Farmasetika DASAR
Farmasetika DASAR
Pengertian Farmasetika
Setiap mahasiswa yang mengggeluti bidang farmasi diwajibkan mempelajari dan mendalami
ilmu farmasetika. Karena didalam ilmu farmasetika, kita mempelajari dasar-dasar farmasi. Kita
dianjurkan mempelajari tentang sejarah farmasi, sediaan-sediaan farmasi, singkatan-singkatan
dalam farmasi, penulisan resep dan lain-lain.
B. Ilmu Resep
Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi
bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
Pada waktu seseorang mulai terjun masuk ke dalam pendidikan kefarmasian, berarti dia mulai
mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal :
C. Sejarah Kefarmasian
Ilmu resep telah ada semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia di dunia ini
mulai timbul peradapan dan mulai terjadinya penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan
usaha masyarakat untukmelakukan usaha pencegahan terhadap penyakit. Orang-orang yang
berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran :
a.Hipocrates (460 – 370), memperkenalkan dunia farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Disebut
sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
b.Dioscorides, orang pertama yang menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi
terapan, karyanya “De Materia Medika”.
c.Galen (130 – 200 SM) memperkenalkan obat-obatan yang berasal dari alam, formula dan
sediaan farmasi yang disebut Farmasi Galenik.
d.Philipus Aureulus Theopratus Bombatus van Holhenheim (1493 – 1541 SM) disebut
Paracelsus, mempengaruhi perubahan farmasi , menyiapkan bahan obat spesifik dan
memperkenalkan zat kimia sebagai obat internal.
Sebagai buku panduan bagi farmasis, setiap negara memiliki buku farmakope yang memuat
persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain
yang berhubungan dengan obat-obatan.
Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
United State Pharmakope (USP) milik Amerika
British Pharmakope (BP) milik Inggris
Nederlands Pharmakope milik Belanda
Farmakope Internasional milik WHO
Di Indonesia sebelum mempunyai farmakope, yang berlaku adalah Farmakope Belanda Baru
pada tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan Farmakope Indonesia edisi I.
D. Farmakope
Farmakope merupakan buku yang memuat persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika,
cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan.
Judul tersebut dapat disingkat menjadi FI. Jika tidak ada keterangan lain, selama periode
berlakunya maka yang dimaksudkan adalah FI IV dan semua suplemennya.
Sediaan resmi dibuat dari bahan-bahan yang memenuhi persyaratan dalam monografi
Famakope untuk masing-masing bahan yang bersangkutan, yang monografinya tersedia dalam
Farmakope.
Bahan resmi harus dibuat sesuai denganprinsip-prinsip cara pembuatan yang baik dan dari bahan
yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, untuk menjamin agar bahan yang dihasilkan
memenuhi semua persayaratan yang tertera pada monografi Farmakope.
Apabila mongrafi suatu bahan sediaan memerlukan bahan yang jumlahnya dinyatakan sebagai
zat yang telah dikeringkan, bahan terseut tidak perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum
diunakan, asalkan adanya air atau bahan yang mudah menguap diperkenankan dalam jumlah
yang ditetapkan.
F. Bahan Tambahan
Bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi, tidak boleh mengandung bahan yang
ditambahkan, kecuali secara khusus diperkenankan dalam monografi.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau ketentuan umum, bahan-bahan yang diperlukan
seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, dan pembawa dapat
ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat atau penampilan
maupun untuk memudahkan pembuatan.
Bahan tambahan yang dianggap tidak sesuai dan dilarang digunakan, kecuali :
a. Bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.
b. Tidak melebihi jumlah minimal yang diperlukan untuk memberikan efek yang diharapkan.
c. Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan dari sediaan resmi
d. Tidak menganggu dalam pengujian dan penetapan kadar.
1. Tangas Uap
Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tangas dengan uap panas
mengalir. Dapat juga pemans lain yang dapat diatur, hingga suhunya sama dengan uap panas
mengalir.
2. Tangas Air
Jika dinyatakan penggunaan tangas air, tanpa menyebutkan suhu tertentu yang dimaksudkan
adalah tangas air yang mendidih kuat.
3. Larutan
Pernyataan (1 dalam 10 ) mempunyai arti 1 bagian volume cairan atau 1 bagian bobot zat padat
diencerkan dengan atau dilarutkan dalam pengencer atau pelarut secukupnya hingga volume
akhir 10 bagian volume.
4. Kelarutan
Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan istilah sebagai berikut :
5. Suhu Penyimpanan
Dingin : suhu tidak lebih dari 8oC; lemari pendingin memiliki suhu 2C dan 8C,
sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu – 20C dan – 10C
Sejuk :suhu antara 8C dan 15C
Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar erkendali adalah suhu yang diatur
antara 15C dan 30C
Hangat : suhu antara 30C dan 40C
Panas berlebih : suhu diatas 40C
6. Persen
Persen bobot per bobot (b/b), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram larutan atau
campuran
Persen bobot per volume (b/v), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan
Persen volume per volume (v/v), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan
7. Daluarsa
Waktu yang menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku. Daluarsa dinyatakan
dalam bulan dan tahun, harus ercantum dalam etiket.