Metode Tambang Bawah Tanah
Metode Tambang Bawah Tanah
N
Gambar 1. Overview Tambang Bawah Tanah PTFI
1
BAB II. TAHAP UTAMA DALAM METODE TAMBANG BAWAH TANAH
Ada beberapa tahap utama dalam metode tambang bawah tanah yaitu :
1 Tahap Development, atau persiapan pembukaan tambang bawah tanah, seperti
membuat terowongan jalan masuk/keluar utama, terowongan ventilasi (intake drift &
exhaust drift), terowongan produksi (panel drift, stope drift, foot wall/hanging wall drift
draw point drift, dll), terowongan pengangkutan (truk atau belt conveyor, dll).
2. Tahap Konstruksi (membangun fasilitas dan infrastruktur penambangan), yaitu
tahap membangun atau memasang fasilitas seperti, mesin pemecah bijih (crusher),
pemasangan kipas utama ventilasi tambang (main fan), pemasangan rock breaker,
grizzly, feeder, belt conveyor, bengkel, perkantoran dan lain-lainnya.
3. Tahap Produksi, pada tahap ini kegiatan penambangan sudah mulai melakukan
aktifitas produksi, semua alat-alat berat produksi dioperasikan, seperti loader, truk,
crusher, feeder, belt conveyor, dll. Tempat bijih digali disebut stope.
Dalam merencanakan tambang, ada 4 (empat) point penting yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Keselamatan & Kesehatan Kerja Tambang. Dalam merencanakan tambang
bawah tanah, maka faktor utama yang harus direncanakan adalah keselamatan &
kesehatan kerja untuk pekerja, serta keselamatan peralatan & fasilitas tambang
lainnya. Perusahaan tambang dan manajemennya harus membuat peraturan
keselamatan kerja (Standard Operating Procedure – SOP) dan peraturan
pengoperasian semua peralatan dan permesinan tambang.
2. Ventilasi tambang (pengelolaan udara didalam tambang). Dalam merancang
tambang, semua kebutuhan udara, baik untuk pekerja tambang, udara untuk
mengeliminir gas-gas buangan dari mesin-mesin diesel tambang, maupun gas-
gas kotor dari hasil peledakan, maupun gas-gas yang keluar dari kantong-kantong
batuan (CO, H2S, CH4).
3. Kestabilan Bukaan Tambang (Mekanika Batuan), perlakuan terhadap massa
batuan yang mengalami deformasi, akibat dari penggalian batuan, baik dari
struktur batuan itu sendiri maupun dari faktor luar yang mempengaruhinya, seperti
rembesan air, dll. Disain atau rancangan bentuk terowongan yang akan dibuat,
2
sangat menentukan kekuatan terowongan tersebut terhadap stress / tegangan
yang mempengaruhinya.
4. Penirisan Tambang (Hydrology). Pengelolaan air yang keluar dari celah batuan
atau kantong air didalam batuan dari proses penambangan, perlu dikelola dengan
benar, baik dari segi kuantitas atau debit & volume air yang keluar, maupun
kwalitas air tambang tersebut. Sifat keasaman air tambang, perlu di netralisir,
dinaikkan standar ph nya menjadi netral (ph = 7) sebelum air tersebut mengalir
kesungai dll.
Keempat point diatas adalah kunci utama dalam merancang tambang bawah tanah,
selain faktor-faktor yang lainnya, seperti sarana penunjang perbengkelan / perawatan mesin-
mesin tambang, penyediaan sumber tenaga listrik, perkantoran, infrastruktur yang ada diluar
tambang, seperti tempat penimbunan bijih/batubara (stock pile), tempat penampungan &
pembuangan tanah penutup dan batuan bukan mineral (waste dump) dan sarana
pengangkutan ke pabrik pengolahan mineral/batubara.
Untuk menekan agar udara mengalir kedalam tambang melalui terowongan, maka
perlu digunakan kipas utama ventilasi tambang (main mine fan) dengan berbagai tipe, ukuran
dan teknik pemasangannya, yang mana dimensinya, tergantung dari kebutuhan udara bersih
untuk pekerja tambang, untuk menghilangkann gas-gas pengotor dari perlapisan
batuan/batubara, debu-debu dan gas buang atau asap yang keluar dari peralatan tambang
seperti truk, loader, dan lain-lainnya.
