BAB IV
PARAGRAF
Basori
1. Pengertian Paragraf
Sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat atau lebih dari satu kalimat. Kalau
dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu kalimat, dapat dikatakan bahwa paragraf
tersebut tidak ditata atau disusun sebagaimana mestinya.
Paragraf dapat juga dilihat sebagai satuan informasi yang memiliki satu
gagasan utama sebagai pengendali. Artinya, gagasan utama itu akan menentukan
kalimat mana yang dapat dikelompokkan ke dalam sebuah paragraf dan informasi
mana yang tidak dapat dimasukkan ke dalam paragraf tersebut. Konsekuensinya
adalah bahwa informasi yang tidak dapat dirangkum oleh gagasan utama itu harus
dikeluarkan dari paragraf yang bersangkutan.
Paragraf pada dasarnya adalah miniatur sebuah karangan. Kalau sebuah
karangan mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam tesis, paragraf mempunyai
tujuan yang dinyatakan dalam kalimat topik. Seperti halnya sebuah karangan yang
utuh, paragraf juga harus mempunyai struktur yang jelas. Kalau karangan
dikembangkan oleh uraian yang memadai, gagasan utama yang terkandung dalam
setiap paragraf juga harus terurai tuntas. Dengan kata lain, proses pembuatan
paragraf pun tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan sebuah karangan.
59
memang menyatakan gagasan utama dalam sebuah paragraf, tetapi tidak semua
gagasan utama perlu dituangkan dalam kalimat topik.
Paragraf deskriptif dan paragraf naratif, misalnya, dapat dikatakan sebagai
paragraf yang baik walaupun di dalamnya tidak terdapat kalimat topik. Kalaupun
dinyatakan, kalimat topik paragraf jenis ini boleh dikatakan selalu sama
penyajiannya, yaitu “Seperti inilah keadaan itu.” atau “Inilah yang terjadi.”
Perhatikanlah contoh berikut ini.
1) Sebuah kasur busa yang sudah tipis tergelar di pojok ruangan di bawah
jendela yang sudah retak kacanya. Di sebelah kanannya ada sebuah meja
kecil—pasti terbuat dari triplek—yang digunakan sebagai meja belajar
sekaligus meja makan. Di sisi lainnya, berdiri sebuah lemari plastik yang
tampaknya masih baru. Ia sendiri telah berhari-hari tergolek di atas kasur
busa itu sambil mendengarkan musik keroncong mengalun dari radio kaset
kecil kesayangannya.
3.1 Kesatuan
Paragraf yang baik haruslah memiliki satu gagasan utama. Artinya, dalam
paragraf mungkin terdapat beberapa gagasan tambahan, tetapi gagasan-gagasan itu
60
harus terfokus pada satu gagasan utama sebagai pengendali. Jika prinsip ini dipenuhi,
paragraf itu telah memenuhi ciri kesatuan.
Perhatikan paragraf berikut ini.
2) Pakdhe Wondo tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya Ia tidak tahu-
menahu mengapa desanya itu dinamai Desa Kedungulo. Ia tidak tahu-
menahu mengapa Kedunglom kini mengering. Ia juga tidak tahu mengapa
nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu. Meski sudah uzur, Pakdhe
Wondo masih gesit dan cekatan. Begitu bangun pagi tanpa harus minum
kopi dahulu, ia sudah memanggul pangkur menuju ladangnya. Ia terus
mengayun pangkurnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh
musim kemarau yang panjang.
Paragraf tersebut tidak dapat dikatakan sebagai paragraf yang baik sebab di
dalamnya terdapat dua gagasan utama, yakni (1) Pakdhe Wondo tidak tahu banyak
tentang desa kelahirannya; dan (2) meski sudah uzur, Pakdhe Wondo masih gesit dan
cekatan.
Oleh karena itu, agar memenuhi tuntutan prinsip kesatuan. Paragraf tersebut
harus disusun menjadi dua paragraf dengan menjadikan kalimat (1) sebagai kalimat
topik paragraf pertama, dan kalimat (5) sebagai kalimat topik paragraf kedua.
Dengan demikian akan diperoleh paragraf berikut.
2a) Pakdhe Wondo tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak tahu-
menahu mengapa desanya itu dinamai Desa Kedungulo. Ia tidak tahu-
menahu mengapa Kedunglom kini mengering. Ia juga tidak tahu mengapa
nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu.
Meski sudah uzur, Pakdhe Wondo masih gesit dan cekatan. Begitu bangun
pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, is sudah memanggul pangkur
menuju ladangnya. Ia terus mengayun pangkurnya membongkar tanah liat
yang sudah mengeras oleh musim kemarau yang panjang.
