Disusun Oleh:
B. KLASIFIKASI
Penyakit gagal ginjal kronis atau CKD dikelompokkan menjadi beberapa
stage yang bergantung dengan nilai GFR (laju filtrasi glomerulus). Berikut
adalah klasifikasi CKD menurut National Kidney Foundation (dalam Black and
Hawks, 2014), yaitu:
GFR
Derajat Penjelasan
(mL/min/1,73m2)
Kerusakan ginjal dengan GFR normal
Stage 1 ≥ 90
atau naik )risiko CKD)
Kerusakan ginjak dengan GFR menurun
Stage 2 ringan (kelainan ginjal kronis/Chronic 60-89
renal issuficiency (CRI))
Kerusakan ginal dengan GFR menurun
Stage 3 sedang (Chronic renal issuficiency 30-59
(CRI)-early issuficiency)
Kerusakan ginjal dengan GFR menurun
Stage 4 berat (gagal ginjal kronis, laternal 15-29
issuficiency, pre-end stage renal disease)
Gagal ginjal (penyakit ginjal stadium
Stage 5 <15 atau dialisis
akhir (end-stage renal disease)
C. ETIOLOGI
CKD disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, sehingga uremia atau retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer & Bare, 2010).
Penyebab terjadinya CKD (Doenges, Moorhouse, & Murr, 2014) yaitu
nekrosis tubular akut (ATN) akibat acute kidney injury (AKI); diabetes mellitus
(40%) dan hipertensi (25,2%); glomerulonephritis; thrombosis renal vein;
benign prostatic hyperplasia (BPH); tumor ganas atau jinak; obat-obatan seperti
aminoglikosida, pewarna kontras, dan NSAID.
D. MANIFESTASI KLINIS
Berikut adalah manifestasi yang ditunjukkan pada individu yang
mengalami CKD (White, Duncan, & Baumle, 2013; Smeltzer, Bare, Hinkle, &
Cheever, 2010), yaitu:
E. PATHOFISIOLOGI
Penyakit ginjal kronik (PGK) sering berlangsung secara progresif
melalui empat derajat. Penurunan cadangan ginjal menggambarkan LFG sebesar
35% sampai 50% laju filtrasi normal. Insufisiensi renal memiliki LFG 20 %
sampai 35% laju filtrasi normal. Gagal ginjal mempunyai LFG 20% hingga 25%
laju filtrasi normal, sementara penyakit ginjal stadium terminal atau akhir (end
stage renal disease) memiliki LFG < 20% laju filtrasi normal (Kowalak, Weish,
& Mayer, 2011).
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi
kurang lebih sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan massa ginjal
mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih bertahan
(surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan
seluruh beban kerja ginjal, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti
sitokinin dan growth factors. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan
filtrasi, yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi
yang sangat rendah. Pada akhirnya, jika 75% massa nefron sudah hancur, maka
LFG dan beban zat terlarut bagi setiap nefron semakin tinggi, sehingga
keseimbangan glomerulus – tubulus (keseimbangan antara peningkatan filtrasi
dan reabsorpsi oleh tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan (Sudoyo, Setiyohadi,
Alwi, Simadibrata K, & Setiati, 2007; Price & Wilson, 2013).
Glomerulus yang masih sehat pada akhirnya harus menanggung beban
kerja yang terlalu berlebihan. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya
sklerosis, menjadi kaku dan nekrosis. Zat – zat toksis menumpuk dan perubahan
yang potensial menyebabkan kematian terjadi pada semua organ-organ penting
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
F. PATHWAY
GA
GA
LG
IN
JA
L
KR
ON
Peningkatan
IK
Penurunan laju infiltrasi Renin meningkat Proteinuri Penurunan
a fungsi ginjal kadar kreatinin
glomelurus
dan BUN serum
ekstravasasi
Dx : Kelebihan vol.
cairan
Edema
(Brunner & Suddart, 2013 Levin, 2010 Price, 2006 Smeltzer, 2009).
G. NURSING CARE PLAN
(Doenges, Moorhouse, & Murr, 2014)
a. Kelebihan Volume Cairan
Ditandai dengan : Edema anasarka (seluruh badan masih bengkak, muka
terlihat sembab), Asites, Sesak napas, Hasil X-Ray menunjukkan edema
paru
Tujuan : Tidak terjadi kelebihan volume cairan dan mempertahankan berat
tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria Hasil: Keseimbangan Cairan
Keseimbangan volume cairan pada klien tercapai dibuktikan dengan input
dan output seimbang, tanda vital dalam batas normal, berat badan stabil,
berkurang/tidak ada edema, tidak sesak napas, hasil X-ray tidak
menunjukkan edema.
Intervensi Rasional
Pantau, kaji tanda dan lokasi edema. Mengevaluasi derajat edema. Edema
Pitting mungkin
edema, ukur lingkar abdomen untuk dapat tergeneralisir atau terlokalisir di
mengkaji area
tertentu. Edema dependant biasanya
Asites terjadi
pada lansia.
Monitor, catat dan hitung intake dan Mencegah kelebihan cairan bertambah
outake parah.
Kebutuhan cairan klien harus dihitung
tiap 24 jam dengan
tepat agar sesuai input. Output dipantau
sebagai evaluasi/indikator keberhasilan
terapi.
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Mandiri
Beri makan dengan porsi kecil tapi Porsi kecil membantu dalam menambah
sering. intake
makakana
Pertahankan oral hygiene dan oral Mengurangi ketidaknyamanan dari
care stomatitis oral,
rasa tidak enak di mulut yang
sebelum dan sesudah makan mempengaruhi input
makanan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi, berikan Kerjasama dengan profesi lain akan
kalori meningkatan
hasil kerja yang baik. Pasien dengan CKD
tinggi rendah protein butuh
diit yang tepat untuk perbaikan keadaan dan
fungsi
ginjalnya.
Intervensi Rasional