Anda di halaman 1dari 6

A.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan bantuan
mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau sering disebut
mikroba ataupun jasad renik. Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas pada berbagai
bidang ilmu pengetahuan, misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan hidup, bidang
pangan, bahkan bidang antariksa (Waluyo, 2009). Mata kuliah mikrobiologi menjadi salah satu
mata kuliah wajib bagi mahasiswa pendidikan Biologi Universitas Bengkulu. Salah satu materi
yang dipelajari dalam mata kuliah Mikrobiologi adalah Mikroalga.
Mikroalga adalah organisme mikroskopik menyerupai tumbuhan, umumnya uniseluler dan
hidup di seluruh perairan tawar maupun laut. Ukuran mikroalga sangat kecil yaitu paling umum
berkisar antara 2- 2000 μm (1μm = 0,001 mm) dan bentuk yang beranekaragaman, ada yang
berupa bola, bentuk benang, lempengan, pita dan ada yang bergabung membentuk koloni.
Menurut Rohmimoharto (2002) mikroalga umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen
fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru kehijauan (fikobilin), dan merah
(fikoeritrin). Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada
pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga
dengan tumbuhan tingkat tinggi.
Produsen utama dalam siklus perairan adalah mikroalga, hal tersebut dikarenakan
mikroalga merupakan makanan bagi organisme perairan seperti zooplankton, larva ikan, udang,
kerang dan organisme lainnya. Mikroalga sangat efisien dalam menangkap dan memanfaatkan
energi matahari serta CO2 untuk keperluan fotosintesis. Produksi biomassa dan proses
metabolisme dalam ekosistem perairan didominasi oleh mikroalga karena mikroalga memiliki
peran sebagai pendaur ulang nutrien. Siklus hidup yang pendek dan respon yang cepat terhadap
perubahan lingkungan menjadikan mikroalga sebagai bioindikator kualitas suatu perairan.
Perubahan struktur komunitas mikroalga dalam suatu perairan mengindikasi perubahan kualitas
air tersebut. Beberapa kelompok mikroalga juga menunjukkan kualitas air tertentu seperti
dominasi Cyanophyta berkaitan dengan pendangkalan (eutrofikasi) perairan dan ledakan
populasi Euglena merupakan indikator polusi organik perairan.
Berdasarkan analisis Rencana Pembelajaran Semester (RPS) mata kuliah mikrobiologi
terdapat Capaian Pembelajaran (CP) yang sesuai dengan mengidentifikasi mikroalga yaitu CP
MK-M2 mahasiswa mampu menjelaskan keanekaragaman mikroorganisme dan contohnya, pada
indikator 6 yaitu mahasiswa mampu mengenali beberapa contoh mikroalga. Dalam mengenali
dan mengidentifikasi mikroalga umumnya mahasiswa mengalami kesulitan karena ukurannya
yang sangat kecil dan harus dilihat menggunakan mikroskop serta mikroalga memiliki banyak
jenis dan banyak mikroalga memiliki kemiripan morfologi.
Hasil angket analisis kebutuhan mahasiswa yang disebarkan secara online menggunakan
google formulir bagi mahasiswa semester 6 (sebanyak 30 mahasiswa) yang sedang mengambil
mata kuliah mikrobiologi mengatakan bahwa sebanyak 73,3 % mahasiswa menyatakan materi
mikroalga pada pembelajaran mikrobiologi merupakan materi yang sulit dipelajari. Hal tersebut
dikarenakan sulitnya mengenali mikroalga dan belum tersedianya media pembelajaran yang
memudahkan mahasiswa dalam mempelajari mikroalga. Pada proses pembelajaran mikroalga
umumnya dosen menggunakan media pembelajaran seperti power point dan buku teks sehinga
mahasiswa membutuhkan media pembelajaran lainnya yang memudahkan dalam mempelajari
mikroalga. Media pembelajaran yang dibutuhkan mahasiswa adalah media yang berisi informasi
yang lengkap, mudah dipahami dan praktis digunakan. Sebanyak 93,3% mengatakan bahwa
buku saku cocok digunakan dalam pembelajaran mikroalga karena lebih praktis digunakan,
mudah dipahami, dan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari mikroalga. Sehingga 96,7 %
mahasiswa setuju jika dikembangkan buku saku keanekaragaman mikroalga sebagai media
pembelajaran mikrobiologi.
