Anda di halaman 1dari 8

Tirta Mandira Hudhi

“ dari penjual gorengan


sampai jadi dokter dan
mempunyai 60 cabang
cuci sepatu ”
Disusun Oleh :
1. Dwi Noor Azizah (175502882)
2. Khoerul Anwar ( 175503048)
3. Risnawati (175503163)
4. Sri Rodhothul Hidayah (175503082)
5. Umul Latifatul M (175503181)

Kelompok 2
Kelompok 2
Kelompok 2
Kelompok 2
Kelompok 2
sumber : twitter/tirta_hudhi
youtube/ricohuang
D
okter relawan sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudi atau lebih akrab disapa Dokter Tirta
memang dikenal sebagai dokter yang nyentrik dan gaul. Dengan tatanan rambut diwarnai,
bertato dan gaya bicara yang cepals ceplos, membuat banyak orang tidak percaya kalau dirinya
dokter. Namun sebelum ia menjadi dokter dan terjun ke dunia bisnis banyak cerita menarik dari kisah
hidupnya...

Tirta Mandira Hudi atau dokter tirta bahkan ada yang memanggilnya cipeng. Lahir di Surakarta,
Jawa Tengah. Awal mulanya ia bercita – cita menjadi dokter, ya karena dirinya yang punya penyakit ispa
kambuhan , sehingga muncul niat awalnya untuk menjadi dokter agar bisa menolong anak – anak yang lain
yang berada di luar sana yang mempunyai penyakit yang sama. Nah akhhirnya ia memutuskan untuk
mendaftar kuliah di fakultas kedokteran dengan pilihan UNDIP dan UGM melalui jalur tes. Fakultas
Kedokteran UGM yang akhirnya menjadi pilihanya yang beralasan bahwa ia penasaran dengan gedung
radipoetra yang kebetulan saat tes PTN berada di laboratorium patalogi anatomi.

Setelah masuk masa – masa hidup di perkuliahan, ia menyadari bahwa buku – buku untuk
keperluan kuliah dihitung sangat mahal baginnya dan sementara dia ngga enak minta uang terus sama
orang tuannya dan ngga mau ngrepotin kedua orang tuannya. Pada tahun 2009, semester 1 Tirta berniat
ingin mencari uang tambahan, namun karena tidak bisa untuk bekerja part time maka memutuskan untuk
berbisnis, mulai dari jalan – jalan di sekitaran jalan magelang akhirnya ia menemukan suplier gorengan di
depan TVRI. Kok gorengan ? ya karena ia berpikir bahwa mahasiswa saat jam – jam kuliah pagi sampai
siang pastinya belum makan atau masih lapar.

Nah dari situlah awal bisnis ia dengan menjual gorengan di kampus dengan konsumennya
mahasiswa UGM. Setiap pagi jam 4 ia kulak (beli dari orangg) gorengan dan kemudian jam 7 baru untuk di
jual di kelas, kampus atau ke anak kos, yang di jalani selama 3 bulan. Meski diejek oleh teman – temannya,
seperti, “ cie anak kedokteran jualan gorengan, udah deh ngga usah jadi dokter saja”, namun tirta tetap
konsisten untuk menjalankanya dan bisnis gorengannya lancar dengan penghasilan untuk 3 bulan saja
udah dapat 16,5 juta cash serta hasil belajarnya di kampus pun tidak ketinggalan malah terbukti dengan
mendapatkan IP 4.

Pada semester 2, ia bosen jualan gorengan dan akhirnya mencoba memutuskan untuk jualan
power balance, gelang sakti pada jamanya. Ia ngga percaya bahwa bisnis yang dijalaninnya sekarang
malah lebih besar. Ia menjadi distributor power balance area Jawa Tengah dan Jogja.

