Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN KEPERAWATAN


SMK NEGERI 2 MALANG
DI RUKUN SENIOR LIVING BOGOR

Pembimbing :

Intan Eka Fitriani,S.Tr.Kep


Agus Surachman

Penyusun :

Lilla Syarifaturroifah

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 MALANG


Jl. Veteran No. 17, (0341) 551504, Faks. (0341) 551504
Website : http://www.smkn2malang.sch.id email : smkn2malang@yahoo.com
Paket Keahlian : Perawat Sosial │Keperawatan │Jasa Boga│Akomodasi Perhotelan│Usaha
Perjalanan Wisata │TKJ

LEMBAR PERSETUJUAN
SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN NEGERI 2 MALANG
LAPORAN STUDI KASUS PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DI RUKUN SENIOR LIVING BOGOR

Disusun oleh :
NAMA : LILLA SYARIFATURROIFAH
KELAS : XI KPR 3
ABSEN : 05

Malang, April 2020


Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Intan Eka Fitrian,S.Tr.Kep Agus Surachman


PRAKATA
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang maha mengetahui
segala apa yang ada di bumi. Shalawat serta salam kita haturkan kepangkuan nabi
besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat manusia dari alam jahiliyah ke
alam yang penuh dengan pengetahuan.
Saya sebagai penulis tentu menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam penyusunan laporan ini terutama kepada para pembimbing
saya.
Demikian, semoga Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya. Terima kasih.

Bogor, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Lansia menurut World Health Organisation (WHO) adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan
seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of
daily living. Lansia sering dikaitkan dengan demensia. Demensiaa merupakan suatu
gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan lahan dan dapat menggangu kinerja
dan aktivitas kehidupan sehari hari. Gangguan kognitif (proses berpikir) tersebut
adalah gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari hal hal yang baru,
gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama benda dan mencari kata kata
untuk diucapkan), keliru mengenai tempat, waktu, orang atau benda, sulit hitung
menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil
keputusan, dan lain lain. (Sumijatun dkk, 2006).
Penyebab utama daripenyakit ini adalah penyaki alzheimer. Pada penyakit
alzheimer, beberapa bagian otak mengalami penurunan, sehingga terjadi kerusakan
sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam
otak. Penyebab kedua dari demensia adalah stroke yang berturut turut. Stroke tunggal
yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang
timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan
jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran
darah disebut infark. Demensia yang disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia
multi infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing
manis,yang keduanya disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di otak
Tanda dan gejala yang mungkin muncul diantarnya yaitu rusaknya seluruh jajaran
fungsi kognitif, awalnya gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan kepribadian
dan perilaku, mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi, dan kejang, lupa meletakkan
barang barangnya, inkontinensia urine, menurunnya dayaingat yang terus terjadi,
ekspresi yang berlebihan dan adanya perubahan perilaku.
Peningkatan insiden dan prevalensi demensia merupakan tantangan bagi pemberi
layanan kesehatan di Indonesia karena dampak demensia yang menimbulkan
perubahan perilaku pada lansia. Kondisi ini menyebabkan lansia demensia
memerlukan perhatian dan perawatan yang khusus dari keluarganya. Perawatanlansia
demensia dapat menimbulkan dampak pada keluarga berupa beban yang terjadi
karena lansia demensia memerlukan pendampingan yang terus menerus.
Survey awal yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara pada lima
pengunjung puskesmas yang merawat lansia dengan demensia menyatakan keluarga
merasa cemas karena tingkah laku lansia. Keluarga juga menyatakan bahwa mereka
kelelahan dan frustasi karena kondisi lansia, mereka 24 jam meraat lansia sedangkan
lansia tidak mengenal siapa yang merawatnya

TUJUAN
1. Untuk menyelesaikan tugas pokok Prakter Kerja Industri (PRAKERIN)
2. Untuk syarat ketuntasan tugas dibidang keperawatan
3. Menjelaskan pengertian lansia
4. Menjelaskan pengertian demensia
5. Menjelaskan masalah pada masa lanjut usia