3.2 Kepaduan
61
Paragraf dapat dikatakan baik tidak saja karena gagasan utamanya tunggal,
tetapi juga karena kalimat-kalimat di dalam paragraf itu terjalin secara logis dan
gramatikal. Dengan demikian, kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf itu terpadu,
berkaitan satu sama lain, untuk mendukung gagasan utama. Dengan kaitan seperti
itu, pembaca akan dapat mengikuti maksud penulis setapak demi setapak dengan
perpindahan dari satu kalimat ke kalimat berikutnya secara enak tanpa ada lompatan-
lompatan pikiran. Untuk membangun kepaduan paragraf, dapat digunakan kata kunci
dan sinonim, pronomina, kata transisi (konjungtor/perangkai), dan struktur yang
paralel.
3) Setelah mendapat izin dari pemerintah daerah, warga mulai membangun
fasilitas umum di tanah itu. Konon, untuk membangun fasilitas umum
berupa gedung olah raga itu, warga harus mengeluarkan tidak kurang dari
500 juta rupiah yang digali dari dana swadaya murni. Awalnya tidak ada
yang mempersoalkan hal itu, tetapi setelah daerah itu berkembang menjadi
permukiman yang maju amat pesat, banyak pihak yang mulai mengungkit
status tanah dan bangunan itu. Bahkan, dengan dalih bahwa karena sudah
tidak sesuai dengan kemajuan dan keadaan sekitarnya, pemerintah daerah
akan memugar dan mengambil alih pengelolaannya.
Keparalelan bentuk kata kerja dalam paragraf di atas dapat dilihat pada setiap
predikat kalimatnya. Kalimat pertama yang merupakan kalimat majemuk, misalnya,
menggunakan kata kerja membangun dan mendapat sebagai predikat.
Majas repetisi dapat menghasilkan keparalelan ini secara lebih baik.
Keparalelan dibangun oleh pengulangan bagian-bagian kalimat tertentu dalam
paragraf itu. Dengan pengulangan itu, perpindahan pengertian dari satu kalimat ke
kalimat lain terasa lebih mengalir. Dalam contoh berikut, frasa itulah sebabnya dan
keparalelan bentuk kata kerja mengadakan dan menyisakan setelah frasa itu,
misalnya, membimbing perpindahan informasi itu secara baik.
4) Menurut pengamatan para ahli, masalah kenakalan remaja yang kini
cenderung menjadi tindakan kriminal sebenarnya muncul akibat
kurangnya pengawasan dan perhatian perhatian orang tua. Itulah sebabnya
62
mengapa para orang tua juga perlu mengadakan dialog yang akrab dengan
anak-anaknya. Itu pulalah sebabnya mengapa para orang tua harus
menyisakan waktunya untuk keluarga di rumah.
63
pronomina itu tampak seolah-olah masalah yang sedang dibicarakan juga menjadi
masalah dan keprihatinan semua pembacanya.
Kesan seperti itu tidak dirasakan pada paragraf 6). Yang terasa dalam paragraf
itu adalah bahwa penulis seolah-olah mengabaikan apakah pembaca mempunyai
perhatian terhadap pokok pembicaraan yang sedang dikemukakannya atau tidak.
Yang penting bagi penulis ialah menyampaikan informasi kepada siapa pun tanpa
disertai upaya melibatkan pembaca sebagai mitra dialognya secara eksplisit.
3.4 Ketuntasan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang tuntas. Artinya, di dalam paragraf itu
telah tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama. Ini berarti
bahwa paragraf yang baik harus telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga
pembaca tidak bertanya-tanya tentang maksud penulis dalam paragraf itu. Perhatikan
contoh paragraf berikut.
7) Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran
demam berdarah. Pertama, memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah
biasanya berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu,
benda-benda yang dapat menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-
bak penampungan air harus ditutup rapat, dan selokan-selokan yang
mampat harus dialirkan. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk itu tidak akan
mempunyai sarang untuk berkembang biak.
3.5 Keruntutan
Ada beberapa model urutan penyajian informasi dalam paragraf dan tiap-tiap
model mempunyai kelebihannya masing-masing. Model-model urutan itu adalah
urutan waktu, urutan tempat, urutan umum-khusus, urutan khusus-umum, urutan
pertanyaan-jawaban, dan urutan sebab-akibat.