Keuntungan yang didapat untuk bisnis ini sangat besar


di banding bisnis sebelumnya, kalau di total ada simpanan
uang 36,5 juta waktu itu. Untuk IPK pun masih berada di angka
4 dan ia juga dipilih sebagai senat fakultas UGM 2009.
Pada tahun 2010 akhir, semester 3, Tirta berfikir
bahwa bisnis power balance itu musiman maka beraalihlah
memilih bisnis lain yaitu jualan jam monol, jam bulet box oren
dan lagi – lagi menjadi distributornya dan pada saat itu juga
jualan blackberry. Dan ternyata jam monol tersebut laris
dengan pembeli mahasiswa cewe. lagi - lagi Tirta juga tak
luput mendapat ejekan dari temannya,seperti cie jualan
barang cewe. Dari situ juga ia menyewa mobil untuk jualan
jam di kampus. Sempat di usir jualan di lingkup kampus,
akhirnya ia jualan di depan pos kampus.

Untuk hasil IP semester 3 pun masih berada pada angka 4. Ia sangat tidak percaya bisamelaui itu
semua. uang yang terkumpul pada saat itu bisa menyentuh 100 juta. Pada saat ini lah ia mendapat
masalah, pada saat itu masih umur 19 tahun belum siap menghandle uang sebanyak itu dan bingung mau
mengalokasikan kemana uang itu.

Pada semester 4 2011, ia memutuskan untuk mencoba berdagang sepatu. Inilah yang disuka
karena ia juga sangat menyukai dunia sepatu. Tirta membeli sepatu dan menyerahkan semua uangnya
kepada supplier sebesar 36 juta cash dan hanya meyisahkan 700 rb dikantong, ia berfikir bahwa dengan
memborong semua sepatunya akan dapat dijual kembali dengan mudah olehnya. Namun apa yang terjadi?
Ia ternyata ditipu oleh supplier. Barang yang dipesan ternyata sepatunya satu sisi semua. Tirta pun shock
dan malu kepada orang tuanya karena dia berjanji dengan bisnisnya dapat sukses.

Pada saat itulah ia mendapat kerugian yang sangat banyak dan harus bisa hidup dengan sisa uang
yang ada. Tirta tak berani melapor orang tua saat hidupnya susah karna malu usahannya bangkrut.
Akhirnya ia pun makan dengan meminta sisa dari warung makan dengan membayar 100 rb setiap 2
minggu, juga makan nasi aking dengan mie instan di bagi 2 atau disebutnya nasi magelangan/nasi gila.
sampai temanya pun bilang, kamu anak kedokteran kok makannya gini amat tir. Hasil belajar di
perkuliahannya pada waktu itu pun turun, dimana saat itu IP menjadi 3,5 dan ditolak menjadi asisten dosen
3 kali berturut – turut.

Kehidupan ini harus dijalaninya sampai pada satu titik, Tirta tak kuat dan mengabari ke
orangtuannya bahwa ia bangkrut. Namun orang tuannya pun menyerahkan semuanya kepada Tirta. Orang
tuanya berharap agar ia fokus untuk kuliahnya dan lulus dengan cumlaude. Pada waktu juga ia
memutuskan untuk jualan sepatu bekas, meminta bantuan forum sneaker addict dan teman IST di kaskus
dan selain itu juga jualan macbeth bekas.

Pada semester 5, ia fokus kuliah untuk menaikan IP nya agar bisa pada posisi 3,7 – 3,8. Pada saat
itu juga masih berjualan sepatu bekas, yang masih sama seperti keadaaan sebelumnya tanpa
perkembangan. Pada 2012, ia mencoba mencuci sepatu bekas yang ia beli untuk di jual lagi hal ini cuma
sekedar supaya customer puas saat menerima sepatu dalam keadaan bersih dan waktu itu mencuci belum
dijadikan bisnis. Namun dengan cuci sepatu tersebut, banyak yang suka sampai teman –temannya
meminta jasanya untuk dicucikan sepatunya dan bisnis terus berlanjut.
Pada semester 6, ia ditolak untuk pertukaran belajar di Jepang. Di waktu luangnyaa, ia nyicil
untuk mengerjakan skripsinnya dan sembari cuci sepatu yang kemudian dipromosikan lewat kaskus
dengan nama “jasa sepatu pakai jason markk”. Ia menjalani bisnisnya di kos kosan dengan mencuci sepatu
pelangannya.