MANFAAT
1. Dapat menyelesaikan tugas pokok Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)
2. Dapat menuntaskan tugas dibidang keperawatan
3. Dapat memahami pengertian lansia
4. Dapat memahami pengertian dimensia
5. Dapat memahami masalah pada masa lanjut usia
BAB II
DESKRIPSI SENIOR LIVING
RUKUN SENIOR LIVING adalah kawasan bagi warga senior (lansia) dimana segala
pelayanan dan kebutuhan hidupnya sudah tersedia, baik senior yang memiliki gaya
hidup mandiri, dinamis, hingga yang membutuhkan dukungan lebih, melayani warga
senior yang ingin menikmati kenyamanan hidup setiap hari dengan seluruh sarana,
kegiatan dan pelayanan yang mendukung, warga RUKUN bisa memiliki gaya hidup
yang aktif, mandiri, dan produktif. RUKUN berada di daerah Sentul City, hanya 30
Km dari Jakarta. RUKUN diciptakan dengan standard internasional dengan investasi
asing dan panduan dari Leisure Care One Eighty, sebuah perusahaan terkemuka
dalam Senior Living Management. Dilengkapi dengan properti dari Amerika, Kanada,
Meksiko, dan India.
Pelayanan di RUKUN SENIOR LIVING berpusat pada 4 dimensi wellness.
Mulai dari Physical Wellness (termasuk berbagai sarana olahraga dan kesehatan
jasmani seperti kelas senam, aerobik, dsb), Mental Wellness (meliputi berbagai
kegiatan yang mengasah pola pikir warga senior seperti permainan games, forum
diskusi, kelas komputer, dan sarana pembelajaran lainnya), Social Wellness (dengan
berbagai acara dan kegiatan yang seru dan memberikan kesempatan warga untuk
bermain bersama dengan teman sebaya), Spiritual Wellness (RUKUN menyediakan
sarana dan transportasi sesuai dengan kebutuhan ibadah warga masih masing agama).
Selain bebas ikut serta kedalam berbagai kegiatan yang terjadwal, warga juga bebas
memakai semua fasilitas umum seperti theatre, ruang game, kolam renang, jacuzzi,
gym, dan sauna. Juga tersedia wifi internet di seluruh gedung. Warga dapat memilih
dari tiga tipe apartemen (ideal suites, deluxe suites, dan supreme suite)
Selain itu ada suites apartemen yang disewakan perbulan dan sudah termasuk
makan sepuasnya di restoran maupun cafe RUKUN dengan beragam kuliner yang
khas dan citarasa yang enak, penyajian yang menarik menjadikan momen makan lebih
sempurna. Sarana Food and Baverage ini terbuka untuk umum sehingga warga dapat
menikmati santapan bersama keluarga dan sanak saudara yang berkunjung ke
RUKUN. Selain di sertai dengan jasa housekeeping dan laundry, suites apartemen
dilengkapi dengan berbagai fitur untuk kenyamanan anda termasuk teras pribadi, AC,
kamar mandi dengan air panas, kitchennet dengan bar sink, lemari es dan microwave
oven.
Selain sebagai warga, RUKUN juga menerima tamu yang ingin menginap jangka
pendek sebagai tamu dengan biaya sewa perhari. Juga tersedia membership di
RUKUN fundays club dimana member dapat menikmati semua kegiatan dan acara di
RUKUN tanpa menetap sebagai warga.

BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
1. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. D
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 14 Desember 1928
Usia : 91 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Konghucu
Alamat :
Dulu : Pluit Timur Blok BB U / 11 RT 009/09, Pluit, Panjaringan,
Jakarta Utara
Sekarang : Senior Living, Kawasa Darmawan Park, Jl. Babakan
Madang, No. 99, Sentul, Kec. Babakan Madang, Bogor,
Jawa Barat, 16810
Suku Bangsa : China
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Golongan Darah :B
Tinggi Badan : 160 Cm
Berat Badan : 45 Kg Dulu : 52.2 Kg
Urutan Saudara : 1 dari 5 bersaudara
Penyakit yang diderita : Alzheimer, demensia, ulkus dekubitus, immobilisasi
Riwayat Penyakit : Asma, hipertensi
Tanggal Masuk RUKUN : 22 Maret 2016
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2016

