Anda di halaman 1dari 9

1

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL


DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA DI
PANTI SOSIAL BINA REMAJA TARUNA JAYA
TEBET JAKARTA
Indri Arsita, Rilla Sovitriana
Universitas Persada Indonesia YAI

ABSTRAK

Penyesuaian diri remaja di panti merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh remaja
untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan, baik secara aktif maupun
pasif yang melibatkan respon mental dan tingkah laku. Faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri diantaranya ada konsep diri dan dukungan sosial. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah ada hubungan konsep diri dan dukungan sosial dengan penyesuaian
diri pada remaja di panti sosial bina remaja taruna jaya Tebet Jakarta. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif . Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja
binaan sosial taruna jaya yang berjumlah 42 subjek. Metode pengambilan data menggunakan
teknik sampling jenuh. Hasil analisis data dengan menggunakan regresi multivariate
diperoleh nilai R sebesar 0,544 yang berarti ada hubungan positif antara konsep diri dan
dukungan sosial dengan penyesuaian diri, analisis data variabel konsep diri dengan
penyesuaian diri diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy1) = 0,448 yang berarti ada hubungan
positif antara konsep diri dengan penyesuain diri, analisis data veriabel dukungan sosial
dengan penyesuain diri diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy2) = 0,432 yang berarti ada
hubungan positif antara dukungan sosial dengan penyesuain diri.

Kata kunci : Konsep Diri, Dukungan Sosial, Penyesuaian Diri

ABSTRAK
2

PENDAHULUAN menjadi sulit menemukan jati dirinya.


Masalah sosial sekarang ini terus Tidak sedikit remaja yang menghabiskan
berkembang seiring berjalannya waktu, waktu dijalanan terjerumus pada hal – hal
terlebih di Ibukota Jakarta, banyak masalah yang negatif. Remaja jalanan yang
sosial yang setiap tahunnya bermunculan. seharusnya masih mengenyam pendidikan
Jakarta menjadi pilihan warga urban terpaksa harus meninggalkan
karena merupakan pusat kota yang banyak pendidikannya karena faktor biaya.
orang berkeinginan untuk kehidupan yang
lebih baik, namun kenyataannya banyak Khusus untuk remaja bermasalah
masalah sosial bermunculan di Jakarta. sosial, seperti remaja putus sekolah dan
Salah satunya adalah anak jalanan,anak anak jalanan, pemerintah daerah Jakarta
terlantar dan remaja bermasalah. Dari memiliki Panti Sosial Bina Remaja ( PSBR
pusat kota hingga sudut kota sudah ). PSBR merupakan wadah arau tempat
menjadi pemandangan biasa anak - anak membina remaja bermasalah sosial agar
dan remaja beradu nasib dijalanan sebagai memilkiketerampilan, seperti ketermapilan
pengamen, pengemis ataupun dalam bidang tata busana, tata boga dan
remaja“punk”. lainsebagainya.Adanya PSBR memberikan
harapan kepada remaja untuk memiliki
Menurut Khofifah selaku Menteri masa depan yang baik.Hasil wawancara
Sosial, Dani Prabowo (2016, para 5), peneliti dengan pengurus PSBR Taruna
tercatat hingga saat ini jumlah anak jalanan Jaya Tebet, saat awal masuk panti, remaja
di Indonesia pada tahun 2015 yaitu 33.400, ada yang diantar oleh orang tua yang
dan data terbanyak berada di Provinsi DKI mengaku kurang mampu membiayai
Jakarta yaitu 7600 anak jalanan. Jumlah anaknya dan ada pula yang berasal dari
anak jalanan di Jakarta tidak semuanya panti sosial asuhan anak . Remaja yang
berasal dari Jakarta saja, sebagian besar diantar oleh orang tuanya untuk di bina di
justru berasal dari luar Jakarta.Latar PSBR harus mengikuti syarat dan prosedur
belakang keluarga menjadi salah satu yang sudah ditentukan. Bagi remaja yang
alasan adanya anak jalanan dan remaja berasal dari panti sosial asuhan anak,
bermasalah. Kesulitan ekonomi menjadi remaja tersebut dirujuk untuk dibina di
salah satu faktornya, banyak orang tua PSBR. Pengurus panti mengaku pada saat
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan awal masuk ada beberapa kasus remaja
anak secara materi sehingga banyak anak yang kabur dengan masalah sulit
yang turut ikut mencari nafkah dijalan. menyesuaikan diri dengan lingkungan di
Sebagian besar anak jalanan dan remaja panti.
bermasalah tidak melanjutkan sekolah atau
putus sekolah. Hal ini membuat remaja Remaja yang kabur merasa tidak
menjadi tidak memiliki masa depan yang nyaman dengan lingkungan panti yang
baik. penuh peraturan yang harus ditaati, namun
tidak jarang juga setelah kabur ada yang
Hurlock ( dalam Fani,Latifah 2012 kembali lagi.
: 21 )Masa remaja dianggap sebagai masa
labil yaitu remaja berusaha mencari jati Ada beberapa masalah penyesuaian diri
dirinya dan mudah sekali menerima yang dialami remaja dipanti, selain harus
informasi dari luar dirinya tanpa ada menaati peraturan panti, remaja juga
pemikiran lebih lanjut. Remaja yang memiliki kesulitan menyesuaikan diri
seharusnya masih butuh pengarahan dari dengan penghuni panti lainnya, yaitu
orang tua untuk mencari jati dirinya, dengan pengasuh dan teman sebaya.
namun dengan adanya masalah sosial yang Selama tinggal di panti remaja
menjadikan remaja sebagai anak jalanan membutuhkan penyesuaian diri dengan
dan harus mencari nafkah membuat remaja lingkungan di panti. Atwater ( dalam
3

