Anda di halaman 1dari 34

Definisi

 Herpes zoster merupakan infeksi akut ganglia sensorik dan daerah kulit yang
mendapatpersyarafan yang sama oleh virus varisela (Kapita selekta
kedokteran).

 Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster


(wikipedia : 16 maret 2012).

 Herpes zoster adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh varicella- zooster
virus ( penyakit kulit dan kelamin di indonesia ).

 Herpes zoster merupakan suatu penyakit menular akut yang ditandai oleh
“rash” vesikular yang terbatas pada satu atau dua dermatom ( kapita selekta
edisi II ).

 Herpes zoster merupakan peradangan kulit akut dengan peradangan segmental


( erupsi pada daerah kulit yang di intervasi ) pada saraf otak atau spinalis dan
ganglionnya.

Macam – macam herpes zoster :

a) Herpes zoster hemoragikus : bila pecah dan mengalami infeksi sekunder . Bisa
menyebabkan nekrosis dan membentuk ulkus.
b) Herpes zoster Generalisata : timbul pada orang tua atau orang lemah yang
menderita gangguan imunology , bisa diikuti oleh ensefalomielitis zooster yang
fatal.
c) Herpes zoster Oftalmikus : mengenai cabang nasal nervus trigeminus
d) Herpes zoster Yang mengenai ganglion genikulatum : nyeri telinga , kelainan
pendengaran , vertigo
e) Herpes zoster Torakalis : mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi
herpetik unilateral
f) Herpes zoster Brakialis : mengenai pleksus yang ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit
g) Herpes zoster Fasialis : yang menerima serabut saraf fasialis (N. VIII ) ditandai
erupsi herpetik unilateral

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -1-


ETIOLOGI

Herpes zoster disebabkan oleh virus varisela zoster. Penyebaran herpes zoster sama
dengan varisela ( cacar air ). Setelah sembuh dari cacar air, virus varicela tidak akan
menunjukkan gejala apapun tetapi potensial untuk aktif kembali. Pada tahap reaktivasi,
varisela muncul sebagai herpes zoster yang sering disebut shingles.

MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri prodomal : lamanya kira-kira 2-3 hari, namun dapat lebih


lama.
 Ruam : Vesikel dengan eritema
disekitarnya yang berlanjut menjadi pustule yang pecah kemudian terpisah.
 Lesi baru timbul 3-5 hari.
 Pecahnya vesikel serta pemisahan terjadi dalam 2-4 minggu.
 Dermatom yang terlibat : Biasanya tunggal
 Dermatom dorsolumbal merupakan lokasi yang paling sering terlibat ( 50% ),
diikuti oleh trigeminal oftalmika , kemudian servikal dan sacral.. Ekstremitas
merupakan lokasi yang paling jarang terkena.
 Nyeri fase akut : umum selama evolusi ruam

TANDA DAN GEJALA

 Munculnya lesi-lesi zoster


 Gatal-gatal
 Erupsi yang ringan atau parah didahului oleh malaise, demam dan rasa nyeri
 Eritema
 Edema atau vesikel yang berkelompok

CARA PENULARAN

 Melalui bersin
 Melalui batuk
 Melalui pakaian yang tercemar
 Melalui sentuhan di atas gelembung atau lepuh yang pecah

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -2-


PATOFISIOLOGI

Virus Varissela Zoster


Ggn. Kebutuhan pemenuhan yang menetap pd tubuh penderita
informasi

Melalui kontak lgsung Penggabungan dengan DNA hospes

< pengetahuan ttg perawatan Mengalami reaktivasi dan menimbulakn eksaserbasi


& program pengobatan

Multiplikasi & menyebar di ganglion


Resti trjadi penularan infeksi

Menyebabkan nekrosis pada saraf tepi

Terjadi peradangan proses infeksi Hipertermi

Kerusakan Timbul gejala Timbul gejala Anoreksia


saraf perifer Prodromal lokal (nyeri tekan, gatal) prodromal sistemik (demam,
pusing, malaise)
Keb. Nutrisi kurang