Pernyataan tersebut didukung hasil wawancara dengan dosen pengampu matakuliah
Mikrobiologi Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Bengkulu yang menyatakan bahwa
dalam mengajar mata kuliah mikrobiologi materi mikroalga terdapat kesulitan dikarenakan buku
referensi yang tersedia sangat tebal, berat dan jumlahnya terbatas membuat mahasiswa kesulitan
menggunakannya, sehingga sangat diperlukan buku saku dalam pembelajaran ini terutama yang
berisi informasi keanekaragaman jenis mikroalga lokal di Bengkulu. Dosen pengampu mata
kuliah mikrobiologi juga mendukung pengembangan buku saku identifikasi mikroalga karena
akan membantu mahasiswa dalam mempelajari mikroalga dan buku saku tentang mikroalga
efektif digunakan karena ukurannya kecil dan isinya selektif yang hanya memuat
keanekaragaman mikroalga lokal di Bengkulu akan memudahkan mahasiswa dalam melakukan
identifikasi mikroalga.
Buku saku atau sering juga disebut Pocket Book adalah buku yang berisi mengenai
berbagai macam informasi dengan ukuran A6 (10,5 cm x 14,8 cm) atau A5 (14,8 cm x 21 cm)
yang dapat dimasukkan kedalam saku sehingga memudahkan seseorang untuk membawanya dan
dapat digunakan kemana dan dimana saja (Poerwadarminta, 2006). Kepraktisan penggunaan
buku saku saat digunakan dalam proses pembelajaran menjadi keunggulan utama dari buku saku.
Selain itu penggunaan buku saku juga sangat bermanfaat bagi penggunanya karena efisien
dalam waktu dan tenaga, sistem materi yang disampaikan dalam buku saku dapat disesuaikan
dan penggunaan buku saku juga lebih jelas dan menyenangkan pembacanya. Penggunaan warna
yang menarik dapat meningkatkan minat pembaca untuk membaca buku saku tersebut.
Buku saku tentunya sangat membantu dalam proses pembelajaran mikroalga ketika di
laboratorium ataupun ketika perkuliahan di dalam kelas. Media pembelajaran seperti buku saku
ini berfungsi untuk mendukung serta memudahkan dalam penyampaian materi. Akan tetapi tidak
hanya terbatas pada buku sakunya saja, pengembangan buku saku juga dapat dibuat dengan
memperoleh data – data yang berasal dari lingkungan. Berdasarkan Permenristekdikti No. 44
Tahun 2015, yang menuturkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan
dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar akan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna.
Salah satu potensi lingkungan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar berbasis lingkungan
di Provinsi bengkulu yaitu sungai Ketahun.
Sungai Ketahun merupakan sungai terbesar yang berada di Privinsi Bengkulu. Secara
geografis, Daerah Aliran Sungai (DAS) Ketahun berada pada 101°42'47.466"- 102°30'57.069"
Bujur Timur dan 2°54'2.775" - 3°24'17.836" Lintang Selatan. Luasnya sekitar 516.078,487 Ha
yang terdiri atas 7 (tujuh) Sub DAS yaitu Lelangi Hilir, Suwoh, Lelangi Hulu, Ketahun Tengah,
Ketahun Hulu, Santan, dan Ketahun Hilir. Sungai ini berhulu di danau TES Kabupaten Lebong
pada ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut (dpl), dan bermuara di pesisir pantai Ketahun,
Bengkulu Utara (BPDASHL, 2017). Sumber daya sungai Ketahun memiliki pemanfaatan yang
besar, terutama dari segi fisik seperti untuk pengairan, sumber pembangkit listrik, dan keperluan
mandi cuci kakus (MCK). Pembukaan lahan yang intens di kawasan aliran sungai Ketahun yaitu
menjadi lahan perkebunan sawit dan pertambangan batubara terjadi pada beberapa dekade
terakhir, selain itu sungai ini juga menjadi pembuangan limbah penambangan emas. Hal tersebut
diduga dapat mempengaruhi kualitas perairan sungai Ketahun yang dapat dibuktikan dengan
melakukan penelitian mengenai mikroalga yang terdapat pada sungai ini. Berikut merupakan
data fisika kimia perairan sungai ketahun yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 14-15
September 2019
Parameter Hulu Tengah Hilir
o
Suhu udara ( C) 25 28 26
Suhu air (oC) 28.8 29 28
DO (ppm) 9 9.3 76
pH 8.1 8.4 8.4
TDS 36 98 95
Kecerahan (cm) 137 195 126
Arus (m/dt) 0.6250 0.6666 0.1543
Ketinggian (m) 318 33/35 7
Pukul 11.18 16.07 10.52
Tabel 1.1 Data fisikia kimia daerah aliran sungai Ketahun

