Anda di halaman 1dari 44

BAB IV JENIS – JENIS KAYU

Penggolongan jenis – jenis kayu untuk keperluan bangunan dapat dilakukan


menurut keawetannya, kekuatannya dan pemakaiannya.

1. Tingkat keawetan kayu

Keawetan kayu dan klasifikasinya didasarkan atas lama percobaan - percobaan,


tanpa diadakan pengawetan terlebih dulu. Yang menentukan keawetan kayu
adalah daya tahan kayu terhadap pengaruh air tanah, panas matahari, hujan
dan oleh serangan serangga maupun cendawan.

Untuk keperluan ini maka diadakan penelitian sebagai berikut:

a. Lamanya kayu bertahan sebagai tonggak yang ditanam di tanah dan


dibiarkan kena hujan dan panas ( pengaruh alami )
b. Lamanya kayu bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas tetapi tidak
berhubungan dengan tanah basah.
c. Lamanya kayu bertahan sebagai konstruksi yang terlindung atau tertutup
atap.
d. Kayu ditempatkan di tempat yang terlindung dan dipelihara. Selain
daripada itu diselidiki pula daya tahan kayu terhadap serangga rayap.
e. Kayu termakan oleh rayap
f. Kayu termakan oleh beberapa macam serangga seperti kumbang, bubuk
kayu.

Dari keenam macam penelitian di atas maka kayu dapat digolongkan dalam
tingkat ( kelas ) dan angka – angka dalam daftar menunjukkan jumlah tahun
selama kayu itu masih tetap dalam keaadaan cukup baik.
Tingkat / Keadaan Penelitian :
Kelas : a B C D e f
Lebih dari 8 Lebih dari Tak Tak
I Tidak Tidak
tahun 20 tahun terbatas terbatas
15 – 20 Tak Tak
II 5 – 8 tahun Tidak tidak
tahun terbatas terbatas
10 – 15 Tak Agak
III 3 – 5 tahun Lama tidak
tahun terbatas cepat
Kurang dari Kurang
10 – 20 Minimum Cepat Agak
IV 3 tahun dari 10
tahun * 20 tahun sekali cepat
( singkat ) tahun
Singkat Maksimum Cepat Cepat
V Singkat sekali Singkat *
sekali 20 tahun sekali sekali

* = perlu pengawetan

2. Tingkat kekuatan kayu

Kekuatan/ keteguhan kayu adalah perlawanan yang dikerjakan oleh kayu


terhadap perubahan – perubahan bentuk yang disebabkan oleh gaya – gaya luar.

Faktor – faktor yang turut menentukan kekuatan kayu di antaranya adalah :

a. Bekerjanya gaya terhadap arah serat kayu, kekuatan tarik dan tekan pada
arah aksial jauh lebih besar dari pada arah radial.
b. Kadar air, makin banyak kadar air yang dikandung oleh kayu maka
kekuatan kayu tersebut akan menurun
c. Berat jenis, makin tinggi berat jenis kayu , maka kekerasan dan
kekuatannya akan bertambah. Atau berat jenis kayu berbanding lurus
dengan kekerasan dan kekuatan kayu, akan tetapi kadang – kadang terjadi
suatu penyimpangan karena keadaan susunan kayu itu sendiri bermacam
– macam.
Biasanya untuk menentukan tingkat kekuatan kayu didasarkan atas benda uji
terhadap kuat lentur, kuat desak dan berat jenis dari pada kayu.Untuk benda uji
terhadap kuat tarik, agak jarang dilakukan.

Daftar : KELAS KUAT KAYU

Tingkat / Kuat Lengkung Kuat Tekan


Berat Jenis
Kelas kuat kayu ( kg cm² ) ( kg cm² )
I > 0,90 > 1100 > 650
II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425
III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300
IV 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215
V < 0,30 < 360 < 215

3. Tingkat pemakaian kayu

Menentukan tingkat pemakaian kayu didasarkan pada tingkat keawetan dan


kekuatannya ,tanpa memperhatikan tentang cara mengerjakan kayu, serta
mudah atau susahnya mengolah kayu tersebut.

Untuk tujuan – tujuan tertentu, kayu dapat dibagi atas lima tingkat pemakaian
kayu yaitu :

Tingkat I :

Untuk konstruksi – konstruksi berat yang dibangun di luar ( tidak


terlindung ) dan terkena tanah lembab, jenis kayu yang termasuk tingkat
pemakaian I diantaranya kayu jati, johar , sono keeling , belian dan
sebagainya.

Tingkat II :

Untuk keperluan konstruksi – konstruksi berat yang tidak terlindung dan


tidak dikenai tanah lembab, jenis kayu yang termasuk tingkat pemakaian II
diantaranya : kayu rasmala , merawan , walikukun dan sebagainya.
Tingkat III :

Dipergunakan untuk konstruksi – konstruksi berat yang


terlindung.Diantaranya yang termasuk dalam tingkat pemakaian III ialah
kayu kampeir, keruwing, mahoni, jamuju dan sebagainya.

Tingkat IV :

Untuk keperluan konstruksi – konstruksi ringan yang terlindung ( di dalam


rumah ), diantaranya yang termasuk dalam tingkat pemakaian IV ialah kayu
meranti , suren, durian dan sebagainya.

Tingkat V :

Untuk keperluan konstruksi – konstruksi ringan yang bersifat


sementara.Jenis kayu yang termasuk tingkat pemakaian V adalah kayu –
kayu yang kurang awet dan mempunyai kekuatan di bawah tingkat
pemakaian IV.

Penggolongan jenis – jenis kayu yang didasarkan menurut keawetannya,


kekuatannya dan pemakaiannya diambil contoh kayu jati, sebagai kayu yang
banyak dipakai di pulau Jawa.

Kayu jati termasuk :

 Tingkat keawetan I
 Tingkat keawetan II
 Tingkat keawetan III

Kayu jati baik untuk konstruksi – konstruksi berat. Pemakaian di luar dan
dikenai tanah lembab, lamanya bertahan sekurang – kurangnya 8 tahun,
lamanya bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas tetapi tidak berhubungan
dengan tanah basah sekurang – kurangnya 20 tahun. Sebagai konstruksi yang
terlindung lamanya tak terbatas dan tidak termakan rayap maupun serangga
seperti bubuk kayu. Keteguhan lengkung sekurang – kurangnya 725 kg/cm² dan
keteguhan tekan sekurang – kurangnya 425 kg/cm².

Macam – macam kayu yang banyak dikenal dan diperdagangkan sebagai bahan
bangunan:

1. Kayu Jati

Kayu jati termasuk tingkat keawetan I , tingkat kekuatan II, tingkat pemakaian I
dan mempunyai berat jenis 0,7. Kayu Jati berasal dari India dan Burma dan
banyak dipelihara di hutan luas seperti pulau Jawa , yaitu di daerah Rembang ,
Madiun dan Kediri. Kayu ini cukup stabil karena mengembang dan
menyusutnya cukup kecil, sehingga banyak digunakan untuk konstruksi berat,
seperti untuk konstruksi jembatan, hangar dan sebagainya.

Kita membedakan kayu jati yang terpenting diantaranya:

a. Jati Kembang, warna kayu coklat aau coklat muda, seratnya tidak
begitu lurus dan bila kayu diketam akan memperlihatkan urat seperti
kembang / bunga.
b. Jati doreng , warnanya coklat muda , seratnya tidak lurus dan muka
hasil ketaman memperlihatkan garis garis memanjang yang warnanya
coklat tua kehitaman. Kelihatan cukup indah, baik dipergunakan untuk
membuat perabot rumah tangga.
c. Jati minyak, warna kayunya coklat tua, seratnya agak lurus, hasil
ketaman mengkilap seperti minyak.
d. Jati kapur, warna kayunya coklat muda , seratnya agak lurus dan pori -
porinya mengandung kapur.
2. Kayu Sonokeling

Termasuk tingkat keawetan I, tingkat kekuatan II , tingkat pemakaian I dan


bert jenis nya 0,8 – 0,95. Warna kayu sawo hitam sampai dengan jalur - jalur
sawo muda dan bila dibiarkan agak lama tanpa digergaji berubah warna menjadi
hitam ungu. Kayunya keras sekali, sulit diolah serta susah didapat dalam
perdagangan. Kayu ini banyak dipakai untuk perabot rumah dan ukiran.Banyak
juga terdapat di pulau Jawa.