Proses Inflamasi Nyeri

Eritema Resti ggn. Pola tidur

Perubahan struktur kulit Pembentukan vesikel Kerusakan integritas kulit

Ggn. Citra tubuh Pembentukan pustula

Pecah dan kering jadi krustae

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -3-


Pemeriksaan penunjang Herpes Zoster

a) Kultur Virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam
media virus untuk segera di analisa. Apabila waktu pengiriman cukup lama,
sampel dapat diletakkan pada es cair. Pada saat di deteksi pada kultur luka itu
terdapat virus varicella zoster. Virus ini akan tumbuh 3-14 hari dan uji ini tingkat
sensitivitasnya 30-70 % dengan spesitifitas 100%.

b) Deteksi Antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif jika dibandingkan dengan
teknik kultur sel. Sel dari lesi diambil dengan menggunakan scapel ( semacam
pisau ) atau jarum kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan
monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna fluoresens. Uji ini mendeteksi
glokoproten virus.

c) PCR ( Polymerase Chain Reaction)


Dilakukan pada sel atau cairan dari luka atau darah atau cairan dari sumsum
tulang belakang. PCR ini akan menemukan materi gen (DNA) virus varicella
zoster. Untuk tes ini hasil lebih akurat dengan menggunakan cairan dari sumsum
tulang.

d) Tes Antibodi
Tes darah dapat menemukan antibodi yang berasal dari sistem kekebalan
tubuh untuk memusnahkan infeksi herpes. Tes ini dapat mengetahui apakah anda
terkena herpes zoster atau simplex.

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -4-


Komplikasi

 Sepsis kulit sekunder


Biasanya akibat streptococcus pyogenes dan staphylococcus aureus

 Okular
Konjungtivitis, nekrosis retina, parut kelopak mata

 Zoster paralitik
Akibat keterlibatan saraf motorik seperti sindrom ramsay hunt (erupsi nyeri
pada dan sekitar telinga), oftalmoplegia eksternal, gangguan kandung kemih,
dan kelemahan otot ekstremitas

 Sistem Saraf Pusat


Meningoensefalitis, mielitis, dan hemiplegia kontralateral akibat angitis
granulomatosa jarang terjadi. Pleiositosis limfositik cairan serebrospinal
asimtomatik dengan protein meningkat ringan serta kadar glukosa normal sering
terjadi.

 Neuralgia Pasca Herpes


Paling sering dirasakan sebagai nyeri dermatomal yang menetap setelah
penyembuhan.

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -5-


Pengkajian

Aktivitas
DS : pembatasan gerak oleh karna nyeri
DO : malaise

Sirkulasi
DS : demam, pusing
DO : pembentukan edema jaringan, pembentukan vesikel, adanya peradangan

Neurosensori
DO : Paralisis motorik lengan dan tungkai (hilangnya fungsi otot)

Ketidaknyamanan / nyeri
DS : nyeri tekan sekitar lesi, perubahan suhu, skala nyeri 1-3
DO : suhu 37’5 – 38’0, pertumbuhan vesikel, pembentukan oedema

Keamanan
DO : lepuh, destruksi kulit, suhu meningkat 37’5 – 38’0

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -6-


Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan vesikel ditandai


dengan adanya eritema.
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan gejala prodromal
lokal (nyeri tekan, gatal-gatal).
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi ditandai
dengan adanya peradangan.
4. Resti terjadi penularan infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang perawatan dan program pengobatan ditandai dengan adanya cara
penularan infeksi melalui kontak langsung, dll.
5. Kebutuhan nutrisi kurang berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan adanya
gejala prodromal sistemik (demam, pusing, malaise).

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -7-


Diagnosa Keperawatan : ( Martiyas sari / 10.066)
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan gejala prodromal lokal
(nyeri tekan, gatal-gatal).