Ida,Putu 2016:554 ) penyesuian diri Gufron dan Rini, 2014:13) mengatakan


merupakan perubahan yang terjadi dalam bahwa konsep diri merupakan gambaran
diri individu dan lingkungan sekitar untuk seseoang mengenai diri sendiri yang
mencapai suatu hubungan yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
memuaskan dengan orang lain dan psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan
lingkungan. Dijelaskan juga oleh Willis ( prestasi yang mereka capai. Konsep diri
dalam Fani,Latifah 2012:21 ) penyesuaian juga merupakan gambaran seseorang
diri menuntut kemampuan remaja untuk tentang dirinya, yang dibentuk melalui
hidup dan bergaul secara wajar terhadap pengalaman–pengalaman yang di peroleh
lingkungannya, sehingga remaja merasa dari interaksi dengan lingkungan.Remaja
puas terhadap diri sendiri dan di panti yang memiliki konsep diri yang
lingkungannya. Remaja yang tinggal di positif akan lebih mudah menyesuaikan
panti dapat menyesuaikan diri dengan diri di lingkungan panti, baik dengan
membaur dan sering berinteraksi dengan teman sebaya ataupun dengan pengasuh.
teman sebaya maupun pengasuh di panti.
Bagi remaja yang tinggal di panti,
Penelitian Ida dan Putu ( 2016 : lingkungan panti merupakan lingkungan
542) ,menunjukkan proses penyesuaian sosial utama yang dikenal, sehingga remaja
diri pada remaja di panti asuhan dapat perlu melakukan penyesuaian diri sesuai
diatasi dengan pemberian beberapa dengan lingkungan di panti, dan kebutuhan
aktivitas yang memungkinkan remaja di yang dituntut dari lingkungan tersebut agar
panti asuhan yang apabila memiliki proses pencapaian keharmonisan dalam
penyesuaian diri rendah dapat berbaur mengadakan hubungan yang memuaskan
dengan penghuni panti asuhan yang bersama teman sebaya dan pengasuh. Rook
lainnya yang memiliki kemampuan (dalam Fani,Latifah 2012:25 ) mengatakan
penyesuaian diri yang baik. PSBR pun bahwa dukungan sosial merupakan salah
mempunyai beberapa kegiatan selain satu fungsi dari ikatan sosial, dan
keterampilan, seperti kegiatan olahraga, menggambarkan tingkat kualitas umum
kesenian hingga kegiatan kewarganegaraan dari hubungan interpersonal. Remaja
seperti upacara atau apel Setiap hari senin. dalam mencapai penyesuaian diri yang
Kegiatan yang dilakukan menghasilkan maksimal memerlukan dukungan sosial
remaja di panti membaur dan mudah dari orang terdekat dilingkungannya yaitu
menyesuaikan diri. dengan pengasuh dan teman -teman
sesama penghuni pantiDalam penelitian
Penelitian Ida dan Putu (2016 : Fani dan Latifah (2012:21) menyatakan
542) menunjukkan remaja di panti dengan hasil penelitian analisis data menunjukkan
penyesuaian diridianalisis melalui bahwa ada hubungan antara dukungan
kemampuan remaja di panti dalam sosial dengan penyesuaian diri remaja di
mengatasi masalah yang terjadi dengan panti asuhan.
mengontrol emosi yang baik, serta
memiliki gambaran diri positif juga Penyesuaian diri remaja di panti
mampu menjalin hubungan interpersonal merupakan suatu usaha yang dilakukan
yang baik dengan orang lain. Salah satu oleh remaja untuk mempertemukan
kemampuan untuk mengatasi penyesuaian tuntutan diri sendiri dengan lingkungan,
diri remaja di panti adalah konsep diri. baik secara aktif maupun pasif yang
Chaplin ( dalam Yudit, 2008:147) melibatkan respon mental dan tingkah
mengemukakan bahwa konsep diri adalah laku. Sehingga tercapai hubungan yang
evaluasi individu mengenai diri sendiri, harmonis antara diri remaja dengan
penilaian atau penaksiran mengenai diri lingkungan panti.Adannya konsep diri
sendiri oleh individu yang bersangkutan. yang dimiliki remaja, dengan mudah
Sedangkan menurut Hurlock ( dalam remaja dapat menyesuaikan diri dengan
4