Untuk menjaga kestabilan terowongan tambang, baik pada saat pembukaan
(development), maupun saat penambangan & pasca penambangan, maka diperlukan pula
rancangan jenis penyanggaan terowongan (artificial support) dan juga pekerjaan
pemantauan (monitoring) kestabilan terowongan tersebut. Berbagai metode penyanggaan
tambahan (artificial ground support) telah dikembangkan, seperti , jaring kawat (weld mesh,
wire mesh), paku bumi (rock bolt, cable bolt, resin bolt), penyangga kayu (timber set,
cribbing), penyangga besi (h-beam steel set), penyangga beton (concrete lining), semen
tembak/ semen semprot (shotcrete), penyangga hidrolik (hydraulic prop, hydraulic power roof
support), dan lain-lainnya. Penyanggaan alami dari batuan itu sendiri (natural rock support)
adalah lebih baik digunakan, jika tidak memerlukan penyanggaan tambahan (artificial
support) yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja dan juga keselamatan kerja
dalam proses penambangan.
3
BAB III. SYARAT-SYARAT PENERAPAN TAMBANG BAWAH TANAH
Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode penambangan
yang paling cocok dengan keunikan karakter endapan mineral / batubaranya, seperti sifat
alamiah endapan, geologi endapan dan lingkungan disekitar area endapan mineral /
batubara yang akan ditambang, dan juga dengan memperhatikan faktor-faktor keselamatan,
keamanan, teknologi dan ekonominya. Batasan keekonomian berarti bahwa dengan biaya
produksi yang rendah tetapi dapat diperoleh keuntungan pengembalian yang maksimum
(return the maximum profit ataupun rate of return ROR).
4
BAB IV. RUANG LINGKUP TAMBANG BAWAH TANAH
3. Kegiatan Penyanggaan (Ground Support), pemasangan weld / wire mesh, split set,
rock bolt, cable bolt, resin bolt, timber set, steel set.
5
BAB V. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TAMBANG BAWAH TANAH SECARA
UMUM
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral yang
dilakukan dengan membuat terowongan (tunnel atau adit) menuju lokasi mineral tersebut,
atau dengan membuat shaft untuk menuju lokasi tambang.
6
Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu
dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk dapat dibedakan sebagai berikut :
Ramp, jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari permukaan tanah
menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya digunakan untuk jalan kendaraan
atau alat-alat berat menuju dan dari bawah tanah.
Shaft, yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan menuju
cadangan mineral. Shaft dilengkapi dengan “headframe” untuk tempat mesin hoist,
menaikkan dan menurunkan lift yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau
bijih.
Tunnel/Adit, yaitu terowongan mendatar (horisontal) yang umumnya dibuat dari
kedua sisi bukit/gunung atau dari satu sisi menuju ke lokasi tambang.
7
Gambar 3. Adit (jalan masuk horizontal kedalam tambang bawah tanah)
8
BAB VII. PEMBAGIAN METODE TAMBANG BAWAH TANAH
9
Glory Hole Method
Sublevel Stoping
Sublevel Long Hole Stoping
1. A. GOPHERING COYOTING
10
1. B. GLORY HOLE METHOD
11
1. C. SUBLEVEL STOPING / SUBLEVEL LONG HOLE STOPING
METHOD
12
Gambar 7. Metode Penambangan “Sub Level Long Hole Open Stope”
13
2. SUPPORTED STOPE METHOD
Supported Stope Method adalah metode penambangan bawah tanah yang
menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Karakteristik penambangan
Supported Stope Method :
Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk (country rock) yang lunak.
Cara penambangannya secara sistematis.
Supported Stope Method dibedakan menjadi :
a. Shrinkage Stoping
b. Cut and Fill Stoping
c. Stull Stoping
d. Square Set Stoping
Metode ini dipakai untuk menambang “vein” yang sempit maupun lebar dengan
kemiringan vein yang terjal/dalam. Endapan bijih yang sudah diledakkan akan
mengerucut (shrunk off) turun kelevel bawah dan kemudian bijih masuk ke lobang
penarikan atau “draw point”.