Tujuan Tindakan Respon

Tupan :
Setelah dilakukan
tindakan 1x24 jam
diharapkan nyeri
klien berkurang.

Tupen :

KOGNITIF :
Klien dapat Jelaskan pada klien langkah – Untuk menambah
menjelaskan langkah mengurangi nyeri : pengetahuan klien.
langkah-langkah Relaksasi
mengurangi nyeri. Distraksi :
Visual
Audiotori
Stimulasi sensori
Kompres air hangat

AFEKTIF :
Klien mau untuk Motivasi klien untuk melakukan Untuk meningkatkan
melakukan langkah – langkah mengurangi semangat klien agar
langkah – langkah nyeri. mau melakukan
mengurangi nyeri. tindakan mengurangi
nyeri.

PSIKOMOTOR
Klien dapat Anjurkan klien melakukan Untuk mengurangi
melakukan tindakan langkah – langkah persepsi terhadap
langkah-langkah mengurangi nyeri : nyeri.
menguragi nyeri. Teknik relaksasi, yaitu dengan
cara napas dalam.
Teknik distraksi :
Visualisasi : menonton TV
Audiotori : mendengarkan music
Stimulasi sensori, yaitu dengan

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -8-


cara mengelus elus bagian yang
nyeri.
Berikan kompres air hangat.

KOLABORASI : Untuk mengurangi rasa


Pemberian obat analgesic sesuai nyeri
anjuran dokter.

PERUBAHAN
FISIK : Observasi TTV Untuk mendapatkan
TD : 120/80mmHg data klien
N : 60-100x/mnt
S : 36-37 °C
RR : 16-20 x/mnt

Skala nyeri : 0-1 Observasi skala nyeri

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex -9-


Diagnosa Keperawatan : ( Ika Dewi Purwanti / 10.044)
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
adanya peradangan.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

TUPAN :

Peningkatan suhu tubuh


klien teratasi setelah
dilakukan asuhan
keperawatan selama
2x24 jam

TUPEN :
Kognitif
Klien mampu Jelaskan langkah-langkah Untuk meningkatkan
menjelaskan langkah- menurunkan suhu tubuh : pengetahuan klien tenteng
langkah untuk Kompres dengan air hangat langkah-langkah
menurunkan suhu Konsumsi airputih sebanyak menurunkan demam
tubuh. mungkin
Gunakan baju yang dapat
menyerap keringat
Istirahat yang cukup

Motivasi klien agar mau Meningkatkan semangat


Afektif melakukan langkah-langkah klien untuk mau
Klien mau melakukan menurunkan suhu tubuh melakukan tindakan yang
langkah-langkah dianjurkan
menurunkan suhu tubuh

Anjurkan klien untuk :


Psikomotor Kompres dengan air hangat Kompres air hangat dapat
Klien mampu Konsumsi air putih sebanyak lebih efektif menurunkan
melakukan langkah- mungkin demam
langkah menurunkan Gunakan baju yang dapat
demam menyerap keringat
Istirahat yang cukup

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 10 -


Kolaborasi :
Pemberian antipiretik sesuai Antipiretik dapat
program dokter. menurunkan demam

Perubahan fisik
TD : 120/80 mmhg Observasi ttv Untuk memperoleh data
ND : 80 x/menit klien
RR : 20 x/ menit
S : 36 – 37,5 C
Tidak malaise

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 11 -


Diagnosa keperawatan : (Astri Mariyanti 10.010)
Kebutuhan nutrisi kurang berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan adanya gejala
prodromal sistemik (demam, pusing, malaise).