lingkungan panti baik dengan pengasuh Menurut Runyon dan Haber (


maupun dengan teman sebaya.Remaja di dalam Putri Rosalia, 2013: 73) ada lima
panti juga membutuhkan dukungan sosial aspek dalam penyesuaian diri, yaitu :
untuk menyesuaikan diri di lingkungan
panti. Dukungan sosial menunjukkan pada a. Persepsi terhadap realitas, Individu
hubungan interpersonal yang melindungi mengubah persepsinya tentang kenyataan
individu terhadap konsekuensi negatif dari hidup dan menginterpretasikannya,
stress. Dukungan sosial yang diterima sehingga mampu menentukan
dapat membuat individu merasa tenang, tujuanrealistis sesuai dengan
diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya kemampuannya serta mampu mengenali
diri dan kompeten. konsekuensi dan tindakannya agar dapat
menuntun pada perilaku yang sesuai.
b.Kemampuan menghadapi stress dan
TUJUAN PENELITIAN kecemasan berarti individu mampu
mengatasi masalah-masalah yang timbul
Tujuan penelitian ini adalah untuk dalam hidup dan mampu menerima
mengatahui: kegagalan yang dialami.
1.Untuk mengetahui hubungan konsep diri c.Gambaran diri yang positif, yaitu
dengan penyesuaian diri pada Remaja di berkaitan dengan penilaian individu
PSBR Taruna Jaya Tebet Jakarta. tentang dirinya sendiri.
2. Untuk mengetahui hubungan dukungan d. Kemampuan mengekspresikan emosi
sosial dengan penyesuaian diri pada remaja dengan baik berarti individu memiliki
di PSBR Taruna Jaya Tebet Jakarta. ekspresi emosi dan kontrol emosi yang
3. Untuk mengetahui hubungan konsep diri baik dan tidak berlebihan.
dan dukungan sosial dengan penyesuaian e. Hubungan interpersonal yang baik
diri pada remaja di PSBR Taruna Jaya berkaiatan dengan hakekat individu
Tebet Jakarta. sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir
TINJAUAN PUSTAKA tergantung pada orang lain. Individu yang
mempunyai penyesuiaan diri yang baik
Penyesuaian Diri mampu membentuk hubungan dnegan cara
Menurut Schneider yang berkualitas dan bermanfaat.
(Hendriati,2009:146 ) bahwa penyesuaian Konsep Diri
diri merupakan satu proses yang mencakup
respon – respon mental dan tingkah laku, Menurut William H. Fitts (Hendriarti,
yang merupakan usaha individu agar 2009:139) mengemukakan bahwa konsep
berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, diri merupakan aspek penting dalam diri
konflik dan frustrasi yang dialami dalam seseorang, karean konsep diri seseorang
dirinya. Usaha tersebut bertujuan untuk merupakan kerangka acuan ( Frame of
memperolehkeselarasan dan keharmonisan reference ) dalam berinteraksi dengan
antar tuntutan dalam diri dengan apa yang lingkungan.
diharapkan oleh lingkungan. Menurut Fitts (Hendriarti, 2009:139)
Faktor- faktor yang mempengaruhi membagi konsep diri dalam dua dimensi
penyesuaian diri Scheneider ( dalam pokok, yaitu,
Sunarto, 2002:229) yaitu,, kondisi a. Dimensi Internal
jamaniah, perkembangan, pematangan dan
penyesuaian diri, penentu psikologis Dimensi internal atau yang disebut juga