14
Gambar 9. Metode Penambangan “Shrinkage Stoping”
Yang membedakan pada metode ini, stope yang sudah selesai ditambang, akan
di-isi dengan batuan biasa (waste rock filling) sampai stope-nya penuh. Pada saat
ini material pengisian, bisa menggunakan campuran batuan biasa dengan “tailing”
atau pasir sisa dari mill/concentrator yang dicampur juga dengan semen (paste
15
filling).. Guna pencampuran bahan “filling” ini, untuk lebih padat dan homogen
pengisian pada stope dan menguatkan dinding pada penambangan stope
berikutnya.
Karakteristik penambangan dengan Metode Cut & Fill, adalah sebagai berikut :
Stope setelah ditambang, dilakukan pengisian dengan batuan biasa (waste
rock) atau dengan kombinasi pasir sisa / tailing dan semen (paste filling)..
Endapan bijih cukup tebal 10 s/d 30 meter.
Kemiringan endapan terjal, diatas 70 derajat
Penambangan tidak selektif
Endapan bijih berkadar / grade cukup tinggi, karena penggalian bijih
menggunakan metode peledakan..
16
2. c. STULL STOPING
17
Gambar 11. Metode Penambangan “Stull Stoping”
18
2. D. SQUARE SET STOPING
19
Setiap kemajuan stope harus diikuti dengan segera pemasangan penyangga kayu /
besi berbentuk segi empat atau kubus (square type set). .
Penambangan metode ini memerlukan biaya yang mahal, karena memerlukan
material kayu / besi untuk penyangganya dan hanya dilakukan untuk endapan yang
kadarnya sangat tinggi.
20
factor), untuk itu memerlukan pekerja tambang yang sudah berpengalaman dan
memiliki ketrampilan (skill) yang tinggi.
Proses penambangan / produksi tidak bisa cepat, karena harus memasang
banyak penyangga segi empat (square set support).
Ongkos material penyanggaan (material kayu & besi) sangat mahal.
Pemasangan penyangga segi empat ini memerlukan tenaga tambang yang
harus berpengalaman (skilled miner), karena pemasangan penyangganya
dengan metode “interlocking” penyanggaan yang saling mengikat.
Kemiringan endapan lebih dari 45o
Ketebalan / lebar bijih minimal 3,5 m.
Stope yang sudah selesai ditambang, akan di-isi dengan batuan atau “paste
filling”, campuran batuan, pasir dan semen.
21
Gambar 15. Bagian-Bagian & Penamaan “Square Set”
22
3. CAVING METHOD
Caving Method atau Metode Peruntuhan adalah metode penambangan bawah tanah
dengan membuat peruntuhanan pada bagian tubuh bijih paling bawah, melalui proses
awal pemboran dan peledakan. Selanjuutnya melalui gaya gravitasi, bijih mineral
akan runtuh dan mengalir turun dari level peruntuhan (level Undercut) menuju ke
Level Produksi & Pengangkutan.
Metode Caving dapat dilakukan hanya untuk endapan bijih yang massive (phorphyre
dan skarn), endapan bijih yang luas dan cadangan yang besar, dengan ukuran tubuh
bijih, lebar lebih dari 1 (satu) km, panjang lebih dari 300 meter sampai 2 kilometer,
dan kedalaman endapan lebih dari 1 (satu) kilometer.
Metode Caving dapat dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sub-metode, sebagai berikut :
a. Top Slicing Method
b. Sub Level Caving Method
c. Block Caving Method
23
3.A. TOP SLICING METHOD
Top Slicing adalah salah satu metode penambangan secara runtuhan untuk
endapan-endapan bijih yang lemah atau mudah runtuh. Level penarikan bijih-
nya letaknya horizontal atau mendatar.