3. Kayu Belian

Termasuk keawetan I , tingkat kekuatan I, tingkat pemakaian I dan berat


jenisnya 0,9 – 1,2 . Kayu belian di Kalimantan dikenal dengan nama kayu ulin.
Kayunya keras sekali sehingga sulit diolah, banyak digunakan untuk pembuatan
sirap – sirap sebagai bahan penutup atap rumah.Tahan terhadap serangan rayap
maupun serangga, tarikan dan pengerutan hanya sedikit.Kayu ini banyak
terdapat di Kalimantan dan Sumatera.

4. Kayu Johar

Termasuk keawetan I , tingkat kekuatan I, tingkat pemakaian I dan berat


jenisnya 0,7 – 1,0. Sifat kayunya keras sekali dan sulit dikerjakan, banyak
digunakan untuk bantalan jembatan.Warna kayu sawo tua serta sulit didapatkan
dalam perdagangan.Kayu jenis ini agak jarang didapat di Jawa maupun di
Sumatera.

5. Kayu Arang / Ebben

Termasuk keawetan I , tingkat kekuatan I, tingkat pemakaian I dan berat


jenisnya 1,2. Mempunyai sifat – sifat hamper sama dengan kayu belian yaitu
keras sekali, lagi pula sangat sulit untuk diolah. Sebagian besar dari kayunya
yang berwarna hitam – biru dan sebagiannya lagi ada yang berwarna kuning
sampai sawo kuning.Banyak terdapat di Makasar, Halmahera dan di Pulau
Buru.Di Pulau Jawa agak jarang.

6. Kayu Merbau

Kayu ini termasuk tingkat keawetan I , tingkat kekuatan I, tingkat pemakaian I


dan berat jenisnya 0,9 – 1,0. Kayunya agak keras, kejelekannya bila
berhubungan dengan besi, besinya akan mudah berkarat karena banyak
mengandung kadar asam, tahan terhadap rayap, kembang susutnya kecil.
Banyak digunakan untuk konstruksi – konstruksi yang terlindung serta perabot
rumah tangga dan baik untuk pelitur. Warna kayunya kelabu sawo, jika telah
lama dipakai akan berubah menjadi hitam sawo. Banyak terdapat di Sumatera
bagian utara ( SUMUT ) , Sulawesi dan Kepulauan Maluku.

7. Kayu Rasamala

Termasuk keawetan II , tingkat kekuatan II, tingkat pemakaian II dan berat


jenisnya 0,6 – 0,8. Kayu ini tahan terhadap rayap dan bubuk, baik dipakai di
tempat yang terlindung. Pertumbuhan kayu ini sering ditemukan seratnya
memuntir, saat pengeringan pennarikan cukup kuat ( kembang susutnya cukup
besar ). Pohon ini tumbuhnya lebih cocok pada daerah yang mempunyai
ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.Banyak dipakai untuk
konstruksi bangunan rumah, kadang – kadang juga dipakai untuk bantalan
jembatan. Pohon ini banyak terdapat di daerah Jawa Barat dan di daerah
Sumatera.

8. Kayu Merawan

Termasuk tingkat keawetan III , tingkat kekuatan II , tingkat pemakaian II serta


mempunyai berat jenis 0,6 – 0,8. Mengembang dan mengerutnya agak kecil,
mudah diolah / dikerjakan dan di plitur.Banyak dipakai untuk bahan bangunan
rumah, peralatan rumah tagga, bisa didapat dalam ukuran – ukuran besar.Warna
kayunya sawo muda dan lama kelamaan berubah menjadi sawo tua.Banyak
didapat di Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Kalimantan.

9. Kayu Kamfer

Termasuk tingkat keawetan III , tingkat kekuatan I – II , tingkat pemakaian III


dan mempunyai berat jenis 0,7 – 0,9. Kayu kamfer tidak tahan terhadap
serangan rayap, akan tetapi agak tahan terhadap bubuk, oleh karenanya kayu ini
kurang baik untuk konstruksi bangunan yang tidak terlindung. Mudah
dikerjakan, mengembang dan menyusutnya kecil.Banyak dipakai utnuk bahan
bangunan rumah.Mempunyai warna sawo merah.Banyak terdapat di pulau
Sumatera.

10.Kayu Puspa

Termasuk tingkat keawetan III , tingkat kekuatan II, tingkat pemakaian III
serta mempunyai berat jenisnya 0,6 – 0,8. Kayunyan tidak tahan rayap dan
bubuk serta mudah sekali memuntir, kembang susutnya besar.Dipakai untuk
konstruksi bangunan rumah yang sederhana, terutama di daerah
pegunungan.Kayu puspa ini banyak terdapat di Jawa Barat.

11.Kayu Keruwing

Termasuk tingkat keawetan III , tingkat kekuatan II - III, tingkat pemakaian II


sedang berat jenisnya 0,6 – 0,9. Macam pohon dibagi 2 golongan besar yaitu
meranti merah yang lebih banyak jumlahnya dan meranti putih.Kayu keruwing
mudah diserang rayap dan agak mudah menjadi lapuk/busuk, oleh karenanya
dalam pemakaian perlu dilapisi dengan bahan pengawet.Dapat digunakan untuk
konstruksi – konstruksi yang sederhana dan untuk peralatan rumah tangga.Kayu
ini banyak terdapat di daerah Sumatera dan Kalimantan.
12. Kayu Mahoni

Termasuk tingkat keawetan III , tingkat kekuatan II - III, tingkat pemakaian II


sedang berat jenisnya 0,6 – 0,8. Kayunya tidak awet, tidak tahan rayap dan
bubuk, mudah dikerjaka, kembang susutnya agak kecil.Bila digunakan sebagai
bahan konstruksi harus diberi lapis dengan bahan pengawet.Selanjutnya dapat
dibuat ppapan dan vinir maupun pearabot rumah tangga.Warna kayunya sawo –
merah, berkurai indah sekali.Pohon ini dapat tumbuh terpencar – pencar dalam
hutan luas, seperti di Jawa Tengah.

13.Kayu Suren

Termasuk tingkat keawetan IV , tingkat kekuatan III, tingkat pemakaian IV dan


mempunyai berat jenis 0,4 – 0,7. Mengembang dan menyusut kayunya cukup
besar, mudah dimakan rayap dan bubuk.Mudah dikerjakan, mudah untuk
diketam rata serta mudah dipelitur. Kayunya berwarna merah – kuning ( merah
daging ) dan gambarannya indah. Banyak digunakan untuk pekerjaan –
pekerjaan sederhana seperti untuk papan – papan cetakan beton bertulang
( bekisting ), kadang – kadang untuk bangunan rumah sederhana dan bersifat
sementara.

14.Kayu Durian

Termasuk tingkat keawetan IV , tingkat kekuatan III, tingkat pemakaian IV


sedang berat jenisnya 0,5 – 0,7. Kayu ini berwarna abu – abu muda agak merah
muda. Kayunya lembek, rapuh dan agak susah untuk diketam rata.
Mengembang dan menyusutnya cukup besar, mudah diserang rayap maupun
bubuk.Kayunya baik untuk membuat papan untuk perumahan rakyat atau
bersifat sementara dan juga untuk membuat bahan bahan peti.Banyak terdapat
di Sumatera, Jawa dan Bali.