2. Keluarga atau Orang Lain yang Penting/Dekat yang Dapat Dihubungi :


Nama : Ny. M
Umur : 40 Tahun
Alamat : Australia
Hubungan dengan Pasien : Anak ke-1
No. Hp : 0043 664 4105153
3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini :-
Pekerjaan sebelumnya : Wiraswasta, Guru Silat
Sumber pendapatan : Pendapatan aktif (gaji)
Kecukupan pendapatan : Sangat Mencukupi

4. Aktifitas Rekreasi
Hobi : dulu : Shoping, pergi ke salon, mahjong, menyanyi
Sekarang :-
Berpergian / wisata : Pernah tinggal di tiongkok selama beberapa tahun
Keanggotaan organisasi : Organisasi silat di Jakarta
Lain lain :-

5. Riwayat Keluarga
a. Saudara / Anak kandung
Nama Status Keadaan saat ini Keterangan
Tn. M Suami / Kepala keluarga Meninggal -
Ny. D Istri Sehat Tidak tinggal serumah
Ny. M Anak 1 Sehat Tidak tinggal serumah
(Australia)
Ny. A Anak 2 Sehat Tidak tinggal serumah
(Kanada)
Ny. S Anak 3 Sehat Tidak tinggal serumah
(Jakarta)
Ny. H Anak 4 Sehat Tidak tinggal serumah
(Jakarta)
Ny. D Anak 5 Sehat Tidak tinggal serumah
(Jakarta)

b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


Dalam 1 tahun terakhir tidak ada anggota keluarga yang meninggal
c. Kunjungan keluarga
Setiap minggu atau terdapat perayaan tertentu, keluarga besar Ny. D selalu
mengunjunginya di RUKUN Senior Living Bogor.

B. Pola Kebiasaan Sehari hari


1. Nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari makan utama (07.00, 13.00, 18.00 WIB)
1x selingan (06.00 WIB)
Nafsu makan : Baik
Jenis makanan : 250 cc blend cair
100 cc jus buah (kecuali jeruk, lemon, dan kiwi)
50 cc air mineral
Semuanya diberikan melalui NGT
Kebiasaan sebelum :-
makan
Makanan yang tidak : dulu : Beberapa jenis sayuran
sukai sekarang :-
Alergi makanan :-
Pantangan makanan : Makanan pedas, makanan masam
Keluhan : Ny. D mudah tersedak saat makanan sehingga
dipasang NGT

2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : Ny. D menggunakan pampers biasanya 7-8 kali
sehari dengan 500ml - 1500ml dan diganti setiap 4 jam sekali
Kebiasaan BAK pada malam hari :-
Keluhan yang berhubungan dengan BAK :-

b. BAB
Fekuensi dan waktu : Ny. D menggunakan pampers biasanya hanya
sekali pada siang hari dengan konsistensi lembek, warna kuning
kecoklatas dan bau khas.
Konsistensi : Lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas
Keluhan :-
Pengalaman memakai pencahar : -

3. Personal Hygine
a. Mandi
Frekuensi dan waktu : Ny. D mandi diatas tempat tidur dengan frekuensi
2x sehari pagi dan sore hari
Pemakaian sabun : Ya
b. Oral
Frekuensi dan waku : Ny. D tidak mempunyai gigi. Hanya dibersihkan
dengan kain kasa yang dibasahi dengan air setiap
mandi atau saat terlihat kering
Pemakaian pasta gigi : Tidak
c. Cuci Rambut
Frekuensi : 2 hari sekali
Pemakaian shampo : Ya
d. Kuku dan Tangan
Frekuensi : 1 minggu sekali atau saat kuku tampak panjang
Kebiasaan mencuci tangan :-

4. Istirahat dan Tidur


Lama tidur malam : 7 jam
Tidur siang : 2 jam
Keluhan :-

5. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang


a. Olahraga : Dulu : Berjalan jalan
Sekarang :-
b. Nonton TV : Dulu : 2-4 jam sehari
: Sekarang : 4-5 jam sehari
c. Berkebun / memasak :-
d. Lain lain :-
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : Tidak
b. Minuman keras : Tidak
c. Ketergantungan obat : Tidak