terhadap penyesuaian diri, lingkungan, kerangkan acuan internal adalah penilaian
5

yang dilakukan individu yakni penilaian e. Kesempatan untuk mengasuh,


yang dilakukan individu terhadap dirinya bergantung dengan orang lain dan
sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya. merasakan dibutuhkan orang lain.
Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :
f. Pengakuan, Penerimaan, kasih sayang
1) Diri Identitas ( identity self ) dan menghormati dapat membuat individu
merasa memiliki harga diri dan kecukupan
2) Diri Pelaku ( behavioral self ) diri.
3) Diri Penerimaan / Penilai ( Judging self KERANGKA BERPIKIR
)
Remaja yang tinggal dilingkungan baru
b. Dimensi Eksternal biasanya butuh waktu untuk dapat
1) Diri fisik ( physical self ) melakukan penyesuaian diri. Hurlock (
1994 ) menyatakan bahwa masa remaja
2) Diri etik/moral (moral/ethical self) dianggap sebagai masa labil yaitu dimana
3) Diri pribadi (personal self) individu berusaha mencari jati dirinya dan
mudah sekali menerima informasi dari luar
4) Diri keluarga ( family self ) dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut.
Penyesuaian diri menuntut kemampuan
5) Diri sosial ( social self )
remaja untuk hidup dan bergaul secara
Dukungan Sosial wajar terhadap lingkungannya.
Rook ( dalam Fani dan Latifah, 2012 : 25 ) Selain penyesuaian diri perlu ditinjau
mengatakan bahwa dukungan sosial pula individu yang memiliki konsep diri
merupakan salah satu fungsi dari ikatan yang baik. Chaplin ( dalam Yudit 2008 :
sosial, dan ikatan – ikatan sosial tersebut 147 ) mengemukakan bahwa konsep diri
menggambarkan tingkat kualitas umum adalah evaluasi individu mengenai dirinya
dari hubungan interpersonal. sendiri, penilaian atau penaksiran
mengenai diri sendiri oleh individu yang
Menurut Weiss ( Baron dan Kerr, 2003 : bersangkutan. Oleh karena itu konsep diri
180 ) membagai dukungan sosial ke dalam sangat berperan terhadap penyesuaian diri
enam dimensi yaitu : remaja.
a. Kelekatan, merasakan dukungan Selain konsep diri untuk dapat
emosional, kedekatan dan menyukai dalam melakukan penyesuaian diri remaja juga
kelompok. Dibina dengan kasih sayang, membutuhkan dukungan sosial. Dukungan
kepedulian dan perhatian anggota sosial dari lingkungan dimana remaja itu
kelompok. berada berpengaruh terhadap terbentuknya
b. Bimbingan, berupa memberikan penyesuaian diri. Menurut House (dalam
informasi, nasehat dan umpan balik yang Fani 2012:29) dukungan sosial merupakan
disediakan oleh kelompok. hubungan interpersonal yang didalamnya
berisi pemberian bantuan yang melibatkan
c. Bantuan Nyata, berupa bantuan material, aspek – aspek yang terdiri dari informasi,
keuangan atau bnatuan berbentuk perhatian emosional, penghargaan dan
pelayanan. bantuan instrumental yang diperoleh
d. Terlibat dalam jaringan sosial, merasa individu melalui interaksi dengan
diterima dan merasa bagian dari kelompok lingkungan.
membuat individu merasakan identitas.