15.Kayu Jeungjing

Termasuk tingkat keawetan IV - V , tingkat kekuatan IV - V, tingkat


pemakaian IV sedang berat jenisnya 0,3 – 0,5. Kayunya tidak keras ( lembek ),
ringan sekali, mengembang dan menyusutnya besar, agak susah diketam rata.
Pohon ini banyak didapay di Jawa Barat.
BAB V
MUTU KAYU BANGUNAN

1. Klasifikasi Kayu Bangunan

Kayu bangunan dibagi dalam tiga golongan pemakaian :


a. Kayu bangunan struktural, yaitu kayu bangunan untuk digunakan dalam struktural
bangunan, yang penggunaannya memerlukan perhitungan beban.

b. Kayu bangunan non struktural, yaitu kayu bangunan untuk digunakan dalam bagian
bangunan yang penggunaannya tidak memerlukan perhitungan beban.

c. Kayu bangunan untuk keperluan lain, yaitu kayu bangunan yang tidak termasuk
klasifikasi a dan b di atas tapi dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan penolong
ataupun bangunan sementara.

2. Mutu Kayu
Penggunaan kayu yang bermutu sebagai bahan konstruksi bangunan, merupakan syarat
yang mesti dipenuhi. Akan tetapi untuk mencari kayu yang betul – betul bermutu ( tanpa
cacat sama sekali ) adalah sukar. Batas – batas kekurang sempurnaan pada kayu
ditetapkan dengan ketentuan sedemikian, sehingga tidak akan mengurangi kekokohan dan
kestabilan konstruksi bangunan.
Menurut SII .0458-81 mutu kayu dibagi :
1. Kayu bangunan struktural:

Mutu kayu bangunan struktural harus sehat dan berdasarkan cacat yang ada, mutunya
dibedakan atas dua macam mutu, yaitu : Mutu A dan Mutu B, dengan persyaratan
sebagai berikut:

Mutu A :

a. Kayu harus kering udara ( 12 – 18 %, rata – rata 15 % ).


b. Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar balok dan juga tidak lebih dari 3,5
cm.
c. Balok tidak boleh mengandung wanolak yang lebih besar dari 1/20 tinggi balok.
d. Miring arah serat, tangen α tidak boleh lebih dari 1/10
e. Retak – retak dalam arah radial ( hr ) tidak boleh lebih dari ¼ tebal kayu dan retak
– retak menurut lingkaran tahunan ( ht ) tidak boleh melebihi dari 1/5 tebal kayu.
Keterangan :

 Retak – retak arah radial ( hr ) adalah retak – retak tegak lurus lingkaran tahunan,
diukur menurut dalamnya dan diambil pada bagian yang paling besar. Besar pada
retak – retak dinyatakan dalam perbandingan antara dalamnya yang paling besar
dengan tebal kayu.
 Retak – retak menurut lingkaran tahunan ( ht ) hendaknya diukur pada kepala kayu
dan dinyatakan dalam perbandingan antara jarak tegak lurus yang paling jauh dari
retak – retak tersebut ke

f. Tegangan yang diizinkan untuk kayu mutu A

Jati
Tegangan yang diizinkan Kelas Kuat ( Tectona
( kg/cm² ) Grandis )
I II III IV V

150 100 75 50 - 130

130 85 60 45 - 110

40 25 15 10 - 30

20 12 8 5 - 15

Penjelasan :
σ lt = tegangan izin untuk lentur
σ tk // = tegangan izin sejajar serat untuk tekan
σ tr // = tegangan izin sejajar serat untuk tarik
σ ┴ = tegangan izin tegak lurus serat untuk tekan
τ // = tegangan izin sejajar serat untuk geser
Mutu B :
a. Kadar air kayu kurang atau sama dengan 30 %.
b. Besarnya mata kayu tidak melebihi ¼ lebar balok dan juga tidak lebih dari 5 cm.
c. Balok tidak boleh mengandung wanolak yang lebih dari 1/10 tinggi balok.
d. Miring arah serat, tangen α tidak boleh lebih dari 1/7.
e. Retak – retak dalam arah radial ( hr ) tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu dna retak –
retak menurut lingkaran tahunan ( ht ) tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu.
f. Untuk mutu B tegangan yang diizinkan sama dengan mutu A x faktor 0,75.
BAB VII.
PENGERINGAN KAYU

1. Air dalam kayu

Dalam bentuk pohon kayu banyak mengandung air, pada beberapa jenis kayu kadar air itu
sampai setengah atau tiga perempat dari berat kering. Jika kayu ditebang dan dipotong maka
air itu akan segera meninggalkan kayu.
Peristiwa pembuangan air ini sangat penting dan sangat berpengaruh bila tidak teratur.Air
yang terdapat dalam rongga sel dinamakan air bebas.Pada kayu basah selain dari air bebas
terdapat juga air terikat oleh dinding sel yang disebut air imbibisi.
Dalam pengeringan kayu air yang lebih dulu keluar yaitu air bebas, setelah air bebas itu
habis dan tidak ada lagi dalam rongga sel, maka sekarang tinggalah air yang terletak pada
dinding sel ( air imbibisi ). Kalau dinding sel ini jenuh dengan air dinamakan kayu dalam
keadaan titik jenuh serat. Perubahan kadar air di atas titik jenuh serat maka tidak akan
mempengaruhi ukuran kayu. Tetapi di bawah titik jenuh serat segala perubahan kadar air
akan mempengaruhi ukuran kayu dan sifat – sifat fisik serta mekanik dari pada kayu.
2. Kadar Air
Kayu mempunyai sifat hiskogropis yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau
kelembaban.Jadi kayu mempunyai sifat sebagai bahan pennyerap udara basah. Demikian pula
sebaliknya, kalau udara menjadi kering, uap air akan dilepas oleh kayu dan kayu akan
menjadi kering.
Jumlah uap air dari kayu tergantung kelembaban udara sekelilingnya, dimana kayu itu
berada. Untuk suatu kelembaban tertentu jumlah air yang dikandung oleh kayu ( kadar air )
disebut “ kadar air kesetimbangan “.
3. Penyusutan atau Pengerutan Kayu
Penambahan air pada kayu tidak akan mempengaruhi perubahan volume dinding sel,
sebab air yang ditambahkan diatas titik jenuh serat akan ditampung dalam rongga sel,
sebaliknya jika air dalam kayu dikurangi, maka pengurangan air pertama – tama akan terjadi
pada air bebas dalam rongga sel sampai mencapai titik jenuh serat. Kalau pengurangan air
dilanjutkan dibawah titik jenuh serat akan mengakibatkan dinding sel kayu menyusut dan
mengerut maka dikatakan kayu mengalami penyusutan dan pengerutan. Selama kadar air
kayu berada di atas titik jenuh serat pengerutan tidak akan terjadi, meskipun terjadi
pengerutan ringan.
Secara teoritis besarnya pengerutan adalah berbanding lurus dengan banyaknya air yang
dikeluarkan.Besarnya pengerutan maupun pengembangan pada berbagai jenis kayu
tidaklah sama, bahkan untuk jenis yang sama pengerutan dan pengembangan tidak sama
pada berbagai arah kayu.
Pengerutan dan pengembangan kayu ke arah tangensial ( tegak lurus arah serat/arah
lingkaran tumbuh ) lebih besar bila dibandingkan kearah radial ( searah jari – jari/
melintang lingkaran tumbuh ).Penyusutan dan pengembangan yang paling kecil ialah
kearah axial = longitudinal ( sejajar arah serat ) karena arah axial sangat kecil maka dapat
diabaikan.
Penyusutan dan pengembangan dinyatakan dalam persen.Contoh : suatu kayu lebar
asal pada arah tangensial pada kadar air 20 % = 25 cm. lebar akhir setelah dikeringkan = 23
cm. Persen penyusutan arah tangensial yaitu :
25 cm−23 cm
x 100 %=8 %
25 cm
Oleh karena itu besarnya perubahan dimensi yang mungkin terjadi pada sepotong
kayu waktu dikeringkan dari keadaan basah perlu dipertimbangkan dalam pengerjaannya,
sebab banyak jenis kayu memiliki angka penyusutan yang tinggi jika kayu tersebut menjadi
kering.
Pengaruh penyusutan terhadap bentuk kayu dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Tangensial = 10 %

