PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Pembahasan
A. Teori Identitas
Identitas adalah sekumpulan makna itu mendefinisikan siapa seseorang ketika seseorang
adalah penghuni peran tertentu dalam masyarakat, anggota kelompok tertentu, atau mengklaim
karakteristik tertentu yang mengidentifikasiti dia sebagai orang yang unik. Misalnya, individu
memiliki makna bahwa mereka berlaku untuk diri mereka sendiri ketika mereka seorang pelajar,
pekerja, pasangan, atau orang tua (ini adalah peran yang mereka tempati), ketika mereka adalah
anggota persaudaraan, ketika mereka milik Partai Demokrat, ketika mereka Latin (ini
keanggotaan dalam kelompok tertentu), atau ketika mereka mengklaim bahwa mereka keluar
individu atau orang bermoral (ini adalah karakteristik pribadi yang mengidentifikasi diri mereka
sebagai orang yang unik). Orang memiliki banyak identitas karena mereka menempati banyak
peran, adalah anggota berbagai kelompok, dan mengklaim beberapa karakteristik pribadi, namun
makna dari identitas-identitas ini adalah dibagikan oleh anggota masyarakat. Teori identitas
berusaha menjelaskan secara spesifik makna yang dimiliki individu untuk berbagai identitas
yang mereka klaim; bagaimana identitas-identitas ini berhubungan satu sama lain untuk setiap
orang; bagaimana identitas mereka memengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan atau emosi
mereka; dan bagaimana mereka identitas mengikat mereka ke masyarakat luas.
Teori Identitas dikemukakan oleh Sheldon Stryker (1980). Teori Stryker mengombinasikan
konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri (dari teori interaksi simbolis). Bagi setiap peran
yang kita tampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain, kita mempunyai definisi tentang diri
kita sendiri yang berbeda dengan diri orang lain, yang oleh Stryker dinamakan “identitas”. Jika
kita memiliki banyak peran maka kita memiliki banyak identitas. Perilaku kita dalam suatu
bentuk interaksi, dipengaruhi oleh harapan peran dan identitas diri kita, begitu juga perilaku
pihak yang berinteraksi dengan kita.
Intinya teori interaksi simbolis dan identitas menempatkan individu sebagai pihak yang aktif
dalam menetapkan perilakunya dan membangun harapan-harapan sosial. Perspektif
interaksionisme tidak menyangkal adanya pengaruh struktur sosial,namun jika hanya struktur
sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku sosial,maka hal tersebut kurang memadai.
Oleh karena itu aspek internal (mental) sangat perlu dipelajari.
Contoh; A adalah seorang pegawai kantoran bagi atasannya saat berada di lingkungan pekerjaan.
Saat pulang ke rumah, A bertemu dengan anaknya dan suaminya. A merupakan seorang ibu bagi
anaknya, dan seorag istri bagi suaminya. A juga seorang anak bagi ibunya.
Maka, identitas kita ialah fleksibel dimana peran kita sebagai manusia tergantung dimana kita
berda, dan dengan siapa kita berinteraksi.
C. Tradisi
Teori komunikasi memiliki kekurangan dimana peran/identitas yang dimiliki bisa berubah
sewaktu-waktu dan bersifat sementara menyesuaikan kondisi individu tersebut (tidak tetap)
sehingga identitas yang dimiliki bisa dimanipulasi