Pada tahun 2013, Tirta menamakan usahanya dengan


nama “ShoesAndCare”. Perkuliahannya pun berjalan
dengan baik, skripsinya selesai dengan penelitian tentang
efek kopi instan terhadap sistem saraf simpatis dan sampai
saat ini masih dipajang di laboratorium fisiologi.
Pertengahan tahun 2013, Tirta lulus predikat
cumlaude dan bisnis cuci sepatunya masih berada di kos –
kosan. Ia koas juga (koas atau ko-asissten, sebuah istilah
yang disematkan bagi seorang dokter muda yang telah
menyelesaikan pendidikannya di perkuliahan) dan juga
menyempatkan untuk mencuci sepatu, semua dilakukan
sama seperti itu terus.

Pada waktunya semua itu berubah di Februari 2014, ketika gunung kelud meletus dan abunya ke
Jogja. Gara – gara abu letusan gunung, Ia berfikir tentang sepatu yang di cuci lalu di post di media sosial
dengan memperlihatkan gambar sebelum dan setelah dicuci. Apa yang terjadi? Unggahan di medsos
tersebut menjadi viral dan ShoesAndCare pun banyak pelanggan yang ingin mencuci sepatunya. Ia saat itu
masih mencuci sepatu sendiri dan akhirnya memutuskan untuk sewa ruko. Ia sewa ruko di alkid dengan
biaya 12 juta/tahun dan menyicil kebutuhan ruko mulai dari meja, kipas, pintu dan membeli AC .

