LP Herpes Simplek
LP Herpes Simplek
Herpes zoster merupakan infeksi akut ganglia sensorik dan daerah kulit yang
mendapatpersyarafan yang sama oleh virus varisela (Kapita selekta
kedokteran).
Herpes zoster adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh varicella- zooster
virus ( penyakit kulit dan kelamin di indonesia ).
Herpes zoster merupakan suatu penyakit menular akut yang ditandai oleh
“rash” vesikular yang terbatas pada satu atau dua dermatom ( kapita selekta
edisi II ).
a) Herpes zoster hemoragikus : bila pecah dan mengalami infeksi sekunder . Bisa
menyebabkan nekrosis dan membentuk ulkus.
b) Herpes zoster Generalisata : timbul pada orang tua atau orang lemah yang
menderita gangguan imunology , bisa diikuti oleh ensefalomielitis zooster yang
fatal.
c) Herpes zoster Oftalmikus : mengenai cabang nasal nervus trigeminus
d) Herpes zoster Yang mengenai ganglion genikulatum : nyeri telinga , kelainan
pendengaran , vertigo
e) Herpes zoster Torakalis : mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi
herpetik unilateral
f) Herpes zoster Brakialis : mengenai pleksus yang ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit
g) Herpes zoster Fasialis : yang menerima serabut saraf fasialis (N. VIII ) ditandai
erupsi herpetik unilateral
Herpes zoster disebabkan oleh virus varisela zoster. Penyebaran herpes zoster sama
dengan varisela ( cacar air ). Setelah sembuh dari cacar air, virus varicela tidak akan
menunjukkan gejala apapun tetapi potensial untuk aktif kembali. Pada tahap reaktivasi,
varisela muncul sebagai herpes zoster yang sering disebut shingles.
MANIFESTASI KLINIS
CARA PENULARAN
Melalui bersin
Melalui batuk
Melalui pakaian yang tercemar
Melalui sentuhan di atas gelembung atau lepuh yang pecah
a) Kultur Virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam
media virus untuk segera di analisa. Apabila waktu pengiriman cukup lama,
sampel dapat diletakkan pada es cair. Pada saat di deteksi pada kultur luka itu
terdapat virus varicella zoster. Virus ini akan tumbuh 3-14 hari dan uji ini tingkat
sensitivitasnya 30-70 % dengan spesitifitas 100%.
b) Deteksi Antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif jika dibandingkan dengan
teknik kultur sel. Sel dari lesi diambil dengan menggunakan scapel ( semacam
pisau ) atau jarum kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan
monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna fluoresens. Uji ini mendeteksi
glokoproten virus.
d) Tes Antibodi
Tes darah dapat menemukan antibodi yang berasal dari sistem kekebalan
tubuh untuk memusnahkan infeksi herpes. Tes ini dapat mengetahui apakah anda
terkena herpes zoster atau simplex.
Okular
Konjungtivitis, nekrosis retina, parut kelopak mata
Zoster paralitik
Akibat keterlibatan saraf motorik seperti sindrom ramsay hunt (erupsi nyeri
pada dan sekitar telinga), oftalmoplegia eksternal, gangguan kandung kemih,
dan kelemahan otot ekstremitas
Aktivitas
DS : pembatasan gerak oleh karna nyeri
DO : malaise
Sirkulasi
DS : demam, pusing
DO : pembentukan edema jaringan, pembentukan vesikel, adanya peradangan
Neurosensori
DO : Paralisis motorik lengan dan tungkai (hilangnya fungsi otot)
Ketidaknyamanan / nyeri
DS : nyeri tekan sekitar lesi, perubahan suhu, skala nyeri 1-3
DO : suhu 37’5 – 38’0, pertumbuhan vesikel, pembentukan oedema
Keamanan
DO : lepuh, destruksi kulit, suhu meningkat 37’5 – 38’0
Tupan :
Setelah dilakukan
tindakan 1x24 jam
diharapkan nyeri
klien berkurang.
Tupen :
KOGNITIF :
Klien dapat Jelaskan pada klien langkah – Untuk menambah
menjelaskan langkah mengurangi nyeri : pengetahuan klien.
langkah-langkah Relaksasi
mengurangi nyeri. Distraksi :
Visual
Audiotori
Stimulasi sensori
Kompres air hangat
AFEKTIF :
Klien mau untuk Motivasi klien untuk melakukan Untuk meningkatkan
melakukan langkah – langkah mengurangi semangat klien agar
langkah – langkah nyeri. mau melakukan
mengurangi nyeri. tindakan mengurangi
nyeri.