Penambangan “Top Slicing” dilakukan selapis demi selapis dari atas ke bawah
pada lombong yang disanggah sementara dengan kayu. Kalau lombong
sudah selesai digali, maka penyanggah kayu diatasnya dibiarkan runtuh
sedikit demi sedikit atau secara bertahap. Metode ini akan memungkinkan
perolehan tambang yang tinggi walaupun sering terjadi “dilution”.
Pemboran dan peledakan dilakukan untuk meng-induce runtuhnya bijih.
Metode ini dilakukan pada endapan dangkal dan rapuh.
24
Untuk menghindari bahaya dan meningkatkan keselamatan kerja, proses
ambrukan sebaiknya dibuat secara bertahap, agar tidak terjadi runtuhan dalam skala
besar.
Keuntungan Metode Top Slicing :
Jika batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran jarang terjadi.
Dapat mengadakan pengambilan conto batuan (sampling) didalam
lombong secara teratur untuk mengetahui batas endapan yang pasti.
Dapat menghasilkan produksi yang besar.
Jika endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka perolehan
tambangnya sangat tinggi (90-95 % Mining Recovery)..
Kerugian Metode Top Slicing :
Pada saat hujan, air masuk melalui retakan dan rekahan bijih.
Dapat menyebabkan amblesan (subsidence) yang merusak topografi dan
tata lingkungan
Ventilasi lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan khusus.
Membutuhkan persiapan kerja & development yang cukup lama.
Banyak menggunakan penyangga kayu sehingga dapat menyebabkan
kebakaran dan menimbulkan gas-gas beracun dari proses pembusukan
penyangga kayu.
Endapan bijih antara dua sub level ditambang dengan cara diruntuhkan atau
diambrukkan. Suata tumpukan bekas penyangga (timber mat) akan dibentuk di
bagian atas dari ambrukan, sehingga akan memisahkan endapan bijih yang pecah
dari lapisan penutup di atasnya.
25
Karakteristik metode penambangan Sublevel Caving sebagai berikut :
Bentuk endapan tidak homogen.
Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi bongkahan-
bongkahan dan akan menjadi penyangga batuan terhadap timber
dibawahnya.
Kekuatan bijih lemah tetapi batuan dapat bertahan untuk tidak runtuh
selama beberapa waktu dengan penyanggaan biasa walaupun tetap akan
runtuh bila penyanggaannya ini diambil.
26
Gambar 18. Sistim Penambangan “Sub-Level Caving”
27
Kerugian Sub Level Caving, sebagai berikut :
Penambangan pilih (selektif mining) sulit dilakukan, karena tidak dapat
ditambang bagian demi bagian.
Perolehan tambang tidak terlalu tinggi, dibandingkan dengan metode
Block Caving.
Dilution sering terjadi sampai 10%. Bila dilution harus rendah maka mining
recoverynya juga menurun.
Merupakan cara penambangan yang kurang luwes karena terlalu banyak
syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke metode lain.
28
3.C. BLOCK CAVING METHOD
Block Caving Method adalah metode penambangan bawah tanah dengan
menggunakan sistim runtuhan. Pada bagian paling bawah endapan bijih (undercut
level), dilakukan “peruntuhan” (“caving”) melalui pemboran dan peledakan, sehingga
terbentuk rongga pada bagian tubuh bijih paling bawah tersebut. Selanjutnya tubuh
bijih yang berada diatasnya dapat runtuh dan ambruk dengan sendirinya akibat
beban dan gaya gravitasi. Seterusnya akan terjadi perambatan ambrukan (cave
propagation) terhadap keseluruhan blok bijih yang ada diatasnya hingga ke
permukaan. Kemudian ambrukan tersebut akan mengisi rongga batuan dibawahnya
yang sudah ditambang.
Secara umum, penerapan metode block caving ini dimulai dengan pekerjaan
persiapan pembuatan terowongan pada level paling atas, Undercut Level, Extraction /
Production Level, Ventilation Level dan Haulage Level.
