Anda di halaman 1dari 9

NAMA : HESTI ANA SARI

NIM : 1809035014

TUGAS : PTI (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Soal:

1. Buat resume singkat tentang sejarah dan tokoh-tokoh yang berperan dalam
perkembangan Teknik Industri (Maksimal 5 Lembar).
2. Selanjutnya, pilih salah satu tokoh untuk dibahas lebih detail (Maksimal 5 lembar)

Jawaban:

Sejarah Dan Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Perkembangan


Teknik Industri

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi


secara bertahap, dimana para ilmuwan memberikan sumbangan menurut
kenampuannya. Penemuan-penemuan yang dilakukan oleh manusiasia tidak terpusat
melainkan menyebar dari Babylonia, Mesir, Cina, India, Irak, Yunani hingga ke daratan
Eropa. Hal ini membuktikan bahwa manusia dihadapkan pada tantangan yang memacu
daya kreativitasnya.

Kapan profesi teknik industri lahir? Teknik Industri lahir sejak persoalan produksi,
sejak manusia harus mewujudkan sesuatu untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Persoalan produksi muncul pada zaman Pra-Yunani kuno, saat manusia menggunakan
batu sebagai peralatannya. Pada masa itu manusia menggunakan batu untuk peralatan
bekerja, sebagai alat pemotong atau pembelah. Alat seperti jarum yang digunakan untuk
menjahit, terbuat dari tulang. Alat-alat yang digunakan mengalami perubahan secara
terus-menerus dangan cara coba-coba dan manusia melakukan seleksi alat yang sesuai
untuk keperluan kerja. Perbaikan-perbaikan ini tidak lain hanya untuk meningkatkan
produktivitas pada persoalan produksi dan ini terjadi sampai saat ini. Meskipun konsep
teknik industri sudah muncul pada zaman Pra-yunani kuno, namun disiplin Teknik
Industri berakar kuat pada masa Revolusi Industri (1750-an). Disiplin ini pada awalnya
dikembangkan oleh beberapa individu yang berusaha mencari mengembangkan prinsip-
prinsip organisasi dan manajemen produksi tingkat lanjut. Revolusi Industri yang terjadi
di Inggris dianggap sebagai era modern disiplin teknik industri. Revolusi Industri telah
mengubah secara dramatis proses manufaktur dan membantu lahirnya konsep-konsep
ilmu pengetahuan di kemudian hari. Inovasi teknologi yang terjadi pada waktu itu
ditujukan untuk membantu dalam mekanisasi beberapa operasional manual tradisional
pada industri tekstil. Beberapa penemuan teknologi pada masa revolusi industri dapat
disebutkan, antara lain penemuan mesin pintal yang dilakukan oleh James Hargreaves
(1765), pengembangan water frame oleh Richard Arkweight (1769), dan mungkin salah
satu inovasi terpenting pada masa revolusi industri adalah ditemukannya mesin uap oleh
James Watt. Hasil inovasi Watt dipercaya akan memberikan somber tenaga lebih
murah, biaya dan harga produksi lebih rendah dan mampu memperluas pasar.

Revolusi industri juga melahirkan penemuan-penemuan baru di bidang kelistrikan.


Misalnya Samuel Morse yang berjasa dalam pengembangan pesawat telegram (1840),
penemuan bola lampu oleh Thomas Alfa Edison (1880) yang merupakan awal
digunakannya listrik untuk penerangan. Dan berturut-turut dikembangkannya teknologi
pembangkit dan transmisi listrik.

Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan bagian Sari sejarah panjang


munculnya disiplin teknik industri, dilihat dan sisi pengembangan aspek teknologi. Di
sisi lain berkembang pula pengembangan konsep-konsep yang ditujukan untuk mencari
proses kerja yang efektif dan efisien dari aspek manusia dan metode kerja. Beberapa
nama dapat disebutkan antara lain Adam Smith, Charles babbage, henry towne,
Frederick w ttaylor, dan sebagainya.