7. Uraian kronologis kegiatan sehari hari


Uraian Kegiatan Durasi Waktu
Minum susu 10 menit 06.00 - 06.10 WIB
Istirahat 50 menit 06.10 - 07.00 WIB
Sarapan 15 menit 07.00 - 07.15 WIB
Mandi diatas tempat tidur 20 menit 07.20 - 07.40 WIB
Ganti Pampers 10 menit 07.40 - 07.50 WIB
Istirahat 130 menit 07.50 - 10.00 WIB
Menonton TV 120 menit 10.00 - 12.00 WIB
Ganti pampers 10 menit 12.00 - 12.10 WIB
Istirahat 50 menit 12.10 - 13.00 WIB
Makan siang 15 menit 13.00 - 13.15 WIB
Tidur siang 2 jam 13.30 - 15.30 WIB
Mandi diatas tempat tidur 20 menit 15.30 - 15.50 WIB
Ganti pampers 10 menit 15.50 - 16.00 WIB
Istirahat 120 menit 16.00 - 18.00 WIB
Makan malam 15 menit 18.00 - 18.15 WIB
Istirahat 45 menit 18.15 - 19.00 WIB
Nonton TV 120 menit 19.00 - 20.00 WIB
Ganti pampers 10 menit 22.00 - 22.10 WIB
Tidur malam 420 menit 22.10 - 05.00 WIB

C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :
Hipertensi, Demensia, Sulit tidur, asma bronkial
b. Gejala yang dirasakan :
Dulu pasien mengatakan mudah lelah dan terkadang pusing
c. Faktor pencetus :
Faktor dari keluhan Ny. D bisa terjadi karena usia yang
menyebabkan hipertensi dan demensia serta penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan timbulnya asma bronkia
d. Timbulnya keluhan :
Dulu sering timbul keluhan saat Ny. D beraktivitas secara aktif pada
siang hari dan terkadang lupa meletakkan barangnya
e. Waktu timbulnya keluhan :
Dulu Ny. D mengatakan mudah lelah pada siang hari saat
beraktivitas dan Ny. D mengatakan pada saat malam hari tidak bisa
tidur
f. Upaya mengatasi :
Ny. D melakukan check up setiap 1 bulan sekali oleh dokter di
RUKUN Senior Living Bogor.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah di derita :
Ny. D pernah menderita katarak tetapi sudahpernah dioperasi. Ny. D
pernah menderita asma bronkia karena faktor keturunan, poliuria, dan
hipertensi yang disebabkan karena usia dan penurunan fungsi tubuh.
b. Riwayat alergi :-
c. Riwayat kecelakaan :-
d. Riwayat dirawat di rumah sakit : -
e. Riwayat pemakaian obat :
Vit. B komplek (meningkatkan nafsu makan, membantu fungsi saraf)
Clobazam (mengatasi epilepsi dan kejang)
Optimax (memelihara kesehatan fungsi mata)

3. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik (Obeservasi, Pengukuran, Auskultasi, Perkusi,


dan Palpasi)
a. Kesehatan umum : TTV (pada 29 Januari 2020)
TD : 140/70 mmHg
N : 97x/menit
SpO2 : 93%
b. BB / TB : BB : 45 Dulu : 52.2
TB : 160 cm
c. Rambut : Normal, berwarna coklat
d. Mata : Bentuk simetris, konjungtiva anemis, penglihatan
Ny. D tidak jelas karena penurunan fungsi mata.
e. Telinga : Telinga Ny. D bersih, bentuk simetris,
pendengaran berkurang karena penurunan fungsi
tubuh.
f. Mulut, gigi, dan bibir : Keadaan mulut baik, gigi tidak ada, tidak
memakai gigi palsu, bibir agak kering.
g. Leher : Normal
h. Dada :
- Jantung : Inspeksi : Simetris, Tidak ada pembesaran
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Reguler, tidak ada bunyi tambahan
- Paru : Inspeksi : Simetris, tidak ada odem
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Redup
Auskultasi : Vasikuler
i. Abdomen : Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bunyi peristaltik (+), Kesan normal
j. Ekstremitas atas : Deformitas (-)
Edema (-)
Fraktur (-)
k. Ekstremitas bawah : Deformitas (-)
Edema (-)
Fraktur (-)
l. Kulit : Keriput, warna kuning langsat, terdapat ulkus
dekubitus di kulit yang sejajar dengan tulang ekor

D. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah kesehatan kronis :
Tingkat demensia tengah. Sesekali lupa dengan nama pasangan, tidak
menyadari semua peristiwa baru baru ini dan pengalaman hidupnya.
Membutuhkan bantuan dngan kegiatan sehari hari. Misalnya mandi,
makan, ganti pampers, dan lain lain. Sering dan terus membedakan orang
orang dekat dengan orang asing di lingkungan mereka. Terjadi
perubahan perilaku pada Ny. D yaitu suasana hati tampak datar dan tidak
besemangat, mudah marah, dan bersikap kasar.
2. Fungsi kognitif :
Berdasarkan analisa hasil, Ny. D sudah tidak bisa menjawab semua
pertanyaan tentang dirinya sendiri yang menunjukkan bahwa terdapat
penurunan fungsi tubuh pada Ny. D sehingga terlihat bingung.
3. Pemeriksaan motorik :
 ADL (Aktivitas Daily Living) dengan indeks barthel didapatkan skor 18
yang menunjukkan ketergantungan ringan).
 AMT (Abbreviated Mental Test) didapatkan skor 7 yang menunjukkan
gangguan ingatan sedang
 GDS (Geriatric Depresion Scale) didapatkan skor 1 yang menunjukkan
tidak dicurigai depresi
 Tes jalan (TUG (Time Up and Go)) dengan hasil 24,4 detik

4. Status fungsional :
Ny. D sudah tidak bisa lagi melakukan aktivitas sehari hari seperti
mandi, olahraga, berjalan, dan hanya berbaring di tempat tidur (bedrest).

5. Status psikologis :
Terlihat Ny. D sering meberontak terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan seperti menggosok tubuhnya saat mandi dan menunjukkan raut
muka yang takut dan khawatir menunjukkan Ny. D mengalami depresi.
6. Dukungan keluarga
Saat didatangi keluarganya, Ny. Menunjukkan raut muka senang dan
bahagia. Ny. D sedikit merespon terhadap pembicaraan yang dilakukan
oleh anggotta anggota keluarganya menunjukkan Ny. D memiliki fungsi
sosial yang normal

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen Thorak : Cardiomegaly ringan dengan arterosklerosis aorta
gambaran bronchitis
b. EKG : Ischemic Lateral dengan Supravantrikular Ekstra
Sistole
c. Laboratorium :
Pemeriksaan Laboratorium Hasil Nilai Rujukan
SGOT 23 <31
SGPT 16 <31
GOP 94 70-110
UREUM 55 10-50
KREATININ 1,17 0,5-1,1
ASAM URAT 5,7 2,5-7,0
KOLESTROL TOTAL 315 <200
TRIGLISERIDA 78 <150
HDL 84 >45
LDL 185 <100

F. Lingkungan dan Tempat Tinggal


1. Kebersihan dan kerapian ruangan :
Keadaan tempat tinggal Ny. D terlihat bersih dan rapi, karena setiap hari
terdapat petugas homecare yang membersihkan tempat tinggal Ny. D.
2. Penerangan dan sirkulasi udara
Pencahayaan dan sirkulasi udara di tempat tinggal Ny. D cukup. Dapat
dilihat di sisi ruangan selalu ada ventilasi dan cendela.

3. Keadaan kamar mandi dan WC


Tempat tinggal Ny. D memiliki kamar mandi dan WC yang bersih dan rapi.
Beralaskan keramik yang tidak licin, lantainya bersih tidak ada kotoran. WC
duduk yang terlihat putih dan bersih karena sering dibersihkan oleh petugas
homecare.
4. Pembuangan air kotor
Tempat tinggal Ny. D memiliki saluran pembuangan air kotor yang langsung
menhubungkan ke pembuangan pusat.
5. Sumber air minum
Tempat tinggal Ny. D menggunakan sumber air dari tanah dan pdam
6. Pembuangan sampah
Terdapat 2 tempat sampah di tempat tinggal Ny. D dan setiap hari akan
dibuang di pusat pembuangan kawasan Darmawan Park oleh petugas
homecare.
7. Sumber pencemaran
Tidak ada sumber pencemaran di tempat tinggal Ny. D
8. Penataan Halaman
Terdapat halaman kecil (balkon) di tempat tinggal Ny. D terdapat beberapa
kursi dan meja yang tersusun rapi dan terlihat bersih
9. Privasi
Privasi cukup baik. Kamar mandi Ny. D tertutup dan kamar tidur Ny. D
memiliki cendela dan pintu yang mudah ditutup.
10. Resiko injury
Keadaan lantai kamar mandi dan lantai kamar tidur tidak licin dan tidak
terdapat tangga di tempat tinggal Ny. D

