Di Susun Oleh:
DAFTAR ISI.............................................................................................................I
3.1 Alat.........................................................................................................8
3.2 Bahan......................................................................................................8
4.1 Hasil.....................................................................................................12
4.2 Diskusi..................................................................................................13
5.1 Kesimpulan..........................................................................................14
5.2 Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................,,15
I
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau silinder, kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (partikel zat
aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul) dari serbuk semula.
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang
cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu
tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan
1
Granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil.
Umumnya terbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang
2
Kekurangan cara granulasi kering adalah (Andayana, 2009):
1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang
3
BAB II
DATA PREFORMULASI
4
OTT : material bersifat inert
Konsentrasi : 3 – 15 % w/w
Kegunaan : zat penghancur/ disintegrant
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan
kering
5
Kegunaan : lubrikan/ zat pelicin
Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat dan tempat sejuk
2.3.1 Farmakokinetik
Absorbsi
Aspirin sediaan tablet bisa diserap dengan sangat cepat di lambung dan
duodenum. Tablet extended release diserap lebih lambat dan tergantung
adanya makanan serta pH gaster. Bioavailabilitas aspirin adalah 50-75%.
Distribusi
Volume distribusi aspirin adalah 170 ml/kgBB. Aspirin juga banyak
terdistribusi pada jaringan. Pada konsentrasi rendah, sekitar 90% aspirin
6
terikat albumin. Semakin tinggi konsentrasi aspirin, proporsi yang
berikatan dengan protein semakin rendah, begitu pula pada kasus
insufisiensi renal dan pada kehamilan. Pada kasus overdosis aspirin, hanya
30% yang berikatan dengan albumin.
Metabolisme
Metabolisme aspirin berlangsung hampir segera setelah konsumsi. Aspirin
utamanya dihidrolisis menjadi salisilat oleh enzim esterase yang terdapat
di mukosa saluran cerna, eritrosit, cairan sinovial, dan plasma darah. Hasil
hidrolisis kemudian berikatan dengan glycine, menjadi salicyluric acid.
Eliminasi
Waktu paruh aspirin adalah 15-20 menit, sedangkan waktu paruh salisilat
akan lebih lama sesuai dengan dosis pemberian. Pada dosis 300-650 mg
waktu paruh berkisar 3 jam, sedangkan pada dosis 1 gram waktu paruh
adalah 5 jam dan 2 gram waktu paruh 9 jam. Eliminasi aspirin utamanya
melalui urin, 75% dalam bentuk salicyluric acid dan 10% dalam bentuk
asam salisliat.
2.3.2 Farmakodinamik
7
BAB III
PELAKSAAN PRATIKUM
3.1 Alat
Timbangan Digital
Bejana
Lumpang
Beaker glass
Batang pengaduk
perkamen
3.2 Bahan
Asetosal
Amylum
Laktosa
Mg Stearat
Talkum
Asetosal 250mg
Amylum 10%
Laktosa qs
Mg Stearat 1%
Talk 2%
8
3.4 Perhitungan Bahan dan Penimbangan Bahan
Dibuat 500 tablet @ 350mg
Bobot seluruhnya = 500 x 350 mg = 175 gram
Zat aktif = 500 x 250mg = 125 gram
Amylum = 10/100 x 175 gram = 17,5 gram
Mg Stearat = 0,5/100 x 175 gram = 0,875 gram
Talk = 1/100 X 175 gram = 1,75 gram
Komponen granulat = 98,5/100 x 175 gram = 172,375 gram
5. Setelah hasil baik, timbang granul tambahkan setengah dari komponen fase
luar.
9
6. Campurkan kedua bagian tersebut ad homogen
7. Cetak tablet dengan mesin tablet sesuai dengan bobot yang diinginkan
9. Masukkan tablet (30) ke dalam wadah yang sesuai dan beri etiket.
10
BAB IV
Hasil dan Diskusi
4.1 Hasil
No Parameter Hasil
1 Bentuk Bulat
2 Bau -
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara
Granulasi Kering. Granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan
cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar,
bongkahan kompak, ataulempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperolehgranul dengan ukuran partikel yang
diinginkan.
Zat aktif tidak tahan terhadap panas, lembap dan akan terhidrolisa jika ada
air
Dengan zat aktif dosis besar / voluminous
Tidak mengalami perubahan kristal dengan adanya tekanan tinggi
11
mulas, sakit maag, dan mudah mengalami perdarahan, seperti mimisan, lebam,
dan perdarahan yang sulit berhenti apabila terluka.
4. Adanya pembuatan granul dapat menambah kelarutan dari sediaan sehingga akan
mudah dalam absorpsi tubuh.
7. Pada percobaan ini yaitu sebelum tablet dicetak dilakukan beberapa pengujian
granul. Hal ini berguna untuk tolak ukur persyaratan agar didapatkan tablet yang
baik.
12
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Praktikan dapat membuat tablet acetosal dengan metode granulasi kering
2. Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan kali ini, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada pembuatan tablet Asetosal dapat dilakukan
dengan cara granulasi kering karena stabilitas sediaan tersebut sangat
bagus.
5.2 Saran
pembuatan tablet.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.
15