Buku Panduan Pembuatan Embung PDF
Buku Panduan Pembuatan Embung PDF
PENGARAH
PENYUSUN
EDITOR
KATA PENGANTAR
Dalam buku Panduan ini dibahas perihal pembuatan embung yang umumnya dijumpai di
perdesaan. Embung adalah bangunan yang berfungsi menyimpan air hujan dalam suatu
kolam dan kemudian dioperasikan selama musim kering untuk berbagai kebutuhan air suatu
desa, yaitu rumah tangga, hewan ternak, kebun, dan lain-lain. Embung juga merupakan
tampungan air atau cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran
air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait.
Materi dalam Buku Panduan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Puslitbang Sumber Daya Air di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Namun demikian kami tetap
mengharapkan masukan dari pihak terkait untuk menyempurnakan buku panduan ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
2.2. Pemetaan
Pemetaan situasi dan penyelidikan geoteknik dilakukan setelah ditentukan lokasi embung
yang sesuai dengan kriteria penentuan lokasi. Hal yang harus diperhatikan pada waktu
pemetaan situasi adalah sebagai berikut:
a. Pemetaan dilakukan meliputi seluruh daerah tadah hujan dan lokasi embung.
b. Skala peta yang dihasilkan minimal 1:1000 dengan perbedaan kontur maksimum 1
meter.
2.3.1. Umum
Penyelidikan geoteknik dapat dilakukan secara sederhana, misalnya dengan melakukan
pemboran tangan, pembuatan sumur uji atau parit uji sesuai kebutuhan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyelidikan geoteknik bertujuan untuk menilai karakteristik fondasi, bahan bangunan
(quary) dan dinding kolam embung.
b. Jika daerah embung berupa tanah maka harus dilakukan pengambilan sampel dan
diuji di laboratorium. Pengujian yang harus dilakukan mencakup kadar air asli (bila
lempung), distribusi butir, batas konsistensi atterberg dan pemadatan proctor.
c. Jika daerah embung berupa batu maka perlu pengamatan struktur batuan untuk
menilai sifat lulus air dan stabilitasnya bila digali.
d. Penyelidikan geoteknik secara rinci dapat mengacu pada :
- Pd T-03.1-2005-A, Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air –
Volume I: Penyusunan program penyelidikan, metode pengeboran dan deskripsi
logbor
- Pd T-03.2-2005-A, Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air –
Volume I: Pengujian lapangan dan laboratorium
- Pd T-03.3-2005-A, Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air –
Volume I: Interpretasi hasil uji dan penyusunan laporan penyelidikan geoteknik
Penyelidikan geoteknik tersebut bertujuan untuk membuat desain fondasi embung, bahan
bangunan dan kolam embung.
Tanah juga mempunyai kuat geser rendah, sehingga bangunan di atasnya berpotensi rusak
karena longsor. Bangunan yang cocok untuk fondasi tanah adalah tipe urugan. Jika lapisan
tanah tidak terlalu tebal, sebaiknya lapisan tersebut digali habis sampai dengan lapisan batu.
Kerikil 50% atau lebih fraksi pasir dengan sedikit atau tanpa bahan
halus
Kerikil bersih
GP Kerikil bergradasi jelek, campuran kerikil-
pasir, dengan sedikit/tanpa bahan halus
GM Kerikil lanauan, campuran kerikil-pasir-
lanau yang agak kasar
pada saringan no.200
atau kurang
Arti simbol :
G = kerikil S = pasir
C = lempung M = lanau
O = organik Pt = Gambut
W = bergradasi baik P = bergradasi jelek
H = batas cair tinggi L = batas cair rendah
IV Lanau 0.10 10-25 20-50 10-40 (2) IP > 15 (5) Material dengan (4) Mungkin
inor- ketaha-nan D50> 0.02 mm runtuh akibat
ganik tinggi dan IP<15 peretakan
dan ketenta-nan nya atau erosi
lempung paling tinggi buluh hanya
berplastis bila ada
i-tas kombinasi
rendah kondisi luar
sampai biasa.
sedang
V Lempung 0.02 25-40 40 30 (1) Tahan erosi (6) Tipis kemung- (6) Kemungkinan
inorganik buluh. kinan retak. retak oleh
berplastis Ketahan-an Penurunan purna erosi buluh
i-tas tidak banyak – konst-ruksi maupun
tinggi menurun oleh tinggi tetapi peretakan
pemadatan kemam-puan paling kecil.
yang kurang berubah
memadai bentuknya
analisis hidrologi menghasilkan besaran kebutuhan air, ketersediaan air dan debit banjir
rencana. Kebutuhan air desain dihitung berdasarkan beberapa faktor diantaranya:
a. Jumlah KK (kepala keluarga) yang membutuhkan air, kebutuhan air untuk hewan,
kebun, dan irigasi.
b. Ruangan untuk sedimen.
Sedangkan untuk ketersediaan air harus dapat dihitung berdasarkan potensi air yang akan
mengisi embung dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika tersedia data debit pada cekungan tempat embung akan dibuat, maka perhitungan
mengacu pada SNI 6738:2015, Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi
debit.
b. Jika hanya tersedia data hujan maka menggunakan analisis hujan-debit limpasan
misalnya menggunakan metode NRECA atau FJ. Mock.
Setelah itu bandingkan antara besar tampungan, kebutuhan air dan ketersediaan air. Dari
ketiganya dipilih yang paling kecil sebagai kapasitas desain kolam embung.
Analisis hidrologi untuk perencanaan embung, meliputi tiga hal, yaitu :
a. Aliran masuk (inflow) yang mengisi embung
b. Tampungan embung
c. Banjir desain untuk menentukan kapasitas dan dimensi bangunan pelimpah (spillway).
Untuk mengjitung semua besaran tersebut di atas, lokasi dari rencana embung harus
ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan supaya penetapan dari hujan rata-
rata dan evapotranspirasi (penguapan peluh) – yang tergantung dari lokasi – dapat
ditentukan. Luas daerah tadah hujan atau cekungan harus sudah dihitung. Luas genangan
embung harus diperkirakan dan elevasi dasar alur di tempat embung serta elevasi tertinggi
di daerah cekungan juga harus ditentukan.
Cekungan relatif kecil menyebkan luas daerah tadah hujan diperhitungkan efektif yaitu
dikurangi terlebih dahulu dengan luas genangan embung. Contoh perhitungan berdasarkan
SNI 6738:2015 dapat dilihat pada Lampiran A.
2.5. Penentuan tata letak
Hasil penyelidikan geoteknik digunakan untuk menentukan tata letak embung secara tentatif
yang kemudian diatur kembali dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Tubuh embung ditempatkan pada lembah yang paling sempit dengan arah sumbu
sedemikian agar panjang tubuh embung lebih pendek.
b. Fondasi embung diutamakan berupa batu dibandingkan tanah tebal.
c. Pelimpah ditempatkan terpisah dengan tubuh embung dan dipilih celah bukit (saddle)
pada dinding embung agar galian tidak banyak. Topografi diutamakan yang agak
landai dan fondasi berupa batu untuk mengurangi resiko kerusakan akibat erosi.
d. Pipa sadap ditempatkan pada fondasi batu di bukit tumpu yang ada di sisi kiri atau
kanan lembah tergantung pada lokasi desa yang akan memanfaatkan air.
e. Tentukan besar tampungan dan tinggi tubuh embung berdasarkan topografi yang ada.
Gambar 2. Urugan homogen, material utama lempung di atas fondasi kedap air
Gambar 3. Tubuh embung tipe urugan homogen dengan dinding halang dan
selimut di kolam waduk
Gambar 5. Urugan batu, dengan inti diafragma (tanpa dan dengan selimut)
c. Pasangan batu/beton
Apabila fondasi tubuh embung terdiri dari satuan batu, maka tubuh embung dapat dibuat dari
pasangan batu atau beton.
Pada lembah yang sempit dan curam, berbentuk V, tubuh ebung tipe ini umumnya didesain
menjadi satu dengan bangunan pelimpah yang terbuat dari material yang sama.
Agar keamanan terhadap stabilitas dapat terpenuhi maka tubuh embung didesain berbentuk
“graviti”, sehingga stabilitasnya dapat diperoleh dari berat strukturnya sendiri. Tubuh embung
bagian hilir didesain dengan kemiringan tidak lebih curam dari IH:IV, sedang tingginya
maksimum diambil 7 m dari galian fondasi.
Bangunan pelimpah yang menjadi satu dengan tubuh embung dapat berbentuk ogee dan
peredam energi USBR tipe I.
d. Komposit
Tipe komposit dibangun pada fondasi yang terdiri dari satuan batu, dengan lembah yang
cukup panjang. Bangunan pelimpah dibangun menjadi satu dengan tubuh embung.
Bangunan pelimpah didesain sebagai pelimpah dari pasangan batu atau beton, sedang
tubuh embung dibangun dari kiri kanan pelimpah yang dapat didesain sebagai urugan
homogen atau urugan majemuk.
Desain dari pelimpah pasangan batu atau beton dapat dilihat pada subpasal 2.7. Yang perlu
diperhatikan di sini yaitu hubungan antara pelimpah dengan urugan tubuh embung, karena
bagian kontak ini merupakan tempat yang kritis terhadap rembesan. Di bidang kontak antara
pasangan batu/beton dengan urugan inti perlu diberi tanah lempung yang sangat plastik dan
dipadatkan dalam keadaan basah.
2.6.2 Dinding halang (cut-off)
Apabila fondasi tubuh embung terdiri dari material tanah yang lulus air di bagian atas,
sedangkan material yang kedap air terletak cukup dalam di bawahnya, maka rembesan
harus dikurangi agar tidak terjadi proses erosi buluh maupun kehilangan air yang cukup
besar. Umumnya diperlukan dinding halang untuk menghubungkan lapisan kedap air di
fondasi dengan zona kedap air dari urugan tubuh embung.
Dinging halang dibangun pada paritan yang digalisejajar sumbu urugan hingga mencapai
lapisan fondasi kedap air, dan dibuat dari lembah sampai pada kedua bukit tumpu. Lebar
dasar paritan minimum 1,5 m dengan kemiringan galian lereng tidak boleh lebih curam dari
1H:1V. paritan diisi dengan lapisan urugan kedap air dari lempung yang dipadatkan pada
kondisi kadar air cukup tinggi (basah).
Apabila puncak urugan akan digunakan untuk lalu lintas umum, maka di kiri dan kanan
badan jalan diberi bahu jalan masing-masing selebar 1,00 m.
Sedangkan puncak tubuh embung tipe pasangan/beton tidak disarankan untuk lalu lintas
karena biaya konstruksi akan menjadi terlalu mahal.
2.6.4 Kemiringan lereng urugan
Kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap longsoran.
Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai. Kestabilan
urugan harus diperhitungkan terhadap surut cepat muka air kolam, dan rembesan
langgeng,s erta harus tahan terhadap gempa. Dengan mempertimbangkan hal di atas dan
mengambil koefisien gempa sebesar 0,18 g diperoleh kemiringan urugan yang disarankan
seperti Tabel 4. Stabilitasnya dihitung dengan menggunakan metode Bishop, Morgenstern,
Jambu atau Spencer sedangkan parameter urugannya diperoleh dengan pengujian di
laboratorium.
(1)
Keterangan :
Hd adalah tinggi tubuh embung desain (m)
Hk adalah tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m)
Hb adalah tinggi tampungan banjir (m)
Hf adalah tinggi jagaan (m), tabel 5
Pada tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara praktis
dapat diambil sebesar 0,25 m. Cadangan penurunan ini perlu ditambahkan pada puncak
embung di bagian lembah terdalam. Untuk tubuh embung tipe pasangan beton hal ini tidak
diperlukan.
Selimut kedap air hanya akan diterapkan pada tanah atau satuan batu lulus air. Sedang
pada tanah atau satuan batu dengan klasifikasi semi lulus air, selimut kedap air diperukan
apabila kehilangan air dari kolam dipandang cukup besar dibandingkan dengan daya
tampung embung. Untuk satuan tanah atau baru yang kedap air selimut secara praktis tidak
diperlukan.
