Anda di halaman 1dari 6

86 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017.

e ISSN 2655-2434 (online)

Jenis dan Jumlah Sedimen Urine Menggunakan Variasi


Konsentrasi Pengawet Formalin

Desak Made Sri Maharani, Nurul Inayati, Maruni Wiwin


Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Mataram, Indonesia
Email: madedesak@gmail.com

Abstrak sediment is very important if you want to conduct a


Salah satu pemeriksaan laboratorium yang dapat quantitative assessment of the elements in the
digunakan untuk mendiagnosa penyakit terutama
yang berkaitan dengan faal ginjal dan kelainan sediment. However, the formalin in the market only
metabolisme tubuh yaitu pemeriksaan urinalisis. has a formalin with a concentration of 37% so that
Sedimen urine adalah unsur- unsur yang tidak larut the concentration of formalin preservatives needs
di dalam urine yang berasal dari darah, ginjal, dan to be lowered. The purpose of this study was to
saluran kemih seperti eritrosit, lekosit, sel epitel, determine the effect of variations in the
torak, bakteri, kristal, jamur dan parasit. Formalin concentration of formaldehyde use on the amount
yang umum digunakan sebagai pengawet urine and type of urine sediments. different for checking
adalah formalin 40%, khusus dipakai untuk organic and inorganic elements. For the type of
mengawetkan sedimen urine penting sekali bila urine sediment analyzed descriptively while for the
hendak mengadakan penilaian kuantitatif atas unsur amount analyzed using the One Way Annova test.
- unsur dalam sedimen. Akan tetapi formalin yang The results showed variations in the concentration
dipasaran hanya terdapat formalin dengan of formalin preservatives 37%, 30%, 20% and 10%
konsentrasi 37% sehingga untuk pemakaian did not affect the type and amount of urine
pengawet formalin perlu diturunkan sediment. The conclusion of this study is that
konsentrasinya.Tujuan penelitian ini untuk variations in the concentration of formalin
mengetahui pengaruh variasi konsentrasi preservatives do not affect the type and amount of
penggunaan formalin terhadap jumlah dan jenis urine sediment.
sedimen urine Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian pre-eksperimen dengan Keywords : Formalin,Quantity and type, Sedimen
menggunakan 5 sampel urine yang berbeda untuk Urine
diperiksa unsur organik dan anorganik. Untuk jenis
sedimen urine dianalisi secara Deskriptif Pendahuluan
sedangkan Untuk untuk jumlah dianalisi Pemeriksaan laboratorium sangat
menggunkan uji One Way Annova. Hasil penelitian penting dilakukan karena merupakan
menunjukkan variasi konsentrasi pengawet
pemeriksaan penunjang yang dilaksanakan
formalin 37%, 30%, 20% dan 10% tidak
berpengaruh terhadap jenis dan jumlah sedimen
untuk membantu menegakkan diagnosa suatu
urine. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu variasi penyakit dan menentukan prognosis yang
konsentrasi pengawet formalin tidak berpengaruh tepat. Salah satu pemeriksaan laboratorium
terhadap jenis dan jumlah sedimen urine. yang dapat digunakan untuk mendiagnosa
penyakit terutama yang berkaitan dengan faal
Kata Kunci : Formalin, Jumlah dan Jenis, Sedimen ginjal dan kelainan metabolisme tubuh yaitu
Urine pemeriksaan urinalisis (Purnomo 2007).
Seringkali sampel urine datang ke
Abstract laboratorium sudah tidak segar lagi dan telah
One of the laboratory tests that can be used to
dikeluarkan beberapa jam sebelumnya. Klinisi
diagnose diseases, especially those related to
kidney physiology and abnormalities of the body's
sering mengalami kesulitan untuk tepat
metabolism, namely urinalysis. Urine sediments mengirim sampel urine sehingga hasil yang
are insoluble elements in urine that come from diharapkan banyak tidak sesuai dengan kondisi
blood, kidneys and urinary tract such as klinis pasien. Padahal tes urine dapat banyak
erythrocytes, leukocytes, epithelial cells, thorax, memberikan informasi tentang disfungsi
bacteria, crystals, fungi and parasites. Formalin ginjal. Bahan tes yang terbaik adalah urine
which is commonly used as a urine preservative is segar kurang dari 1 jam setelah dikeluarkan.
40% formalin, specifically used to preserve urine Penundaan antara berkemih dan Urinalisis
akan mengurangi validitas hasil, analisis harus
87 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