Tujuan Intervensi Rasional


TUPAN :
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi setelah
mendapat asuhan
keperawatan selama
2x24 jam

TUPEN :
Kognitif :
Klien dapat Jelaskan cara mengatasi anoreksia: Untuk meningkatkan
menjelaskan cara menjaga kebersihan oral hygiene pengetahuan klien
mengatasi anoreksia makan makanan yang bervariasi
makan makanan selagi hangat
makan dengan frekuensi sedikit
tapi sering
makan makanan sesuai jadwal,
jenis dan jumlah

Motivasi klien untuk mengatasi


Afektif : anoreksia agar tidak terjadi
Klien mau melakukan dampak dari anoreksia, seperti : Untuk meningkatkan
tindakan cara berat badan turun, nutrisi kurang semangat klien dalam
mengatasi anoreksia dari kebutuhan tubuh, kebutuhan melakukan tindakan
cairan kurang.

bantu klien untuk melakukan


Psikomotor : kebersihan oral hygiene
Klien mampu berikan makanan yang bervariasi Untuk meningkatkan nafsu
melakukan tindakan anjurkan klien untuk makan makan klien
cara mengatasi makanan selagi hangat
anoreksia berikan klien makan dengan
frekuensi sedikit tapi sering
anjurkan klien makan sesuai
jadwal, jenis, dan jumlah

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 12 -


Perubahan Fisik : Untuk memperoleh data
klien
Antropometri Observasi berat badan klien
BBI = 10% BBN

Biochemical Lihat hasil laboratorium klien


Albumin
Hb

Clinical Observasi pemeriksaan fisik


Mukosa bibir lembab
Turgor kulit elastis
Mata tidak pucat

Diet
Sesuai dengan kondisi Observasi porsi makan klien
pasien

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 13 -


Diagnosa Keperawatan : (Indah Wahyuning A./ 10.048)
Resti terjadi penularan infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan dan program pengobatan ditandai dengan adanya cara penularan infeksi
melalui kontak langsung, dll.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Tupan :
Tidak terjadi penularan
infeksi setelah dilakukan
askep selama 3x24 jam.

Tupen :
KOGNITIF
Kx mampu menjelaskan Jelaskan tentang proses dari Mengurangi/mencegah
tentang proses penularan penularan virus herpes zoster terjadinya penularan
dari virus herpes zoster. Virus herpes dapat ditularkan dari/ke penderita yang
secara langsung melalui tubuh lain,
penderita melalui beberapa Meningkatkan
cara : pengetahuan & kerja
kontak langsung (bersentuhan sama klien utk dilakukan
langsung dengan tubuh tindakan.
penderita yang terdapat
vesikel).
Melalui udara (berbicara,
batuk, bersin).

AFEKTIF
Kx mampu melakukan Motivasi & anjurkan kx untuk Meningkatkan semangat
tindakan keperawatan mau diajarkan tindakan utk klien.
yang telah diajarkan. mengurangi/mencegah
terjadinya penularan dari virus
herpes.

PSIKOMOTOR
Kx mampu melakukan Anjurkan kx untuk melakukan Mencegah vesikel pecah,
tindakan keperawatan tindakan pencegahan thd menjadi jalan masuk/
yang telah diajarkan. penularan dari virus herpes. keluarnya virus utk
menggunakan baju yang menginfeksi;
menutupi anggota tubuh yang Mencegah terjadi
terdapat vesikel. penularan melalui udara.

Tidak keluar rumah atau jika

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 14 -


terpaksa keluar memakai
penutup mulut/masker.

KOLABORASI Pemberian salep calamin


Pemberian salep Calamin dapat mengurangi
secara aseptik peradangan pada kulit.

PERUBAHAN FISIK obs ada tidaknya lesi Sebagai data penunjang,


tidak terdapat lesi obs ada tidaknya nyeri tekan Mengetahui
tidak ada nyeri tekan obs ada tidaknya eritema perkembangan kesehatan
klien.
tidak terdapat eritema Obs TTV kx
tidak gatal-gatal
TTV Normal :
TD = 110/70-120/80
mmHg
N = 60-100 mmHg
S = 36-37,5 ° C
RR = 16-20x/mnt

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 15 -


Diagnosa Keperawatan : (Fitria Amilia Malik 10.036)
Perubahan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan vesikel ditandai dengan
adanya eritema.