Pada Level Undercut, dilakukan pemboran dan peledakan, untuk memulai proses
caving. Saat runtuhan (caving) sudah mencapai luasan tertentu, batuan diatasnya
akan runtuh atau turun dengan sendirinya (gravitasi). Bongkaran batuan hasil
runtuhan akan turun ke level Extraction atau Level Produksi, melalui “draw bell” dan
selanjutnya masuk ke “draw point” atau lobang penarikan. Kemudian alat muat angkut
jarak pendek atau LHD (load haul dump), alat sejenis loader, akan mengambil bijih
dari draw point dan ditumpahkan kedalam muck raise atau ore pass, yaitu lobang
vertikal yang berfungsi sebagai jalan turun bijih menuju ke level pengangkutan
(haulage level). Setelah itu bijih ditampung & diangkut dengan truk menuju mesin
penghancur bijih (crusher) dan kemudian diangkut ke luar tambang (stock pile)
dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor).
29
b. Biaya produksi rendah, karena peledakan hanya dilakukan pada saat
proses undercutting & drawbelling saja. Setelah itu bijih akan mengalir /
jatuh secara gravitasi, dari level undercut ke level produksi melalui
draw belling dan draw point (lobang penarikan bijih mineral).
c. Kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena tidak menggunakan
kayu pada level produksi.
d. Sistem ventilasi lebih bagus karena level ventilasi ditempatkan diantara
level produksi dan level pengangkutan. Pada bagian selatan dan utara
tubuh bijih (footprint) dibuatkan drift / terowongan ventilasi untuk
mensuplai udara bersih ke area produksi.
e. Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih,
sehingga sekaligus dapat berproduksi selama pekerjaan persiapan
(development).
30
Gambar 19. Overview Sistem Penambangan Block Caving
31
Gambar 21. Penarikan ijih j (ore mucking) dengan alat LHD didalam Draw Point
32
Section Looking SE
33
BAB VIII. METODE TAMBANG BAWAH TANAH BATUBARA
Metode Tambang Bawah Tanah pada saat ini yang banyak digunakan untuk cadangan
batubara bawah tanah yaitu :
Kedua metode ini memiliki perbedaan penggunaan alat-alat mekanis penggaliannya, metode
penyanggaannya, dan pengangkutannya. Kesamaan dari kedua metode ini adalah dapat
menggali batubara dengan endapan relatif horizontal, dapat memproduksi batubara dengan
cukup besar dan memiliki resiko pengendalian udara dan gas-gas dari batubara yang sama.
Problem geomekanika yang ditimbulkan pada penambangan Room and Pillar, dimana pillar
yang ditinggalkan akan mengalami tegangan dan kerusakan akibat tekanan yang bekerja
pada bagian roof/atap pilar tersebut. Sedangkan pada penambangan “long wall” menggali
batubara pada dinding yang panjang, sehingga memerlukan penyanggaan yang panjang juga
untuk mengamankan alat-alat mekanis pengaliannya (mesin shearers) dengan menggunakan
penyangga atap hidrolik (hydraulic power roof support)
Kedua metode ini juga setelah penambangan, berpotensi menghasilkan “subsidence” atau
potensi runtuhan diarea permukaan (surface).
Beberapa kriteria penambangan batubara bawah tanah dengan metode “long wall” :
a. Recovery penambangan dapat mencapai 80%, lebih tinggi dari metode “room and
pillar” sebesar 60%.
34
d. Keselamatan kerja untuk pekerja tambang maupun peralatan, lebih aman
dibandingkan dengan metode “room and pillar” karena dilindungi langsung oleh
penyangga tambahan “power roof support” diarea penggalian batubara.
Metode ini adalah metode penambangan batubara pada dinding (wall) yang panjang (long)
dengan satu kali penggalian (single slice). Ketebalan dinding penggalian batubara bervariasi
0.6 meter sampai 1.0 meter. Sedangkan panel penambangan memiliki panjang 3 – 4 km dan
lebar panel 250 – 400 meter.