HIPOTESIS
6

Ha 1: Adanya hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri pada remaja di
dengan penyesuaian diri pada remaja di panti sosial bina remaja taruna jaya Tebet
panti sosial bina remaja taruna jaya Tebet Jakarta” diterima. Hal ini menunjukkan
Jakarta. ada hubungan ke arah positif pada konsep
diri dan penyesuaian diri pada remaja di
Ha 2 : Adanya hubungan antara dukungan panti sosial bina remaja taruna jaya Tebet
sosial dengan penyesuaian diri pada remaja Jakarta.
di panti sosial bina remaja taruna jaya Pada hipotesis kedua juga
Tebet Jakarta. menggunakan korelasi bivariate dimana
Ha3 : Adanya hubungan antarakonsep diri hasil analisis data dukungan sosial dengan
dan dukungan sosial dengan penyesuaian peneyesuaian diri diperoleh r = 0,452 dan p
diri pada remaja di panti sosial bina remaja = 0,003, p < 0,01. Hal ini berarti bahwa
taruna jaya Tebet Jakarta. Ho2 di tolak dan Ha2 yang berbunyi “ada
hubungan dukungan sosial dengan
penyesuaian diri pada remaja di panti
METODE PENGUMPULAN DATA sosial bina remaja taruna jaya Tebet
Jakarta” diterima. Hal ini menunjukkan
Jenis skala dalam penelitian ini ialah skala bahwa ada hubungan ke arah positif
Likert yang terdiri dari skala penyesuaian dukungan sosial dengan penyesuaian diri
diri, skala konsep diri, dan skala dukungan pada remaja di panti sosial bina remaja
sosial. Skala Likert digunakan untuk taruna jaya Tebet Jakarta.
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang Pada hipotesis ketiga menggunakan
fenomena sosial (Sugiyono, 2010 : 134) analisis multivariate correlation dan
yang memiliki lima alternatif jawaban diperoleh koefisien korelasi (R) antara
terdiri dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), konsep diri dan dukungan sosial dengan
Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat penyesuaian diri sebesar, 0,571 R Square
Tidak Sesuai (STS). sebesar 0,326 serta p = 0,000 dimana p <
0,05. Hal ini berarti Hal ini berarti bahwa
Ho3 di tolak dan Ha3 yang berbunyi “Ada
METODE ANALISIS DATA hubungan antara konsep diri dan dukungan
Dalam penelitian ini metode yang sosial dengan penyesuaian diri pada remaja
digunakan dalam menguji hipotesis dan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya
menganalisa data menggunakan metode Tebet Jakarta” diterima. Hal ini
korelasi bivariate dan korelasi menunjukkan ada hubungan ke arah positif
multivariate. konsep diri dan dukungan sosial dengan
penyesuaian diri pada remaja di Panti
Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet
Jakarta.
HASIL PENELITIAN Dari hasil analisis regresi multivariate
Dalam penelitian ini, teknik perhitungan kontribusi konsep diri dan dukungan sosial
korelasi menggunakan rumus bivariate diperoleh 32,6 % dan sisanya dari faktor
correlation dan multivariate correlation. lainnya.
Pada hipotesis pertama dari hasil analisis
data uji koefisien korelasi konsep diri PEMBAHASAN
dengan penyesuaian diri diperoleh r = Dari hasil penelitian untuk uji hipotesis
0,471 dan p = 0,002, p < 0,01. Hal ini secara bivariate antara variabel konsep
berarti bahwa Ho1 di tolak dan Ha1 yang diri dengan penyesuaian diri diperoleh
berbunyi “ada hubungan konsep diri nilai koefisien korelasi (rxy1) sebesar
0,471 dengan p = 0,002 ˂ 0,05. Maka
7