Radial = 5 %
Salah satu usaha untuk mencegah dan membatasi penyusutan kayu ialah dengan
membuat kadar air kayu sekecil mungkin atau pada keadaan kadar air kesetimbangan.
4. Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu adalah untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam kayu. Dengan
adanya pengeringan kayu akan diperoleh keuntungan sebagai berikut :
1. Mengurangi beratnya, sehingga mempermudah pengangkutan;
2. Menambah kekuatan kayu, makin kecil kadar air makin kuat kayu itu;
3. Untuk menjaga kestabilan ukuran, sebab dibawah titik jenuh serat perubahan kadar air
dapat mengakibatkan kembang susut pada kayu. Sebaliknya bila kayu dikeringkan
sampai mendekati kadar air lingkungan ( waktu pemakaian ), maka sifat kembang
susut akan dapat teratasi, bahkan dapat diabaikan;
4. Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu, umumnya jasad renik perusak kayu atau
jamur tidak dapat hidup dibawah persentase kadar air ± 20 %;
5. Bila kayu selanjutnya akan direkat, maka agar merekat kayu harus kering;
6. Bila kayu akan diawetkan dengan zat pengawet maka agar pemasukan obat tadi
memuaskan kayu harus kering.
Cepat lambatnya kayu mengering tergantung kepada beberapa faktor:
1. Suhu atau derajat panas, dalam kelembaban udara yang tetap makin tinggi suhu
makin cepat jalannya pengeringan;
2. Sirkulasi udara, peredaran yang baik menyebabkan udara yang basah dan dingin yang
mengandung uap air diganti dengan udara yang kering dan panas sehingga
pengeringan bisa dipercepat;
3. Kelembaban udara dalam keadaan suhu tetap, maka makin rendah kelembaban udara
makin cepat pengeringan;
4. Jenis kayu, beberapa jenis kayu mengeringnya berbeda, pada umumnya kayu berdaun
jarum lebih cepat dari pada kayu berdaun lebar;
5. Kadar air permulaan makin basah kayu itu makin lama waktu pengeringannya.
Macam macam pengeringan :
1. Pengeringan Udara ( alami )
Yaitu menumpuk kayu atau papan menurut susunan tertentu dan membiarkan tumpukan –
tumpukan itu beberapa lama dalam keadaan terbuka atau dibawah naungan.Keadaan derajat
panas dan kelembaban udara mempengaruhi kecepatan pengeringan.Dalam pengeringan
udara ini yang perlu diperhatikan ialah susunan – susunan dari kayu tersebut.
Kebaikan pengeringan udara;
1. Biaya relatif murah, tanpa peralatan yang mahal;
2. Pelaksanaanya lebih mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli;
3. Pengeringan dengan tenaga alam / udara ( matahari );
4. Kapasitas kayu tidak terbatas.

Kelemahannya;
1. Waktu yang diperlukan cukup lama tergantung cuaca;
2. Memerlukan areal/lapangan yang cukup luas;
3. Memerlukan persediaan kayu lebih banyak;
4. Cacat yang timbul sulit diperbaiki kembali;
5. Kadar air akhir umumnya masih cukup tinggi.

Macam – macam penumpukan


1. Susunan kotak ( penumpukan sejajar )
Susunan kotak cocok untuk pengeringan papan yang memerlukan pengeringan berangsur –
angsur, dan merata. Untuk menjaga supaya papan – papan tidak melengkung atau pecah –
pecah maka antara papan yang dibawah dan atasnya harus dberi lat ( antara ) sedangkan arah
samping juga harus ada lat.
Gambarnya :

2. Susunan sandar

Untuk susunan ini sama dengan susunan kotak, hanya pada susunan sandar memerlukan
dasar dan rak – rak sandaran serta tidak dilindungi oleh atap. Pada susunan sandar posisi kayu
disusun berdiri ( disandarkan )
Gambar :
3. Susunan silang
Susunan ini sangat cocok untuk kayu yang memerlukan pengeringan yang cepat, misanya
kayu yang mudah diserang cendawan. Kayu – kayu ( papan – papan ) disusun menyilang
diatas kuda – kuda sehingga merupakan huruf X dan Vterbalik. Bagian bawah dari kayu
jangan sampai kena tanah. Untuk menjaga kerusakan karena bengkok – bengkok atau pecah
bila sudah cukup kering segera disusun seperti susunan kotak
Gambar

4. Susunan segi tiga


Susunan ini cocok untuk pengeringan bantalan maupun papan yang tebal tapi pendek.
Tidak memerlukan tiang – tiang tetapi memakan tempat. Kualitas pengeringan sama dengan
susunan silang yaitu pengeringan yang cepat tetapi tidak dilindungi terhadap bengkok –
bengkok dan pecah.
Gambar :
PENGERINGAN KAYU DALAM TUNGKU PENGERINGAN

Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi modern, dan meningkatnya


permintaan akan kayu berkualitas tinggi, maka timbulah usaha pengeringan buatan yang lebih
efektif dan lebih efisien dari pada pengeringan udara.

Pengeringan buatan pada kayu dilakukan dalam tanur / tungku pengering. Menurut
tipenya tungku pengering dapat digolongkan dalam:

a. Tungku Bilik ( Compartmen Kilns )

Tungku ini hanya mempunyai satu ruangan dengan kondisi yang seragam. Kondisi
tunggu ( temperature dan kelembabam ) diubah secara periodik sesuai dengan jadwal.
Kebaikan tunggu ini adalah dapat digunakan untuk berbagai jadwal pengeringan, jenis tebal
dan tebal kayu dengan hasil maksimal.

b. Tungku Terowongan ( Progressive Kilns )

Pada tipe tungku ini terdapat ruangan atau compartment dengan kondisi berbeda. Kayu
basah dimasukkan pada ruangan ujung dengan kondisi pengeringan teringan ( suhu rendah
dan kelembaban tinggi ). Secara periodik ( misalnya setiap hari ) muatan digeser ke ruangan
dengan tahap pengeringan berikutnya dengan kondisi pengeringan yang lebih berat ( suhu
lebih tinggi dan kelembaban lebih rendah ). Pada tungku tipe ini kayu basah masuk di ujung
yang satu dan muatan kering ke luar di ujung lain. Pada tungku tipe ini produksinya besar
tetapi hasilnya tidak cukup baik.Tungku ini biasanya digunakan untuk kayu yang mudah
dikeringkan dan tidak memerlukan syarat yang berat untuk hasil pengeringan.

Setiap tungku dilengkapi dengan sumber dan pengatur panas, kelembaban, sirkulasi udara
dan peralatan pembantu lain seperti pencatatat ( recorder ), alat pengukur kecepatan angin
( anemometer ), timbangan dan oven untuk pengeringan potongan contoh untuk penentuan
kadar air.

Maksud pengeringan buatan ini untuk menghemat waktu, juga untuk mendapatkan derajat
kering yang tinggi, guna berbagai keperluan.Dengan udara panas, air di dalam kayu diuapkan
kemudian uapan dihilangkan oleh sirkulasi atau peredaran udara.

Pada proses pengeringan ini tidak boleh terjadi tegangan – tegangan yang menyebabkan
perubahan – perubahan tidak teratur dan pecah – pecah pada kayu. Kalau kayu terlalu cepat
mongering maka bagian luar akan mengeras, pori – pori tertutup, penguapan, lapisan –
lapisan bagian dalam sukar sekali. Jadi pada permulaan tidak boleh dipakai udara yang terlalu
kering.Untuk menghindari pengerasan lapiran luar, maka udara itu harus mempunyai derajat
lengas tertentu.

Keuntungan pengeringan.