Adam Smith (the wealth of nations, 1776) mengemukakan konsep perancangan proses
produksi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga-tenaga kerja, yang
menekankan pentingnya spesialisasi. Disiplin ini akhirnya berkembang untuk
memenuhi kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam hal perencanaan,
pengorganisasian, pengoperasian serta pengendalian suatu sistem produksi yang luas
dan kompleks. Kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas merupakan
pendorongberdirinya disiplin Teknik Industri.
Demikian pula Charles Babbage sebagai seorang pendahulu dalam pengembangan
konsep teknik industri mengemukakan perlunya pembagian kerja untuk meningkatkan
produktivitas dalam bukunya on economy of machinery and manufacrurers 1832.
Dangan pembagian kerja (sesuai dangan specialisasinya) pekerjaan akan menjadi lebih
sederhana, hemat waktu dan biaya.

Dada tahun 1886, Henry Towne mengemukakan pentingnya para insiyur


memperhatikan unsur profitabilitas dari keputusan yang diambil dalam tulisannya The
Engineers as Economist yang dimuat  pada ‘Transactions of the American Society of
Mehcanical Englneers.  Towne menekankan pada pentingnya ilmu ekonomi untuk para
engineer dalam mengambil keputusan.

Fredanc W. Taylor merupakan anggota dari The AmericanSociety of Mechanical


Engineers (ASME) dikenal sebagai bapak teknik industry. Konsep-konsepnya banyak
dipengaruhi oleh Towne tahun 1874. Taylor bekerja di perusahaan hidrolik
yang mekanik. Sembilan tahun kemudian menikah dan menerima gelar sarjana Teknik
Mesin dari Stevens Institute, kemudian dipromosikan menjadi kepala teknik pada pabrik
di Amerika. Usaha-usahanya pada perusahaan baja membawa pemikiran apa yang
dikenal sebagai `Scientific Management. Di sini bidang engineering harus ikut
bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menyangkut perancangan, pengukuran, pe-
rencanaan, penjadualan maupun pengendalian kerja. Pada tahun 1881, Taylor
melakukan studi tentang pemotongan baja selama 25 tahun dan dipublikasikan di
Transaction of The American Society of .’Mechanical Engineers pada tahun 1907 yang
merupakan paper terpanjang.

Selanjutnya di Bethlehem Steel, Taylor melakukan analisis tentang percobaan


penyekopan untuk mengangkat biji batubara dan biji besi. Satu skop penuh untuk biji
batu bara beratnya hanya 3,5 pound. Sedangkan satu skop penuh biji besi beratnya 38
pound. Dari kasus ini, Taylor menyimpulkan bahwa jenis skop yang sama tidak cocok
digunakan untuk semua pekerjaan. Untuk itu Taylor menugaskan dua orang untuk
melakukan pekerjaan penyekopan dangan ukuran skop yang bervariasi dari yang ber-
kapasitas kecil sampai besar. Setelah melakukan beberapa eksperimen dia temukan
bahwa skop dangan kapasitas 21,5 pounds merupakan bobot yang ideal. Produktivitas
penyekopan dapat ditingkatkan secara dramatis sehingga dalam periode 3,5 tahun
jumlah pekerja penyekopon dapat dikurangi dari 500 menjadi 140 tenaga kerja.

Hasil penelitian yang lainnya dari Taylor adalah penentuan metode untuk pengaturan
jam kerja yang optimum. Pada penelitian ini Taylor melakukan pemindahan besi
gumbal untuk menentukan metode pemindahan, kecepatan, waktu kerja dan waktu
istirahat optimal. Sebelum melakukan penelitian Taylor memilih pekeria dan diberi
pengarahan yang intinya bahwa penelitian yang dilakukan bukan untuk mengukur
kekuatan maksimum pekeria, tetapi untuk mengetahui seberapa besar tenaga yang
dikeluarkan oleh seorang pekerja agar dapat member hasil yang sebesar-besarnya.
Sebelum dilakukan penelitian pekeria yang dipilih dilatih terlebih dahulu agar
mempunyai keseragaman dalam melakukan pekerjaan. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa pekerjaan sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu bekerja, lamanya waktu
istirahat, dan frekuensi istirahat. Analisis spesifikasi dan kebutuhan kerja yang
dikembangkannya dikenal sebagai Work Assign or Method Study. Taylor juga dikenal
sebagai peiopor aktivitas yang sekarang dikenal dangan pengukuran kerja. AktAitas ini
ditekankan pada penentuan waktu baku dangan menggunakan jam henti bagi seorang
pekerja yang melakukan pekerjaan. Studi yang dilakukan Taylor pada dasarnya
ditekankan pada peningkatan efisiensi yang diterapkan pada tiap bagian. Peningkatan
efisiensi pekerjaan manual di tiap bagian dilakukan dangan mengeliminir gerakan yang
tidak bermanfat, gerakan yang lambat dan gerakan yang mengganggu. Pekerjaan
mekanik ditingkatkan dangan memanfaatkan peralatan bantu seperti jigs dan fixture.
Sistem yang dikembangkan Taylor dalam upaya peningkatan efisiensi kerja difokuskan
pada perbaikan metode kerja, mengurangi waktu kerja dan mengembangkan standar
kerja. Pada sisi lain, ide Taylor mengenai peningkatan efisiensi dan produktivitas di atas
tidak lepas dari perasaan khawatir, bahkan timbul kecaman dari perkumpulan tenaga
kerja Amerika yang menilai pendapat Taylor tersebut sebagai rencana serius untuk
mengurangi keterlibatan manusia yang digantikan dangan mesin.