Penelitian terdahulu tentang mikroalga telah dilakukan oleh Jumiarni (2016) di lahan basah
Sumatera Selatan. Mikroalga yang ditemukan terdiri dari 30 spesies dari 4 kelas yaitu
Bacilariophyceae (11 spesies), Cholorophyceae (12 spesies), Cyanophyceae (4 spesies) dan
Euglenophyceae (3 spesies). Penelitian tentang mikroalga yang ada disungai juga telah dilakukan
oleh Jumiarni (2019) di Sungai Bengkenang. Pada penelitian ini ditemukan 31 jenis fitoplankton/
mikroalga yang berasal dari 7 kelas yaitu Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Cyanophyceae,
Criptophyceae, Trebouxiopphyceae, Zygnematophyceae dan Euglenophyceae. Penelitian
mikroalga juga dilakukan oleh Harmoko dan Sepriyaningsih di Sungai Kati Kota Lubuk
Linggau. Mikroalga yang ditemukan terdiri dari 47 spesies yaitu Chlorophyta (20 spesies),
Bacillariophyta (19 spesies), Cyanobacteria (6 spesies), Xanthophyta (1 spesies), dan
Euglenophyta (1 spesies). Penelitian lainnya tentang mikroalga sebagai sumber belajar telah
dilakukan oleh Kasrina, Irawati dan Jayanti (2012) di air rawa Kelurahan Bentiring Permai Kota
Bengkulu dengan hasil ditemukan 32 spesies mikroalga dari 4 divisi mikroalga, terdiri dari
Divisi Chlorophyta 29 spesies, Divisi Euglenophyta 1 spesies. Divisi Chrysophyta 1 spesies dan
Divisi Cyanophyta 1 spesies berdasarkan mikroalga yang ditemukan Air rawa Kelurahan
Bentiring Permai Kota Bengkulu dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar biologi SMA
pada pokok bahasan protista.
Penelitian tentang buku saku untuk mahasiswa telah dilakukan oleh Pramika dan
Widalismana (2018) pada mahasiswa Pendidikan Akutansi FKIP Universitas PGRI Palembang.
Buku saku yang dikembangkan pada penelitian tersebut berukuran 10,5 cm x 12,4 cm dan
didesain dalam Microsoft Word serta tampilan pada buku saku cukup menarik. Berdasarkan hasil
validasi oleh ahli media menunjukkan buku saku yang dibuat sangat valid. Hasil
implementasinya menunjukkan buku saku yang dikembangkan untuk pembelajaran matematika
ekonomi pada mahasiswa memiliki efek potensial terhadap hasil belajar mahasiswa dengan skor
rata-rata 7,9 (kategori baik sekali) dan peningkatan keaktifan belajar mahasiswa dengan skor
42,3 (kategori sangat aktif). Penelitian lainnya tentang buku saku yang dilakukan oleh Agnestia
(2019) pada mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Bengkulu. Buku saku yang
dikembangkan pada penenilitian tersebut berdasarkan hasil identifikasi spesies tumbuhan
mangrove yang terdapat di kawasan Teluk Sepang Kota Bengkulu dengan ukuran 10x14 cm dan
desain buku saku menggunakan Microsoft Word dengan tampilan yang menarik. Buku saku yang
telah dibuat, layak digunakan sebagai media belajar dalam matakuliah Taksonomi Tumbuhan II
dengan rerata nilai 87,5 kriteria “sangat valid”.
Penelitian tentang mikroalga telah banyak dilakukan tetapi belum ada penelitian tentang
pengembangan buku saku keanekaragaman mikroalga terutama mikroalga yang terdapat di
Sungai Ketahun. Buku saku yang akan dikembangkan pada penelitian ini berukuran A6 (10,5
cm x 14,8 cm) dengan desain menggunakan Website Canva Online dan Microsoft Word. Buku
saku yang akan dikembangkan berisi foto pengamatan, deskripsi, dan klasifikasi mikroalga yang
ditemukan di Daerah Aliran Sungai Ketahun. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Buku Saku Berdasarkan
Keanekaragaman Mikroalga di Daerah Aliran Sungai Ketahun”.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keanekaragaman mikroalga yang terdapat di Daerah Aliran Sungai
Ketahun?
2. Bagaimana kelayakan desain buku saku yang dikembangkan berdasarkan hasil
keanekaragaman spesies mikroalga yang terdapat di Daerah Aliran Sungai Ketahun?
3. Batasan Masalah
Untuk menghindari bias dan ketidakfokusan dalam penulisan, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah, antara lain:
1. Keanekaragaman mikroalga terbatas pada mikroalga yang ditemukan di Daerah Aliran
Sungai Ketahun
2. Desain buku saku berdasarkan keanekaragaman mikroalga yang ditemukan di Daerah
Aliran Sungai Ketahun.

4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan keanekaragaman mikroalga di daerah aliran sungai Ketahun.
2. Mengetahui kelayakan desain buku saku yang dikembangkan berdasarkan
keanekaragaman spesies mikroalga yang terdapat di Daerah Aliran Sungai Ketahun.

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam mengidentifikasi
mikroalga serta dalam pembuatan buku saku tentang keanekaragaman mikroalga yang
ada di Daerah Aliran Sungai Ketahun.
2. Bagi mahasiswa, dapat memahami materi mengenai keanekaragaman mikroalga dan
mempermudah mahasiswa untuk mengidentifikasi mikroalga.
3. Bagi Dosen, dapat digunakan sebagai salah satu referensi media pembelajaraan.
4. Bagi Umum, dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai mikroalga, dan dapat
dijadikan sebagai subjek penelitian.

Anda mungkin juga menyukai