Salah satu keuntungan pengeringan yang terbesar adalah peniadaan tegangan pada kayu
terpasang. Bila dipakai dalam keadaan basah, kayu lambat laun akan kering dan
menimbulkan cacat – cacat yang tak diharapkan. Keuntungan – keuntungan lain antaranya:

1. Kayu lebih ringan sehingga mengurangi biaya penanganan dan angkutan.


2. Kayu kering tidak diserang oleh sebagian besar serangga atau jamur perusak kayu.
3. Kayu kering kebanyakan lebih mudah dikerjakan.
4. Untuk beberapa proses pengawetan, kayu kering lebih mudah dimasuki bahan
pengawet.
5. Kayu kering mempunyai kekuatan lebih besar dari kayu basah, kecuali untuk
keteguhan pukul.
6. Kayu kering lebih mudah direkat, diamplas dan dicat.
7. Kayu kering mempunyai daya hantar listrik dan daya hantar suara yang rendah.

Peralatan tungku pengering

1. Alat pemanas.

Pemanasan ruangan tungku dapat dilakukan dengan listrik, uap panas ,air panas atau
minyak panas. Pembakaran langsung gas yang dicairkan ( LPG , LNG ) juga dapat digunakan
sebagai sumber panas. Sebagai bahan bakar untuk uap, air atau minyak panas dapat
digunakan minyak bakar, batu bara , arang atau limbah kayu. Pemamfaatan tenaga surya
masih dalam tahap penelitian.

2. Sumber dan pengaturan kelembaban

Pengaturan kelembaban dilakukan dengan penginjeksian uap panas atau dengan percikan
air panas atau air dingin. Tetapicara percikan ini sering member hasil kuranh memuaskan
karena tidak semua air tersebut menguap. Pengaturan ventilasi dapat juga digunakan untuk
mengatur kelembaban terutama pada permulaan pengeringan pada saat kayu masih banyak
mengandung air.
3. Pengatur sirkulai udara.

Sirkulasi udara diatur dengan kipas yang dapat ditempatkan pada dinding atau bagian
dalam tungku.Beberapa penyekat membantu mengarahkan dan mengatur sirkulasi udara.
Pada tungku dengan kipas ada did lam ruangan, arah angin dapat diubah secara periodik
untuk mendapatkan hasil pengeringan yang lebih seragam. Untuk pengeringan kayu daun
lebar ( hardwoods ) dapat dipergunakan kecepatan angin 60 – 80 meter/menit. Untuk
pengeringan dengan suhu tinggi ( 80 – 100 c ) digunakan kecepatan angin 80 – 130
meter/menit. Alat untuk mengukur kecepatan sirkulasi udara yaitu “ Anemometer “.

4. Alat – alat pembantu

Selain alat – alat pengatur panas, kelembaban dan sirkulasi udara, tungku juga dilengkapi
dengan pencatat untuk suhu dan kelembaban udara, yaitu dengan menggunakan dua alat
thermometer. Termometer kering ( dry bulb temperature ) dan termometer basah ( wet bulb
temperature ). Temperatur kering menunjukkan suhu dalam tungku.Penunjukan suhu pada
termometer basah selalu lebih rendah dari pada suhu termometer kering. Selisih kedua suhu
pada thermometer ini akan menunjukkan kelembaban udara atau RH = Relative Humidity.

Kemudian ada beberapa alat lagi yang masih perlu disediakan, antara lain alat pengukur
kadar air kayu ( hydrometer ) atau bisa menggunakan pengukur kadar air elektris ( Electrical
Moisture Meter ). Ada dua tipe pengukur kadar air yang biasa digunakan yaitu “ Resistance
Type Moisture Meter “ dan “ Power Loss Moisture Meter “. Pembacaan kadar air dengan
moisture meter dipengaruhi jenis kayu ( berat jenis ), suhu kayu dan lain – lain. Untuk itu
perlu adanya table koreksi untuk masing – masing jenis kayu dan moisture meter. Karena saat
ini alat pengukur kadar air elektri masih diproduksi di luar negeri, belum ada table koreksi
untuk kayu – kayu di Indonesia.

Untuk alat Hydrometer batas pembacaan alat tersebut tidak lebih dari 60 % kadar air yang
dikandung oleh kayu.

Apabila kita tidak memiliki alat ini, dapat digunakan alat timbangan dan oven ( tungku
pemanas ) untuk mengeringkan potongan – potongan contoh kayu pengamatan hingga
tercapai tingkat kering mutlak.

Penggunaan Tungku Pengering

1. Persiapan dan penumpukan kayu.


Setelah segala persiapan untuk penggunaan tungku selesai ( semua alat bekerja
sebagaimana mestinya ) lalu kayu ditumpuk dengan menggunakan ganjalan ( sticker ). Untuk
kayu daun lebar dapat dipakai ganjang dengan tebal 2 cm dan lebar 3 cm, jarak antara ganjal
sebaiknya 50 cm. pemakaian ganjal yang terlalu tebal akan mengurangi kapasitas tungku,
sedangkan bila terlalu tipis akan menghambat sirkulasi udara sehingga memperlambat proses
pengeringan. Selain itu ganjal harus mempunyai keteguhan lentur dan kekerasan yang tinggi,
lurus dan mempunyai ukuran tebal dan lebar yang seragam.

Daya lentur dan kekerasan dari ganjal dapat mempengaruhi keseragaman


pengeringan.Pada bagian bawah tumpukan ganjal dapat remuk karena berat dan panas.
Ganjal dengan kekuatan lentur tinggi diperlukan untuk menjaga besar celah yang tetap bagi
lewatnya udara dalam proses pengeringan.

Penumpukan dapat dilakukan dengan sepenuhnya memakai tenaga manusia.Alat mekanis


pembantu penumpukan banyak digunakan di negara – negara maju di mana upah pekerja
tinggi.Di atas tungku sebaiknya diberi pemberat yang besarnya 500 – 1000 kg/m luas
permukaan tumpukan. Bagian atas tumpukan dapat juga dijepit dengan bantuan pegas untuk
menambah daya pencegah perubahan bentuk seperti cekung ( cup ) , bungkuk ( bow ), atau
memuntir.

2. Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum pengeringan.

Sangat dianjurkan untuk mengeringkan kayu dengan tebal seragam agar kadar air
pengeringan seragam agar kadar air hasil pengeringan seragam .kayu yang berlainan tebal
juga akan meransang cacat bentuk seperti cekung, bungkuk dan memuntir. Sebaiknya hanya
satu jenis dikeringkan dalam satu muatan pengeringan agar dicapai waktu pengeringan
sesingkat mungkin dan kadar air seragam mungkin. Bila harus mengeringkan lebih dari satu
jenis dalam satu saat, sedapatnya muatan terdiri dari jenis yang mempunyai sifat pengeringan
yang hampir sama. Ganjal yang dipakai jangan mengandung zat ekstraktif yang dapat
menyebabkan cacat pewarnaan yang disebut dengan “ stiker stain “.

Pengeringan dengan menggunakan Jadwal Pengering

1. Jadwal pengeringan.
Jadwal pengeringan ( skema pengeringan ) adalah pengaturan penggunaan temperatur dan
kelembaban pada setiap tahapan pengeringan untuk mendapatkan hasil pengeringan yang
sebaik – baiknya dan waktu pengeringan sesingkat – singkatnya.

Jadwal pengeringan untuk jenis dan ketebalan kayu tertentu disusun berdasarkan hasil
penelitian. Suhu dan kelembaban yang digunakan dalam setiap tahapan dalam jadwal
pengeringan didasarkan atas kadar air rata – rata dari muatan yang dikeringkan.

Jadwal pengeringan dapat digolongkan atas dua golongan yaitu yang bersifat umum dan
khusus.Jadwal pengeringan yang bersifat umum dimaksudkan secara ekonomis dapat
dipergunakan untuk setiap jenis kayu, sedangkan jadwal pengeringan khusus diperuntukkan
hanya untuk tujuan tertentu misalnya mempersingkat waktu pengeringan, mengerinkan kayu
yang mengalami perlakuan kimia atau untuk mempertahankan sifat kekuatan kayu untuk
penggunaan tertentu.