Yang disebut prinsip keruntutan pada dasarnya adalah menyajikan informasi
secara urut, tidak melompat-lompat sehingga pembaca mudah mengikuti jalan
pikiran penulis. Untuk paragraf yang menggunakan model urutan tempat, misalnya,
hendaklah informasi tentang objek itu disajikan secara horisontal seolah-olah
pandangan mata penulis bergerak dari arah kiri ke kanan, atau sebaliknya atau bisa
juga secara vertikal dari bawah ke atas atau sebaliknya. Yang penting adalah bahwa
informasi disajikan secara berurut berdasarkan dimensi ruang. Perhatikan urutan
penyajian informasi yang berdimensi ruang dalam paragraf berikut.
65
8) Di tengah ruangan pesta itu dipasang sebuah patung garuda yang dibawa
Masaid dari Bali. Dari sudut kiri belakang ruangan mengalun suara piano
yang dirnainkan oleh jari-jari lentik Ratna. Di sekitar patung itulah para
tamu berdiri mengobroi sambil minum anggur yang disuguhkan tuan ru-
mah. Sementara, Masaid dan Anggun sendiri berdiri di pintu masuk
menyambut tamu-tamu yang masih juga berdatangan. Seorang penyanyi
ibukota yang cukup terkenal melantunkan lagu “Since I met you baby” di
samping Ratna.
4. Struktur Paragraf
4.1 Kalimat Topik dan Kalimat Pengembang
Selain kalimat topik, di dalam paragraf terdapat beberapa kalimat lain yang
berfungsi mendukung, menjelaskan, atau mengembangkan kalimat topik itu. Sesuai
dengan fungsinya itu, kalimat yang mendukung, menjelaskan, atau mengembangkan
kalimat topik itu disebut kalimat pengembang.
Jika diamati satu per satu, hubungan kalimat-kalimat pengembang dengan
kalimat topik pada sebuah paragraf mempunyai tingkat keeratan yang berbeda-beda.
Ada kalimat yang secara langsung menjelaskan kalimat topik, ada pula kalimat yang
66
tidak secara langsung menjelaskan kalimat topik meskipun masih mempunyai
hubungan yang erat dengan kalimat topik paragraf itu. Kalimat pengembang
taklangsung, yang juga disebut kalimat pengembang minor, menjelaskan kalimat
topik melalui kalimat pengembang langsung, yang juga disebut kalimat pengembang
mayor. Dengan kata lain, kalimat pengembang taklangsung menjelaskan kalimat
pengembang langsung, sedangkan kalimat pengembang langsung itu menjelaskan
kalimat topik. Secara hierarkis di dalam paragraf yang baik hanya ada tiga macam
kalimat yang dapat digambarkan dalam diagram berikut.
67
9) Seperti telah diketahui bersama, Bandung mempunyai banyak sebutan atau
nama lain. Bandung juga disebut Kota Kembang atau Parijs van Java.
Sebutan Parijs van Java diberikan oleh orang-orang Belanda. Orang-orang
Belanda itu datang ke Indonesia untuk berdagang. Berdagang tidak hanya
memerlukan modal, tetapi juga memerlukan tekad dan sifat yang ulet.
Kelima buah kalimat pada paragraf 9) tidak diikat oleh gagasan utama yang
tampaknya terkandung di dalam kalimat topik pada kalimat [1]. Jika paragraf itu
baik, mestinya kalimat-kalimat berikutnya mempunyai hubungan erat dengan
gagasan utama bahwa Bandung mempunyai banyak sebutan atau nama yang lain itu.
Sampai pada kalimat [3] hubungan dengan kalimat topik, memang tampak erat,
tetapi kalimat [4] dan [5] tidaklah demikian. Kalimat [2] langsung menyatakan
sebutan atau nama lain kota Bandung, yaitu Kota Kembang dan Parijs van Java dan
kalimat [3] memberi penjelasan tentang siapa yang memberi nama Parijs van Java
itu, yaitu Belanda. Sementara itu, jika ditarik hubungannya dengan kalimat topik,
kalimat [4] tidak mempunyai hubungan sama sekali sebab kalimat ini menjelaskan
apa tujuan Belanda datang ke Indonesia. Demikian pula halnya kalimat [5] yang
menerangkan prinsip berdagang. Jika digambarkan, struktur paragraf ini akan
membentuk satu garis lurus yang lebih dari tiga tingkat.
5 68
Paragraf yang strukturnya seperti ini tidak baik sebab masih ada informasi
yang menerangkan kalimat pengembang taklangsung. Seperti telah disebutkan,
paragraf yang baik hanya mempunyai tiga tingkatan informasi, yaitu informasi dalam
kalimat topik, kalimat pengembang langsung, dan kalimat pengembang taklangsung.