PSIKOMOTOR
Klien dapat Anjurkan klien melakukan Untuk mengurangi
melakukan tindakan langkah – langkah persepsi terhadap
langkah-langkah mengurangi nyeri : nyeri.
menguragi nyeri. Teknik relaksasi, yaitu dengan
cara napas dalam.
Teknik distraksi :
Visualisasi : menonton TV
Audiotori : mendengarkan music
Stimulasi sensori, yaitu dengan
PERUBAHAN
FISIK : Observasi TTV Untuk mendapatkan
TD : 120/80mmHg data klien
N : 60-100x/mnt
S : 36-37 °C
RR : 16-20 x/mnt
TUPAN :
TUPEN :
Kognitif
Klien mampu Jelaskan langkah-langkah Untuk meningkatkan
menjelaskan langkah- menurunkan suhu tubuh : pengetahuan klien tenteng
langkah untuk Kompres dengan air hangat langkah-langkah
menurunkan suhu Konsumsi airputih sebanyak menurunkan demam
tubuh. mungkin
Gunakan baju yang dapat
menyerap keringat
Istirahat yang cukup
Perubahan fisik
TD : 120/80 mmhg Observasi ttv Untuk memperoleh data
ND : 80 x/menit klien
RR : 20 x/ menit
S : 36 – 37,5 C
Tidak malaise
TUPEN :
Kognitif :
Klien dapat Jelaskan cara mengatasi anoreksia: Untuk meningkatkan
menjelaskan cara menjaga kebersihan oral hygiene pengetahuan klien
mengatasi anoreksia makan makanan yang bervariasi
makan makanan selagi hangat
makan dengan frekuensi sedikit
tapi sering
makan makanan sesuai jadwal,
jenis dan jumlah
Diet
Sesuai dengan kondisi Observasi porsi makan klien
pasien
Tupen :
KOGNITIF
Kx mampu menjelaskan Jelaskan tentang proses dari Mengurangi/mencegah
tentang proses penularan penularan virus herpes zoster terjadinya penularan
dari virus herpes zoster. Virus herpes dapat ditularkan dari/ke penderita yang
secara langsung melalui tubuh lain,
penderita melalui beberapa Meningkatkan
cara : pengetahuan & kerja
kontak langsung (bersentuhan sama klien utk dilakukan
langsung dengan tubuh tindakan.
penderita yang terdapat
vesikel).
Melalui udara (berbicara,
batuk, bersin).
AFEKTIF
Kx mampu melakukan Motivasi & anjurkan kx untuk Meningkatkan semangat
tindakan keperawatan mau diajarkan tindakan utk klien.
yang telah diajarkan. mengurangi/mencegah
terjadinya penularan dari virus
herpes.
PSIKOMOTOR
Kx mampu melakukan Anjurkan kx untuk melakukan Mencegah vesikel pecah,
tindakan keperawatan tindakan pencegahan thd menjadi jalan masuk/
yang telah diajarkan. penularan dari virus herpes. keluarnya virus utk
menggunakan baju yang menginfeksi;
menutupi anggota tubuh yang Mencegah terjadi
terdapat vesikel. penularan melalui udara.