Metode penggaliannya dapat dilakukan dengan maju kedepan (advancing) atau mundur
kebelakang (retreating), atau kombinasi dari kedua metode tersebut. Selama penggalian,
area kerja dan peralatan penggalian (mesin shearers,chain conveyor, feeder, belt conveyor)
dilindungi dengan penyangga atap dengan sistem hidrolik (hydraulic power roof support),
dimana alat penyangga ini menggunakan tenaga hyidrolik yang dapat menahan beban atap
dan juga dipakai sebagai dinding penahan area yang sudah digali (gob area). Area yang
sudah digali, umumnya ditinggalkan tanpa penyanggaan lagi, sering disebut dengan istilah
“gob” atau “goaf”, “goff”.
Sistem ventilasi pada penambangan long wall sangatlah penting untuk keperluan suplai
udara bersih pekerja dan menghilangkan gas-gas beracun seperti CH4, CO dan gas-gas lain
yang keluar dari perlapisan batubara. Kipas bantu ventilasi (auxiliary fan) mengalirkan udara
bersih melalui selubung angin (vent bag atau vent duct) ke muka kerja penggalian shearers
sehingga udara kotor akan keluar meninggalkan area kerja. Semprotan air (water sprayer)
juga digunakan untuk menghilangkan/melarutkan debu-debu halus batubara dan
terendapkan bersama air. .
35
Gambar 23. Overview Penambangan Batubara Metode “Long Wall”
36
Gambar 24. Overview Penambangan Batubara Metode “Long Wall”
Salah satu pembuat peralatan tambang metode “Long Wall” adalah pabrik Caterpillar,
dimana metode peralatan penggalian utamanya :
1.a.1.SHEARERS SYSTEM
Ada 3 (tiga) jenis alat penggunting (shearers) yang dipakai ditambang saat ini yaitu :
Gambar 25. Alat “sheares” tipe Double Ended Ranging Drum (DERD)
Alat gali mekanis batubara jenis pengeruk atau pembajak (plow system) ini, terbagi dua :
Pemilihan alat gali sistim gunting (sheares system) atau sistim garuk/bajak (plow system) ini
tergantung pada ketebalan rata-rata lapisan batubaranya. Tabel dibawah ini dapat dijadikan
panduan dan pertimbangan pemilihannya.
38
Tabel 1.
Kriteria pemilihan alat gali “shearers” dan “plow system” terhadap ketebalan lapisan
39
Tabel dibawah ini dapat digunakan dalam memilih metode penggalian batubara dengan
metode “shearers system” atau metode “plow system” :
Tabel 2. Kriteria pemilihan metode penggalian batubara “shearers” dan “plow system”
Alat penyangga bantu atau sering disebut “power roof support” digerakkan dengan
menggunakan tenaga hidraulik, yang dapat menahan beban atap batuan (yield rating)
sebesar 1000 – 1250 ton. Alat penyangga ini digunakan untuk melindungi dan mengamankan
pekerja dan peralatan penggalian batubara, seperti “shearer / plow”, armoured face conveyor
(AFC), chain conveyor, feeder, belt conveyor, fan/kipas ventilasi dan peralatan dan
perlengkapan lainnya.
Alat penyangga ini sering disebut juga sebagai “chocks” atau “shields”, yang mempunyai
dimensi lebar 1.75 meter dan alat ini ditempatkan disamping dinding penggalian batubara.
Selain dipakai untuk melindungi pekerja dan peralatan, alat ini digunakan juga sebagai
dinding penahan terhadap area sudah sudah selesai ditambang (gob).
40
Tabel dibawah ini menjelaskan 3 (tiga) jenis power roof support yang biasanya dipakai pada
penambangan batubara metode long wall :
Tabel 3.
Tiga jenis alat penyangga “power roof support” yang dipakai pada metode “long wall”
Weak Immediate
Caves Immediately Two leg shields
Roof
41
Gambar 29. Alat penyangga “power roof support” atau “roof shield”
Alat ini diletakkan dibagian depan power roof support. Fungsi dari alat ini adalah untuk
menampung batubara yang sudah digali dengan “shearer” dan selanjutnya batubara
dipindahkan ke “scraper chain conveyor” menuju ke pengangkutan utama keluar tambang
dengan menggunakan belt conveyor. Alat AFC ini mempunyai dimensi 0.75 meter s/d 1.3
meter.