dilakukan tidak lebih dari 4 jam setelah penelitian ini, peneliti Ingin mengetahui Jenis
pengambilan sampel. Urine yang dibiarkan dan Jumlah Sedimen Urine Menggunakan
dalam waktu lama pada suhu kamar akan Variasi Konsentrasi Pengawet Formalin
menyebabkan perubahan pada urine. Unsur- dengan menggunakan 5 perlakuan yaitu :
unsur berbentuk di urine (sedimen) mulai T0 = Urine Segar sebagai kontrol
mengalami kerusakan dalam 2 jam (Rosalita T1 = Penambahan Formalin dengan
2007). konsentrasi 37% kedalam urine segar
Sedimen urine adalah unsur- unsur T2 = Penambahan Formalin dengan
yang tidak larut di dalam urine yang berasal konsentrasi 30% kedalam urine segar
dari darah, ginjal, dan saluran kemih seperti T3 = Penambahan Formalin dengan
eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, konsentrasi 20% kedalam urine segar
kristal, jamur dan parasit. Tes sedimen urine T4 = Penambahan Formalin dengan
atau tes mikroskopis dipergunakan untuk konsentrasi 10% kedalam urine segar
mengidentifikasi unsur-unsur sedimen Dalam penelitian ini juga dilakukan
sehingga dipakai untuk mendeteksi kelainan pengulangan atau replikasi untuk memperoleh
ginjal dan saluran kemih, selain itu tes dan menambah ketepatan hasil eksperimen.
sedimen urine dapat juga dipakai untuk Besar sample yang digunakan dalam penelitian
memantau perjalan penyakit ginjal dan saluran ini yaitu sebanyak 5 sample.
kemih setelah pengobatan (Hardjoeno, 2007). Teknik Pengambilan Sampel
Formalin yang umum digunakan Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
sebagai pengawet urine adalah formalin 40%, teknik Porposive Sampling yaitu pengambilan
khusus dipakai untuk mengawetkan sedimen sample didasarkan pada suatu pertimbangan
urine penting sekali bila hendak mengadakan tertentu yang dibuat oleh peneliti itu sendiri,
penilaian kuantitatif atas unsur - unsur dalam berdasarkan ciri atau sifat sifat populasi yang
sedimen. Akan tetapi formalin yang dipasaran sudah diketahui sebelumnya. (Notoadmodjo.S
hanya terdapat formalin dengan konsentrasi 2010).
37% sehingga untuk pemakaian pengawet Adapun kreteria urine yang
formalin perlu diturunkan konsentrasinya. digunakan adalah urine yang segar dengan
Pemakaian formalin yang berlebihan dapat sampel urine yang patologis seperti orang DM
mempengaruhi hasil pemeriksaan urine atau ISK.
terhadap jenis dan jumlah sedimen urine oleh
sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk Analisis Data
mencari konsentrasi pengawet formalin yang Untuk jenis dan jumlah sedimen urine
baik dan tidak berpengaruh terhadap hasil dianalisi secara Deskriptif analitis yaitu analisa
pemeriksaan sedimen urine.(Gandasoebrata dengan melakukan evaluasi terhadap
2013) kebenaran data yang dipakai maupun sebagai
masukan untuk analisa kebijakan atau
Rancangan Penelitian melakukan intervensi terhadap sampel berupa
Penelitian ini bersifat pre-eksperiment eksperimen. (Sugiyono 2004)
merupakan rancangan penelitian yang belum
dikategorikan sebagai eksperimen sungguhan. Hasil Penelitian
Hal tersebut karena pada rancangan ini belum Data hasil penelitian jenis dan jumlah sedimen
dilakukan pengambilan sampel secara acak urine sebelum diberikan formalin dan setelah
atau random serta tidak dilakukann control diberi formalin 10%, 20%, 30% dan 37 %.
yang cukup terhadap variabel pengganggu Adapun hasil pemeriksaan Sedimen urine yang
yang dapat mempengaruhi variabel terikat. menggunakan 5 sampel dapat dilihat pada
Rancangan penelitian yang digunakan tabel 4.1
adalah Rancangan Acak Lengkap. Dalam
88 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

