Dafpus : Buku Panduan Herpes Zoster Di Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014 Definisi : Herpes zoster (HZ) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster (VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel satelit ganglion radiks dorsal dan ganglion sensorik saraf kranial, lalu menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang sesuai dengan segmen yang dipersarafi nya. Penyebab timbulnya reaktivasi VVZ antara lain adalah pajanan VVZ sebelumnya (cacar air, vaksinasi), usia lebih dari 50 tahun, keadaan imunokompromais, obat – obatan imunosupresif, HIV/AIDS, transplantasi sumsum tulang atau organ, keganasan, terapi steroid jangka panjang, stress psikologis, trauma dan tindakan pembedahan. Herpes zoster memiliki bentuk khusus : a. Herpes zoster oftalmikus (HZO) : timbul kelainan pada mata dan kulit didaerah persarafan cabang pertama nervus trigeminus. b. Sindrom ramsay-Hunt : timbul gejala paralisis otot muka (paralisis bell), kelainan kulit, tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran, nystagmus dan nausea, juga gangguan pengecapan.
2. Diagnosis dan diagnosis banding herpes zoster
Dafpus : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktis Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. 2017 Belda E. dan Khairun N. Manajemen Kasus Herpes Zoster yang Berisiko Tinggi Neuralgia Paska Herpetik. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bagian Kulit dan Kelamin, Rumah sakit Abdoel Moeloek Lampung. Volume 6 Nomor 1. 2016. Anamnesis Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai keluhan utama pasien yang mana pada scenario terdapat adnya kelainan kulit berupa gelembung-gelembung berisi air dapat mengarah pada beberapa penyakit yaitu infeksi virus (herpes zoster, herpes simplek, varisela), infeksi bakteri (impetigo, erisipelas), atau dermatitis (dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi). Selanjutnya diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik atau bila diperlukan pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pada kasus diatas, diketahui bahwa pasien mengeluhkan munculnya gelembung-gelembung berisi air sejak 2 hari pada area dahi atas menjalar ke sekitar mata kanan yang disertai rasa pedih, gatalal, panas dan nyeri, dengan tidak adanya riwayat trauma dan riwayat kontak bahan iritan tertentu sebelum munculnya lesi tersebut, sehingga kemungkinan diagnosis dermatitis kontak dan infeksi bakteri dapat disingkirkan. Untuk infeksi virus, diantaranya herpes simplek, varisela, dan herpes zoster memiliki kesamaan gejala yaitu terdapatnya gejala prodormal baik sistemik (demam, malaise, psuing) dan gejala prodromal local (nyeri otot/tulang ,gatal, nyeri kepala) dan lesi yang muncul yaitu berupa vesikel-vesikel berisi air. Pemeriksaan Fisik Terdiri atas pemeriksaan optalmologi yaitu inspeksi, visual acuity, lapang pandang, pergerakan ekstraokular, respon pupilari, funduskopi, tekanan intraokular, dan pemeriksaan kornea. Lesi pada varisela mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapat semua stadium lesi secara bersamaan mulai dari makula, papula, vesikel, hingga krusta dan menyebar ke seluruh tubuh secara sentrifugal.Lesi pada herpes simpleks berupa vesikel berukuran sama besar yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan (daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak dan daerah genital pada orang dewasa).Lesi vesikel pada herpes zoster memiliki distribusi yang khas sesuai dermatom, yang beragam ukurannya, bersifat unilateral, dan umumnya disertai rasa nyeri, gatal, atau terbakar pada lesi. Pada pemeriksaan status lokalis pasien bisa didapatkan hasil lesi seperti lokasi, ukuran, konfigurasi, morfologi dan distribusinya, dan adanya keluhan nyeri dan rasa terbakar yang menunjukkan adanya iritasi saraf pada dermatom yang terkena pada pasien didapatkan pada saraf trigeminal cabang pertama yaitu opthalmikus. Pada pasien Lokasi ditemukan di regio frontalis menjalar ke regio periorbitalis, ukuran nya biasanya ditemukan lenticularis atau polimorf, Konfigurasi nya bisa herpetiformis yaitu vesikel berkelompok, Morfologi pada scenario didapatkan vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema, erosi, pustul dan krusta, distribusi nya bisa disebut dermatomal. Gambaran lesi pada pasien tersebut mengarah pada gambaran klinis infeksi herpes zoster sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus diagnosisnya adalah infeksi herpes zoster opthalmikus.
3. Komplikasi herpes zoster
Dafpus : Buku Panduan Herpes Zoster Di Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014 KOMPLIKASI : a. Komplikasi kutaneus Infeksi sekunder : dapat menghambat penyembuhan dan pembetukan jaringan parut (selulitis, impetigo, dll) Gangren superfisialis : menunjukkan HZ yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. b. Komplikasi neurologis Post herpetic neuralgia (PHN) adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari satu bulan setelah infeksi herpes zoster yang terlokalisir mengikuti pola dermatom. Post herpatic neuralgia adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan saraf oleh virus varicella zoster, yang menghasilkan sinyal elektrik ke otak. Nyeri ini bisa berlangsung beberapa buan hingga tahunan. Post herpetic neuralgia terjadi ketika saraf mengalami kerusakan akibat infeksi VZV. Gejala utama yang dialami pasien PHN adalah nyeri dalam rentangan ringan hingga berat, bisa kontinyu ataupun hilang timbul, nyeri berupa rasa sakit yang dalam, sensasi terbakar, tertusuk, atau terasa seperti sengatan listrik, gejala sensoris pada dermatom yang terkena berupa mati rasa, dysesthesias dan allodynia (nyeri yang dikarenakan gerakan), serta sensitif terhadap rangsangan sentuhan ataupun perubahan suhu. c. Komplikasi mata Keterlibatan saraf trigeminal cabang pertama menyebabkan HZ oftalmikus, terjadipada 10-25% dari kasus HZ, yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan, nyeri menetap lama, dana tau luka parut. Keratitis (2/3% dari pasien HZO), konjungtivitis, uveitis, episkleritis, skelirits, koroiditis, neuritis ootika, retinitis, retraksi kelpak, ptosis daan glaucoma. d. Komplikasi THT Sindrom Ramsyan Hunt atau HZ Otikus merupakan komplikasi pada THT yang jarang terjadi namun dapat serius. Sindrom ini terjadi akibat reaktivitas VVZ di ganglion genikulata saraf fasialis. e. Komplikasi visceral Dipertimbangkan bila ditemukan nyeri abdoeman dan distensi abdomen. Komplikasi visceral pada HZ jarang terjadi, komplikasi yang dapat terjadi misalnya hepatitis, miokarditis, pericarditis dan artitis.
4. Peran dokter keluarga pasien herpes zoster
Dafpus : Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama Tingkat Pertama. 2017. Edukasi : Dokter keluarga untuk bisa mengurangi kecemasan dan ketidakpahaman pasien dengan cara konseling dan edukasi : Edukasi tentang perjalanan penyakit herpeszoster Edukasi bahwa lesi akan membaik dalam 2-3 minggu pada individu imunokompeten Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik. Memulai pengobatan sesegera mungkin. Istirahat hingga stadium krustasi. Tidak menggaruk lesi Dermatologi Infeksi. Tidak ada pantangan makanan. Tetap mandi. Edukasi pada keluarga untuk mencegah terjadi nya penyakit bisa dengan vaksin varicella atau vaksin herpes zoster.