Apabila sifat lulus air fondasi tubuh embung, dasar dan dinding kolam embung merata, maka
selimut kedap air harus dipasang menutup selurug bagian kolamsampai setinggi elevasi
pelimpah dan dihubungkan dengan bagian tubuh embung yang kedap air. Tetapi bila sifar
lulus air tersebut tidak merata, terdapat di bagian tertentu, maka selimut cukup dipasang di
bagian yang lulus air.
Jenis atau tipe selimut yang akan diterapkan tergantung dari macam material/bahan alami
yang tersedia di tempat. Apabila bahan alami tidak tersedia di tempat dapat dipakai bahan
substitusi (buatan), namun bahan ini mahal. Berbagai bahan selimut kedap air antara lain:
selimut lempung, semen-tanah, dan membran sintetik.
atau semen-tanah. Beberapa jenis membran fleksibel yang terbuat dar polythylene
(misal : geomembrane) dapat dipasang terbuka terhadap sinar matahari maupun cuaca
sehingga tidak diperlukan pelindung. Selimut polythylene jauh lebih murah daripada
selimut butyl rubber.
Daerah yang akan diberi selimut kedap air harus dibersihkan dair tanaman dan akar-
akarnya, batu-batu tajam, dan obyek lain yang dapat merusak atau merobek membran.
Seluruh tebing galian, dan urugan di tempat yang akan diberi lapisan membran harus
mempunyai kemiringan yang seragan dan tidak boleh lebih curam dari 1V:1H untuk
lapisan membran yang terbuka dan 1V:3H untuk lapisan membran yang diberi sistem
pelindung. Kemiringan yang landai diperlukan untuk mencegah terjadinya longsoran
pada sistem pelindung.
Sebelum selimut sintetik dipasang, maka tempat-tempat yang akan diberi lapisan ini
harus dipasang jarigan drainase dan dibiarkan kering sampau permukaannya cukup
padat agar dapat menahan tekanan dari peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan.
2.7. Pelimpah
2.7.1 Pelimpah tipe saluran terbuka
a. Struktur
Pelimpah tipe saluran terbuka dipilih jika tubuh embung bertipe urugan dan pelimpah harus
diletakkan terpisah dengan tubuh embung. Pelimpah ini digunakan dengan pertimbangan
lebih murah karena digali pada satuan tanah atau satuan batu di bukit tumpu. Tempat
pelimpah dipilih pada tempat di mana alirannya tidak akan menyebabkan erosi pada kaki hilir
tubuh embung. Bagian saluran pemasukan pelimpah dapat dibuat datar ataupun dengan
kemiringan yang cukup landai. Air dari kolam mengalir bebas ke bagian hilirnya mengikuti
kemiringan yang tersedia. Sebagai patokan tetap bagi ketinggian dasar pelimpah, perlu
dibuat lantai dari pasangan batu/beton selebar 0,50 m sampai dengan 1,00 m di udik saluran
pemasukan.
Pelimpah yang digali pada satuan tanah perlu diberi pelindung terhadap erosi dengan
penanaman rumput, namun apabila terpaksa dapat dibuat lapisan pasangan batu/beton.
Sedangkan pada pelimpah batu pelindung, tersebut tidak diperlukan. Rumput pelindung
erosi dapat digunakan rumput yang tumbuh rendah untuk saluran penghantar atau saluran
dengan kemiringan landai, sedangkan rumput yang tumbuh tinggi (rumput gajah) dapat
dipakai pada saluran dengan kemiringan curam/besar, dimana keadaan air sangat kritis.
Kemiringan tebing saluran harus dibuat dengan mempertimbangkan kondisi geoteknik
setempat. Galian pada satuan tanah dapat digali dengan kemiringan 1:1 untuk tinggi
maksimum 2 m. Denah dan potongan tipikal dari pelimpah tipe saluran terbuka dapat dilihat
pada Gambar 6.
b. Hidraulik
1. Kriteria
Desain dari pelimpah tipe saluran terbuka perlu memperhatikan kriteria seperti tabel 6:
Keterangan:
Q adalah puncak banjir desain yang melalui pelimpah (m 3/d)
V adalah kecepatan aliran (m/d)
A adalah potongan melintang basah (m 2)
n adalah koefisien kekasaran Manning (lihat tabel 19)
P adalah perimeter basah (m)
R adalah jari-jari hidraulik (m), R = A/P
S adalah kemiringan saluran
Dimensi saluran pelimpah untuk berbagai debit, lebar saluran, dan kemiringan dasar pada
pelimpah tanah yang dilindungi dengan rumput menurut kriteria di atas terihat seperti pada
Gambar 7 dan untuk pelimpah yang digali pada satuan batu, dimensi saluran terlihat seperti
pada Gambar 8.
Ambang lebar pada mercu pelimpah dimaksudkan agar dapat digunakan untuk pejalan kaki
dan sekaligus lebih menstabilkan bangunan. Bentuk tipikal dari pelimpah tipe ini dapat dilihat
pada Gambar 9. Fondasi bangunan ini harus ditempatkan pada satuan batu yang segar,
dengan galian minim al sedalam 1 m.
Hubungan antara tinggi air di atas mercu pelimpah (H), debit aliran (Q), dan lebar mercu
pelimpah (B) dapat dilihat pada Tabel 8. Perhitungan debit banjir rencana dapat juga
mengacu pada SNI 2415:2016, Tata cara perhitungan debit banjir rencana.
Tabel 8. Hubungan tinggi air kolam di atas mercu pelimpah “ogee”, debit, dan lebar
pelimpah
Tinggi air kolam embung di atas mercu pelimpah
H (m)
Lebar
Debit Aliran
Mercu
Q (m3/det)
B (m)
10 15 20 25 30 35 40 50
2
3
5 1.07
6 0.95
7 0.86
8 0.78 1.03
9 0.72 0.95
10 0.68 0.89 1.07
12 0.78 0.95
14 0.71 0.86 0.99
16 0.78 0.91 1.03
18 0.72 0.84 0.95 1.05
20 0.68 0.78 0.89 0.98 1.07 1.24
22 0.74 0.83 0.92 1.01 1.17
24 0.69 0.73 0.87 0.95 1.10
26 0.74 0.82 0.90 1.05
28 0.71 0.78 0.86 0.99
30 0.75 0.82 0.95
32 0.72 0.78 0.91
34 0.69 0.75 0.87
36 0.72 0.84
38 0.70 0.81
40 0.78
42 0.76
44 0.74
√ [ ] √ (6)
(7)
√
b) Nilai Froude
(8)
√
Panjang kolam peredam energi dapat diperoleh dengan menggunakan grafik yang
menggambarkan hubungan antara nilai Froude dan ratio L dan d 1 seperti terlihat pada
Gambar 10. (sumber:USBR)
Gambar 10. Grafik hubungan nilai fraude dengan ratio panjang kolam peredam
enersi L dan d1. (Sumber : USBR)
Gambar 11. Grafik hubungan debit (Q), tinggi mercu (D), lebar mercu (B), dan
panjang peredam energi (L)
Gambar 12. Grafik hubungan antara debit (Q) dan tinggi mercu (D)
Gambar 13. Grafik hubungan antara debit dan kehilangan tekanan setiap m/100
m panjang pipa. Tipe pipa SDR 17
Gambar 14. Grafik hubungan antara debit dan kehilangan tekanan setiap m/100
m panjang pipa. Tipe pipa SDR 21
Gambar 15. Grafik hubungan antara debit dengan kehilangan tekanan setiap
m/100 m panjang pipa. Tipe pipa SDR 26.
Keterangan :
Hs adalah sisa tekanan (m)
Ew adalah tinggi (elevasi) muka air minimum di kolam (m)
Ed adalah tinggi (elevasi) air di pipa distribusi terendah (m)
Ht adalah total kehilangan tekanan (m)
2.8.1.2 hilangan tinggi tekanan
Kehilangan tekanan pada aliran dalam pipa berasal dari :
a) Kehilangan tekanan pada pemasukan dihitung dengan rumus berikut:
(11)
Keterangan:
hi adalah kehilangan tekanan pada pemasukan (m)
0,50 adalah faktor kehilangan tekanan
V adalah kecepatan aliran pada pipa (m/d)
g adalah gravitasi (10 m/d2)
b) Kehilangan tekanan pada lengkungan/belokan
(12)
Keterangan:
hl adalah kehilangan tekanan pada lengkungan (m)
f1 adalah faktor kehilangan tekanan pada lengkung/belokan, tergantung dari sudut
lengkungan, lihat Tabel 9
V adalah kecepatan aliran pada pipa (m/d)
g adalah gravitasi (10 m/d2)
Keterangan:
hs adalah kehilangan tekanan pada sambungan pipa (m)
Vt adalah kecepatan aliran yang tinggi pada pipa (m/d)
Vr adalah kecepatan aliran yang rendah pada pipa (m/d)
g adalah gravitasi (10 m/d2)
Keterangan:
hg adalah kehilangan tekanan akibat geseran (m)
f adalah koefisien kekasaran pipa
D adalah diameter pipa (m)
L adalah panjang pipa (m)
V adalah kecepatan aliran dalam pipa (m/d)
g adalah gravitasi (10 m/d2)
untuk pipa sintetik, kehilangan tekanan setiap 100 m panjang pipa akibat geseran dapat
dilihat pada Gambar 13, Gambar 14 dan Gambar 15. Grafik tersebut menggambarkan
hubungan antara debit dan kehilangan tekanan untuk pipa sintetik dengan diameter 1¼”,
1½”, 2”, 2½ , dengan rasio dimensi standar SDR 17, 21, dan 26.
(15)
Di hilir tubuh embung, sebagai pipa distribusi ke bak-bak penampung akan digunakan pipa
polythylene dengan diameter 1½”. Pipa ini ditanam sepanjang jalurnya pada paritan sedalam
minimal 0,60 m untuk menghindari perusakan oleh manusia atau erosi alami. Paritan
ditimbun kembali dengan tanah yang dipadatkan per lapis menggunakan alat pemadat yang
digerakkan secara manual.
2.8.1.4 Bak distribusi
Untuk mendistribusikan air dari embung kepada pemakainya diperlukan bak-bak distribusi
yang dibagi dalam tiga macam, yaitu bak untuk keperluan manusia, bak air untuk minum
hewan, dan bak air untuk ladang atau kebun.
Bak-bak tersebut harus ditempatkan sesuai dengan fungsinya yaitu di tengah permukiman
untuk bak manusia, di sekitar daerah penggembalaan ternak untuk bak hewan, dan di
daerah sekitar ladang atau kebun untuk bak kebun.
Struktur bak dapat dibuat dari beton atau pasangan batu atau bata dengan plesteran kedap
air.
a. Bak untuk keperluan manusia
Bak ini digunakan untuk penyediaan air bagi manusia untuk keperluan air minum,
mandi, dan mencuci.
Sebaiknya bak manusia ditempatkan di tengah lokasi permukiman sehingga jarak yang
ditempuh penduduk untuk mengambil air tidak terlalu jauh atau tidak melebihi 500 m.
Bak terbuat dari beton atau pasangan batu dengan ukuran 1,00 x 2,00 m yang dibagi
menjadi dua bagian. Satu bagian berukuran 1,00 x 0,80 m yang diisi dengan perlapisan
saringan pasir lambat dan bagian kedua berukuran 1,00 x 1,20 m berisi air yang telah
disaring. Contoj gambar standar dari bak manusia dapat dilihat pada gambar 16.