Alat ini digunakan untuk memasang penyangga “rock bolt” sebagai alat penyangga bantuan
di area kerja penggalian batubara. Penggunaan alat ini bergantung pada kondisi batubara
dan kondisi geologi (struktur patahan, retakan, dll) disekitar area penggalian.
42
Alat ini digunakan untuk untuk membawa perlengkapan ground support, yang mempunyai
mobilitas yang tinggi, dapat dipindahkan dari satu tempat penggalian ke tempat penggalian
lainnya.
43
3. METODE “ROOM AND PILLAR”
Gambar 31 & 32. Overview penambangan bawah tanah batubara metode “Room & Pillar”
44
Gambar 33. Area kerja penambangan “Room & Pillar”
Metode penambangan batubara bawah tanah “Room & Pillar” , sering disebut juga “Pillar and
Stall” adalah penambangan pada bidang / perlapisan batubara yang mendatar (horizontal) ,
dimana penambangan di-disain berupa blok-blok, dan blok yang tidak ditambang atau
dibiarkan, disebut dengan “pillar” yang berguna sebagai penyangga bagian atap (roof), dan
blok batubara / mineral dibagian sebelahnya ditambang atau digali sampai habis / kosong
dan disebut dengan “room” atau ruangan kosong. Pillar batubara atau mineral yang
ditinggalkan, nantinya akan digali juga, setelah selesai penambangan ruangan lainnya.
Metode penambangan “Room and Pillar” juga digunakan pada penambangan mineral besi
dan logam lainnya, atau mineral industri seperti talc, soda ash dan potash.
Kriteria kesuksesan penambangan metode “Room and Pillar” adalah sebagai berikut :
a. Peta atau data-data ketebalan dan kedalaman lapisan batubara.
b. Peta dan data-data kwalitas batubara, seperti kandungan debu (ash content), kadar
panas (calori), bahan-bahan yang mudah menguap (volatile matter), dan lainya.
c. Data-data geologi dan geomekanika area penambangan, seperti kekuatan batuan &
perlapisan batubara, struktur yang ada, seperti patahan, lipatan, intrusi, dan lainnya.
45
d. Pemilihan dimensi atau ukuran pilar yang optimum, yaitu pilar dan ruangan (room)
yang digali dibuat sama dimensinya.
e. Jika pilar dibuat lebih kecil dari ruang penggalian, maka ada kemungkinan akan
terjadi runtuhan (collapse) saat melakukan penggalian pada ruangan (room) lain,
akibat gaya tekanan / beban terhadap pilar dari beban batuan melalui atap/roof
diatasnya.
f. Jika pilar lebih besar dari ruangan (room) penggalian, maka akan mengurangi
recovery penggalian batubara/mineral tersebut.
Beberapa keuntungan penambangan dengan metode “Room & Pillar” sebagai berikut :
a. Dapat berproduksi batubara dengan moderat sampai besar (high production rate).
b. Biaya penambangan dapat di-imbangi dengan laju produksi yang tinggi, sehingga
masih dapat menghasilkan keuntungan.
c. Fleksibilitas penambangan yang tinggi, penambangan dapat dimodifikasi dengan
berbagai ketebalan batubara.
d. Front penambangan (area kerja penambangan) bisa dibuat lebih dari satu dan
dilakukan bersamaan.
e. Dapat menggunakan peralatan penggalian mekanis, seperti “road header” untuk
menunjang produksi yang tinggi
f. Memerlukan investasi penambangan yang lebih besar dibandingkan dengan metode
“long wall”.
Beberapa kerugian penambangan dengan metode “Room & Pillar” sebagai berikut :
1. Ventilasi tambang harus dibuat sebaik mungkin, suplai udara bersih yang tinggi, untuk
keperluan pekerja tambang, mengeliminir gas-gas buangan mesin-mesin gali,
membuang gas-gas beracun CH4, CO yang dihasilkan dari perlapisan batubara.
2. Problem geomekanika akan timbul, jika pilar yang dibuat tidak cukup kuat untuk
menahan beban atap batuan yang disangganya.
