Program K3
Program K3
Pertemuan 5
Sistem Inspeksi Program K3
Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat menggunakan ahli K3 dari luar
perusahaan yang akan membantu memberikan saran-saran tentang penanganan masalah-masalah
K3 di tempat kerja. Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada area khusus
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan seseorang yang mempunyai keahlian khusus. Hasil yang
ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil
survey harus selalu tercatat dan dibukukan. Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus
ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan inspeksi. Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam
bentuk laporan harus disampaiakan kepada pihak manajemen, sehingga langkah perbaikan
segera dilakukan
Keuntungan :
Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah disiapkan dengan baik. Laporan temuan dan
rekomendasi segera dapat dibuat untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya di
tempat kerja, serta tindakan korektif yang sesuai segera di implementasikan dalam upaya
mengadakan sarana pencegahan kecelakaan dan kerugian yang lebih besar.
Pertemuan 6
Penyusunan Program K3
Sebagai sebuah sistem manajemen, K3 tidak dapat dipisahkan dari suatu sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan. Program K3 yang telah ditetapkan akan berjalan efektif jika
didukung dan dilaksanakan oleh seluruh bagian atau departemen yang ada dalam suatu
organisasi perusahaan. Oleh karena itu, dalam penyusunan program K3 harus
mempertimbangkan semua aspek yang terkait dalam perusahaan seperti aspek produksi,
finansial, sosial, psikologi, budaya kerja dan manajemen. Isu cross-cutting dalam K3 menjadi
perhatian bagi para pakar, akademisi dan praktisi K3 dalam penyusunan dan pelaksanaan
program K3 yang terarah dan terencana.
Prinsip-Prinsip Penyusunan Program K3
Sebuah organisasi perusahaan perlu mengembangkan strategi perencanaan yang baik dalam
menerapkan aspek K3 melalui program-program yang disusun berdasarkan prinsip yang
terencana dan terarah. Dalam sebuah sistem manajemen, perencanaan sebuah program harus
mempertimbangkan prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realiable, Timetable).
Sebuah program K3 harus bersifat spesifik yang berarti bahwa program-program yang dibuat
sedapat mungkin tidak menimbulkan kebingunan bagi pihak yang diberi tugas untuk
melaksanakannya, mudah terukur dalam hal pencapaian hasilnya dengan ditetapkannya target
dan indikator keberhasilan pencapaiannya. Sebuah program K3 juga harus bersifat mudah untuk
dilaksanakan sehingga dapat berjalan efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan perusahaan
serta realistis dalam hal pembiayaan dan kemampuan orang yang melaksanakannya dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam menetapkan program K3 terdapat beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan, salah
satunya adalah OHSAS 18001:2007 klausul 4.8.3 tentang objektif dan program K3 “Organisasi
harus menetapkan, menjalankan dan memelihara dokumen objektif K3pada fungsi dan tingkatan
yang sesuai dalam organisasi”. Menurut Ramli (2009), untuk mencapai objektif yang telah
ditetapkan, organisasi harus menyusun program kerja yang merefleksikan kebijakan organisasi.
Rencana kerja ini disusun untuk setiap tingkatan manajemen sebagai landasan operasional
dengan mempertimbangkan:
Faktor-faktor penyebab yang dapat membahayakan tenaga kerja sudah seharusnya dicegah,
dikendalikan, diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Untuk mencegah berbagai gangguan yang
muncul, maka terlebih dahulu perlu diketahui proses produksi dan identifikasi permasalahannya,
cara pemantauan, dan standar-standar yang berlaku.
Sebagai contoh misalnya pada industri garmen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang umum ditemukan di industri garmen
adalah sebagai berikut :
Catatan :
Formaldehyde digunakan secara langsung untuk anti ngengat dan anti jamur pada proses
finishing. Jenis formaldehid yang juga digunakan adalah Aminoplastis (Urea formaldehid Resin)
yang bermanfaat sebagai anti kusut pada proses pembuatan kain katun (cotton). Di Amerika
(CPSC, 1979) kira-kira 85% tekstil menggunakan treatment Aminoplastis.
Bagian pemotongan kain, jahit dan seterika, faktor ergonomi yang mempengaruhi adalah
ukuran meja, kursi duduk, sikap dan sistem kerja
Bagian pengemasan, faktor ergonomi yang mempengaruhi adalah kegiatan angkat
junjung, sikap dan cara kerja, ruang gerak.
Beberapa permasalahan di atas sangat umum ditemukan di industri garmen. Dan seperti
kebanyakan yang terjadi di industri, terkadang penyelesaian permasalahan tersebut mendapatkan
resistansi dari manajemen.
Dari permasalahan yang ada, dapat disederhanakan bahwa permasalahan keselamatan dan
kesehatan kerja di industri garmen terkait dengan pekerja itu sendiri dan komitmen manajemen
terhadap masalah K3. Untuk itu perlu dibangun program-program keselamatan dan kesehatan
kerja yang dipayungi oleh komitmen dan kebijakan manajemen.
Sesuai dengan skema yang disusun oeh James Reason dalam bukunya Managing the Risks of
Organizational Accidents, bahwa penyebab dasar suatu insiden atau kecelakaan kerja adalah
kesalahan pada organisasi/ manajemen. Berdasarkan model tersebut, maka perlu disusun Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mencakup mulai dari komitmen dan
kebijakan manajemen hingga penerapan K3 di tempat kerja dan pekerja.
Pelaksanaan program K3 tidak akan berjalan efektif jika persoalan-persoalan tersebut belum
diatasi oleh pihak-pihak terkait, sehingga dalam penyusunan program K3 diharapkan dapat
mengakomodir aspek-aspek yang terkait. Cross cutting issue dalam K3 dapat direfleksikan
dalam suatu program K3 perusahaan seperti aspek psikologis sosial pekerja, budaya, kesadaran
akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja
serta meningkatkan komitmen manajemen dalam melaksanakan program K3 untuk mendukung
kelangsungan usaha yang kompetitif.
Berikut ini program K3 yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan garmen berdasarkan isu-
isu yang saling berkaitan:
Dari penyusunan program K3 tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sumber: http://selamat-safety.blogspot.com/2014/05/prinsip-prinsip-penyusunan-program-
k3.html, diakses 26 Oktober 2018, 15:52 WIB