Instalasi saringan pasir lambat dapat menggunakan SNI 03-3982-1995 yang
direncanakan menggunakan SNI 3981:2008. Untuk standar ini tinggi bak minimal 1,50 m
dengan rincian tebal sebagai berikut:
1. Tinggi bebas 0,20 m
2. Tinggi air di atas media pasir 0,30 m
3. Tebal pasir penyaring 0,40 m
4. Tebal kerikil penahan 0,20 m
5. Drain bawah 0,25 m
Pipa pemasukan air ke bak saringan pasir lambat dilengkapi dengan klep penutup
dengan pelampung sehingga bila muka air telah mencapai elevasi yang ditentukan, air
berhenti mengalir secara otomatik. Kran air manual sebaiknya tetap dipasang di udik
kran otomatik sebagai cadangan. Pipa pada bak ini digunakan pipa bergalvanis dengan
diameter 1”. Kran penyadap air dari bak sebaiknya menggunakan kran yang berkualitas
tinggi untuk menghindari penggantian akibat kerusakan yang terlalu sering pada masa
pemeliharaan.
Bak tambahan dapat dibangun pula apabila dirasakan perlu oleh penduduk setempat.
Perlu diperhatikan pula bahwa tempat bak harus cukup terbuka, mempunyai ruangan
yang cukup luas bagi penduduk, memperhatikan pula pembuatan drainase nya.
KEBUN
Gambar 20. Grafik hubungan antara debit dan kehilangan tekanan setiap m/100
m panjang pipa. Tipe pipa SDR 21
h1
h2
batuan
batuan
Wu Ywh2
½ ξ (h1 – h2) Yw .
GambarGambar
6.4 24.
Gaya angkat
Grafik untuk bangunan
hubungan yang
antara debit dibangun
dengan pada pondasi
kehilangan tekananbuatan
setiap
m/100 m panjang pipa. Tipe pipa SDR 26.
biasanya cukup
Dalam metode diplot
analog dengan
listrik, aliran tangan saja.
air melalui fondasi dibandingkan dengan aliran listrik
melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya voltase sesuai dengan tinggi piezometrik,
Contoh
daya-antarjaringan aliran di
dengan kelulusan bawah
tanah bendung
dan aliran pelimpah
listrik dengan diberikan
kecepatan air (lihatpada Gambar
Gambar 25)
Untuk pembuatan jaringan aliran bagi bangunan utama yang dijelaskan disini, biasanya
6.6.
cukup diplot dengan tangan saja. Contoh jaringan aliran di bawah bendung pelimpah
diberikan pada Gambar 26.
+ -
pengukuran volt
garis-garis
ekuipotensial
medan listrik
H
garis-garis
ekuipotensial garis-garis aliran
Gambar
Gambar6.626. Contoh
Contoh jaringan aliran
jaringan di bawah
aliran dam pasangan
di bawah batu pada
dam pasangan pasir
batu pada pasir
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal memiliki daya tahan
terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan bidang vertikal.
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal
Ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah bendung dengan cara
membagimemiliki daya energi
beda tinggi tahan pada
terhadap aliran
bendung (rembesan)
sesuai 3 kali relatif
dengan panjang lebih di
lemah
sepanjang
dibandingkan dengan bidang vertikal.
fondasasi.
Ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan kePerencanaan Bangunan 140
atas di bawah bendung
dengan cara membagi beda tinggi energi pada bendung sesuai dengan
panjang relatif di sepanjang pondasi.
Hx 1 H
H 4 5
2 3 6 14
7
8 9 hx
x h
10 11
12 13
Lx
1 23 4 5 67 89 10 11 12 13 14
Qx h
(10-11)/3
(4-5)/3
H
(6-7)/3 (8-9)/3 (12-13)/3
(2-3)/3
Px=Hx - Lx . H
L
Dalam
Gaya angkat bentuk
pada titik xrumus, ini berarti
di sepanjang bahwa
dasar gaya angkat
bendung pada titik x di
dapat dirumuskan sepanjang
sebagai berikut:
dasar bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:
KEMENTERIAN PEKERJAANLUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 41
x
Px = Hx - ΔH
L
di mana:
Panduan Pembuatan Embung
(17)
dengan
Px adalah gaya angkat pada x, kg/m 2
L adalah panjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah, m
Lx adalah jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x, m
ΔH adalah beda tinggi energi, m
Hx adalah tinggi energi di hulu bendung, m
L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane, bergantung kepada arah
bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 45 0 atau lebih terhadap bidang horisontal,
dianggap vertikal.
2.9.2. Tekanan Lumpur
Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap pintu dapat
dihitung sebagai berikut:
( ) (18)
dengan
Ps adalah gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman adri atas lumpur yang bekerja secara
horisontal
τs adalah berat lumpur, kN
h adalah dalamnya lumpur, m
adalah sudut gesekan dalam, derajat.
Beberapa asumsi dapat dibuat seperti berikut:
( ) (19)
dengan
τs’ adalah berat volume kering tanah ≈ 16 kN/m 3 (≈ 1.600 kgf/m3)
λ adalah berat volume butir = 2,65
menghasilkan τs = 10 kN/m 3 (≈ 1.000 kgf/m3)
Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 300 untuk kebanyakan hal, menghasilkan:
Ps = 1,67 h2
2.9.3. Gaya gempa
Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian Parameter Bangunan. Harga-harga
tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menujukkan berbagai daerah dan risiko.
Faktor minimum yang akan dipertimbangkan adalah 0,1g sebagai harga percepatan. Faktor
ini hendaknya dipertimbangkan dengan cara mengalikannya dengan massa bangunan
sebagai gaya horisontal menuju ke arah yang paling tidak aman, yakni arah hilir seperti
Persamaan 19.
(20)
dengan
adalah gaya gempa,
W1
W2
W3
R
(W)
P1
(P)
U' U
P2
Pusat Grafitasi
9 1 2
p'' 3
e
7
p'
4 5
6
z
y m'' m' 8
dengan m’ = m” = 1⁄2 l
∑
{ } (24)
Jika e > 1/6 (lihat Gambar 27) maka akan dihasilkan tekanan negatif pada ujung bangunan.
Biasanya tarikan tidak diijinkan dan memerlukan irisan yang mempunyai dasar segi empat
sehingga resultante untuk semua kondisi pembebanan jatuh pada daerah inti.
2.9.6. Ketahanan terhadap gelincir
Ketahanan terhadap gelincir (sliding) harus diperhitungkan terutama pada bagian-bagian
sebagai berikut:
a. Sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas fondasi,
b. Sepanjang fondasi,
c. Sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam fondasi.
Tangen θ adalah sudut antara garis vertikal dan resultante semua gaya, termasuk gaya
angkat, yang bekerja pada bangunan air di atas semua bidang horisontal, harus kurang dari
koefisien gesekan yang diizinkan pada bidang tersebut.
∑
∑
(25)
dengan
∑ adalah keseluruhan gaya horizontal yang bekerja pada bangunan, kN
∑ adalah keseluruhan gaya vertikal (V), dikurangi gaya tekan ke atas yang bekerja
pada bangunan, kN
adalah sudut resultante semua gaya, terhadap garis vertikal, derajat
adalah koefisien gesekan
adalah faktor keamanan
Wx
dx
x px
Gambar 6.9 Tebal lantai kolam olak 29. Tebal lantai kolam olak
Gambar
2.9.8. Ketahanan terhadap erosi bawah tanah (piping)
Bangunan utama seperti bendung, bendung gerak atau tubuh embung harus dicek
6.5.3 Stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping)
stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian
Bangunan-bangunan utamahilirseperti
(heave) atau rekahnya pangkal bendung dan bendung gerak harus dicek
bangunan.
Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dianjurkan dicek dengan jalan membuat jaringan
stabilitasnya terhadap
aliran/flownet (lihat erosi bawah
pasal 2.9.1). tanah
Dalam hal dankesulitan
ditemui bahayaberupa
runtuh akibat naiknya
keterbatasan waktu
pengerjaan dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk menganalisa jaringan aliran, maka
dasar galian (heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan.
perhitungan dengan beberapa metode empiris dapat diterapkan, seperti:
Bahaya terjadinya
- Metode Bligh erosi bawah tanah dapat dianjurkan dicek dengan jalan
- Metode Lane
membuat jaringan aliran/flownet (lihat pasal 6.4.2). Dalam hal ditemui
- Metode Koshia.
kesulitan berupa
Metode Lane keterbatasan
atau metode waktu
angka rembesan Lanepengerjaan dan
(weighted creep ratiotidak tersedianya
method) dianjurkan
untuk menganalisa erosi bawah tanah pada bangunan utama. Metode ini memberikan hasil
perangkat
yang aman lunak untuk dipakai.
dan mudah menganalisa jaringan aliran, maka
Untuk bangunan-bangunan yangperhitungan dengan
relatif kecil, metode-
beberapa
metode lainmetode
mungkinempiris dapat diterapkan,
dapat memberikan hasil-hasil seperti:
yang lebih baik, tetapi penggunaannya
lebih sulit.
Metode Lane diilustrasikan pada Gambar 30 dan memanfaatkan Tabel 12. Metode ini
Kriteria Perencanaan
membandingkan – Bangunan
panjang Utama
jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang bidang kontak
bangunan/fondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan.
Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45 0 dianggap vertikal dan
yang kurang dari 450 dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal.
Oleh karena itu, rumusnya adalah:
∑ ⁄ ∑
(28)
dengan
adalah angka rembesan Lane
∑ adalah jumlah panjang vertikal, m
∑ adalah jumlah panjang horisontal, m
adalah beda tinggi muka air, m Perencanaan Bangunan 150
B C E F
G H
BC EF GH
3 CD DE 3 FG 3
AB
dengan
adalah faktor keamanan
adalah kedalaman tanah, m
adalah tebal lapisan pelindung, m
adalah tekanan air pada kedalaman s, kg/m 2
Gambar 30 memberikan penjelasan simbol-simbol yang digunakan. Tekanan air pada titik C
dapat ditemukan dari jaringan aliran atau garis angka rembesan Lane. Rumus di atas
mengandaikan bahwa volume tanah di bawah air dapat diambil 1 (τw =τs = 1). Berat volume
Perencanaan2.Bangunan 152
bahan lindung di bawah air adalah 1. Harga keamanan S sekurang-kurangnya
hy
bendung
K a
M
y
S
hs
(i) Kekerasan Tes abrasi dengan beban 1 kg pada putaran 1000 kali
Panduan Pembuatan Embung
alat berat.
b. Pekerjaan seperti:
1) Galian tanah bahan urugan di borrow area,
2) Penghamparan dan penyiraman bahan urugan,
3) Galian fondasi tubuh embung,
4) Galian kolam embung, dan
5) Galian saluran pelimpah.
Dapat dikerjakan baik dengan alat berat atau tenaga manusia.
c. Pekerjaan lain yaitu pemasangan jaringan pipa pasok air, bak air, gebalan rumput,
3) Backhoe
Jumlah : 1 buah dengan alat penggerak roda ban
Kapasitas : Bucket ½ - 1 m3
Penggunaan : Penggalian tanah yang terletak di bawah tempat kedudukan
backhoe. Selain itu juga dapat digunakan untuk memuat hasil galian
ke dalam truck.
4) Dump Truck
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 7 ton
Penggunaan : Transportasi material yang akan digunakan untuk konstruksi dan
bahan buangan.
6) Sheepfoot Roller
Jumlah : 1 buah dengan alat penarik beroda ban
Kapasitas : 8 - 10 ton termasuk ballast
Penggunaan : Alat pemadat material berlempung.
7) Tandem Roller
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 8-10 ton termasuk ballast
Penggunaan : Alat pemadat berbutir kasar.
a) Bersihkan tempat penambangan bahan urugan (borrow area) dari bahan organik,
dengan mengupas permukaannya,
b) Gali dan kemudian angkutlah bahan urugan ketempat tubuh embung dan tumpahkan
bahan di atas tanah yang telah dipadatkan terlebih dahulu,
c) Hamparkan tanah bahan urugan menjadi rata (lapisan) dengan ketebalan 25 cm, di
atas lapisan tanah yang telah dipadatkan lebih dulu,
d) Siram lapisan tanah butir (c) dengan air secukupnya, bila keadaannya terlalu kering,
sampai tanah tersebut dapat dikepal dengan tangan tanpa terurai tapi tidak terlalu
lunak,
e) Gilaslah lapisan tanah dengan alat pemadat yang sesuai sehingga tebalnya berkurang
dari 25 cm menjadi 15 cm yang dapat dicapai kira-kira 6-8 kali lintasan.
f) Ulangi pekerjaan (b), (c), (d), dan (e) hingga urugan mencapai evelasi yang
dikehendaki.
