Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH KERAJAAN SINGASARI

DISUSUN OLEH:
1. ALDI ARGENTINO
2. LEONYTA ANJLYNA
3. VINA DESENTIN
KELAS : X MIPA 1
GURU PEMBIMBING:
Padma Yuni, S.Pd
Tahun Ajaran 2018/2019
SMAN 6 Kota Jambi
Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Kerajaan ini
beribu kota di di Tumapel yang terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada
awalnya, Tumapel hanyalah sebuah wilayah kabupaten yang berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Kediri dengan bupati/akuwu bernama Tunggul Ametung.
Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang merupakan pengawalnya karena
terpikat oleh kecantikan istri akuwu Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes,
dan Ken Arok ingin memperistri Ken Dedes. Ken arok membunuh Tunggul
Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring, dimana keris itu belumlah
sempurna, akan tetapi karena Ken Arok sudah tidak sabar untuk meminang Ken
Dedes maka direbutlah keris itu dari tangan Mpu Gandring, dan sang Mpu pun
akhirnya dibunuh menggunakan keris tersebut.

Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai akuwu (bupati) di


Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada
Ken Dedes.  Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan
Kerajaan Kadiri. Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya, raja
Kerajaan Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan
diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel
bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri meletus
di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

A.Raja-raja Pada Masa Kerajaan Singasari


1. Ken Arok (1222-1227 M)

Pendiri kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Munculnya
Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menentukan suatu dinasti baru, yaitu
Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya
memerintah selama lima tahun (1222-1227), Ken Arok dibunuh oleh seorang
suruhan Anusapati (Anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan
dalam bangunan Siwa-Buddha.

2. Anusapati (1227-1248 M)

Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahannya yang lama, Anusapati tidak
banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan
kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya
terbongkar dan sampai juga ke Tohjaya (putra Ken Arok dengan Ken Umang).
Tohjaya mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga
diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediaman Tohjaya) untk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asik menyaksikan aduan
ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya menyabut keris buatan Mpu Gandring yang
dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah
Anusapati yang didharmakan di candi kidal

3.Tohjaya (1248 M)

Dengan meninggalnya Anusapati maka takhta kerajaan Singasari dipegang oleh


Tohjaya. Namun, Tohjaya memerintah kerajaan Singasari tidak lama sebab anak
Anusapati yang bernama Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjaya dan
menduduki singgasana.

4.Ranggawuni/ Wisnuwardhana (1248-1268 M)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri
Jaya Wisnuwardhana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng)
yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Pemerintahan Ranggawuni membawa ketentraman dan kesejahteraan rakyat
Singasari. Pada tahun 1254 M Ranggawuni mengangkat mengangkat putranya
yang ditunjuk Kertanegara sebagai yuvaraja (raja muda) dengan maksud
mempersiapkannya menjadi raja besar dan cakap di Kerajaan Singasari. Pada
tahun 1268 Wisnuwardhana meninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau
candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di candi Waleri sebagai Siwa.
Wisnuwardhana adalah satu-satunya Raja Singasari yang meninggal dengan wajar
(tidak dibunuh).

5.Kertanegara (1268-1292 M)

Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-
cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan
gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh
tiga orang mahamantri, yaitu mahamantri i hino, mahamantri i halu, dan
mahamantri i sirikan.

Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik
dalam negeri dan luar negeri. Politik-politik tersebut adalah sebagai berikut :

 Politik dalam negeri:


1.) Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih
Raganata digantikan oleh Aragani. Penggantian itu dilakukan karena
Raganata tidak setuju dengan Kertanegara untuk menyatukan seluruh
nusantara dibawah panji Singasari.
2.) Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat
putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi
menantunya. Raden wijaya (cucu Mahesa Cempaka ) juga diangkat
sebagai menantunya.
3.) Guna meningkatkan keamanan dan ketertiban dalam negeri serta untuk
mewujudkan persatuan Nusantara, Kertanegara memperkuat angkatan
perang.

 Politik luar negeri


1.) Mengirimkan ekspedisi Pamalayu ke Sumatra. Ekspedisi yang berangkat
pada tahun 1275 itu, bertujuan menaklukkan Kerajaan Melayu. Selain
kerajaan Melayu, Kertanegara juga menaklukkan Bali, Pahang, Sunda,
dan Gurun (Vietnam)
2.) Menjalin persahabatan dengan Raja Campa yang bernama
Jayasihawarman III, untuk menahan ekspansi Kubilai Khan dari Mongol.

B. Masa Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singasari . Ia
adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada
tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan 
Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa 
Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan
dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan
dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda
persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.
Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singasari meminta
agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas
oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan
Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang,
dan Gurun.
c. Masa Keruntuhan
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke
luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang merupakan sepupu,
sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan
itu Kertanagara mati terbunuh.
Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu
kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.

D. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari


1. Candi Singosari

Candi Singosari ini terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan


terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna.

Candi singosari adalah tempat “pendharmaan” bagi raja Singasari terakhir, Raja
Kertanegara, yang meninggal pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara
Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang.

2. Candi Jago

Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup
unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat
karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui
di candi ini. dengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu
andesit.

3.Candi Sumberawan
Candi Sumberawan adalah satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur,
yang berjarak 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan
Kerajaan Singasari yang digunakan oleh umat Buddha pada waktu itu. 

4.Arca Dwarapala

Arca Dwarapala ini berbentuk Monster dan ukurannya juga besar, menurut
penjaga situs sejarah ini, Arca Dwarapala adalah pertanda masuk ke wilayah
kotaraja, tapi, hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti. 

5. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri adalah manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca
Manjusri, bertarikh 1343, pada mula nya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang
tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

6. Candi Jawi

Candi Jawi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan dan
Kecamatan Prigen dan Pringebukan, Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat
pemujaan atau tempat peribadatan Buddha,

Tapi yang benar adalah tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja
terakhir Singhasari, Kertanegara, Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada
Candi Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang
merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.

Anda mungkin juga menyukai