Tabel 1
Hasil pemeriksaan Jenis dan jumlah Sedimen Urine

Ket :
T0 : Sebelum diberi formalin
T1 : Setelah diberi formalin 37%
T2 : Setelah diberi formalin 30%
T3 : Setelah diberi formalin 20%
T4 : Setelah diberi formalin 10%
1–5 : Sampel urine

Tabel 4.1 menunjukkan bawa hasil penelitian yang eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri,
telah dilakukan pada pengawet formalin kristal, jamur dan parasit. Untuk pemeriksaan
konsentrasi 37%, 30%, 20% dan 10% diketahui sedimen urinee dengan penundaan perlu diberi
tidak terdapat perbedaan jenis sedimen urine dan pengawet agar tidak membuat hasil menjadi
jumlah yang tidak berkurang dari sebelumnya.
negative palsu. Pengawet yang umum
Adapun rata rata dari masing masing sampel yaitu
tanpa formalin Lekosit 24, Eritrosit 4, dan Epitel digunakan sebagai pengawet urinee adalah
13, sampel dengan formalin 37 % Lekosit 20, formalin 40%, khusus dipakai untuk
Eritrosit 4, dan Epitel 13, sampel dengan formalin mengawetkan sedimen urinee penting sekali
30 % Lekosit 20, Eritrosit 4, dan Epitel 13, sampel bila hendak mengadakan penilaian kuantitatif
dengan formalin 20 % Lekosit 20, Eritrosit 4, dan atas unsur - unsur dalam sedimen. Akan tetapi
Epitel 13 dan sampel dengan formalin 10 % formalin yang dipasaran hanya terdapat
Lekosit 20, Eritrosit 4, dan Epitel 13. formalin dengan konsentrasi 37% sehingga
Pembahasan untuk pemakaian pengawet formalin perlu
Sedimen urinee adalah unsur- unsur diturunkan konsentrasinya. Pemakaian
yang tidak larut di dalam urinee yang berasal formalin yang berlebihan dapat mempengaruhi
dari darah, ginjal, dan saluran kemih seperti
89 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