Januari 2015, Tirta buka cabang kedua “ShoesAndCare” di depan UNY bersamaan dengan
Boediman Barber dan bulan juli ia nekat untuk buka cabang di Jakarta dan Bandung. Pada saat di Jakarta,
Tirta sewa ruko di blok M Mendawai, dengan semua menyerahkan seluruh uangnya, namun karena harus
renovasi dan tidak mempunyai uang, terpaksa ia harus tidur di emperan toko selama berminggu – minggu
sambil mencuci sepatu dan menabung kembali. Disitulahh ia bertemu anak jalanan, preman dan
pengangguran. Tirta saling berkomunikasi pada semua orang – orang itu dan mengajaknya bergabung
untuk bekerja sama. Tirta pun senang karena dengan adanya ShoesAndCare, mereka itu bisa mempunyai
pekerjaan dan bisa menghidupi dirinya sendiri. Sempat di juluki Cipeng (cina gepeng) waktu itu dan sampai
saat ini masih dipakai.
ShoesAndCare pun akhirnya bisa untuk menjadikan
wadah bagi orang orang yang di anggap remeh untuk bisa
menjadi orang yang berguna. Tirta membuka lowongan
kerja bagi siapa saja yang ingin berggabung tanpa
memandang status pendidikan atau status sosial, yang
penting disiplin, mau bekerja keras dan melarang untuk
mengkonsumsi minuman alkohol yang berkaca dari dirinya
dulu yang hidup di jalanan.
Selain itu juga Tirta mengadakan event joggjafreewash, solofreewash, dan jakartafreewash
sehingga ia menjadi viral dan masuk media cetak berkali – kali. Sampai akhirnya di tahun 2015 ia sudah
mempunyai 8 toko dan mendapatkan gelar doktor.
Tahun 2016 – 2017 menjadi titik emas. Tirta dinas di puskesmas Turi dan rumah sakit UGM. Ia juga
mewakili UMKM Indonesia ke Singapura 2 kali yang membuatnya banyak media menyorotinya. Banyak
juga undangan kepada ia untuk seminar sampai puluhan kali termasuk seminar di depan Sri Sultan
Hamengkubuwono. Pada saat itu juga cabang “ ShoesAndCare” sudah mencapai 25 toko.
Tahun 2018, Tirta memutuskan untuk tutup praktek karena konsentrasi yang diperlukan untuk
menjalankan keduanya dan memilih untuk berbisnis. Ia membuat event Jogja Sneakers market dan
hasilnya eventnya saat itu tidak berpihak alias rugi. Ia juga membangun bisnis toko sepatu “CipengStore”,
sebenarnya ia belajar dari mentor katanya kalau mau bisnis yang keren kamu harus kuasai dari hulu dan
hilirnya. Follower IG pada saat itu meningkat berkat usaha ia dalam mereview sepatu Vans, sepatu lokal
dan sharing tentang bisnis. Pada saat itu juga, ia membangun Sole Vacation, membangun Tukutu
Store(bisnis titip jual sepatu), Communaction Management dan mewakili UMKM Indonesia ke Singapura
lagi.
Dari bisnis itu Tirta bisa membeli mobil mewah,
namun itu membuat ia jauh dari karyawannya katanya
sebuah bisnis yang keren di bangun oleh tim yang keren.
Oleh karena itu , barang mewahh tersebut di jual karena
baginnya ShoesAndCare besar karna karyawan dan biar
tidak ada omongan di belakang yang menganggap dirinya
suka menghabiskan uangnya untuk itu padahal untuk
branding saja.
Masih di tahun 2018, Tirta membuat event di Pallas
scbd isinya tentang brand lokal namanya Kickstherules.
Selain itu juga membuat event sneakers dengan
mengundang 24 artis hiphop mulai dari Ariel Nayaka, Laze,
G brand, Dpmp, Iwa K, dan lainya.
Ia nekat memakai uang sendiri sekitar 700 juta untuk membuat event ini, namun yang didapatkan malah
rugi. Tapi berkat adanya event ini, usaha dan branding beliu di Jakarta meningkat karena banyak yang
bilang orangnya nekat.
Tirta membuat movement localpride. Ia berfikir apa yang membuat animo masyarakat untuk
mencuci sepatu karna ia baru menguasai jasa, distributor sama eventnya. Akhirnya ia memutuskan untuk
membuat campaign agar masyarakat agar orang membeli sepatu lokal dan nanti cucinya di ShoesAndCare.
Lokalpride menjadi viral, semua brand ingin lokalpride dan ShoesAndCare berjalan dengan sendirinya.
Campaign localpride tersebut telah menjadi social impact bagi tirta, “jadi semua orang harus pakai sepatu
lokal, berdiri di kaki sendiri jangan mau menjadi omset barang impor saja”. Yang akhirnya produk produk
lokal pada lari ke tirta dan kenal sama produsennya, yang seakan Tirta sebagai penolong produk lokal agar
lebih meningkat.
Campaign Localpride yang dicetusnya pun meroket, sampai Pak Jokowi memakai Jaket buatannya
dan memakai sepatu brand NahProject di acara Solevacation untuk di buat vlog oleh Pak Jokowi. Hingga
mengenal anak Pak Jokowi, Mas Gibran dan Mas Kaesang untuk sharing – sharing perihal brand lokal.
Tahun 2019, ShoesAndCare meroket, dan toko sepatunya pun di dominasi oleh brand lokal karena
ia ingin mengangkat sepatu buatan dalam negeri. Ia juga bertemu Pak Sandiaa Uno dan menjadi
mentornya untuk menjadi pengarah fashion brand lokal.
Sampai akhirnya di tahun 2020 toko yang dimiliki sudah mencapai 60 dan mempunyai 14 bisnis
yang ia handle, ia juga buka praktek kembali setelah setaun berhenti. Semua yang dilakukan waktu itu
sangat berat karena harus menerima kegagalan kegagalan namun baginya jangan sampai menyalahkan
dirinya sendiri.
Orang tua menjadi kebangkitan Tirta dari kegagalan, ia telah mengecewakan orang tuannya saat itu
dan selalu bertekad bahwa selama ia masih hidup dan selama kegagalan tidak membuatnya mati maka
harus bisa bangkit. Selain itu juga harus ada niat, maka tuhan pun mengabulkannya. The magic of
thingking big, dan selalu berfikir positif karena orang yang sukses akan selalu yakin dirinya akan sukses
serta dalam hidup terdapat pilihan, ketika gagal selalu ada pilihan mau lanjut atau menyerah...itulahh yang
menjadikan Tirta kuat dalam menghadapi kegagalan hingga bangkit sampaai saat ini.

twitter : dr.tirta
Instagram : tirta_hudhi
Youtube : InCipeng WeTrust

Anda mungkin juga menyukai