Resume :
Ny. D adalah anak ke 1 dari 5 bersaudara. Sebelum tinggal di RUKUN Senior
living, Ny. D tinggal di Pluit Timur Blok BB U / 11 RT 009/09, Pluit, Panjaringan,
Jakarta Utara. Bekerja sebagai guru silat di Monas dengan pendidikan SMA. Pada 22
Maret 2016 keluarga Ny. D memutuskan untuk menitipkan Ny. D di RUKUN Senior
Living Sentul, Bogor, Jawa Barat dikarenakan keluarga mengetahui bahwa Ny. D
mengalami Demensia, yang menimbulkan Ny. D sulit untuk beraktivitas sehari hari
terutama melakukan personal hygine.
Apa Itu Demensia?
A. Definisi
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada
intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi. (Arif
Mansjoer, 1999)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian,
dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J.
Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan hilangnya
independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)
Menurut Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari
-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari
hari (Nugroho, 2008).
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita Demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavior symptom) yang
menganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptif) (Voicer. L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E.1998).
Jadi, Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Penyakit yang  dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang
pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan khusus untuk
demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh dilakukan.

B. Etiologi
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer
disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu.
Pada penyakit alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga
terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang
menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal
(disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang
bisa terlihat pada otopsi.
Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut.
Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat
tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan
oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di otak.
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar :
A. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan
yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem
enzim, atau pada metabolisme
B. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1)      Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2)      Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3)      Khorea Huntington
C. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantaranya :
1)      Penyakit cerebro kardiofaskuler
2)      penyakit- penyakit metabolik
3)      Gangguan nutrisi
4)      Akibat intoksikasi menahun
C. Klasifikasi
KLASIFIKASI Berbagai subtipe demensia vaskular yaitu:
1. Gangguan kognitif vaskular ringan
2. Demensia multi infrak. Disebabkan oleh infark pembuluh darah besar multipel
3. Demensia infark strategi. Akibat lesi iskemik pada daerah kortikal atau subkortikal
yang mempunyai fungsi penting.
4. Demensia vaskular karena lesi lakunar
5. Penyakit Binswanger. Disebabkan oleh penyakit iskemik pembuluh darah kecil
(seperti lakuna multipel di ganglia basal, di subkortikal atau di substansia alba
periventrikuler).
6. Demensia vaskular akibat lesi hemoragik. Terdapat penyakit serebrovaskular
hemoragik seperti hematoma subdural atau intraserebral atau perdarahan subaraknoid
7. Demensia vaskular subkortikal
8. Demensia campur (kombinasi penyakit Alzheimer dan demensia vaskular)

D. Patofisiologi
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah adanya
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap
awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan
degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk
mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-
nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia
mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang
tinggal bersama mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang
semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan
dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah
besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit
dimana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali
demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua
tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji ddan mengenali gejala
demensia.
Faktor Psikososial
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi oleh faktor
psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan pasien sebelum sakit maka
semakin tinggi juga kemampuan untuk mengkompensasi deficit intelektual. Pasien
dengan awitan demensia yang cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang
lebih sedikit daripada pasien yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan
depresi dapat memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia dapat terjadi
pada individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan gangguan memori, akan
tetapi pada kenyataannya ia mengalami gangguan depresi. Ketika depresinya berhasil
ditanggulangi, maka defek kognitifnya akan menghilang.