Tokoh Teknik Industri lainnya adalah Frank B. Gilbreth yang lahir di Maine Fairfield 7
Juli 1868. Beliau memperkenalkan analisis gerakan yang disebut Micromotion Studies
pada pertemuan American Society of Mechanical Englneers (ASME). Pada mulanya ia
adalah seorang kontraktor bangunan yang berhasil di Amerika Serikat. Bersama
isterinya seorang Doktor di bidang psikologi, telah memperkuat peranan faktor manusia
pada konsep Teknik Industri. Gllbreth sangat berjasa dalam usaha memberi landasan
untuk mengidan tifikasi dan menganalisis gerakan-gerakan dasar manusia pada seat
melakukan kerja manual. Selain itu, Gllbreth banyak sekli memberi kesadaran bagi
manajemen arti pentingnya penyederhanaan di dalam perancangan, cara lain prosedur
kerja guna memperoleh cara kerja yang efektif din efisien. Berbeda dangan Tayior yang
lebih fokus pada aspek waktu, Gilberth lebih menekankan pada aspek metode kerja.

Salah satu penelitian yang dilakukan Gilberth didasari atas apa yang dilihatnya bahwa
dalam proses pembangunan, gerakan yang dilakukan para tukang batu sangat tidak
efektif. Untuk itu dia mengajukan konsep tentang gerakan-gerakan dasar yang di-
lakukan manusia dalam bekerja. Prosedur yang dilakukan adalah dangan membagi
pekerjaaan menjadi elemen-elemen gerakan dasar. Dalam penelitian tentang
pemasangan batu bata pada pekerjaan bangunan, Gilberth membuat analisis tentang
gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja, dan konsep yang diajukan akan memberikan
pengurangan jumlah gerakan dari 18 menjadi 5. Sebelum ini, tukang bata dalam kondisi
normal hanya dapat memasang 120 batu bata per jam per orang. Hasil inovasi Gilberth
inemberikan tingkat rata-rata pemasangan sebanyak 350 bata bata per jam per pekerja.
Tingkat kenaikan ini tidak diperoleh dangan mempercepat waktu pengerjaan, melainkan
dangan metode yang iebih efektif. Secara tradisional, cara pesangan bata bata dan
pengambilan batu Bata sering tidak konsisten. Pemasangan batu Bata dangan
pengambilan batu bata memaksa pekerja harus membungkukkan badan dan memutar
batu Bata untuk mencari sisi !erbaik. Batu bata ditempatkan pada kotak di mana tangga
untuk menempatkan kotak realitif tidak dapat disesuaikan, berbeda halnya dangan
usulan Gilberth di mana batu Bata dibawa ke suatu tempat yang disusun rapi yang
kesemuanya saling bersentuhan, pada suatu palet. Beliau mempertimbangkan bahwa
pengambilan satu batu bata akan diganti posisinya dangan batu Bata yang lain, dangan
cara satu dari dua bata didorong untuk menempati posisi batu bata yang terambil
sebelumnya pekerja mengambil batu bata lagi. Gilbreth berharap bahwa kepala tukang
batu bata dapat mengambil batu Bata dangan sangat efisien. Oleh karena itu, Beliau
dapat meminimkan biaya tenaga kerja dalam menyusun batu bata dari sebuah palet. Dia
kemudian menyediakan tangga yang dapat disesuaikan, lokasi yang tepat untuk batu
bata dan adukan semen, dan hasil inovasi merupakan kemajuan yang pesat dalam hal
produktivitas kerja.