hasil pemeriksaan urinee terhadap jenis dan sedimen urinee. Sehingga dengan ataupun
jumlah sedimen urinee. tanpa di berikan pengawet formalin tidak
Tes sedimen urinee (mikroskopik) mempengaruhi hasil pemeriksaan sedimen
digunakan untuk mengidentifikasi jenis atau urinee.
unsur sedimen urinee, yaitu eritrosit, leukosit, Penelitian ini dilakukan dengan
dan sel epitel,. Untuk pemeriksaan sedimen menghitung jenis dan jumlah sedimen urinee
urinee dibutuhkan urinee sewaktu yang masih sebelum diberi konsentrasi formalin dan
segar dalam penampungan yang tertutup rapat setelah diberi konsentrasi formalin dan ditunda
dan tidak terkontaminasi. Pemeriksaan harus selama 2 jam pemeriksaan 5 sampel urinee
dilakukan secepat mungkin, paling lambat 1 yang mengandung leukosit ini mengalami
jam setelah urine ditampung. Melakukan penurunan jumlah leukosit, dimana disebabkan
penundaan pemeriksaan dapat menjadi sumber karena lamanya penyimpanan, dimana
kesalahan, sehingga hasil yang diharapkan penurunan jumlah leukosit akibat lamanya
tidak sesuai denga kondisi klinis pasien. penyimpanan urinee ini didukung oleh
Unsur-unsur berbentuk (sedimen) dalam penelitian (Supardi 1985) yang menyatakan
urinee mulai rusak dalam waktu 2 jam dan bila bahwa lama waktu penyimpanan saat
dibiarkan lama dalam suhu kamar tanpa diberi menunggu pemeriksaan menyebabkan
pengawet akan terjadi lisis sel serta torak dan menurunnya jumlah leukosit yang dikandung
urinee akan berubah menjadi alkalis. didalamnya sebanyak 15 % setiap jam
Berdasarkan hasil peneitian yang penyimpanan. Leukosit dalam urinee akan
menunjukkan pemeriksaan sedimen urinee mengalami otolisis sejalan dengan satuan
segar tanpa pemberian pengawet formalin waktu. Dimana dalam penelitian sebelumnya
menunjukkan rerata hasil jenis dan jumlah juga menyatakan terdapat pengaruh yang
sedimen urinee yaitu leukosit 24, eritrosit 4 bermakna lama penyimpanan urinee pada suhu
dan epitel 13, pemeriksaan sedimen urinee kamar terhadap jumlah leukosit pada penderita
segar dengan pemberian pengawet formalin diabetes melitus. (Kustiningsih et al 2008).
10% menunjukkan hasil jenis dan jumlah Menurut penelitian sebelumnya
sedimen urinee yaitu leukosit 20, eritrosit 4 disimpulkan bahwa tes sedimen urine leukosit,
dan epitel 13, pemeriksaan sedimen urinee eritrosit dengan metode Shih-Yung dan sel
segar dengan pemberian pengawet formalin epitel berdasarkan CCLS dengan melakukan
20% menunjukkan hasil jenis dan jumlah penundaan waktu pemeriksaan 2 jam dan 3
sedimen urinee yaitu leukosit 20, eritrosit 4 jam, masih dalam batas normal adanya
dan epitel 13, pemeriksaan sedimen urinee leukosit, eritrosit, dan sel epitel dalam urine
segar dengan pemberian pengawet formalin dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan
30% menunjukkan hasil jenis dan jumlah terhadap hasil pemeriksaan sedimen urine
sedimen urinee yaitu leukosit 20, eritrosit 4 leukosit, eritrosit dan sel epitel pada
dan epitel 13 dan pemeriksaan sedimen urinee pemeriksaan segera, tunda 2 jam, dan 3 jam.
dengan pemberian pengawet formalin 37% (Naid, et al 2014)
menunjukkan hasil jenis dan jumlah sedimen Sehingga dalam menggunakan
urinee yaitu leukosit 20, eritrosit 5 dan epitel pengawet formalin untuk pemeriksaan
13. sedimen urinee yang dilakukan penundaan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan menggunkan konsentrasi
berdasarkan pemeriksaan mikroskopis urinee yang lebih kecil yaitu 10% karena tidak
yang dilakukan diketahui bahwa hasil yang mempengaruhi hasil yang signifikan terhadap
diperoleh jika pemeriksaan sedimen urinee jumlah dan jenis sedimen urine.
yang diberikan pengawet formalin dengan Kesimpulan
konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 37% Sedimen urine segar tanpa pengawet
kemudian ditunda selama 2 jam menunjukkan formalin sebanyak leukosit 24, eritrosit 4 dan
hasil yang tidak jauh berbeda dengan epitel 13. Sedimen urine segar dengan
pemeriksaan sedimen urinee tanpa diberikan pengawet formalin 37% sebanyak leukosit 20,
pengawet formalin. Dalam menggunakan eritrosit 4 dan epitel 13. Sedimen urine segar
pengawet pemeriksaan sedimen urinee dapat dengan pengawet formalin 30% sebanyak
menggunakan konsentrasi formalin 10% leukosit 20, eritrosit 4 dan epitel 13. Sedimen
dimana pada hasil penelitian menunjukkan urine segar dengan pengawet formalin 20%
tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan sebanyak leukosit 20, eritrosit 4 dan epitel 13.
90 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