Apabila tempat pemadatan cukup luas (contoh: tubuh embung) gunakan alat pemadat
sheepfoot roller, atau bila tidak ada, gunakan tandem roller. Bila tempat pemadatan
sempit (contoh: di puritan) gunakan alat stamper.
3.4.3. Tata cara pemadatan tanah tak berkohesi
a) Tata cara seperti di atas harus dilakukan pula untuk tanah jenis ini, kecuali langkah
no.(d) tidak diperlukan, sehingga urutannya adalah (a), (b), (c), dan (e), dengan
catatan untuk pekerjaan (e) tebal lapisan menjadi 20 cm,
b) Alat yang diperlukan untuk pemadatan tanah jenis ini adalah tandem roller bila tempat
cukup luas, dan stamper bila tempat sempit,
c) Alat pemadat zona tanah lempung tidak boleh melintasi urugan tanah tak berkohesi
agar urugan tidak terkotori lempung.
3.4.4. Tata cara pemadatan tanah ekspansif
Jika tanah untuk urugan diindikasikan merupakan tanah ekspansif maka dapat dipilih salah
satu dari beberapa cara berikut:
a) Jika terdapat tanah non-ekspansif, maka bahan urugan dapat diganti atau jika tidak
mencukupi jumlahnya maka dapat dicampur dengan tanah ekspansif yang ada.
b) Jika terdapat bahan tambahan seperti kapur, semen atau fly-ash maka salah satu
bahan tersebut dapat dicampur dengan tanah non-ekspansif sebesar 5% - 7% untuk
menurunkan indeks plastisitas dan potensi mengembang. Pencampuran dilakukan
sebaik mungkin dengan menggunakan backhoe.
c) Jika tidak tersedia bahan tambahan atau biaya yang terlalu mahal maka setelah tubuh
embung dapat ditutup menggunakan geomembran sebagai penghalang kelembaban
horisontal pada tanah ekspansif.
d) Jika tanah ekspansif tetapi tidak bersifat dispersif dapat menggunakan timbunan
batu/rip-rap untuk memberikan beban ke tubuh embung, sehingga sifat kembang
susutnya berkurang.
d) Penguras, berupa pipa bercabang, dipasang sebuah di kaki hilir tubuh embung dan
selanjutnya dipasang di pipa utama pada setiap jarak maksimal 100 m, dan minimal
dipasang dua buah. (lihat Gambar 22 – detil A)
IV. PEMELIHARAAN
4.1. Umum
a. Organisasi
Embung yang telah selesai dibangun hendaknya dikelola oleh desa setempat, dinas
yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air setempat membantu desa dalam
masalah keteknikan.
b. Inspeksi
1) Desa pengelola embung perlu mengadakan inspeksi minimal sekali dua minggu
terutama terhadap tubuh embung, pelimpah dan dinding kolam embung,
2) Pada waktu dan setelah hujan lebat perlu inspeksi,
3) Menjelang musim kemarau perlu diperiksa apakah alat sadap dan keran air
bekerja dengan baik.
c. Daerah Tadah Hujan (DTH)
1) Seluruh DTH sebaiknya dihijaukan dan dibuat teras dari tumpukan batu setinggi
+ 0,5 m untuk mengurangi erosi. Tanaman rumput sangat disarankan.
2) Hewan hendaknya tidak memasuki DTH untuk menjaga kebersihan air embung
dari pencemaran kotoran hewan.
d. Kolam Embung
1) Penduduk hendaknya tidak mengambil air secara langsung dari kolam embung
untuk menghindari pemborosan air.
2) Hewan dilarang minum langsung di kolam embung untuk mencegah penularan
penyakit hewan terhadap manusia. Pagar di sekeliling kolam mungkin diperlukan.
4.2. Masalah yang membahayakan embung
Beberapa masalah yang membahayakan embung perlu diperhatikan dalam inspeksi, antara
lain:
1) Daerah basah karena rembesan melalui:
Urugan tubuh embung
Fondasi
2) Daerah basahan memanjang di tubuh embung
3) Retakan melintang di tubuh embung
4) Retakan memanjang di tubuh embung :
Yang lurus
Yang lengkung
5) Retakan susut
6) Erosi alur di tubuh embung
7) Tumbuhan tinggi di tubuh embung
8) Tumbuhan tinggi di saluran pelimpah
9) Runtuhan di saluran pelimpah
10) Erosi alur di pelimpah
11) Gerusan lokal di pelimpah
3) Tindakan:
Laporkan kepada Dinas setempat yang terkait.
4) Akibat:
- Erosi dapat memperlebar dan memperdalam retakan,
- Air hujan dapat merembes dan menjenuhkan tubuh embung,
- Bocoran (kehilangan) air dari kolam.
5) Teknik Perbaikan: (lihat Gambar 52)
- Buat paritan sepanjang retakan dan buatlah parit pasak di tengahnya,
- Isi parit dengan urugan lempung plastis yang dipadatkan dalam keadaan basah.
Gambar 62. Tubuh embung dan saluran pelimpah setelah dibersihkan dari
tumbuhan tinggi
4.2.8. Runtuhan di saluran pelimpah
1) Tanda : (lihat Gambar 63)
Tumpukan tanah menutup sebagian atau seluruh saluran pelimpah.
2) Penyebab :
- Hasil erosi dari lereng saluran atau bukit di atasnya,
- Longsoran tebing saluran.
3) Akibat :
Menghalangi aliran banjir sehingga dapat menyebabkan peluapan pada puncak
embung.
4) Tindakan :
- Buang tumpukan tanah ke luar saluran pelimpah sehingga tidak akan terangkut
aliran kembali ke pelimpah,
- Kalau tumpukan tanah merupakan longsoran laporkan ke Dinas setempat yang
terkait.
5) Teknik Perbaikan :
- Bila longsoran, buang runtuhannya hingga ke bidang gerakan,
- Isi kembali galian tersebut dengan tanah yang sesuai untuk urugan dan
dipadatkan.
5) Teknik Perbaikan :
- Tutuplah alur dengan bahan kerikil – kerakal,
- Ratakan dasar saluran pelimpah.
2) Penyebab :
- Proteksi erosi kurang memadai,
- Dasar saluran tidak rata, sedikit membentuk tangga.
3) Akibat :
- Gerusan dapat makin dalam sehingga dapat mengakibatkan longsoran,
- Gerusan dapat berkembang ke udik, sehingga dapat membahayakan tubuh
embung, dan bila
mencapai kolam dapat mengakibatkan kehilangan air karena daya tampung embung
berkurang.
4) Tindakan :
Laporkan kepada Dinas setempat yang terkait.
5) Teknik Perbaikan : (lihat Gambar 67)
- Tutuplah lubang dengan batu ukuran bongkahan,
- Bila perlu gunakan beronjong.
Untuk perhitungan kuantitas pekerjaan adalah dilakukan dengan menghitung setiap item
pekerjaan berdasarkan gambar perencanaan dimana secara umum jenis pekerjaan tersebut
adalah :
1. Pekerjaaan Tanah
Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data potongan penampang desain
tanah dengan dikalikan dengan jarak untuk setiap jenis kegiatan ataupun material jenis
material yang digunakan dengan satuan kuantitas, yaitu m2 ataupun m3.
2. Pekerjaan Bangunan
Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data potongan penampang desain
bangunan yang mewakili bentuk dengan dikalikan jarak untuk setiap jenis kegiatan ataupun
meterial yang digunakan dengan satuan kuantitas, yaitu m2 ataupun m3.
3. Pekerjaan Lainnya
Pekerjaan ini disesuaikan dengan sifatnya yang dihitung dalam bentuk satuan kuantitas,
yaitu m3, m2, buah, set ataupun lainnya.
5.3. Contoh perhitungan
Selain gambar rencana, harga satuan juga diperlukan dalam menghitung RAB suatu
konstruksi. Harga satuan yang dimaksud adalah harga satuan bahan, harga satuan upah
dan harga satuan peralatan. Harga satuan ini berbeda untuk masing-masing daerah di
Indonesia.
1. Harga satuan bahan
Harga atau biaya satuan yang dibutuhkan untuk pengadaan suatu material yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi.
2. Harga satuan upah
Harga atau biaya satuan yang dibayarkan kepada pekerja sebagai upah atas kerja yang
dilakukannya (baik langsung atuapun tidak langsung). Upah langsung adalah upah yang
langsung dibayarkan kepada pekerja berdasarkan tarif hariannya sesuai dengan
lamanya bekerja, sedangkan upah tidak langsung meliputi pajak, asuransi, dan berbagai
macam tunjangan.
3. Harga satuan peralatan
Harga atau biaya satuan yang dibutuhkan untuk pengadaan dan operasional semua
peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi (tidak termasuk
biaya trasportasi untuk mendatangkan dan mengembalikan peralatan, biaya mobilisasi,
dan biaya demobilisasi).
5.3.1. Data teknis
A. Kolam embung
1. Lokasi embung : Desa xxx
2. Nama sungai : kali xxx
3. Luas daerah aliran sungai (DAS) : 1,5 km2
4. Elv. muka air Maksimum (HWL) : + 107,00
5. Elv. muka air normal : + 106,00
6. Elv. muka air minimum (LWL) : + 100,00
7. Elv. muka air banjir (Q100 th) : + 102,00
8. Luas Daerah Genangan (pada HWL) : 1,60 ha
B. Tubuh embung
1. Tipe bendung : Urugan
2. Elv. puncak : + 109,00
3. Lebar atas/ puncak : 5,00 m
4. Tinggi embung : 8,00 m
5. Panjang as embung : 100,00 m
C. Bangunan pelimpah
1. Tipe : Non gated Overflow
2. Elv. ambang : + 106,00
3. Lebar ambang : 5,00 m
4. Debit banjir rencana : 105,00 m3/dtk
5. Bahan kontruksi : Pasangan batu kali
D. Kolam olak
1. Tipe : USBR Type III
2. Lebar kolam olak : 5,00 m
3. Panjang kolam olak : 6,00 m
4. Bahan kontruksi : Pasangan batu kali
E. Bangunan pengelak
1. Tipe : Persegi
2. Elv. dasar beton : + 100,00
3. Dimensi : (2 x 1) m
4. Bahan kontruksi : Beton
5. Panjang saluran : 30 m
No URAIAN VOLUME
I. Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi dan demobilisasi 1.0 Ls
68,79
4 # 19982.5 m3
Vol. galian - vol. urugan = 20617.0 - 634.5 =
5 # 634.5 m3
6 # 1375.0 m2
Luas = p x l
= 5 x 275 =
2
2
2
2
4 Plesteran (1Pc:3Pp)
Panjang saluran x tinggi saluran 2 sisi = 46.1 x 4.44 204.7 m2
2
2
Luas = 3.47 m2
tebal = 0.5 m
Volume = 1.74 m3
7 Pembesian 507.8 kg
Panjang saluran = 12.46 m
Jarak tulangan = 0.15 m
Tulangan utama = Ø 12 mm
Tulangan bagi = Ø8 mm
Berat tulangan Ø 12 = 0.888 kg/m
Berat tulangan Ø 8 = 0.395 kg/m
Panjang per meter (Ø12 mm) = 6.44 : 0.15 = 43
Panjang per meter (Ø8 mm) = 1 : 0.15 = 7
8 Bekisting 18.4 m2
Keliling penampang = 4.44 m x 4.15 m =
(asumsi dipakai 3 x pemakaian)
3,38
1,05
23,55
0,5
3 Pembesian 1599.4 kg
Tul. utama Ø12-150 cm
Ankor Ø10-300 cm
4 Bekisting 112.2 m2
Keliling penampang = 9.35 m x 12.00 m =
1,1
1
Panjang saluran = 40 m
Tebal saluran = 0.1 m
Keliling = 4 m
4 Pembesian 1052.5 kg
Panjang saluran = 40.00 m
Jarak tulangan = 0.15 m
Tulangan utama = Ø 12 mm
Tulangan bagi = Ø8 mm
Berat tulangan Ø 12 = 0.888 kg/m
Berat tulangan Ø 8 = 0.395 kg/m
Panjang per meter (Ø12 mm) = 4 : 0.15 = 27
Panjang per meter (Ø8 mm) = 1 : 0.15 = 7
5.2. Embung tipe 2 - Urugan homogen, material utama lempung, dengan dinding halang
5.2. Embung tipe 3 - Urugan majemuk, dengan inti lempung, dengan dinding halang
Z1 = 2,50 dan Z2 = 1,75 (bahu berupa kerikil - kerakal)
1 2 3 4 5 6 7
A. Tenaga Kerja
1 Akhli alat berat (akhli madya) 0 OH 1 650,000.00 650,000.00
2 Pelaksana kegiatan (pemberi tugas) 0 OH 1 650,000.00 650,000.00
3 Staf (Kontraktor) 0 OH 2 650,000.00 1,300,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 2,600,000.00
B. Bahan
1 2 3 4 5 6 7
A. Tenaga Kerja
Jumlah Harga Tenaga Kerja
B. Bahan
L.04c Fasilitas
Berdasarkan asumsi kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan luas berbagai fasilitas seperti pada koefisien berikut ini.