TUPEN :
Kognitif : Jelaskan pada klien cara mengatasi Untuk meningkatkan
Klien dapat timbulnya vesikel dengan : pengetahuan klien
menjelaskan cara kompres dingin
mengatasi timbulnya tidak menggaruk bagian yang
vesikel terdapat vesikel
mengolesi ruam dengan salep
calamine
Afektif :
Klien mau melakukan Motivasi klien agar mau Meningkatkan semangat
tindakan untuk melakukan cara-cara mengatasi / klien untuk melakukan
mengurangi timbulnya mencegah timbulnya vesikel yang tindakan keperawatan
vesikel yang semakin semakin banyak
banyak
Psikomotor :
Klien mampu Ajarkan klien cara / teknik Kompres dingin dapat
melakukan tindakan kompres dingin : membuat vesikel kempes
untuk mencegah ambil air dingin taruh di kom
timbulnya vesikel celupkan kain/waslap pada kom
yang semakin banyak yang berisi air dingin
kompreskan pada kulit yang
terdapat vesikel
Ajarkan klien cara / teknik Salep calamine dapat
mengoles salep calamine secara mengurangi peradangan
aseptik : pada kulit
cuci tangan steril dengan 7
langkah mencuci tangan
menggunakan sabun
ambil kassa dan oleskan salep
Perubahan Fisik :
tidak muncul vesikel Observasi keadaan kulit dan Untuk memperoleh data
yang banyak keadaan klien secara umum klien
tidak gatal
tidak pusing
suhu turun
36,5 – 37,5 Observasi suhu badan klien
I. DEFINISI
Herpes simplek adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel
berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah mukotan. Herpes
simplek disebut juga fever blister, cold skor, herpes febrilis, herpes
labialis, herpes progenetalis (Kapita Selekta Kedokteran
ed.111,2000:151)
Herpes simplek adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
mukotan, sedangkan infeksi dapat di bilang baik primer maupun
rekurens (Adhidjuanda, Ilmu Penyakit dan Kelamin,2000:355 )
III. ETIOLOGI
Virus herpes simplek tipe I dan virus herpes simplek tipe II adalah
herpes hominis yang termasuk virus DNA
IV. KOMPLIKASI
VHS 1 VHS2
Kurang
Pengetahuan
Atau
-Gangguan citra Terdapat lesi atau vesikel pada kulit secara luas
tubuh
Kulit
2. Fase laten :
3. Infeksi rekuren :
VIROLOGI
Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada permukaan mukosa,
atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion
bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar
menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck
dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak
dan badan inklusi intranuklear.
3. PCR,
Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan
kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang
hanya 75 %). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum
dilakukan secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini
biasa digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih
cepat dibandingkan kultur virus.
4. Kultur Virus,
Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara yang
paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara lain.
HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100%
akurat, khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi
sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak virus sulit
Virus Herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada lesi
dapat diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan
Giemsa dari bahan vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan
inklusi intranuklear
VIII. PENATALAKSANAAN
Perubahan Fisik:
-Kebutuhan nutrisi Kaji ABCD Untuk memenuhi kebutuhan
terpenuhi nutrisi klien
Afektif :
Meningkatkan keinginan
Klien mau melakukan
klien untuk mencegah
Memotivasi klien untuk
tindakan untuk mencegah
penyebab penularan
melakukan tindakan
penularan
penyakit
mencegah penularan dengan
cara :
1. Anjurkan klien tidak
berada di ruang AC
pada tempat yang
Tupen
Kognitif :
Klien mampu menyebutkan -Jelaskan pada klien cara Untuk meningkatkan
cara mengatasi rangsangan mengatasi rangsangan gatal pengetahuan dan
gatal yang dirasakan: mengetahui data klien
1) jika kulit terasa gatal
jangan digaruk dengan kuku
tetapi dengan buku-buku
tangan. Terapkan dengan
stimulasi kutan, beri obat
atau salep.
2) selalu jaga kebersihan
kullit
Afektif:
Klien bersedia menerima -Motivasi klien agar mau Untuk mengurangi
asuhan keperawatan untuk melakukan terapi yang kerusakan itegritas kulit
mengatasi rangsangan gatal dianjurkan : yang dialami pasien
1) anjurkan pasien selalu
tidak menggaruk daerah
yang gatal di sekitar kulit
Psikomotor:
Klien mampu untuk Instruksikan dan Mengurangi kerusakan
melakukan tindakan untuk demonstrasikan cara integritas kulit dan
mengurangi rangsangan mengurangi kerusakan pencegahannya.
gatal yang dirasakan pasien integritas kulit:
1)berikan obat salep pada
daerah yang gatal
2)jaga kebersihan kulit
3)terapkan rangsangan
stimulasi kutan
3)jangan menggaruk daerah
yang gatal dengan buku-
buku tangan agar tidak
infeksi
Perubahan Fisik:
-Kulit tidak terasa gatal -Obs. Keadaan integritas Untuk memperoleh data
-permukaan kulit kembali kulit pasien
utuh -Obs. Keadaan pasien
-kurang lebih 3hari vesikel
dapat berkurang
Prof. Dr. Djuanda, Adhi, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 3, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1999.
Lynda Juall, Carpenito, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2000
Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Edisi 3, Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta, 2000.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/SMF, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU. Dr.
Soetomo Surabaya, 2004.