Karena banyak faktor yang berpengaruh di dalam proses pengeringan berupa sifat kayu,
tipe dan kondisi dari pada tungku pengeringan, kualitas dari pada hasil yang diinginkan dan
biaya pengeringan maka sangat sukar untuk menciptakan suatu jadwal pengeringan yang
ideal. Pengalaman seorang operator pengeringan akan sangat menentukan di dalam pemilihan
suatu jadwal pengeringan yang tepat di dalam setiap pelaksanaan pengeringan

Cara memilih suatu jadwal pengeringan yang tepat.

Sebelum diputuskan jadwal pengeringan yang mana yang akan dipergunakan untuk suatu
jenis kayu tertentu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Jenis kayu

Karena adanya perbedaan sifat pengeringan antar jenis kayu, maka suatu jadwal
pengeringan yang cocok untuk satu jenis kayu belum tentu bisa terpakai untuk jenis yang
lain. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, sebaiknya tungku pengeringan
hanya diisi dengan kayu dari jenis yang sama.

2. Kualitas dari pada kayu yang akan dikeringkan.


Jadwal pengeringan yang tepat belum tentu menjadi jaminan hasil yang baik apabila kayu
yang dikeringkan sebelumnya tidak bebas cacat seperti serat terpilin, banyak mengandung
mata kayu dan cacat lainnya.

3. Ukuran ketebalan kayu.

Pergerakan air dalam kayu menuju suatu permukaan akan lebih mudah bagi kayu tipis.
Oleh karena itu dalam satu tungku pengeringan sebaiknya kayu harus memiliki ukuran
ketebalan yang seragam.

4. Kecepatan sirkulasi udara dalam tungku pengeringan.

Setiap bentuk air yang keluar dari dalam kayu segera akan bercampur dengan udara yang
terdapat dalam tungku. Apabila kecepatan sirkulasi udara terlalu lambat maka udara yang
bersentuhan dengan permukaan kayu kelembabannya akan menjadi tinggi.

Cara menggunakan suatu jadwal pengeringan

Biasanya setiap jadwal pengeringan memiliki keterangan penggunaan misalnya cocok


untuk jenis kayu tertentu dengan ukuran ketebalan tertentu pula. Di bawah ini diberikan satu
contoh cara penggunaan dari pada jadwal pengeringan.

Tabel 1. Jadwal Pengeringan Untuk Jenis Meranti Merah.

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 48,5 44 75
60 48,5 43 70
40 51,5 43 60
30 54,5 43 50
25 60 46 45
20 68 51 40
15 76,5 58 40

Catatan : tabel diatas atas dasar ukuran tebal 2,5 cm

Tahapa n – tahapan yang harus dilakukan :


a. Tentukan terlebih dulu kadar air awal dari pada kayu meranti merah, melalui
pengukuran kadar air rata – rata papan contoh, missal kadar air awal adalah 67 %.
b. Oleh karena pada kolom kadar air ( kolom 1 ) tidak tercantum kadar air 67 %, maka
alat pengatur suhu yang terdapat pada tungku ditetapkan sedemikian sampai jarum
penunjuk suhu bola kering dan suhu bola basah tepat pada angla angka 48,5 C dan 44
C.
Kondisi seperti ini harus dipertahankan selama lebih kurang 4 – 5 jam terhitung dari
saat mulainya pengeringan.
c. Periksa dan hitung kembali kadar air rata – rata kayu dengan jalan menimbang masing
– masing papan contoh. Tentukan harga rata – rata dari pada papan contoh. Misalnya
dari hasil perhitungan diperoleh kadar air rata – rata nya adalah 60 %, maka jarum
suhu bola kering tetap menunjukam amhla 48,5 C sedangkan jarum suhu bola basah
harus menunjukan angka 43 C
d. Pada hari berikutnya, dihitung kembali kadar air rata – rata dari pada papan contoh
untuk mengetahui pada angka berapa harus ditetapkan jarum suhu bola kering dan
suhu bola basah. Pekerjaan serupa ini dilakukan berulang – ulang dari hari ke hari
sampai akhirnya dicapaikadar air akhir kayu yang dikehendaki.

2. Papan Contoh

Papan contoh hendaklah dipilih dari papan yang akan dikeringkan sedemikian rupa,
sehingga benar – benar dapat mewakili seluruh muatan. Papan contoh hendaknya bebas dari
cacat seperti ; mata kayu, kulit dan pembusukan. Sebelum pengeringan dimulai papan contoh
dipotong untuk penentuan kadar air dan penaksiran berat kering tanur dari papan contoh
tersebut. Pengambilan bagian untuk penentuan kadar air dilakukan pada semua papan contoh.

Kedua ujung papan contoh kemudian di cat atau dilabur dengan plingkut untuk mencegah
pengeringan melalui ujung – ujung tersebut. Frekwensi pemotongan papan contoh untuk
penaksiran kadar air rata – rata, tergantung dari jenis dan tebal kayu yang dikeringkan.
Jumlah papan contoh biasanya 4 buah untuk muatan pengeringan dengan volume sampai 20
m dan 10 – 12 papan contoh untuk volume muatan sampai 100 m.

Papan – papan contoh ini diletakkan di pinggir muatan sehingga mudah diambil untuk
dipotong. Lokasinya diusahakan agar memiliki kondisi keseluruhan tungku.
3. Pemerataan kadar air.

Sering terjadi bahwa dalam pengeringan muatan mengalami kekeringan yang merata,
sedangkan sebagian besar konsumen menghendaki kadar air yang sama dengan batas
toleransi tertentu. Untuk itu proses permerataan kadar air perlu dilakukan. Salah satu cara
yang ditempuh adalah menaikkan kadar air kesetimbangan ke kadar air akhir ( harapan )
setelah kadar air papan contoh terkering mencapai 2 % di bawah kadar air akhir.

Kadar air keseimbangan adalah kondisi udara di sekitar kayu dimana bila kayu tersebut
telah mengalami keseimbangan dengan udara di sekelilingnya. Sebagai contoh bila kadar air
akhir yang dikehendaki 10 % maka proses pemerataan dimulai setelah kadar air akhir papan
contoh terkering mencapai 8 %. Proses pemerataan kadar air selesai apabila kadar air semua
papan contoh mencapai atau lebih rendah dari 10 %.

4. Pembebasan Tegangan ( Stress release atau conditioning ).

Pada tahap permulaan pengeringan permukaan kayu yang dikeringkan mengalami


tegangan tarik dan bagian tengah atau dalam mengalami tegangan tekan.Pada akhir
pengeringan bagian permukaan mengalami tegangan tekan dan bagian dalam mengalami
tegangan tarik. Hal ini terjadi karena adanya gradien kadar air yakni pada tahap permulaan
pengeringan, bagian permukaan yang kering bergerak menyusut akan tetapi ditahan oleh
bagian yang masih basah. Pada tahap akhir pengeringan bagian tengah menyusut karena
kadar airnya telah turun di bawah titik jenuh serat akan tetapi dihalangi oleh bagian
permukaan yang lebih panjang dari semestinya akibat tegangan tarik pada tahap permulaan
pengeringan. Keadaan adanya sisa tegangan setelah kayu kering dikenal dengan nama : “ case
hardening “.

Untuk kayu – kayu yang akan diolah kembali, proses peniadaan tegangan mutlak
dilakukan agar kayu tersebut tidak rusak bila digergaji atau dibubut. Proses peniadaan
tegangan dilakukan dengan menaikkan kadar air keseimbangan ( kelembaban ) pada akhir
proses pengeringan. Proses ini dapat dilakukan bersamaan dengan proses pemerataan kadar
air.