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A. Tenaga Kerja
1 Tenaga akhli atau petugas K3 OB 8 13,000,000 104,000,000
2 Tenaga spesialis, (seperti Dokter/perawat) OB 8 19,500,000 156,000,000
Jumlah Harga Tenaga Kerja 260,000,000
B. Fasilitasi Bangunan
1 Base Camp m2 12 -
2 Kantor lapangan dan Direksikeet m2 24 -
3 Barak m2 20 -
4 Bengkel m2 12 1,437,534.38 17,250,412.58
5 Gudang, dan lain-lain m2 12 1,437,534.38 17,250,412.58
7 Ruang Laboratorium (sesuai Gambar) m2 12 1,437,534.38 17,250,412.58
8 Poliklinik lapangan m2 12 1,437,534.38 17,250,412.58
….. …………………………………
Jumlah Harga Bahan 69,001,650.34
C Peralatan
1 Peralatan laboratorium set 1.00 40,000,000.00 40,000,000.00
2 Perabotan & layanan: Meja, Kursi dll. set 1.00 12,500,000.00 12,500,000.00
Jumlah Harga Peralatan 52,500,000.00
1 2 3 4 5 6 7
A. Tenaga Kerja
3 Papan nama
L.03a 1 buah Papan nama pekerjaan menggunakan muliflex 18mm, frame besi siku dan tiang kayu 8/12
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 4 5 6 7
A. Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.00 75,000.00 75,000.00
2 Tukang kayu OH 1.00 90,000.00 90,000.00
3 Kepala tukang kayu OH 0.10 110,000.00 11,000.00
4 Tukang Cat dan Tulis *) OH 1.50 90,000.00 135,000.00
5 Mandor OH 0.10 130,000.00 13,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 249,000.00
B. Bahan
1 Muliplek tebal 18 mm **) Lembar 0.35 150,000.00 52,693.21
2 Tiang Kayu 8/12 kelas II, tinggi 4 m' m3 0.077 6,250,000.00 481,250.00
3 Frame besi L.30.30.3 ***) kg 5.80 12,000.00 69,600.00
4 Paku campuran 5 cm dan 7cm kg 1.25 15,000.00 18,750.00
5 Cat kayu kg 2.50 37,450.00 93,625.00
Jumlah Harga Bahan 715,918.21
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
II PEKERJAAN EMBUNG
1 Pengadaan dan pemasangan patok kayu
T.03.a.1) 1 Buah Patok kayu (Kaso 5/7), panjang 0,5m'
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A. Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.0250 50,000.00 1,250.00
2 Juru ukur L.04 OH 0.0083 100,000.00 833.33
Jumlah Harga Tenaga Kerja 2,083.33
B. Bahan
1* Patok kayu kaso 5/7 - 0,5 m' M.09.b m3 0.0018 938,000.00 1,688.40
2 Paku payung M.56.e dus 0.0120 555,000.00 6,660.00
Jumlah Harga Bahan 8,348.40
C. Peralatan
1 Roll meter E.34.i buah 0.0080 28,800.00 230.40
Jumlah Harga Peralatan 230.40
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 10,662.13
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 1,599.32
F Harga Satuan Pekerjaan per - Buah (D+E) 12,261.45
* Mutu kayu disesuaikan dengan kebutuhan
Secara Mekanis
TM.04.1.a Galian tanah biasa kedalaman 0 - 2 m
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 jam 0.1533 7,142.86 1,095.00
2 Mandor L.04 jam 0.0153 14,285.71 218.57
Jumlah Harga Tenaga Kerja 1,313.57
B Bahan
Jumlah Harga Bahan -
C Peralatan
1 Exavator (Standard) E.11.b jam 0.0256 423,948.16 10,853.07
Jumlah Harga Peralatan 10,853.07
D Jumlah Harga tenaga, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 12,166.64
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D 1,825.00
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 13,991.64
4 Galian Batu
T.08b.1) 1 m 3 Galian batu sedalam < 1 m
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.00 50,000.00 50,000.00
2 Mandor L.04 OH 0.1 100,000.00 10,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 60,000.00
B Bahan
BBM non subsidi M.137.b L 2.500 6,500.00 16,250.00
Jumlah Harga Bahan 16,250.00
C Peralatan
1 Jack hammer E.16.a Sewa-hari 0.250 250,000.00 62,500.00
Jumlah Harga Peralatan 62,500.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 138,750.00
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 20,812.50
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 159,562.50
E Overhead + Profit (Contoh 15%) 15% x (D) 23,934.38
F Harga Satuan Pekerjaan = (F+ E) 183,497.00
5 Perbaikan Pondasi **
P.01d.2) Pasangan batu 1pc:5ps, Menggunakan Molen
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.800 50,000.00 90,000.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.900 70,000.00 63,000.00
3 Mandor L.04 OH 0.180 100,000.00 18,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 171,000.00
B Bahan
1 Batu belah M.06.a m3 1.200 120,000.00 144,000.00
2 Pasir Pasang M.14.c m3 0.544 110,000.00 59,840.00
3 Portland Cement M.15 kg 135.000 1,400.00 189,000.00
Jumlah Harga Bahan 392,840.00
C Peralatan
1 Molen kapasitas 0,3 m3 E.29.b Sewa-hari 0.076 400,000.00 30,400.00
Jumlah Harga Peralatan 30,400.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 594,240.00
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 89,136.00
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 683,376.00
**) Dapat dilakukan dengan pasangan Batu, beton atau grouting
6 Urugan Backfill
T.14a 1 m 3 Timbunan tanah atau urugan tanah kembali termasuk perataan dan perapihan
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.330 50,000.00 16,500.00
2 Mandor L.04 OH 0.033 100,000.00 3,300.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 19,800.00
B Bahan
Jumlah Harga Bahan -
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 19,800.00
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 2,970.00
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 22,770.00
4 Plesteran (1pc:3Pp)
P.04i Plesteran (1pc:3Pp)
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.80 50,000.00 90,000.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.90 70,000.00 63,000.00
3 Mandor L.04 OH 0.18 100,000.00 18,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 171,000.00
B Bahan
1 Batu belah M.06.a m3 1.200 120,000.00 144,000.00
2 Pasir Pasang M.14.c m3 0.485 110,000.00 53,350.00
3 Portland Cement M.15 kg 202 1,400.00 282,800.00
Jumlah Harga Bahan 480,150.00
C Peralatan
1 Molen kapasitas 0,3 m3 E.29.b Sewa-hari 0.076 400,000.00 30,400.00
Jumlah Harga Peralatan 30,400.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 681,550.00
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 102,232.50
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 783,782.50
5 Siaran Mortar
P.03.a Siaran Mortar 1pc:2Pp
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.400 50,000.00 20,000.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.200 70,000.00 14,000.00
3 Kepala Tukang L.03 OH 0.020 85,000.00 1,700.00
4 Mandor L.04 OH 0.040 100,000.00 4,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 39,700.00
B Bahan
1 Pasir Pasang M.14.c m3 0.005 110,000.00 550.00
2 Portland Cement M.15 kg 2.340 1,400.00 3,276.00
Jumlah Harga Bahan 3,826.00
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 43,526.00
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 6,528.90
F Harga Satuan Pekerjaan per - m2 (D+E) 50,054.90
6 Beton
B.07.a Beton Mutu K-225
Harga Satuan Jumlah Harga
No. Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.323 50,000.00 66,150.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.189 70,000.00 13,230.00
3 Kepala tukang L.03 OH 0.019 85,000.00 1,615.00
4 Mandor L.04 OH 0.132 100,000.00 13,200.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 94,195.00
B Bahan
1 PC / Portland Cement M.15 kg 371 1,400.00 519,400.00
2 PB / Pasir Beton M.14.a kg 698 89.29 62,321.43
3 Kr / Krikil M.12.b kg 1047 185.19 193,888.89
4 Air M.02 Liter 215 25.00 5,375.00
Jumlah Harga Bahan 780,985.32
C Peralatan
1 Molen kapasitas 0,3 m3 E.29.b Sewa-hari 0.250 400,000.00 100,000.00
Jumlah Harga Peralatan 100,000.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 975,180.32
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 146,277.05
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 1,121,457.37
8 Bekisting
B.21.a 1 m2 Bekisting lantai beton biasa dengan multiflex 12 mm atau 18 mm (tanpa perancah)
Harga Satuan Jumlah Harga
No. Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.200 50,000.00 10,000.00
2 Tukang kayu L.02 OH 0.100 70,000.00 7,000.00
3 Kepala tukang L.03 OH 0.010 85,000.00 850.00
4 Mandor L.04 OH 0.020 100,000.00 2,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 19,850.00
B Bahan
1 Multiflex 12 mm atau 18 mm * M.39.c lembar 0.128 115,000.00 14,720.00
2 Kaso 5/7 cm * M.33.d m3 0.005 1,400,000.00 7,000.00
3 Paku 5 cm dan 7 cm M.71.b kg 0.22 15,000.00 3,300.00
4 Minyak bekisting M.129 Liter 0.2 40,000.00 8,000.00
Jumlah Harga Bahan 33,020.00
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 52,870.00
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 7,930.50
F Harga Satuan Pekerjaan per - m2 (D+E) 60,800.50
CATATAN: * Bahan digunakan berulang kali, yang ke-1, koefisien 0,353 (multiflex) dan 0,014 (Kaso)
yang ke-2, koefisien menjadi 0,203 (multiflex) dan 0,008 (Kaso)
yang ke-3, koefisien menjadi 0,128 (multiflex) dan 0,005 (Kaso)
yang ke-4, koefisien menjadi 0,091 (multiflex) dan 0,003 (Kaso)
9 Pintu Air
H.03.6.5 Pintu Sorong Baja b=100; h=100 cm
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 4 5 6 7
A TENAGA KERJA
1 Pekerja L.01 OH 2.5800 50,000.00 129,000.00
2 Tukang L.02 OH 1.2900 70,000.00 90,300.00
3 Kepala Tukang L.03 OH 0.1300 85,000.00 11,050.00
4 Mandor L.04 OH 0.2600 100,000.00 26,000.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 256,350.00
B BAHAN
1 Besi pengaku M.54.g kg 7.7400 9,000.00 69,660.00
2 Kawat las listrik M.69 kg 1.7200 27,000.00 46,440.00
3 Campuran beton, K-225 B.07.a m3 0.0770 975,180.32 75,088.88
4 Pasangan bata P.02.b m3 0.1550 661,750.00 102,571.25
Jumlah Harga Bahan 293,760.13
C PERALATAN
1 Pintu air M.76.c buah 1.0000 14,800,000.00 14,800,000.00
2 Tripod tinggi 4-5 cm E.45 sewa-hari 0.3870 150,000.00 58,050.00
3 Mesin listrik 250A, diesel E.22 sewa-hari 0.3870 120,000.00 46,440.00
Jumlah Harga Peralatan 14,904,490.00
F Harga Satuan Pekerjaan = (D+ E) 17,772,790.00
B Bahan
1 Gebalan rumput M.136 m2 1.10 2,000.00 2,200.00
Jumlah Harga Bahan 2,200.00
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 8,200.00
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh 15%) 15% x D (maksimum) 1,230.00
TM.11.3.b Penghamparan, Pemadatan dan Perapihan Lapisan Pasir (Filter) atau Pasir-Kerakal
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 jam 0.1422 7,142.86 1,015.87
2 Mandor L.04 jam 0.0142 14,285.71 203.17
Jumlah Harga Tenaga Kerja 1,219.05
B Bahan
Jumlah Harga Bahan -
C Peralatan
1 Buldozer E.05.b jam 0.0200 411,248.44 8,222.02
2 Roller Vibro E.39.f jam 0.0178 261,273.25 4,644.86
3 Water Tank Truck E.49 jam 0.0078 260,085.78 2,022.89
Jumlah Harga Peralatan 14,889.77
D Jumlah Harga Tenaga kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 16,108.82
E Keuntungan dan Biaya Umum (Contoh maksimum 15%) 15% x D 2,416.32
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 18,525.10
Tipe - 1: Urugan Homogen dengan Material Utama Lempung di atas Pondasi Kedap Air
No. Uraian pekerjaan Kode Satuan Volum e Harga Satuan (Rp) Jum lah Harga (Rp)
Tipe - 2: Urugan Homogen dengan Dinding Halang dan Selimut di Kolam Waduk
No. Uraian pekerjaan Kode Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
VI. PUSTAKA
CL. Nugroho: “Inspeksi Bendungan, Fondasi, Tumpuan, dan (FC tidak jelas)” Keamanan dan
Pemeliharaan Bendungan, kerja sama Pusat Litbang Pengairan dan JICA, 1993 (tidak
diterbitkan).
