bahwa kegiatan telah berhasil. Output adalah hasil
dari suatu kegiatan. Misalnya, jika suatu kegiatan adalah untuk mengoptimasi suatu sistem
pemanfaatan energi (sistem tata udara misalnya), maka output yang akan dihasilkan
seharunya adalah penghematan energi. Output adalah "apa" yang harus keluar dari suatu
kegiatan atau hasil yang harus dicapai dari suatu rencana strategis. Semua keluaran
bersama-sama harus mengarah pada suatu pencapaian hasil dari daerah kunci (key area) di
mana keluaran ditujukan misalnya pemanfaatan energi yang lebih berkualitas.
41
VIII.2 RENCANA SUMBER DAYA MANUSIA
Ketika mempersiapkan rencana aksi, hal penting yang perlu dilakukan adalah
mengembangkan rencana sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia diperlukan dalam
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
Kebutuhan staf sudah sudah ada dan staf tambahan atau dukungan lainnya yang
diperlukan
Kebutuhan peningkatan kapasitas seperti pelatihan atau kompetensi (sertifikasi) untuk
memungkinkan staf untuk melaksanakan kegiatan.
Perencanaan sumber daya manusia akan memberikan ringkasan yang berguna dan akan
membantu untuk bekerja pada kerangka waktu kegiatan yang telah direncanakan. Yang
perlu diperhatikan jika diperlukan untuk membangun kapasitas sumber daya manusia, atau
mempekerjakan staf tambahan, sebelum melakukan suatu kegiatan, akan mempengaruhi
penjadwalan kegiatan.
VIII.3 WAKTU
Ada dua aspek waktu dalam perencanaan aksi:
Perencanaan tindakan adalah sebagai perluasan dari proses perencanaan strategis. Akan
tetapi perlu melakukannya secara teratur di antara proses perencanaan strategis dan
pelaksnaaan reviewnya. Perencanaan tindakan adalah sesuatu yang dilakukan setiap kali ada
keinginan yang hendak dicapai untuk itu perlu rencana untuk menguraikan kegiatan yang
diperlukan untuk mencapainya. Aspek waktu dalam rencana aksi bisa tiga bulan ke depan,
atau melakukan rencana aksi secara keseluruhan untuk sebuah proyek atau organisasi untuk
tahun ini. Rencana aksi sebaiknya tidak lebih dari satu tahun karena nisa terjadi adanya
perubahan dalam konteks, strategi atau asumsi yang mungkin memerlukan perubahan
dalam jangka panjang.
Ketika melakukan perencanaan waktu yang dibutuhkan, kunci yang biasa dilakukan adalah
sekuensing yaitu melakukan dalam urutan yang benar dan memastikan tidak melakukan
sesuatu yang seharusnya sudah dilakukan sebelumnya akan tetapi belum dilakukan, dan hal
ini akan menghentikan seluruh proses. Sebagai contoh mempersiapkan semua peralatan
yang diperlukan sebelum melakukan perbaikan suatu sistem pemanfat energi.
Orang
Waktu
Ruangan
42
Peralatan
Dalam kata lain yang sederhana semua poin di atas dapat berarti uang. Dalam anggaran
kegiatan poin di atas harus sudah masuk dalam setiap bagian rencana aksi. Membuat
rencana aksi artinya juga mempersiapkan anggaran untuk pelaksanaannya.
Secara singkat, rencana aksi adalah proses di mana merencanakan apa yang akan terjadi
dalam proyek atau organisasi dalam jangka waktu tertentu, dan menjelaskan sumber daya
apa yang diperlukan untuk membuatnya mungkin dilaksanakan.
RENCANA AKSI
Target : Mengurangi penggunaan gas pada boiler 25% pada tahun 2017
Proyek : Memasang penukar panas untuk memanaskan udara pembakaran sebesar 425 C di atas udara
ambien
Project Planner Period Highlight:1 Plan Actual % Complete Actual (beyond plan ) % Complete (beyond plan)
43