diketahui terdapat hubungan positif 2.Ada hubungan dengan arah positif


antara konsep diri dengan penyesuaian antara dukungan sosial dengan
diri. Hal ini menunjukan ada hubungan penyesuaian diri pada remaja di Panti
antara konsep diri dan penyesuaian diri Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet
pada remaja di Panti Sosial Bina Jakarta
Remaja Taruna Jaya Tebet Jakarta. 3.Ada hubungan positif antara konsep
Hasil korelasi dengan arah positif diri dan dukungan sosial dengan
menunjukan bahwa semakin tinggi penyesuaian pada remaja
konsep diri, maka semakin tinggi pula
tinggi penyesuaian diri. Begitu pula di Panti Sosial Bina Remaja Taruna
sebaliknya, remaja yang memiliki Jaya Tebet Jakarta.
konsep diri rendah, maka semakin
rendah pula tingkat penyesuaian diri.
SARAN
Hasil penelitian untuk uji hipotesis
secara bivariate antara variabel 1. Saran Teoritis
dukungan sosial dengan penyesuaian Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
diri diperoleh nilai koefisien korelasi untuk meneliti lebih lanjut mengenai
(rxy2) sebesar 0,452 dengan p = 0,003 ˂ penyesuaian diri dengan mencari
0,05. Maka diketahui bahwa terdapat faktor lain yang tidak dimasukan
hubungan positif antara dukungan sosial dalam penelitian ini, serta dapat
dengan penyesuaian diri. Hal ini menggunakan jumlah populasi yang
menunjukan ada hubungan antara lebih banyak.
dukungan sosial dengan penyesuaian
diri pada remaja di Panti Sosial Bina 2. Saran Praktis
Remaja Taruna Jaya Tebet Jakarta. a. Bagi Remaja Panti Sosial Bina
Hasil korelasi dengan arah positif Remaja Taruna Jaya JakartaBagi remaja
menunjukan bahwa semakin tinggi diharapkan dapat mempertahankan
dukungan sosial, maka semakin tinggi penyesuiaan diri dengan cara
pula tingkat penyesuaian diri dan memahami hidup sesuai realita, dapat
sebaliknya semakin rendah dukungan melihat kelebihan dan kekurangan diri
sosial, maka semakin rendah pula serta memiliki hubungan interpersonal
tingkat penyesuaian diri. yang baik. Dan juga dapat
Hasil penelitian untuk uji hipotesis meningkatkan konsep diri dengan cara
korelasi multivariate antara variabel mengenali identitas diri, penerimaan
konsep diri dan dukungan sosial dengan diri, mengenali diri pribadi dan keluarga
penyesuaian diri di peroleh nilai R serta sosial. Dan lebih ditingkatkan
sebesar 0,571 dengan p = 0,000 ˂ 0,05. untuk dukungan sosialnya dengan cara
Maka diketahui bahwa ada hubungan memiliki kelekatan emosional dengan
positif antara konsep diri dan dukungan teman maupun pengurus panti.
sosial dengan penyesuaian diri pada b. Bagi Panti Sosial Bina Remaja
remaja di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Panti Sosial Bina Remaja
Taruna Jaya Tebet Jakarta. Taruna Jaya dapat membantu remaja
KESIMPULAN binaan sosial dalam mempertahankan
penyesuaian diri dengan cara menjalin
1.Ada hubungan dengan arah positif hubungan interpersonal yang lebih erat
antara konsep diri dengan penyesuaian lagi. Mempertahankan konsep diri
diri pada remaja di Panti Sosial Bina dnegan cara membantu remaja panti
Remaja Taruna Jaya Tebet Jakarta mengetahui kelebihan dan kekurangan
diri. Kemudian membantu
8