Ibnu Kasiro dan Bhre Susantini Rusli, Agus P. Prawoto: “Beberapa Permasalahan Embung
Tipe NTT – IADP di P. Timor, 1986 - 1991”, jurnal Litbang Pengairan No. 21 th. 6 –
1991.
Ibnu Kasiro, Wanny Adidarma, Bhre Susantini Rusli, CL. Nugroho, dan Sunarto: “Pedoman
Kriteria Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia”, No. 120/HAB-
139/94 Pusat Litbang Pengairan, 1994 (tidak diterbitkan).
Lampiran A
Qnet = 947,54
947 ,54 x 6 x 60 x 60
heff = = 0,0648 m = 6,48 cm
316000000
A.2 Contoh perhitungan debit banjir dengan menggunakan aktual hidrograf satuan
Hitung hujan efektif bila diketahui besarnya 2; 6,75 dan 3,75 cm dan dimulai selang 3 jam
Ordinat dari hidrograf satuan diberikan dalam Tabel berikut :
Jam 03 06 09 12 15 18 21 24 03 06 09 12 15 18 21 24
Ordinat Hidrograf Satuan0 365 500 390 310 250 235 175 130 95 65 40 22 10 0
(m3/s) ) 110
Asumsikan aliran dasar (base flow) = 10 m/det
Jam Ordinat Ordinat Limpasan Langsung Base Ordinat
Unit Limpasan
Hidrograf Total
(m3/det) U1 U2 U3 UTotal Flow (m3/det)
(m /det) (m /det) (m /det) (m3/det) (m3/det)
3 3 3
0,69
q p 275 x 24,17 l / s / km
7,85
7,85
te 1,43 jam
5,5
te > tr (1 jam)
tp = 7,85 + 0,25 (1-1,43) = 7,74 jam
Tp = 7,74 +0,5 x 1 = 8,24 jam
25,4
Q p 24,17 725 445,09 m 3 / s
1000
Y 10 8.8373((1 x ) / x )^ 2
(t) x = (t/Tp) (1-x)^2 (1-x)^2/x a -a*(1-x)2/x Y Q 600.0
Hidrograph Limpasan Langsung (Direct Runoff)
1 0.121 0.772 6.361 8.837 -56.217 0.000 0.000
akibat hujan 25.4 mm (1 inch) hujan efektif
2 0.243 0.573 2.363 8.837 -20.880 0.000 0.000 500.0
3 0.364 0.404 1.111 8.837 -9.816 0.000 0.000
4 0.485 0.265 0.545 8.837 -4.820 0.000 0.007 400.0
Debit (m3/s)
Hidrogaf S atuan
t (jam) t/tp (Q/Ro)
Q Volume
0.00 0.00 0.0000 0.00 0.00
1.00 0.31 0.3132 1.22 2203.36
2.00 0.63 0.6264 2.45 6610.07
3.00 0.94 0.9397 3.67 11016.78
3.19 1.00 1.0000 3.91 2628.81
4.00 1.25 0.8681 3.39 10609.50
5.00 1.57 0.7286 2.85 11232.16
6.00 1.88 0.6115 2.39 9427.12
7.00 2.19 0.5132 2.01 7912.15
8.00 2.51 0.4308 1.68 6640.64
9.00 2.82 0.3615 1.41 5573.46
10.00 3.13 0.3034 1.19 4677.79
11.00 3.45 0.2547 1.00 3926.05
12.00 3.76 0.2137 0.84 3295.12
13.00 4.07 0.1794 0.70 2765.58
14.00 4.39 0.1506 0.59 2321.14
15.00 4.70 0.1264 0.49 1948.13
16.00 5.01 0.1061 0.41 1635.06
17.00 5.32 0.0890 0.35 1372.30
18.00 5.64 0.0747 0.29 1151.76
19.00 5.95 0.0627 0.25 966.67
20.00 6.26 0.0526 0.21 811.32
21.00 6.58 0.0442 0.17 680.94
22.00 6.89 0.0371 0.14 571.51
23.00 7.20 0.0311 0.12 479.67
24.00 7.52 0.0261 0.10 402.58
25.00 7.83 0.0219 0.09 337.89
26.00 8.14 0.0184 0.07 283.59
27.00 8.46 0.0154 0.06 238.01
28.00 8.77 0.0130 0.05 199.76
29.00 9.08 0.0109 0.04 167.66
30.00 9.40 0.0091 0.04 140.72
31.00 9.71 0.0077 0.03 118.10
32.00 10.02 0.0064 0.03 99.12
33.00 10.34 0.0054 0.02 83.19
34.00 10.65 0.0045 0.02 69.82
35.00 10.96 0.0038 0.01 58.60
36.00 11.28 0.0032 0.01 49.19
37.00 11.59 0.0027 0.01 41.28
38.00 11.90 0.0022 0.01 34.65
39.00 12.22 0.0019 0.01 29.08
40.00 12.53 0.0016 0.01 24.41
41.00 12.84 0.0013 0.01 20.48
42.00 13.16 0.0011 0.00 17.19
43.00 13.47 0.0009 0.00 14.43
44.00 13.78 0.0008 0.00 12.11
45.00 14.09 0.0007 0.00 10.16
46.00 14.41 0.0006 0.00 8.53
47.00 14.72 0.0005 0.00 7.16
48.00 15.03 0.0004 0.00 6.01
49.00 15.35 0.0003 0.00 5.04
50.00 15.66 0.0003 0.00 4.23
Lampiran B
B.1 Pengujian data terhadap outlier pada Pos Duga Air Citarum - Nanjung
Pengujian
Pengujian Outlier untuk Outlier
Data Debit untuk Data Dbit Observasi
Observasi HubunganAntaraNilai Kn untuk uji outlier
Data Debit Observasi
a Debit Observasi
Data n Kn n Kn n Kn n Kn N Kn
Data Data Terurut i Data
Terurut 10 2,036 21 2,408 32 2,591 43 2,710 70 2,893
(m3/s) (m3/s) Y = LN X 3 (Y - Yrata-rata)
3 (Y - Yrata-rata)^2
Y=LN(x) (Y - Y rata-rata) (Y - Y rata-rata)2
(m /s) (m /s)
11 2,088 22 2,429 33 2,604 44 2,719 75 2,917
135 200 5.298
1 269.0 0.513490.2 6.1950.264 0.404 0.1635
100 190 5.247
2 323.0 0.462488.0 6.1900.214 0.400 0.1599 12 2,134 23 2,448 34 2,616 45 2,727 80 2,940
169 169 3
5.130 364.0 0.345463.1 6.1380.119 0.348 0.1208 13 2,175 24 2,467 35 2,628 46 2,736 85 2,961
119 165 4
5.106 247.0 0.321429.7 6.0630.103 0.273 0.0744 14 2,213 25 2,486 36 2,639 47 2,744 90 2,981
5 302.0 416.0 6.031 0.240 0.0577
110 155 5.043 0.258 0.067 15 2,247 26 2,502 37 2,650 48 2,753 95 3,000
6 301.0 405.5 6.005 0.215 0.0461
200 150 5.011
7 284.0 0.226379.0 5.9380.051 0.147 0.0216 16 2,279 27 2,519 38 2,661 49 2,760 100 3,017
111 138 4.927
8 276.0 0.142374.0 5.9240.020 0.134 0.0179 17 2,309 28 2,534 39 2,671 50 2,768 110 3,049
190 137 9
4.920 265.0 0.135364.0 5.8970.018 0.107 0.0114
18 2,335 29 2,549 40 2,682 55 2,804 120 3,078
127 135 10
4.905 269.0 0.120358.0 5.8800.014 0.090 0.0081
11 332.0 338.3 5.824 0.033 0.0011 19 2,361 30 2,563 41 2,692 60 2,837 130 3,104
88 130 4.868 0.083 0.007
12 264.0 332.0 5.805 0.015 0.0002 20 2,385 31 2,577 42 2,700 65 2,866 140 3,129
130 127 4.844
13 288.0 0.059326.0 5.7870.004 -0.004 0.0000
150 126 4.836
14 379.0 0.051323.0 5.7780.003 -0.013 0.0002
105 125 15
4.828 316.0 0.043316.0 5.7560.002 -0.035 0.0012
90 119 16
4.779 326.0 302.0
-0.006 5.7100.000 -0.080 0.0064
17 374.0 301.0 5.707 -0.083 0.0069
94 113 4.727 -0.058 0.003
18 291.0 298.0 5.697 -0.093 0.0087
86 111 4.710 -0.075 0.006
19 338.3 291.0 5.673 -0.117 0.0137
97 110 4.700
20 209.8 -0.084 288.0 5.6630.007 -0.127 0.0162
138 108 21
4.682 463.1 -0.103 284.0 5.6490.011 -0.141 0.0200
165 105 22
4.654 298.0 276.0
-0.131 5.6200.017 -0.170 0.0289
126 100 23
4.605 405.5 269.0
-0.180 5.5950.032 -0.196 0.0383
24 490.2 269.0 5.595 -0.196 0.0383
125 97 4.575 -0.210 0.044
25 488.0 265.0 5.580 -0.211 0.0444
113 94 4.543
26 429.7 -0.242 264.0 5.5760.058 -0.214 0.0460
87 90 4.500
27 358.0 -0.285 247.0 5.5090.081 -0.281 0.0790
137 88 28
4.477 416.0 -0.308 209.8 5.3460.095 -0.444 0.1974
108 87 4.466 -0.319 0.102
78 86 4.454 -0.331 0.109
155 78 4.357 -0.428 0.183
sum 1.634 1.2284
123.44 Average4.785 0.000 5.790
0.061 0.000 0.063 0.044
Std. Deviasi 0.246 0.251 0.213
N 28
27
Max 490.2
123.444 Min 209.8
200.00 Kn 2.591
78.00 YH = Y rata + Kn*Sy 6.343
2.519 YL = Yrata - Kn*Sy 5.238
n* Sy = 5.416
XH (m3/s) 568.532 lebih besar dari debit sesaat maksimum yang pernah terjadi, tidak ada outlier
* Sy = 4.153
YL (m3/s) 188.249 lebih kecil dari debit sesaat maximum paling kecil yang pernah terjadi
225.073457 m3/s, lebih besar dari debit sesaat maksimum yang pernah terjadi, tidak ada outlier max
63.65622254 m3/s, lebih kecil dari debit sesaat maximum terminimum yang pernah terjadi, tidak ada outlier min
B.2 Pengujian data terhadap trend pada Pos Duga Air Citarum - Nanjung
B.3 Contoh perhitungan debit banjir rencana dari data debit banjir observasi di Pos
Duga Air Citarum - Nanjung
X 50 10 Z 50 507 ,653
u (u 2 1) u (u 2 1)
1 3 1
1
2 1 3
2
1,245 (1,245 2 1)
1
2
1,245 (1,245
1
3 2
1) 2
1
1
3
1
(1,245 0,742 ) (1,245 0,742 ) 1
1 1
3 3
X 5 aW5 267,851
X 50 aW50 386,589
X 100 aW100 417,211
Lampiran C
Q = qo + (0,5772 + ln L) m3/s
dengan pengertian :
M
qi qo
1
M i 1
L = M/N
Tahun Banjir (m3/s)
1977 4365,6
4032,3
4026,1
1978 4843,4
4340,1
4113,3
1979 4596,2
1980 4232,6
4461,3
= 1 {(4365,6-4000)+(4032,3-4000)+(4026,1-4000)+(4843,4-4000)+(4340,1-4000)+
9
(4113,3-4000) + (4596,2-4000) + (4232,6 – 4000) + 4461,3 – 4000)}
= 334,5 m3/s
L = M/N = 9/4 = 2,25 kejadian banjir / tahun
Lampiran D
R 24 50thn
q
3,6 t
q
208,2 6,088
3,6 9,5
V 1,315 .q. f .i 2
Q 145,188 m3 / s
67,65 67,65
q 5,030
t 1,45 12 1,45
4.1 4.1
1 1 0,641
.q 7 0,882.5,030 7
= 0,88
untuk 2 jam < t < 19 jam,
t.R24 10,85 x 208 ,2
Rt = 190 ,63 mm
t 1 10,85 1
Rt 190 ,63
q 4,88 m3 / km2 / s
3,6t 3,6 x10,85
Q50 = . . q.t = 0,537.0,88.4,88.54,1 = 124,75 m3/s
Dengan interpolasi pada periode ulang 100 tahun dan waktu konsentrasi 646,8 menit (antara
360 menit dan 720 menit) didapatkan Intensitas untuk 100 tahun = 21,7 mm/jam
Dengan mengambil nilai koefisien runoff di DAS Cipinang = 0,52 dan luas DAS 54,08 km 2
didapat besarnya debit banjir untuk periode ulang 100 tahun (Q 100)
Lampiran E
Referensi A
Analisis curah hujan untuk menunjang analisis banjir