KT
69
Memang tidak ada batasan yang pasti mengenai jumlah kalimat pengembang
dalam sebuah paragraf. Namun, dalam struktur yang seperti ini akan lebih baik
apabila jumlah kalimat pengembang langsung itu sebaiknya tidak lebih dari lima atau
enam kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
10) Pengembangan pendidikan di wilayah itu menunjukkan kemajuan yang
amat pesat. Dari hanya satu gedung sekolah dasar pada tahun 1980-an, kini
terdapat tidak kurang dari tujuh gedung sekolah dasar baru yang berhasil
dibangun dengan swadaya masyarakat. Dari tidak mempunyai sekolah
menengah, kini mereka mempunyai empat buah SMP dan dua SMA.
Beberapa lembaga pendidikan luar sekolah, seperti kursus menjahit, kursus
komputer, dan kursus montir juga mulai bermunculan.
Variasi kedua adalah gagasan utama yang diterangkan oleh satu kalimat
pengembang langsung, kemudian kalimat pengembang langsung itu dikembangkan
oleh beberapa kalimat pengembang taklangsung. Dengan demikian, dalam variasi
struktur paragraf ini ada tiga tingkatan informasi, yaitu tingkat kalimat topik, kalimat
pengembang langsung, dan kalimat pengembang taklangsung.
Paragraf berikut mempunyai struktur seperti variasi kedua itu.
11) Di desa itu Pak Karta termasuk petani yang berhasil. Luas lahan
pertaniannya bertambah dari tahun ke tahun. Tahun 1989 ia mulai hanya
dengan satu hektar lahan kering di sebelah barat desanya. Dua tahun
kemudian tidak kurang dari 65 % lahan pertanian di desanya menjadi
miliknya. Tahun 1992 ia mulai menguasai sebagian lahan pertanian desa-
desa sekitarnya. Kini, lahan pertanian yang dikuasainya kira-kira lima kali
luas desanya.
KT
KPL
70
KPT
Variasi keempat adalah struktur ideal sebuah paragraf yang mengandung satu
gagasan utama diterangkan oleh beberapa kalimat pengembang langsung dan
71
beberapa kalimat pengembang taklangsung. Dalam variasi ini kalimat pengembang
taklangsung itu dapat berinduk kepada satu atau beberapa kalimat pengembang
langsung, tetapi harus dicatat bahwa tidak setiap kalimat pengembang langsung dapat
memiliki kalimat pengembang taklangsung. Perhatikan paragraf berikut.
13) Dari segi dampaknya, jelaslah bahwa pemakaian dinamit untuk
menangkap ikan mengakibatkan kerusakan yang amat fatal. Selain banyak
batu karang yang hancur, banyak pula biota laut yang juga ikut mati akibat
ledakan itu. Bahkan, dalam ukuran yang besar, ledakan dinamit nelayan
juga dapat merusakkan kapal-kapal lain yang kebetulan lewat. Sementara
dari segi keamanannya, sudah terbukti bahwa ledakan dinamit nelayan
telah makan banyak korban. Dan awal hingga pertengahan tahun ini saja
tercatat sudah 15 nelayan tewas dan tidak kurang dari 25 orang lainnya
terluka. Ledakan paling parah yang pernah terjadi menghancurkan perahu
nelayan itu dan mengakibatkan seluruh awak dan nelayan mati tenggelam.
Itulah sebabnya, pemakaian dinamit untuk menangkap ikan harus dilarang
karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.
Dalam paragraf 13) itu kalimat topik diletakkan pada kalimat terakhir. Gagasan
utama ''bahwa pemakaian dinamit untuk menangkap ikan harus dilarang keras karena
lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya" dikembangkan oleh dua kalimat
pengembangan langsung yang menjelaskan kemudaratan penggunaan dinamit itu.
Mudarat dari segi dampak ledakan diungkapkan dalam kalimat [1] dan mudarat dari
segi keamanan diungkapkan dalam kalimat [4]. Kalimat [2] dan [3] merupakan
penjelasan terhadap kalimat [1], sedangkan kalimat [5] dan [6] merupakan penjelasan
terhadap kalimat[4].
Dengan hubungan-hubungan seperti itu, struktur paragraf 13) dapat
digambarkan sebagai berikut. KT
KPL KPL
72
Daftar Bacaan
Alwi, Hasan (peny.). 2001. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia; Paragraf. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 2009. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi Edisi Baru Cetakan IV. Jakarta: Akademika Pressindo.
Mustakim. 2014. Seri Penyuluhan: Bentuk dan Pilihan Kata Jakarta: Pusat
Pembinaan, Badan Bahasa.
Sasangka, SST. Wisnu. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Sriyanto. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Ejaan. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Sugono, Dendy (peny.) 2013. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Sugono, Dendy (peny.) 2013.. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
73
74