Tujuan Intervensi Rasional


TUPAN :
Perubahan integritas
kulit teratasi setelah
dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam

TUPEN :
Kognitif : Jelaskan pada klien cara mengatasi Untuk meningkatkan
Klien dapat timbulnya vesikel dengan : pengetahuan klien
menjelaskan cara kompres dingin
mengatasi timbulnya tidak menggaruk bagian yang
vesikel terdapat vesikel
mengolesi ruam dengan salep
calamine

Afektif :
Klien mau melakukan Motivasi klien agar mau Meningkatkan semangat
tindakan untuk melakukan cara-cara mengatasi / klien untuk melakukan
mengurangi timbulnya mencegah timbulnya vesikel yang tindakan keperawatan
vesikel yang semakin semakin banyak
banyak

Psikomotor :
Klien mampu Ajarkan klien cara / teknik Kompres dingin dapat
melakukan tindakan kompres dingin : membuat vesikel kempes
untuk mencegah ambil air dingin taruh di kom
timbulnya vesikel celupkan kain/waslap pada kom
yang semakin banyak yang berisi air dingin
kompreskan pada kulit yang
terdapat vesikel
Ajarkan klien cara / teknik Salep calamine dapat
mengoles salep calamine secara mengurangi peradangan
aseptik : pada kulit
cuci tangan steril dengan 7
langkah mencuci tangan
menggunakan sabun
ambil kassa dan oleskan salep

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 16 -


calamine pada kulit di sekitar
vesikel

Perubahan Fisik :

tidak muncul vesikel Observasi keadaan kulit dan Untuk memperoleh data
yang banyak keadaan klien secara umum klien
tidak gatal
tidak pusing
suhu turun
36,5 – 37,5 Observasi suhu badan klien

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 17 -


LAPORAN PENDAHULUAN HERPES SIMPLEK

I. DEFINISI

Herpes simplek adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel
berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah mukotan. Herpes
simplek disebut juga fever blister, cold skor, herpes febrilis, herpes
labialis, herpes progenetalis (Kapita Selekta Kedokteran
ed.111,2000:151)

Herpes simplek adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
mukotan, sedangkan infeksi dapat di bilang baik primer maupun
rekurens (Adhidjuanda, Ilmu Penyakit dan Kelamin,2000:355 )

II. JENIS-JENIS HERPES SIMPLEK

1. Virus herpes simplek tipe I :

Merupakan penyebab infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah


mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi
virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif
telah di dapat pada waktu umur 7tahun.

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 18 -


2. Virus herpes simplek tipe II :

Mempunyai tempat prediksi di daerah pinggang ke bawah terutama di


daerah genital dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual dan
harus di anggap sebagai salah satu penyakit kelamin yang umum

III. ETIOLOGI

Virus herpes simplek tipe I dan virus herpes simplek tipe II adalah
herpes hominis yang termasuk virus DNA

IV. KOMPLIKASI

Infeksi bakteri skunder

Eritema multi for meporthrpetika

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 19 -


V. PATOFISIOLOGI

Virus Herpes Simplex

VHS 1 VHS2

Terjadi pada orofaring dan bibir Terdapat pada daerah genital

Kurang

Pengetahuan

Penyakit Menyebar melalui droplet pernafasan Ditularkan melalui hubungan


sexual

Atau

Resti penu- Melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi


Laran infeksi

Virus masuk ke dalam tubuh hospes

Menetap untuk waktu yang lama di ganglion

Terjadi penggabungan DNA hospes

Keluar replika virus dan inti sel

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 20 -


Menimbulkan eksaserbasi dan remisi sesuai keaktifannya

Gejala Prodromal sistemik (demam,pusing,malaise) Anoreksia

Gejala prodromal local (nyeri tekan gatal-gatal)