5. Penilaian Hasil.
Hasil dari suatu pengeringan tergantung dari cara pengeringan, kualitas kayu basah dan
tujuan pemakaian. Kayu yang akan langsung dipakai setelah dkeringkan, tanpa
pembelahan/pembubutan, tidak perlu bebas dari tegangan sisa. Tetapi kayu – kayu yang akan
diproses kembali seperti perlu bebas tegangan.

Cacat lain yang dapat terjadi karena pengeringan adalah pecah ( split ), pecah dalam, mata
kayu pecah, binatang dan mata kayu lepas, berubah bentuk dan lain – lain. Cacat – cacat ini
umumnya dapat terlihat jelas kecuali pada pecah dalam yang baru terlihat setelah kayu
tersebut dipotong.

Ketidak seragaman kadar air dapat ditanggulangi dengan proses pemerataan kadar air.
Kayu – kayu yang kadar air terlalu tinggi dapat dikeringkan kembali bersama kayu – kayu
lain.

6. Hal – hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan.

Agar pengeringan berhasil dengan baik maka setiap langkah perlu dicatat.Tujuan
pencatatan ini untuk mengawasi hasil pengeringan, sebagai tindakan penyesuaian pemakaian
jadwal pengeringan, sehingga kerusakan yang mungkin terjadi akibat pengeringan dapat
diperkecil. Adapun data yang perlu dicatat adalah :

1. Pengeringan : nomor urut muatan/kiln, nama pengawas/operator.


2. Kayu: jenis kayu, ukuran, kubikasi, kadar air kayu akhir yang dikehendaki.
3. Perubahan kondisi pengeringan: suhu dan kelembaban udara dari waktu ke waktu
tertentu dengan menyesuaikan perkembangan keadaan kayu.
4. Jadwal pengeringan yang digunakan.
5. Cacat – cacat yang terjadi selama dan setelah kayu dikeringkan

Selain pencatatan data teknis di atas , perlu pula dicatat data ekonomis, antara lain
pemakaian bahan bakar atau listrik, lamanya pengeringan dan lain sebagainya yang termasuk
biaya pengeluaran.

Kerusakan – Kerusakan Yang Terjadi Selama Proses Pengeringan.


Dalam garis besarnya kerusakan yang timbul disebabkan oleh tiga hal :

1. Akibat Penyusutan Kayu.

Terjadi pada saat kayu mengering, umumnya pada pengeringan dengan kiln atau secara
alami dapat timbul kerusakan akibat penyusutan ini, disebabkan kurang hati – hati dalam
pelaksanaan.Kerusakan oleh penyusutan ini adalah yang paling banyak terjadi.Hal ini perlu
mendapat perhatian, agar kerusakan tersebut dapat dicegah dengan jalan menurunkan
suhuatau menaikkan kelembaban udara. Pada kayu yang cacat retak sebelum dikeringkan ,
kita harus berhati – hati pula dalam pemberian suhu, sebab perlakuan yang salah akan
memperbesar kerusakan/keretakan. Seperti halnya cacat – cacat lain, retak – retak dan pecah
ini disebabkan pengeringan yang berlangsung cepat, sehingga bagian permukaan kayu telah
mengering, sedangkan bagian dalam kayu masih basah.

Retak ataupun pecah pada ujung atau permukaan kayu tidak dapat diperbaiki. Retak dan
pecah bagian ujung dapat dicegah antara lain dengan melaburkan bahan penutup pada kedua
ujung kayu. Mencegah atau mengecilkan terjadinya retak atau pecah adalah dengan
mengeringkannya pada kelembaban udara yang tinggi pada saat – saat permulaan
pengeringan.

Cacat – cacat serupa yang diakibatkan penyusutan yaitu :

a. Pecah ujung ( end checks ) dan pecah permukaan ( surface checks ).


b. Pecah dimulai pada bagian ujung kayu dan menjalar sepanjang papan.
c. Retak di bagian dalam kayu ( honeycombing ).
d. Casehardening.
e. Bentuk mangkok ( cupping ), perubahan bentuk melengkung pada arah lebar kayu.
f. Bentuk busur ( bowing ): perubahan bentuk melengkung pada arah memanjang kayu.
g. Menggelinjang ( twist ).

Cacat – cacat bentuk seperti ini sukar dihindari, tetapi dapat dikurangi dengan cara
penumpukan yang baik dan meletakkan beban pemberat pada bagian atas tumpukan serta
tidak memberikan suhu yang tinggi selama proses pengeringan.
2. Kerusakan akibat serangan jamur pembusuk.

Kerusakan ini terjadi pada permulaan pengeringan.Jamur itu sendiri sebenarnya telah
melekat sebelum kayu tersebut dikeringkan dalam kiln.Yang banyak diserang umumnya
adalah bagian kayu gubal.Karena jamur dapat tumbuh subur pada suhu yang rendah dan
kelembaban yang tinggi, maka untuk mengendalikan kerusakan ini ialah dengan
mempercepat pengeringan pada suhu lebih tinggi.Umumnya kerusakan ini hanya mengubah
warna kayu, tidak menurunkan sifat mekanik kayu.

3. Kerusakan akibat bahan kimia dalam kayu

Kayu mempunyai kandungan beberapa zat, diantaranya adalah zat ekstraktif.Melalui


reaksi kimia zat ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau noda kimia pada
kayu.Perubahan warna ini nampak gelap.Perubahan ini tidak mempengaruhi kekuatan kayu,
tetapi mempunyai pengaruh yang tidak baik pada penglihatan mata. Selain pengaruh bahan
kimia, juga karena pengaruh suhu yang terlalu tinggi, sehingga zat – zat ekstraktif tersebut
mengadakan reaksi terhadap panas yang ditimbulkan.
Beberapa Contoh Jadwal Pengeringan Kayu Menurut Jenisnya :

No. Jenis Kayu Jadwal Pengeringan


1. Bitangur A
2. Geronggang B
3. Jelutung H
4. Kapur E
5. Kempas E
6. Keruing D
7. Meranti merah F
8. Meranti putih J
9. Meranti kuning J
10. Merbau C
11. Mersawa E
12. Nyatoh E
13. Punak C
14. Ramin C
15. Sepetir G
16. Jati H
17. Binuang C
18. Eboni E
19. Agathis J
20. Jeungjing F
21. Balsa H

Jadwal Pengeringan : A

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 35 30,5 70
60 35 28,5 60
40 38 29 50
30 43,5 31,5 40
20 48,5 34 35
15 60 40,5 30

Jadwal Pengeringan : C

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 40,5 38 85
60 40,5 37 80
40 43,5 39 75
30 46 39,5 65
25 51,5 43 60
20 60 47,5 50
15 63,5 49 40

Jadwal Pengeringan : D

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 40,5 38 85
60 40,5 37 80
40 40,5 35,5 70
30 46 36 50
25 51,5 38 40
20 60 40,5 30
15 65,5 44,5 30

Jadwal Pengeringan : E
Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 48,5 46 85
60 48,5 45 80
40 51,5 46,5 75
30 54,5 47 65
25 60 49 55
20 68 53 45
15 76,5 58 40

Jadwal Pengeringan : F

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 48,5 44 75
60 48,5 43 70
40 51,5 43 60
30 54,5 43 50
25 60 46 45
20 68 51 40
15 76 58 40

Jadwal Pengeringan : G

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 48,5 45 85
60 48,5 45 80
40 54,5 50,5 80
30 60 53 75
25 71 63,5 70
20 76,5 64 55
15 82,5 62,5 55

Jadwal Pengeringan : H

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 57 53 80
50 57 52 75
40 60 52 65
30 65,5 54 55
20 76,5 58 40