Tokoh lain yang mengembangkan disiplin Teknik Industri ialah Henry Gantt yang
mengembangkan prosedur penjadualan rencana kerja dangan menggunakan peta balok
atau peta Gantt. .Ralph Barnes, Doctor Teknik Industri pertama dari Cornell Uniersity
tahun 1933. Karya beliau adalah buku klasik yaitu Motion end Time Study. H. B.
Maynard, G.J. Stegmerten dan S.M Loury (1927) menulis buku Motion and Time Study
dan menekankan pada pentingnya studi gerakan dan metode kerja yang baik. Pada tahun
1932, A.H, Mogenson mempublikasikan “Common Sense Applied to Time and Motion
Study” menfokuskan pada konsep studi gerakan dangan pendekatan penyederhanaan
kerja. Di samping tokoh-tokoh  tersebut di atas masih banyak pelopor-pelopor yang
dianggap berjasa dalam memberi landasan pengembangan Teknik Industri, seperti L.F.
Alford, Arthur C Anderson, W. Edward Deming, Eugene L. Grant, Roberth Hoxle,
Joseph Juran, titarvzn E. Mundel dan Walter She wart.
Tokoh Perkembangan Teknik Industri Frank Bunker Gilberth

Frank Bunker Gilbreth (7 Juli 1868 - 14 Juni 1924) adalah pembela awal manajemen
ilmiah dan perintis studi gerak, tapi mungkin paling dikenal sebagai ayah dan tokoh
sentral Cheaper by the Dozen.Frank B. Gilberth lahir di Maine Fairfield,7 Juli 1868. Dia
memperkenalkan analisis gerakan yang disebut Micromotion Studies pada pertemuan
American Society of Mechanical Engineers (ASME).

Pada mulanya ia adalah seorang kontraktor bangunan yang berhasil di Amerika Serikat.
Bersama istrinya Lilian Gilberth, seorang Doktor di bidang psikologi, telah memperkuat
peranan faktor manusia pada konsep teknik isndustri. Gilberth sangat berjasa dalam
upaya memberi landasan untuk mengidentifikasi dan menganalisis gerakan-gerakan
dasar manusia pada saat melakukan kerja manual. Selain itu,Gilberth banyak sekali
memberi kesadaran bagi manajemen arti pentingnya penyederhanaan di dalam
perancangan, cara dan prosedur kerja guna memperoleh cara kerja yang efektif dan
efisien. Berbeda dengan Taylor yang lebih fokus pada aspek waktu, Gilberth lebih
menekankan pada aspek metode kerja.

Frank Bunker Gilbreth adalah penganjur manajemen ilmiahdan perintis studi gerak
dan waktu. Ia juga terkenal sebagai bapak dan tokoh sentral dalam novel Cheaper by
the Dozen. Pendidikan Gilbreth hanya sampai sekolah menengah atas. Setelah bekerja
sebagai pekerja bangunan, ia menjadi kontraktor bangunan, dan berlanjut menjadi ahli
manajemen. Gilbreth kadang-kadang diundang sebagai dosen di Universitas Purdue
yang banyak menerbitkan karya ilmiah yang ditulisnya. Istrinya bernama Lillian Moller
Gilbreth yang dinikahinya tahun 1904. Pasangan suami istri ini memiliki 12 orang anak,
tapi seorang meninggal dunia ketika masih kanak-kanak. Kedua belas putra-putri
mereka adalah Anne, Mary (wafat tahun 1912), Ernestine, Martha, Frank Jr., William,
Lillian, Fred, Daniel, John, Robert, dan Jane. Gilbreth meninggal mendadak akibat
gagal jantung pada usia 55 tahun. Istrinya, Lillian sangat panjang umur, dan hidup
hingga usia 93 tahun.
Gilbreth menemukan bidang penelitian yang disukainya ketika masih bekerja sebagai
kontraktor bangunan. Pada waktu itu, ia mencari cara tercepat dan termudah untuk
mendirikan tembok dari batu bata. Bersama ilmuwan yang kemudian menjadi pasangan
hidupnya, Lillian Moller Gilbreth, ia meneliti kebiasaan kerja pegawai tingkat klerikal
dan manufaktur dalam usaha mencari cara meningkatkan hasil kerja dan membuat
pekerjaan mereka menjadi mudah. Bersama istrinya, ia mendirikan firma konsultasi
manajemen bernama Gilbreth, Inc.