Gangguan rasa nyaman Proses Inflamasi


Kurang nutrisi

Atau nyeri dari kebutuhan


tubuh Eritema

-Gangguan citra Terdapat lesi atau vesikel pada kulit secara luas

tubuh

-Kerusakan integritas Terdapat virus pada vesikel, lesi

Kulit

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 21 -


VI. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi primer :

Berlangsug kurang lebih 3minggu

Gejala sitemik : demam, malese, anoreksia dan ditemukan


pembengkakan kelenjar getah bening regional

Adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembuh dan


erimatosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen

2. Fase laten :

Tidak ditemukan gejala klinis, tetapi virus herpes simplek dapat di


temukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis

3. Infeksi rekuren :

Gejala klinis timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan


berlangsung kira-kira 7-10 hari

Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum timbul vesikel


berupa rasa panas, gatal dan nyeri

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

VIROLOGI

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 22 -


1. Mikroskop cahaya.

Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada permukaan mukosa,
atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion
bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar
menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck
dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak
dan badan inklusi intranuklear.

2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).

Sel-sel dari spesimen dimasukkan dalam aseton yang dibekukan.


Kemudian pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan cahaya elektron (90%
sensitif, 90% spesifik) tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan
kultur virus.

3. PCR,

Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan
kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang
hanya 75 %). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum
dilakukan secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini
biasa digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih
cepat dibandingkan kultur virus.

4. Kultur Virus,

Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara yang
paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara lain.
HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100%
akurat, khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi
sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak virus sulit

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 23 -


untuk berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun cara ini memiliki kekurangan
karena waktu pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.

Virus Herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada lesi
dapat diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan
Giemsa dari bahan vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan
inklusi intranuklear

VIII. PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini belum ada terapi yang menyembuhkan secara


radikal,artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens
secara tuntas. Pada lesi di berikan obat topikal berupa salep atau krem yang
mengandung preparat I doksuridin ( stoxil,virugent,virugent-p ) dengan cara
aplikasi yang sering dengan interval berapa jam.

Preparat asiklovir (zovirax ) yang dipakai secara topikal tam pajnya


memberi masa depan yang lebih cerah. Asiklovir kerjanya mengandung
replikasi DNA virus. Klinis bermabfaat bila virus sedang aktif. Jika tibul
ulserasi dapat dilakukan kompres. Pengobatan oral berupa preparat aiklovir
tampaknya memberi dampak yang lebih baik rekurens lebih panjang dosisnya
5x200mg sehari selama 5kali. Pengobatan parenteral dengan asiklovir
terutama ditunjukkan pada penyakit yanng lebih berat.

Begitu pula dengan preparat adenin arabinosit ( vitarabin ). Interveron


sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat reproduksi virus juga
dipakai secara parenteral. Untuk mencegah rekurens macam-macam usaha
yang ditunjukkan untuk meningkatkan imunitas seluler. Misalnya memberi
preparat lupidon H ( untuk VHS tipe IP) dan lupidon G ( untuk VHS tipe II )
dalam seri pengobatan. Pemberian Levamisol dan isoprinosin atau asiklovir
secara berkala menurut beberapa penyelidik memberikan hasil yang baik.

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 24 -


Efek levamisol dan isoprinosin aialah imunostimulator. Pemberian vaksinasi
cacar sekarang tidak di anut lagi.