meningkatkan dukungan sosial dengan M.Nur Ghufron & Rini Risnawita S.


cara, lebih memperhatikan remaja panti (2014). Teori – Teori Psikologi. Jogjakarta.
serta membuat remaja merasa AR- RUZZ MEDIA.
dibutuhkan orang lain.
Mutammimah. (2014). Hubungan Konsep
Diri dan Kecerdasan Emosi dengan
DAFTAR PUSTAKA Kemempuan Penyesuaian Diri pada
Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, Vol 3
Ayu Nuzulia Rahma. (2011). Hubungan No. 1.
Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan
Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan. Namora Lumongga Lubis. ( 2009 ).
Jurnal Psikologi Islam, Vol 8 No. 2. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta.
Kencana Prenada Media Group.
Desminta. (2009).Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. PT.Remaja Rosda Karya. Putri Rosalia Ningrum. ( 2013 ).
Perceraian Orang Tua dan Penesuaian Diri
Enung Fatimah M.M. (2006). Psikologi Remaja. Ejournal Psikologi Fisip-Unmul,
Perkembangan (Perkembangan Peserta Vol 1 No. 1.
Didik). Bandung .CV Pustaka Setia.
Robert S. Baron & Norbert L. Kerr. ( 2003
Fani Kumalasari & Latifah Nur Ahyani. ). Group Process, Group Decision, Group
(2012). Hubungan Antara Dukungan Action. Buckingham Philadlphia.Open
Sosial dengan Penyesuaian Diri Remaja di Univercity Press.
Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur, Vol
1 No. 1. Saifudin Azwar. (2014). Dasar-dasar
Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hendriarti Agustiani.(2009). Psikologi
Perkembangan Pendekatan Ekologi Sugiyono (2010). Metode Penelitian
Kaitannya dengan Konsep Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
DiriPenyesuaian Diri Pada Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Remaja.Bandung. PT Refika Aditama
Sunarto & B. Agung Hartono. ( 2002 ).
Ida Ayu Ratih Tricahyani & Putu Perkembangan Peserta Didik. Jakarta.
Nugrahaeni Widiasavitri. (2016). Rineka Cipta.Y
Hubungan Antara Dukungan Sosial
dengan Penyesuaian Diri Pasa Remaja Yudit Oktaria Kristiani Pardede. ( 2008 ).
Awal di Panti Asuhan Kota Denpasar. Konsep Diri Anak Jalanan Usia Remaja.
Jurnal Psikologi Udayana, Vol 3 No. 3. Jurnal Psikologi, Vol 1 No. 2.
Kerlinger, Fred. N. (2004). Asas-asas
Penelitian Behavioral Edisi Ketiga.
Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Kuncono Teguh Yunanto. (2005). Aplikasi


Komputer Psikologi Edisi II: Diktat Kuliah
dan Panduan Praktikum. Jakarta : FPsi UPI
YAI.
1

Anda mungkin juga menyukai