N (I ) (I ) (I )
a= 2 ...................................................... (A3)
(I ) (I .t ) N (I .t ) ..........................................................................(A.4)
2
N (I ) (I ) (I )
b= 2
b. Rumus Sherman :
a
I= ............................................................................................................................(A5)
tn
dengan penjelasan :
( log I ) (log t ) (log t. log I ) ( log t ) .............................(A6)
2
c. Rumus Ishiguro :
a
I = .....................................................................................................................(A8)
t b
(I t ) (I ) (I 2 2
t) (I ) .............................................................(A9)
(I ) (I ) (I )
a= 2
N
(I ) (I t ) N (I t ) ....................................................................(A10)
2
N (I ) (I ) (I )
b= 2
Keterangan:
I adalah intensitas Hujan (mm / Jam )
t adalah waktu curah hujan ( menit )
a,b,n adalah konstanta
N adalah jumlah data
Hasil perhitungan deras curah hujan dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dapat
dilihat pada Gambar LA.1.
d. Rumus Bell
Dalam rumus Bell ini data yang digunakan adalah hujan harian maksimum tahunan rata-rata
di daerah tinjau dan jumlah hari hujan tahunan rata-rata dengan tinggi hujan lebih besar dari
10 mm. Data tersebut dapat diperoleh dari kantor BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofísika).
60 0,67 0,33
R10 0,92 * M *N ............................................................................ (A11)
t 60
RT R10 0,14 * ln T 0, 68 0,54 * t
0, 25
0,5 ...............................................(A12)
Keterangan:
RTt adalah hujan badai durasi t menit dan periode ulang T tahun.
Rumus di atas mempunyai keterbatasan nilai yaitu 50<M<115 dan 1 < N< 80.
1) Waktu curah hujan 12 jam dan 72 jam, dan periode ulang hingga 50 tahun, dihitung
dengan rumus :
24
24
72
72
12 24 72
12 24 72
Keterangan:
A adalah rata-rata logaritma Ai ( Ai = deretan data curah hujan maksimum 24 jam
setiap tahun )
B adalah rata-rata logaritma Bi ( Bi = deretan data curah hujan maksimum 72 jam
setiap tahun )
SDA adalah simpangan baku dari logaritma Ai
SDB adalah simpangan baku dari logaritma Bi
t
Iy adalah intensitas hujan dengan waktu curah hujan t jam dan periode ulang y
tahun dinyatakan dalam mm/jam
c. Intensitas hujan dengan waktu curah hujan 1 – 12 jam dan berdasarkan data curah
hujan 12 jam dapat dihitung dengan rumus :
Rt = Ct R12............................................................................................................ (A19)
1,798
Ct = A ( – 0,143 ) + 1 ........................................................................... (A20)
t 0,576
Keterangan:
Rt adalah deras curah hujan untuk durasi hujan t jam (mm/jam)
R12 adalah Intensitas hujan dengan waktu hujan 12 jam, dinyatakan dalam mm/jam
Ct adalah variabel regional yang tergantung pada waktu curah hujan dan lokasi
A adalah konstanta regional berkisar antara 2,1 – 6,0
t adalah waktu curah hujan (jam)
d. Curah hujan dengan selang waktu 6 sampai dengan 60 menit dihitung dengan rumus :
m= Tm 60 ........................................................................................................ (A21)
49 ,586
Tm= 0,309 + ......................................................................................... (A22)
t 11,767
Keterangan:
m adalah intensitas hujan untuk waktu curah hujan t menit (mm/jam )
60 adalah intensitas hujan untuk waktu curah hujan 60 menit (mm/jam )
Tm adalah variabel yang bergantung pada waktu curah hujan
t adalah waktu curah hujan (menit)
500 2 th
450
Intensitas (mm)
400 5 th
350
300 10 th
250
200 25 th
150
50 th
100
50 100 th
0
0 200 400 600 800
Waktu (menit)
Gambar LA.2 - Lengkung intensitas hujan frekuensi dan waktu curah hujan
1) Metode Bell digunakan untuk menentukan tingkat curah hujan dengan berbagai waktu
curah hujan dari 5 sampai 120 menit, dan periode ulang dari 2 sampai 100 tahun,
apabila diketahui besar curah hujan dengan waktu curah hujan 60 menit dan periode
ulang 10 tahun, dapat digunakan persamaan berikut :
Keterangan:
P adalah curah hujan (mm)
T adalah periode ulang (tahun)
t adalah waktu curah hujan (menit)
ln T adalah logaritma naturalis dari periode ulang T (tahun)
2) Metode Gumbel dapat digunakan untuk analisis statistik curah hujan maupun debit.
P1 P 2 .. Pn
P = ....................................................................................... (A24)
n
Keterangan:
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm)
P1,…,Pn adalah tinggi hujan pada setiap pos hujan yang diamati (mm)
n adalah banyaknya pos hujan
2) Metode Thiessen ditentukan dengan cara membuat polygon antar pos hujan pada suatu
wilayah DAS kemudian tinggi hujan rata-rata daerah dihitung dari jumlah perkalian
antara tiap-tiap luas polygon dan tinggi hujannya dibagi dengan luas seluruh DAS.
(Lihat Gambar LA.4). Metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan rata-rata, apabila
pos hujannya tidak merata, digunakan rumus :
A1 P1 + A2 P2 + …. + An Pn
P = , , ................................................................... (A25)
A total
Keterangan: :
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm)
P1…Pn adalah tinggi hujan pada setiap pos (mm)
A1…An adalah luas yang dibatasi garis polygon ( Km 2 )
3) Metode isohit ditentukan dengan cara menggunakan peta garis kontur tinggi hujan suatu
daerah dan tinggi hujan rata-rata DAS dihitung dari jumlah perkalian tinggi hujan rata-
rata diantara garis isohiet dengan luas antara kedua garis isohiet tersebut, dibagi luas
seluruh DAS (Lihat Gambar LA.5). Metode ini cocok untuk daerah pegunungan dan
yang berbukit-bukit, digunakan rumus :
Keterangan:
x1, x2, x3, x4, xn adalah data curah hujan bulanan pada masing-masing lokasi
Y adalah data debit
a,b,c,..... adalah nilai koefisien parameter regresi
Analisis stepwise akan mencari korelasi antara jumlah pos, lokasi pos dan besarnya
koefisien korelasinya. Hubungan ini akan merupakan grafik/kurva yang asymtotis dan
dapat digunakan sebagai dasar pos-pos hujan mana dalam suatu DAS yang dominan
dan mempunyai korelasi yang baik dengan pos duga airnya. Metode ini dapat digunakan
dalam melakukan analisis hujan rata-rata dalam suatu DAS.
t t t
Gambar LA.7 - Pola distribusi hujan
X m X p K m S p .............................................................................................. (A29)
Keterangan:
Xm adalah nilai hujan maksimum boleh jadi.
Xp adalah rata-rata dari seri data hujan harian maksimum tahunan berjumlah n yang telah
dikalikan faktor penyesuaian.
Km adalah nilai fungsi dari durasi hujan dan rata-rata hujan harian maksimum tahunan.
Sp adalah simpangan baku dari seri data hujan harian maksimum tahunan berjumlah n
yang telah dikalikan faktor penyesuaian
Nilai Km pada persamaan (A29) didapatkan dari Gambar LA.8, dimana Nilai K m tergantung
pada durasi dan rata-rata hujan harian maksimum tahunan. Semakin kering suatu daerah
akan semakin tinggi nilai Km.
Nilai X p dan S p yang digunakan pada persamaan (A29) adalah nilai X n dan S n yang
telah disesuaikan terhadap pengamatan maksimum dan terhadap panjang pencatatan data.
X p X n . f 1. f 2 ................................................................................................... (A30)
Keterangan:
X n adalah rata-rata data hujan harian maksimum tahunan yang telah lolos penyaringan
S p S n . f 3. f 4 ............................................................................................. (A31)
Keterangan:
Sp adalah simpangan baku yang digunakan pada persamaan (A31)
Sn adalah simpangan baku dari data hujan harian maksimum tahunan yang telah lolos
penyaringan
f3 adalah faktor penyesuaian terhadap pengamatan maksimum (Gambar LA.10)
Besaran 1,13 didasarkan pada penelitian dari ribuan pos hujan untuk hujan durasi 24 jam
yang berasal dari pengukuran durasi tunggal, yaitu durasi 24 jam. Faktor pengali ini tidak
berlaku untuk hujan 24 jam yang berasal dari pengukuran durasi lebih kecil misal 1 jam atau
6 jam.