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri b/d proses inflamasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia

3. Resiko Penularan infeksi b/d kurang pengetahuan mengenai


penatalaksanaan penyakit

4. Kerusakan integritas kulit b/d rangsangan gatal yang berisiko untuk di


garuk

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 25 -


Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan TUPAN:
ketidaknyamanan Klien dapat
atau nyeri b/d mengurangi rasa
proses inflamasi nyeri setelah
dilakukan asuhan
keperawatan selama
2x24 jam.
TUPEN:
Kognitif Jelaskan pada klien Meningkatkan
Klien mampu nyeri merupakan pengetahuan klien
menjelaskan salah satu bagian
penyebab nyeri. bagian dari proses
inflamasi yang
ditandai dengan
panas, merah,
bengkak .
Proses tersebut
berfungsi untuk
proses
Afektif penyembuhan luka.
Klien mau -mengurangi nyeri
melakukan cara -ajarkan pada pasien
untuk mengatasi jika terjadi nyeri
nyeri yaitu dengan
memberi pijatan
pada area yang tidak -menghindari

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 26 -


sakit kerusakan integritas
-ajarkan agar tidak kulit
menggaruk jika luka
memerah dan terasa -mengurangi
gatal bengkak pada luka
-berikan kompres
dingin jika luka
bengkak dan terasa
Psikomotor panas -meningkatkan
Klien mampu relaksasi
melakukan cara -Instruksikan pada
untuk mengatasi klien jika terjadi
nyeri nyeri yaitu dengan
member pijatan
pada area yang tidak
sakit
-Instruksikan untuk
tidak menggaruk
pada luka yang
merah dan terasa
gatal
-Instruksikan
kompres dingin jika
luka bengkak

Kolaborasi Untuk memperoleh


Perubahan Fisik -Pemberian obat- data klien
-Nyeri berkurang. obat analgesik
-skala nyeri 0-3 sesuai terapi
-Luka bersih
-Tidak bengkak dan Kaji area luka

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 27 -


panas

Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tupan
Klien mampu mengatasi
nutrisi kurang dari
kebutuhan setelah mendapat
asuhan keperawatan
Tupen
Kognitif :
Klien dapat menjelaskan -Jelaskan pada klien Untuk menambah
bagaimana cara mengatasi bagaimana cara mengatasi pengetahuan dan wawasan
anoreksia anoreksia: klien
1)beri makan dengan porsi
sedikit tapi sering
2)beri makananan yang
menarik atau menunya
bervariasi
3)beri makananan selagi
hangat
4)jaga oral hygine

Afektif: -Motivasi klien agar mau Meningkatkan semangat


Klien menyetujui melakukan tindakan kita klien dan menngkatkan
dilakukannya tindakan dan jelaskan manfaatnya: kerjasama antara klien dan
untuk mengatasi anoreksia 1) Anoreksia teratasi perawat
2) BB bertambah

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 28 -


Psikomotor: -Instruksikan pada klien Perubahan dapat mengatasi
Klien dapat melakukan untuk melakukan tindakan anoreksia pada klien sesuai
tindakan untuk mengatasi mengatasi anoreksia tindakan yang diterapkan
anoreksia -berikan makanan dengan
porsi sedikit tapi sering
-berikan makanan yang
menarik atau menunya
bervariasi
-berikan makan selagi
hangat

Perubahan Fisik:
-Kebutuhan nutrisi Kaji ABCD Untuk memenuhi kebutuhan
terpenuhi nutrisi klien

-BB kembali stabil Timbang BB pasien Untuk mengetahui BB


Peningkatan BB sesuai pasien
sasaran dan tak ada tanda
malnutrisi
-Intake meningkat Obs. Intake nutrisi klien Membran mukosa bibir
merupakan asuhan untuk
mengetahui kondisi umum
klien
-kebersihan mulut tetap Obs kebersihan rongga Menjaga kebersihan mulut
terjaga mulut

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 29 -


Diagnosa :Resiko Penularan infeksi b/d kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan
penyakit
Tujuan Tindakan Rasional
Tupan :
Tidak terrjadi penularan
infeksi setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama
2x24 jam
Tupen :
Kognitif :
Klien mampu menjelaskan
Menjelaskan pada klien cara Menambah pengetahuan
cara mencegah penularan
penularan agen infeksi dari dan wawasan klien tentang
penyakit
herpes ialah : pencegahan penularan
1. Melalui kontak penyakit
langsung
2. Melalui hub.
Seksual
3. Melalui droplet
udara dan nafas
4. Melalui bersin