3. Perlu penyanggaan tambahan (roof bolter), untuk membantu atau tambahan
penyangga pilar yang sudah ada / dibuat.
4. Ada potensi terjadinya “subsidence” atau runtuhan di permukaan dibagian luar / atas
area penambangan. Disain pembuatan pilar diarea penambangan, harus dibuat
46
sebaik mungkin, agar pilar bisa menahan beban batuan dibagian atap dan tidak akan
menimbulkan subsidence (runtuhan) pada bagian atas / luar permukaan.
Bentuk pilar biasanya segi emapt atau “rectangular” atau “square”. Dimensi pilar bervariasi
tergantung dari lebar ruangan (room) atau gallery yang akan ditambang. Umumnya lebar dan
panjang pilar yang akan ditinggalkan dan ruangan (room) yang akan ditambang, dimensinya
dibuat sama.
Pilar yang digunakan untuk menahan beban penggalian ruangan, sering disebut “panel
pillar”. Untuk mencegah terjadinya kegagalan atau keruntuhan panel pilar, biasanya
dibuatkan pilar penyangga tambahan atau disebut dengan “barrier pillar”. Barrier pilar dibuat
lebih besar dari dimensi panel pillar sebagai “safety pillar” selama penggalian batubara
Penambangan pilar memiliki resiko yang tinggi, karena stress (tegangan) yang ditahan oleh
pilar, akan terbebaskan sehingga terbentuk “abutment” stress diarea bekas penggalian dan
akan menimbulkan potensi keruntuhan diarea ini.
47
Kecenderungan umum di masa yang akan datang, sistim tambang bawah tanah akan
menjadi pilihan utama eksploitasi mineral dan enerji (Hartman, 1987). Hal ini karena
beberapa hal:
1) Semakin berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi pada atau dekat permukaan
untuk ditambang. Dengan kata lain bertambahnya kedalaman deposit akan
menyulitkan bila ditambang dengan sistim tambang terbuka karena setiap tambang
terbuka dibatasi oleh besaran Stripping Ratio.
2) Berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka apabila
penambangan semakin dalam
3) Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, dimana
tambang terbuka akan memberikan dampak lingkungan yang lebih besar
dibandingkan tambang bawah tanah.
4) Pengembangan teknologi baru dalam peralatan Tambang Bawah Tanah, khususnya
dalam hal teknik penggalian dan peralatan penambangan yang kontinyu, serta sistim
konstruksi penyangga dan perkuatan yang semakin baik.
1. PT. Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua, GRS Block Cave, DOZ Block Cave,
DMLZ Block Cave, Big Gossan Cut & Fill Long Hole Stope Mine.
2. PT. Tambang Batubara Bukit Asam di Ombilin, Sumatera Barat, metode Longwall
Mining, dan room and pillar (tetapi sekarang tambang sudah dijadikan tempat
pelatihan tambang bawah tanah batubara)
3. PT. Aneka Tambang di Gunung Pongkor Bogor, bijih emas epithermal, metode cut
and fill dan shrinkage stoping
4. PT. Aneka Tambang di Cikidang, bijih emas epithermal, metode underhand stull
stoping
5. PT. Austindo & PT. Aneka Tambang, bijih emas di Cibaliung, metode “Cut And Fill
Stoping Method”
6. PT. Dwinad, bijih emas di Muratara, Sumatera Selatan, bijih emas, metode “Cut And
Fill Long Hole Stoping Method”
7. PT. Kitadin, batubara, metode longwall.
8. Tambang emas rakyat di Tasikmalaya, metode coyoting (lubang tikus)
48
B. DAFTAR BEBERAPA TAMBANG BAWAH TANAH TERDALAM DIDUNIA
1. TauTona dan Savuka, tambang emas di Afrika Selatan yang merupakan tambang
terdalam di dunia dengan kedalaman lebih dari 3.700 m.
2. Xstrata Kidd Mine, tambang tembaga dan seng di Canada merupakan tambang
terdalam di Amerika Utara dengan kedalaman 2.682 m.
3. Mount Isa, tambang tembaga, dan seng di Australia dengan kedalaman 1.800m.
49