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
1.         Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
2.         Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
3.         Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
4.         Defisit neurologi dan fokal.
5.         Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
6.         Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
7.         Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
8.         Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
9.         Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
10.     Lupa meletakkan barang penting.
11.     Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.
12.     Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
13.     Tidak dapat makan dan menelan.
14.     Inkontinensia urine
15.     Dapat berjalan jauh dari rumah dan tidak bisa pulang.
16.  Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
17.  Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
18. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
19. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
20.     Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

F. Diagnosa Keperawatan
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah
tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan
tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi,
tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
3.  Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
4.  Perubahan pola tidur  berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya daya
tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari.
6. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang : (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
1.      Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia
reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan
hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone
tiroid, kadar asam folat
2.      Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
3.      Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi
gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4.      Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas,
demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan
meningeal pada CT scan.
5.      Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang
memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode
bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang
demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian
genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.
6.      Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas
sehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003) Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan
pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang
mencakup atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem
solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat
ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat
pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a.       Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
b.      Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan demensia.
7.      Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test
yang paling banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003
;Boustani,2003 ;Houx,2002 ;Kliegel dkk,2004) tetapi sensitif untuk mendeteksi
gangguan memori ringan. (Tang-Wei,2003)
Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai saat
ini, penilaian dengan nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan
kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu
tertentu. Nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan
kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi.(Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003).
Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24
masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko
untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003). Pada penelitian Crum R.M
1993 didapatkan median skor MMSE adalah 29 untuk usia 18-24 tahun, median skor
25 untuk yang > 80 tahun, dan median skor 29 untuk yang lama pendidikannya >9
tahun, 26 untuk yang berpendidikan 5-8 tahun dan 22 untuk yang berpendidikan 0-4
tahun.Clinical Dementia Rating (CDR) merupakan suatu pemeriksaan umum pada
demensia dan sering digunakan dan ini juga merupakan suatu metode yang dapat
menilai derajat demensia ke dalam beberapa tingkatan. (Burns,2002). Penilaian fungsi
kognitif pada CDR berdasarkan 6 kategori antara lain gangguan memori, orientasi,
pengambilan keputusan, aktivitas sosial/masyarakat, pekerjaan rumah dan hobi,
perawatan diri. Nilai yang dapat pada pemeriksaan ini adalah merupakan suatu derajat
penilaian fungsi kognitif yaitu; Nilai 0, untuk orang normal tanpa gangguan kognitif.
Nilai 0,5, untuk Quenstionable dementia. Nilai 1, menggambarkan derajat demensia
ringan, Nilai 2, menggambarkan suatu derajat demensia sedang dan nilai 3,
menggambarkan suatu derajat demensia yang berat. (Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003, Golomb,2001)
H. Penatalaksanaan Medis
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
2. Demensia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
3. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
4. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.
5. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya
Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan
menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada
penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

I. Penatalaksanaan Non Medis


1. Diet
2. Latihan fisik yang sesuai
3. Terapi rekreasional dan aktifitas
4. Penanganan terhadap masalah-masalah

J. Peran Keluarga atau Dukungan


1. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memilik orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan
angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki
orientasi.
2. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu
mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
3. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
4. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
5. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan,
akan sangat membantu.

K. Komplikasi
Gangguan daya ingat dan cara berpikir yang dialami penderita demensia dapat
menimbulkan komplikasi saat melakukan aktivitas sehar-hari. Contohnya adalah:
1. Cedera saat berjalan sendirian
2. Kekurangan nutrisi
3. Tersedak hingga mengakibatkan pneumonia
4. Tidak dapat hidup mandiri
A. Kesimpulan
Disimpulkan bahwa demensia adalah gangguan fungsi kognitif berupa
kemunduran kemampuan intelektual hingga ke titik yang melemahkan fungsi sosial
dan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh faktor biopsikososioreligi. Demensia dapat
terjadi pada usia muda. Pengobatanya dapat dilakukan secara farmakologi dan non
farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan melalui dukungan keluarga,
manipulasi lingkungan dan penanganan pasien. Pada dasarnya demensia bisa dicegah
dan diobati karena sifatnya yang reversible atau potensial reversible bila terdeteksi
dini dan dilakukan penanganan yang tepat.
B. Saran
1. Disarankan kepada lembaga lembaga keperawatan agar hasil makalah ini dapat
bermanfaat bagi bidang pendidikan keperawatan khususnya pada lansia dengan
diagnosa demensia. Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi
pembelajaran.
2. Diharapkan kepada para siswa khususnya bidang keperawatan untuk menjadikan
laporan kasus ini sebagai pengembangan kemampuan siswa dalam hal perawatan
gerontik dengan demensia dan menambah pengalaman siswa dalam melaksanakan
perawatan lansia dengan diagnosa demensia

Anda mungkin juga menyukai