Sedimen urine segar dengan pengawet Kustiningsih, Yayuk, Jujuk Anton


formalin 10% sebanyak leukosit 20, eritrosit 4 Cahyono, and Nur Rahmiat. 2008.
dan epitel 13.Jenis dan Jumlah sedimen urine “No Title.” Pengaruh Lama
menggunakan variasi konsentrasi pengawet Penyimpanan Urine Pada Suhu
formalin 10%, 20%, 30< dan 37% tidak Kamar Terhadap Jumlah Leukosit
terdapat perbedaan. Studi Pada Penderita Diabetes
Melitus: Jurusan Analis Kesehatan
Daftar Pustaka Poltekkes Kemenkes Banjar.
Lestari, E. 2011. Pedoman Teknik Dasar
Albertus Agung Mahod. 2004. In Untuk Laboratorium Kesehatan.
Pedoman Teknik Dasar Untuk Edisi ke 2. Jakarta: World Health
Laboratorium Kesehatan, Jakarta: Organization.
Penerbit Buku Kedokteran ECG. Maria Tuntun, Wieke Sriwulan, Doni
Astawan, Made. 2006. Mengenal Setiawan, Anik Nuryati. 2018.
Formalin Dan Bahayanya. Jakarta: Kendali Mutu Teknologi
Penebar swadaya. Laboratorium Medik. ed. Agustus
Dradjat Nendrosuwito. 2004. “Good 2018 Cetakan pertama. Kementrian
Laboratory Practice.” In ed. Kesehatan Republik Indonesia.
Dapartemen Keseatan Republik Notoadmodjo.S. 2010. Metodologi
Indonesia. Jakarta. Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
EC Pearch. 2005. “Anatomi Dan Rineka Cipta.
Fisiologis Untuk Paramedis.” In Priyana. 2010. Patologi Klinik Untuk
Anatomi Dan Fisiologis Untuk Kurikulum Pendidikan Dokter
Paramedis, Jakarta: PT. Gramedia Indonesia. Cetakan ke. Jakarta:
Pustaka Utama. Universitas Trisakti.
Evelyn dan Pearce. 2009. In Anatomi Purnomo. 2007. Dasar - Dasar Urologi.
Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta: Informedika.
Jakarta: Gramedia. Rosalita, L. 2007. “Pengaruh Penundaan
Gandasoebrata, R. 2006. Penuntun Waktu Terhadap Hasil Urinalisis.”
Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Universitas Islam Indonesia.
Rakyat. Soebrata, G. 2007. Penuntun
Gandasoebrata. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. ed. Dian
Laboratrium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. Jakarta.
Rakyat. Speroni. 2012. “Urinalysis Results
Guyton. 1995. In Fisiologi Manusia Dan Interpretation.”
Mekanisme Penyakit (Human Sudiono H. 2006. Urinalisis. Jakarta:
Physiology and Mechanisms of Fakultas Kedokteran Universitas
Disease), Jakarta: Buku Kedokteran Kristen Krida Wacana
EGC. (UKRIDA).Jakarta.
Hardjoeno, dan Fitriani. 2007. Substansi Sudoyo. 2006.” In Infeksi Saluran
Dan Cairan Tubuh. Lembaga Kemih, Jakarta: Ikatan Dokter
Penerbitan Universitas Hasanuddin. Indonesia.
Hardjoeno, H dan Fitriani. 2007. Sugiyono. 2004. In Statistika Untuk
“Substansi Dan Cairan Tubuh.” Penelitian., Bandung.
(Lembaga penerbit Universitas Suksesi Anggraini. 2016.In Kimia Klinik,
Hasanuddin. Makasar.). Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Iqbal Ali. 2008. “Urinalisis (Analisis Supardi. 1985. In Cara Sederhana
Kemih).” Untuk Diagnosa Bakteri Urine.,
http://iqbalali.com/2008/02/10/urin Bandung: Alumni.
alisis-analisis-kemih/ (March 15, Syaifuddin. 2006. ” In Anatomi Fisiologi
2019). Untuk Mahasiswa Keperawatan,
Klatt E. 2017. “Microscopic Urinalysis.” ed. edisi ke 3. Jakarta: EGC.
http://www- Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi,
medlib.ed.utah.edu/webpath/tutorial Hanifah Almahdaly. 2014. “As-
/urine (January 6, 2019). Syifaa.” Pengaruh
91 Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 2, November 2017. e ISSN 2655-2434 (online)

Penundaanwaktu Terhadap Hasil


Urinalisis Sedimen Urin Vol 06
(02: Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin Makassar.
Widyastuti, Nur Vita Purwaningsih dan
Rahma. 2018. Perbandingan
Pemeriksaan Leukosit Urine Segar
Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu
Kamar (Universitas
Muhammadiyah Surabaya).
Wirawan R. 2016. Penilaian Hasil
Pemeriksaan Urine. Jakarta:
Cermin Dunia Kedokteran FKUI.

Anda mungkin juga menyukai