Jadwal Pengeringan : J

Suhu
Kelembaban nisbi
Kadar Air Bola kering Bola basah
(%)
(C) (C)
1 2 3 4
Basah 57 50,5 70
50 57 48 60
40 60 47,5 50
30 65,5 49 40
20 76,5 53 30
Catatan :

a. Semua jadwal pengeringan yang disebutkan diatas dasarnya adalah untuk ketebalan
kayu 2,5 cm.
b. Apabila jadwal pengeringan ini akan dipergunakan juga untuk ketebalan 5 cm , maka
kelembaban nisbinya harus 5 % lebih tinggi dari pada ketebalan 2,5 cm pada setiap
tahap pengeringan.
c. Kelembaban nisbi yang tinggi pada saat permulaan pengeringan sebaiknya harus
terjadi, dengan maksud untuk menghindari terjadinya retak sejajar serat pada bagian
permukaan kayu, akan tetapi apabila waktu perlakuannya terlalu lama malah akan
menimbulkan retak permukaan.
d. Perlakuan suhu yang terlalu tinggi pada saat permulaan pengeringan akan
menyebabkan terjadinya retak pada bagian dalam kayu.
e. Lamanya waktu pengeringan sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, tebal, pola
penyusunan serat, kayu gubal dan teras, kadar air kayu pada saat permulaan
pengeringan, kadar air akhir yang dikehendaki dan efisiensi dari pada tungku
pengeringan.
SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering
dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu.  Terkadang sebagai barang
tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat
khasnya.  Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai
sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam
pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-
betul sesuai dengan yang kita inginkan.  Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu
(fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.

Pengenalan Sifat-Sifat Kayu

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi.  Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.  Pemilihan dan penggunaan kayu untuk
suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu.
Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari
pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta
macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih
kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-
beda.  Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-
beda.  Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada
beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :

1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan


susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan
hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2.  Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap
atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan
kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama
dalam keadaan kering.

Sifat Fisik Kayu

1. Berat dan Berat Jenis


Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air
dan zat ekstraktif didalamnya.  Berat suatu jenis kayu berbanding lurus
dengan BJ-nya.  Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda,
berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu
nani).  Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin
kuat pula.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur
perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu
tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan
unsur racun bagi perusak kayu.  Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada
saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya
kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna
dalam kayu yang berbeda-beda.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu.  Berdasarkan teksturnya, kayu
digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll),
kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur
kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang
pohon.  Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu,
serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
6. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan
kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll).  Kesan raba tiap jenis
kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat
ekstraktif dalam kayu.
7. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka.  Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan
untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda
yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak
(jati), bau kamper (kapur) dsb.
8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur,
dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.  Pola gambar
ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.  Makin
lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai
tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.  Dalam kondisi
kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut
kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
10.Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan
erat dengan elastisitas kayu.
b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya
gelombang suara.  Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat
baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat
musik (kulintang, gitar, biola dll).
11.Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan
untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan
sumber panas.
12.Daya Hantar Listrik
13.Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik.  Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu.  Pada
kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali,
sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka
daya hantarnya boleh  dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha menarik kayu.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar
arah serat.  Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil
daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
2. Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan
muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada
keteguhan kompresi sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain
di dekatnya.  Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan geser sejajar arah serat
b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
c. Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada
keteguhan geser sejajar arah serat.
4. Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati
maupun hidup selain beban pukulan.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan
yaitu :
a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya
yang mengenainya secara perlahan-lahan.
b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya
yang mengenainya secara mendadak.
5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk
atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus
elastisitas.
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang
relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan
yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian.
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat
takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan,
kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap
pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha membelah kayu.  Sifat keteguhan belah yang rendah
sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya
keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran
(patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah
radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau
sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2.  Faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan
menjadi dua kelompok :
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga
perusak kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring
dsb.
Macam Penggunaan Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-
sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan.  Jenis-
jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara
lain dapat dikemukan sebagai berikut :

1. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai
keawetan alam yang tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur,
kempas, keruing, lara, rasamala.
2.  Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan
beratnya sedang.
Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis,
benuang.
3. Veneer mewah
Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai
dekoratif.
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas,
sungkai, weru, sonokembang.
4. Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah
dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling,
sonokembang, ramin.
5. Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku
dan cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati,
kuku.
6. Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur,
kempas, ulin.
7. Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat
halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli,
sonokeling, teraling.
8. Alat Musik
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya
resonansi baik.
Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.
9. Alat Gambar
Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.
Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.
10.Tong Kayu (Gentong)
Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.
Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.
11.Tiang Listrik dan Telepon
Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk
lurus.
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
12.Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah
patah dan berwarna gelap.
Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.
13.Korek Api
Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak
korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai,
terentang, pinus.
14.Pensil
Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok,
warna agak merah, berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
15.Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan,
mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.
16.Perkapalan
Lunas
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : ulin, kapur.
Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Senta
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.
Bangunan dan dudukan mesin
Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena
getaran mesin.
Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.
Pembungkus as baling-baling
Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.
Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.
Popor Senjata
Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.
Jenis kayu : waru, salimuli, jati.
17.Arang (bahan bakar)
Persyaratan teknis :  BJ tinggi.
Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar,
kayu malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.
Penutup
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam
menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu.  Diharapkan
dengan memahami sifat-sifat kayu dan jenis-jenis kayu untuk penggunaan
tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan konsumen akan suatu jenis
kayu tertentu saja sehingga pemanfaatan jenis-jenis kayu yang semula belum
dimanfaatkan (jenis-jenis yang belum dikenal umum) akan semakin meningkat.

Di Indonesia kayu sebagai bahan bangunan berdasarkan kuat dan padat serabut
dibagimenjadi 4 golongan1.
 
Pohon berdaun lebat2.
 
Pohon berdaun jarum3.
 
Pohon berdaun palma4.
 
Pohon bambu/bangsa rumput
SIFAT-SIFAT KAYU
1.
 
Sifat Higroskopik Kayu
Sifat higroskopik kayu adalah kemampuan penyerapan atau pelepasan air dari danke udara
sekitar dalam mencari kesetimbangan. Penyusutan kayu sebagai proses fisisditentukan oleh
banyaknya air yang dikandung oleh kayu disebut kadar air kayu

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN 


 
Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dandari keindahan.
Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya.Sifat Utama Kayu:
Renewable resources.
Bahan mentah yang mudah dijadikan barang lain. Barang-barang seperti kertas,bahan
sintetik, teksil, bahkan sampai daging tiruan.
Mempunyai sifat-sifat spesifik (elastis, ulet tahan terhadap pembebanan yangtegak lurus
dengan serat atau sejajar seratnya). Sifat-sifat sseperti ini tidakdipunyai oleh bahan-bahan lain
yang bisa dibuat oleh manusia.Kerugian bahan kayu:
Tidak homogen.
Mempunyai sifat higroskopik.
Mudah terbakar.
Ketidaksamaan sebagai hasil tumbuhan alam.

Cacat-cacat kayu.
Penampang Kayu
Kulit LuarKulit dalamKambiumKayu GubalKayu TerasLingkaran TahunKayu TerasHati
(Galih)

Kulit,
 sebagai pelindung bagian bagian yang lebih dalam pada kayu (iklim,serangan serangga,
jamur), sebagai saluran cairan/bahan makanan dari akar kedaun dipucuk pohon.

Kambium,
 berupa jaringan lapisan tipis dan bening tugasnya kearah luarmembentuk kulit yang baru,
kearah dalam membentuk kayu yang baru.

Kayu Gubal 
sel-sel kayu yang masih hidup.
 

Kayu Teras,
 sel-sel kayu yang sudah tua dan mati. Warna lebih tua, penumpuberdirinya pohon,
mempunyai sifat mekanis yang tinggi.
Hati
Lingkaran Tahun,
 lingkaran yang menunjukkan perkembangan kayu darimusim hujan kemusim kering.Dengan
kemajuan teknologi, kayu tidak hanya batangnya saja sebagai bahan bangunanmelainkan
keseluruhan dapat dipakai sebagai bahan bangunan.
Struktur Konstruksi I Lilik Setiawan

Anda mungkin juga menyukai