Menurut Claude George (1968), Gilbreth mengurangi semua gerakan tangan menjadi
sejumlah 17 gerakan dasar, termasuk memegang, membawa, dan memegang untuk
memakai. Nama ke-17 gerakan dasar tersebut adalah therblig yang diambil dari
namanya sendiri ("Gilbreth") yang dieja terbalik. Dalam penelitiannya, ia menggunakan
kamera film untuk menghitung waktu tersingkat dalam melakukan sebuah gerakan.

Claude George menulis bahwa Frank dan Lillian Gilbreth adalah ilmuwan yang
mengajarkan manajer agar mempertanyakan semua aspek di tempat kerja, dan secara
terus menerus menerapkan metode yang lebih baik. Penekanan Frank dan Lillian
Gilbreth adalah pada satu cara terbaik ("one best way"). Metode therblig menjadi cikal
bakal perbaikan mutu kontinyu (CQI), dan penelitian pada abad ke-20 mengungkap
gerakan berulang-ulang sebagai penyebab cedera gerakan repetitif.

Gilbreth adalah orang pertama yang mengusulkan perawat kamar bedah bertugas
menyodorkan peralatan bedah kepada dokter bedah seperti halnya seorang "kedi"
(istilah yang digunakan Gilbreth). Gilbreth juga merancang teknik standar yang
digunakan angkatan bersenjata di seluruh dunia dalam mengajarkan cara membongkar
pasang senjata dengan cepat, termasuk dalam keadaan mata tertutup dan ruangan gelap
total. Sebagian orang menganggap inovasi yang dilakukan Gilbreth telah
menyelamatkan jutaan jiwa.

Walaupun penelitian Gilbreth sering dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan


Frederick Winslow Taylor, di antara keduanya terdapat perbedaan filosofi yang
mendasar. Taylorism identik dengan penggunaan stopwatch, dan Taylorisme pada
prinsipnya berhubungan dengan pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu proses. Di lain pihak, fokus penelitian Frank dan Lillian Gilbreth adalah proses
yang lebih efisien dengan mengurangi gerakan yang dibutuhkan. Dibandingkan dengan
Taylorisme yang mengutamakan keuntungan, prinsip Gilbreth lebih mengutamakan
kesejahteraan pekerja. Perbedaan mencolok di antara Taylorisme dan prinsip Gilbreth
menyebabkan perbedaan pendapat di antara pengikut Gilbreth dan Taylor.

Frank dan Lillian Gilbreth sering menggunakan keluarga besarnya sebagai hewan
percobaan. Kisah ini diangkat dalam novel Cheaper by the Dozen yang ditulis anaknya
yang bernama Frank Jr. dan Ernestine Gilbreth Carey. Buku Cheaper by the Dozen
mengilhami dua film berjudul sama. Salah satunya adalah film tahun 1950 yang
dibintangi Clifton Webb dan Myrna Loy. Pada tahun 2003, film berjudul sama
dibintangi Steve Martin dan Bonnie Hunt. Walaupun sama-sama mengisahkan keluarga
beranak dua belas, cerita dalam film yang dibintangi Steve Martin tidak berhubungan
dengan cerita dalam novel. Kisah lanjutan berjudul Belles on Their Toes diterbitkan
tahun 1950. Isinya mengisahkan perjalanan hidup keluarga Gilbreth setelah Frank
Gilbreth meninggal dunia pada tahun 1924. Frank Jr kembali menulis novel
lanjutannya, Time Out For Happiness yang terbit tahun 1971, dan sekarang sudah habis
dan tidak dicetak lagi.

Anda mungkin juga menyukai