Afektif :
Meningkatkan keinginan
Klien mau melakukan
klien untuk mencegah
Memotivasi klien untuk
tindakan untuk mencegah
penyebab penularan
melakukan tindakan
penularan
penyakit
mencegah penularan dengan
cara :
1. Anjurkan klien tidak
berada di ruang AC
pada tempat yang

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 30 -


banyak orang
2. Tidak memakai baju
secara bergantian
3. Amankan
lingkungan dan
peralatan dengan
dekontaminasi
4. Penenpatan dikamar
isolasi dan tidak
tidur bersama
Psikomotor : dengan orang lain Meningkatkan kemampuan
Klien mampu melakukan klien dalam mencegah
tindakan untuk mencegah Melakukan penyuluhan : penularan penyakit
penularan infeksi 1) Jaga kebersihan
makanan,diri dan
lingkunagn
2) Perhatikan
kebersihan dan
pengolahan makanan
3) Nutrisi adekuat dan
istirahat cukup
Kolaborasi :
1. Pemberian antibiotik
2. Pemberian asiklovir
Perubahan fisik : Mencegah penularan
Tidak terjadi penularan penyakit ke orang lain
pada orang lain Meberi penyuluhan secara
Klien mampu melakukan individu
pencegahan penularan Observasi kegiatan klien
selama sakit

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 31 -


Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b/d rangsangan gatal yang berisiko untuk di garuk
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tupan
Kerusakan integritas kulit
b/d rangsangan gatal yang
beresiko untuk digaruk
teratasi.

Tupen
Kognitif :
Klien mampu menyebutkan -Jelaskan pada klien cara Untuk meningkatkan
cara mengatasi rangsangan mengatasi rangsangan gatal pengetahuan dan
gatal yang dirasakan: mengetahui data klien
1) jika kulit terasa gatal
jangan digaruk dengan kuku
tetapi dengan buku-buku
tangan. Terapkan dengan
stimulasi kutan, beri obat
atau salep.
2) selalu jaga kebersihan
kullit

Afektif:
Klien bersedia menerima -Motivasi klien agar mau Untuk mengurangi
asuhan keperawatan untuk melakukan terapi yang kerusakan itegritas kulit
mengatasi rangsangan gatal dianjurkan : yang dialami pasien
1) anjurkan pasien selalu
tidak menggaruk daerah
yang gatal di sekitar kulit

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 32 -


2) anjurkan pasien untuk
menjaga kebersihan kulit
dan kuku pendek
3) anjurkan pasien untuk
member obat atau salep
pada daerah yang gatal

Psikomotor:
Klien mampu untuk Instruksikan dan Mengurangi kerusakan
melakukan tindakan untuk demonstrasikan cara integritas kulit dan
mengurangi rangsangan mengurangi kerusakan pencegahannya.
gatal yang dirasakan pasien integritas kulit:
1)berikan obat salep pada
daerah yang gatal
2)jaga kebersihan kulit
3)terapkan rangsangan
stimulasi kutan
3)jangan menggaruk daerah
yang gatal dengan buku-
buku tangan agar tidak
infeksi

Perubahan Fisik:
-Kulit tidak terasa gatal -Obs. Keadaan integritas Untuk memperoleh data
-permukaan kulit kembali kulit pasien
utuh -Obs. Keadaan pasien
-kurang lebih 3hari vesikel
dapat berkurang

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 33 -


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Djuanda, Adhi, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 3, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1999.

Effendi, Nasrul, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta, 1995.

Lynda Juall, Carpenito, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2000

Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Edisi 3, Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta, 2000.

Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/SMF, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU. Dr.
Soetomo Surabaya, 2004.

Marlyn E. Dongoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.

Laporan Pendahuluan Herpes Zoster dan Herpes Simplex - 34 -

Anda mungkin juga menyukai