Keterangan gambar :
Xn adalah rata-rata hujan harian maksimum tahunan
Xn-m adalah rata-rata hujan harian maksimum tahunan tanpa nilai maksimum
Faktor penyesuaian Xn (persen) adalah f1
(Sumber : WMO-NO.332)
Keterangan gambar :
Sn adalah simpangan baku
Sn-m adalah simpangan baku tanpa nilai maksimum
Faktor penyesuaian Sn (persen) adalah f3
(Sumber : WMO-NO.332)
Tahapan yang dilakukan dalam penghitungan hujan maksimum boleh jadi adalah
sebagai berikut :
a) Pengumpulan data;
b) Periksa panjang pencatatan data;
c) Periksa hujan harian maksimum tahunan lebih kecil dari 20 mm;
d) Periksa hujan harian maksimum tahunan terhadap hujan bulanan;
e) Periksa hujan harian maksimum tahunan yang sama atau lebih besar dari 800
mm terhadap bulanannya;
f) Periksa hujan harian maksimum tahunan yang sama atau lebih besar dari 800
mm terhadap hujan harian sebelum dan sesudahnya;
g) Periksa homogenitas, ketidaktergantungan, dan outlier;
h) Periksa secara spasial;
i) Periksa pembandingan nilai Sn, Rmak, dan R100 ;
j) Hitung nilai rata-rata hujan harian maksimum tahunan;
k) Cari nilai Km ;
l) Cari faktor penyesuaian hujan rata-rata maksimum tahunan terhadap
pengamatan maksimum;
m) Cari faktor penyesuaian hujan rata-rata maksimum tahunan terhadap panjang
data;
n) Hitung nilai rata-rata yang telah dikalikan faktor penyesuaian;
o) Hitung simpangan baku;
p) Cari faktor penyesuaian simpangan baku terhadap pengamatan maksimum;
q) Cari faktor penyesuaian simpangan baku terhadap panjang data;
r) Hitung nilai simpangan baku yang telah dikalikan faktor penyesuaian;
s) Hitung nilai hujan maksimum boleh jadi;
t) Kalikan nilai hujan maksimum boleh jadi dengan 1,13;
u) Evaluasi besaran HMBJ yang dihasilkan;
v) Buat draft Peta Isohit;
w) Evaluasi Peta Isohit;
Lampiran F
Referensi B
Metode perhitungan debit banjir yang membutuhkan pengujian lebih lanjut
Untuk menganalisis hidrograf satuan sintetis dengan metode perlu diketahui parameter fisik
dan non fisik. Dari karakteristik fisik DAS dapat dihitung tiga elemen-elemen penting yaitu 1)
waktu puncak (Tp) dan waktu dasar, 2) debit puncak (Qp) dan 3) bentuk dari hidrograf
satuan itu sendiri. Selain parameter fisik terdapat pula parameter non-fisik yang digunakan
untuk proses kalibrasi.
Dalam persamaan (B1) dan (B2) di atas tp = Time lag (jam); Ct = Koefisien kalibrasi dan L =
Panjang sungai (km).
Rumus waktu selang (time lag) dari USGS, parameter kemiringan DAS dan Kondisi DAS
sedang dalam kajian untuk dimodifikasi.
Durasi hujan satuan umumnya diambil Tr=1 jam, namun dapat dipilih durasi lainnya
asalkan dinyatakan dalam satuan jam (misal 0,5 jam, 10 menit = 1/6 jam). Koefisien Ct
diperlukan dalam proses kalibrasi harga Tp. Harga standar koefisien Ct adalah 1,0,
namun jika saat proses kalibrasi dijumpai Tp perhitungan lebih kecil dari Tp
pengamatan, harga diambil Ct > 1,0 sehingga harga Tp akan membesar, sebaliknya jika
Tp perhitungan lebih besar dari Tp pengamatan, harga diambil Ct < 1,0 agar harga Tp
akan mengecil. Proses ini diulang agar Tp perhitungan mendekati Tp pengamatan.
3. HSS ITB-2 memiliki persamaan lengkung naik dan lengkung turun yang
dinyatakan dengan dua persamaan yang berbeda yaitu
Lengkung naik : q( t ) t (0 t 1) ……………………. (B8)
Lengkung turun : q( t ) exp 1 t Cp
(t > 1 s/d ∞)............................ (B9)
Pada persamaan (B8) dan (B9) di atas t=T/Tp dan q=Q/Qp masing-masing adalah
waktu dan debit yang telah dinormalkan, di mana t=T/Tp berharga antara 0 dan 1,
sedang q=Q/Qp. berharga antara 0 dan Tb/Tp. Harga koefisien α dan β bergantung
pada rumus time lag yang digunakan. Jika rumusan time lag menggunakan rumus
Snyder dan Nakayasu maka harga standar koefisien α dan β untuk HSS ITB-1 dan
HSS ITB-2 diberikan pada Tabel LB.1. Jika sangat diperlukan harga koefisien α dan β
dapat dirubah, namun untuk lebih memudahkan proses kalibrasi dilakukan dengan
merubah koefisien Cp.
Tabel LB.1 Harga standar koefisien α dan β
Rumusan Time Lag Harga Coeffisien Standar
Yang Digunakan HSS ITB-1 HSS ITB-2
Snyder (Lc = 1/2 L) α = 1.500 α = 2.500, β = 1.000
Nakayasu α = 0.620 α = 2.500, β = 0.720
Harga standar koefisien Cp adalah 1.0, jika harga debit puncak perhitungan lebih kecil
dari debit puncak pengamatan maka harga diambil Cp > 1.0 ini akan membuat harga
debit puncak membesar, sebaliknya jika debit puncak perhitungan lebih besar dari
hasil pengamatan maka harga diambil Cp < 1.0 agar harga debit puncak mengecil.
satuan R=1 mm yang jatuh selama durasi hujan satu satuan Tr=1 jam, adalah sebagai
berikut :
R ADAS
Qp ............................................................................................... (B10)
3.6 Tp AHSS
Keterangan:
Qp adalah debit puncak hidrograf satuan (m 3/s)
R adalah curah hujan satuan (mm)
Tp adalah waktu mencapai puncak (jam)
ADAS adalah luas DAS (km 2)
AHSS adalah luas kurva hidrograf satuan tak berdimensi (dimensionless unit hydrograph)
yang dilakukan secara numerik dengan metode trapesium
Perbandingan rumusan hidrograf satuan sintetis Snyder-Alexeyev, Snyder-SCS, GAMA-1,
Nakayasu, dan ITB ditunjukkan dalam bentuk tabel dalam Tabel 14
1Tp
T
Qd1 QP 0,3 0 , 3
..................................................................................................... (B18)
1Tp 0,5
1,5T
Qd 2 QP 0,3 0,3
............................................................................................... (B19)
0,21 L0,7 (L < 15 km)
TL = (B21)
0,527 + 0,058 L (L 15 km)
Tp 1,6 TL (B22)
Keterangan:
Qp adalah debit puncak banjir
R adalah hujan satuan
C adalah koefisien
Tp adalah tenggang waktu dari mulai hujan hingga puncak banjir (jam)
T0,3 adalah waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi
30% dari debit puncak
TL adalah time lag (Jam)
L adalah panjang sungai (km)
Tp adalah waktu puncak (Jam)
Qa adalah limpasan sebelum mencapai debit puncak (m 3/s)
T adalah waktu (jam)
Metode ini senantiasa memberikan hasil perhitungan debit banjir yang sangat besar
dibandingkan dengan metode lainnya. Hal ini akan mengakbatkan hasil perencanaan yang
“over design”. (Belum direkomendasikan untuk diaplikasikan di Indonesia, terkecuali telah
dilakukan kalibrasi dan verifikasi nilai parameternya).
Qp 0,042 . A 0.451
. L0,497 .
L0,356
c . S- 0,131. n 0,168 .................................................................................. (B23)
Tr = 0,75 Tg
T0.8 = 0,8 Tr
Tp = Tg+0,8Tr
Tb
Lampiran G
Referensi C
Contoh perhitungan debit banjir dengan metode yang perlu pengkajian
lebih lanjut
Waktu t (t/T p)2.4 ((t-T p)/T 0.3) ((t-T p+0.5*T 0.3)/1.5*T 0.3) ((t-T p+1.5*T 0.3)/2*T 0.3) Hidrogaf Satuan
t/tp Q/Qp
(jam) Qa Qd1 Qd2 Qd3 Q V
0.00 0.000 0.000 0.000 0.00 0.00
1.000 0.058 0.305 0.058 0.22 397.52
2.000 0.305 0.610 0.305 1.17 2495.62
3.000 0.808 0.915 0.808 3.08 7650.06
3.279 1.000 1.000 1.000 3.82 3469.72
4.000 0.868 1.220 0.868 3.32 9256.93
5.000 0.714 1.525 0.714 2.73 10876.81
6.000 0.587 1.830 0.587 2.24 8942.53
7.000 0.483 2.135 0.483 1.84 7352.24
8.000 0.397 2.440 0.397 1.52 6044.76
9.000 0.326 2.745 0.326 1.25 4969.79
9.428 0.300 2.875 0.300 1.15 1841.46
10.000 0.278 3.049 0.278 1.06 2275.08
11.000 0.244 3.354 0.244 0.93 3593.32
12.000 0.214 3.659 0.214 0.82 3153.57
13.000 0.188 3.964 0.188 0.72 2767.63
14.000 0.165 4.269 0.165 0.63 2428.93
15.000 0.145 4.574 0.145 0.55 2131.67
16.000 0.127 4.879 0.127 0.49 1870.80
17.000 0.112 5.184 0.112 0.43 1641.85
18.000 0.098 5.489 0.098 0.37 1440.92
18.651 0.090 5.688 0.090 0.34 840.72
19.000 0.087 5.794 0.087 0.33 425.01
20.000 0.079 6.099 0.079 0.30 1139.95
21.000 0.072 6.404 0.072 0.27 1033.63
22.000 0.065 6.709 0.065 0.25 937.23
23.000 0.059 7.014 0.059 0.22 849.81
24.000 0.053 7.319 0.053 0.20 770.56
25.000 0.048 7.624 0.048 0.18 698.69
26.000 0.044 7.929 0.044 0.17 633.52
27.000 0.040 8.234 0.040 0.15 574.44
28.000 0.036 8.539 0.036 0.14 520.86
29.000 0.033 8.844 0.033 0.12 472.28
30.000 0.030 9.148 0.030 0.11 428.23
31.000 0.027 9.453 0.027 0.10 388.29
32.000 0.024 9.758 0.024 0.09 352.08
33.000 0.022 10.063 0.022 0.08 319.24
34.000 0.020 10.368 0.020 0.08 289.47
35.000 0.018 10.673 0.018 0.07 262.47
36.000 0.016 10.978 0.016 0.06 237.99
37.000 0.015 11.283 0.015 0.06 215.79
38.000 0.014 11.588 0.014 0.05 195.67
39.000 0.012 11.893 0.012 0.05 177.42
40.000 0.011 12.198 0.011 0.04 160.87
41.000 0.010 12.503 0.010 0.04 145.87
42.000 0.009 12.808 0.009 0.03 132.26
43.000 0.008 13.113 0.008 0.03 119.93
44.000 0.008 13.418 0.008 0.03 108.74
45.000 0.007 13.723 0.007 0.03 98.60
46.000 0.006 14.028 0.006 0.02 89.40
47.000 0.006 14.333 0.006 0.02 81.07
48.000 0.005 14.638 0.005 0.02 73.50
49.000 0.005 14.943 0.005 0.02 66.65
50.000 0.004 15.247 0.004 0.02 60.43
Hidrograf satuan yang didapatkan dari hasil analisis menggunakan beberapa pendekatan
model seperti ITB-1, ITB-2, Gama-1 dan Nakayasu dapat dilihat pada Gambar LC.1
sedangkan hidrograf banjir rencana untuk periode ulang hujan 5 tahunan dapat dilihat pada
Gambar LC.2
Dimensional U.H
4.5
ITB-1
4.0 ITB-2
Gama-1
Nakayasu
3.5
3.0
2.5
Q (m3/s)
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
T (Jam)
2500.0 0.0
Reff
ITB-1
ITB-2
Nakayasu
2000.0 Gama-1 500.0
HEC-HMS
1500.0 1000.0
Q (jm3/s)
R (mm)
1000.0 1500.0
500.0 2000.0
0.0 2500.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0
T (Jam)