Dislokasi Sendi Panggul Nurhayati S Ked
Dislokasi Sendi Panggul Nurhayati S Ked
DEFINISI
persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi sendi panggul adalah keadaan dimana
kaput femur keluar dari socketnya pada tulang panggul (pelvis). islokasi sendi panggul
adalah bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
B. ETIOLOGI
Penyebab dislokasi sendi panggul adalah trauma dengan gaya atau tekanan yang
besar seperti kecelakaan kendaraan bermotor, pejalan kaki yang ditabarak mobil, atau
tinggi. Adanya cedera dislokasi menandakan bahwa ada gaya yang mencapai 90 pound atau
bahkan lebih pada mekanisme traumatik atau adanya patologi yang mendasari yang
menyebabkan ketidakstabilan sendi. Penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman lebih
memiliki resiko mengalaminya. Mekanisme klasik untuk dislokasi posterior adalah pada cedera
dashboard, yaitu terjadi gaya yang menekan kepala femur melewati posterior acetabular rim saat
lutut yang terfleksi dan pinggul terhantam dashboard pada kecelakaan. Selain oleh
dashboard,dikatakan juga bahwa cedera ini bisa terjadi saat mekanisme mengerem.Dislokasi
anterior dihasilkan dari rotasi eksternal dan abduksi panggul. Kasus dislokasi posterior
mendekati 90% kasus, sementara dislokasi anterior hanya 10%. 2,3 Cedera nervus sciatic mungkin
terjadi pada 10-20% kasus dan lebih dari setengah pasien juga mengalami fraktur lain.
C. EPIDEMIOLOGI
1
Dislokasi pinggul posterior lebih sering ditemukan dibanding dislokasi pinggul
anterior yaotu sekitar 90 % dari semua jenis dislokasi hips. Frekuensi menurun dengan
dipakainya sabuk pengaman ketika berkendaraan. Anterior dan central dislokasi terjadi
D. ANATOMI
a. Articulatio
Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisphere
dan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”.
Permukaan sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan dibagian bawah membentuk
fibrocartilago dibagian pinggrinya yang disebut sebagai labrum acetabuli. Labrum ini
transversum acetabuli. Persendian ini dibungkus oleh capsula dan melekat di medial
b. Ligamentum
Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah ligamentum yang
kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral yang melekat pada SIAI dan
segitiga. Dasar ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat
2
Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang berbentuk
spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli. Ligamentum ini
mencegah terjadinya hieprekstensi dengan cara memutar caput femoris ke arah medial
Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat
melalui puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui dasarnya pada
ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak pada
3
o Anterior M. Iliopsoas, m.pectineus, m. rectus femoris. M. Iliopsoas dan
d. Perdarahan
Cabang cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexia femoris
e. Persyarafan
superior.
f. Gerakan
mm. Adductores.
o Abduksi dilakukan oleh m. Gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m.
o Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan musculus adductor brevis
serta serabut serabut adductor dari m adductor magnus. Otot otot ini dibantu oleh
o Rotasi lateral
o Rotasi medial
4
E. KLASIFIKASI
a. Dislokasi posterior
Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah
trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur
ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut
tertumpu.
b. Dislokasi anterior
Dislokasi anterior ter adi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus,
5
c. Dislokasi sentral
Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Dislokasi posterior
Type Radiography
Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall
fragment
Type II Dislocation associated with a single large posterior wall fragment
Type III Dislocation with a comminuted posterior wall fragment
Type IV Dislocation with fracture of the acetabular floor
Type V Dislocation with fracture of the femoral head
b. Dislokasi anterior
6
3) Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur dapat diraba dengan
mudah
Type Radiography
Type II IA No associated fractures
IB Associated fracture or impaction of the femoral
Superior dislocations,
head
including pubic and IC Associated fracture of the acetabulum
subspinous
Type II IIA No associated fractures
IIB Associated fracture or impaction of the femoral
Inferior dislocations,
head
including obturator, and IIC Associated fracture of the acetabulum
perineal
Klasifikasi ini menetukan prognostic dimana yang berkaitan dengan acetabulum atau
c. Dislokasi Sentral
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiografi
o Dislokasi posterior
Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum Femur adduksi dan internal
rotasi.
7
Gambar X: Dislokasi Posterior
o Dislokasi anterior
o Dislokasi sentral
b. CT-Scan
o Dislokasi posterior
8
Gambar X: dislokasi posterior
o Dislokasi anterior
H. TATALAKSANA
a. Dislokasi posterior
9
Penderita dibaringkan di 1antai dan pembantu menahan panggul. Sendi panggul
difleksikan 90° dan kemudian dilakukan tarikan pada pada secara vertikal.
Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai exercise Weight
Pengobatan pada tipe ini dengan reduksi tertutup dan dapat dilakukan dengan
Metode stimson
Melakukan fleksi pada lutut sebesar 90º dan tungkai diadduksi ringan dan
rotasi medial
Melakukan traksi vertikal dan kaput femur diangkat dari bagian posterior
asetabulum
Metode bigelow
10
Penderita dalam posisi terlentang dilantai
dan ilium
Tungkai difleksikan 90º atau lebih pada daerah abdomen dan dilakukan
traksi longitudinal
Metode allis
b. Dislokasi anterior
11
Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada saat fleksi dan tarikan
c. Dislokasi sentral
Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada fraktur
Berdasarkan type:
besar kasus dilakukan reduksi reduksi tertutup. Seorang asisten menahan pelvis, ahli
bedah ortopedi memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan menarik
paha keatas secara vertikal. Setelah direposisi, stabilitas sendi diperiksa apakah sendi
panggul dapat didislokasi dengan cara menggerakkan secara vertikal pada sendi
panggul.
mereda.
Pada tipe II, sering diterapi dengan reduksi terbuka dan fiksasi anatomis pada
fragmen yang terkena. Terutama jika sendi tidak stabil atau fragmen besar tidak
tereduksi dengan reduksi tertutup, reduksi terbuka dan fiksasi internal dan
Pada cedera tipe III umumnya diterapi dengan reduksi tertutup, kecuali jika
ada fragmen yang terjebak dalam asetabulum, maka dilakukan tindakan reduksi
terbuka dan pemasangan fiksasi interna dan traksi dipertahankan selama 6 minggu.
12
Cedera tipe IV dan V awalnya diterapi dengan reduksi tertutup. Fragmen caput
femoris dapat tepat berada ditempatnya dan dapat dibuktikan dengan foto atau ct scan
pasca reduksi. Jika fragmen tetap tak tereduksi maka dilakukan reduksi terbuka
dengan caput femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya dengan
I. KOMPLIKASI
a. Komplikasi dini
Cedera nervus skiatikus terjadi 10-14% pada dislokasi posterior selama awal
trauma atau selama relokasi. Fungsi nervus dapat digunakan sebagai verifikasi
sebelum dan sesudah relokasi untuk mendeteksi terjadinya komplikasi ini. Jika
ditemukan adanya dysfungsi atau lesi pada nervus ini setelah reposisi maka
sering membutuhkan waktu lama beberapa bulan dan untuk sementara itu
tungkai harus dihindarkan dari cedera dan pergelangan kaki harus dibebat untuk
pecah.
13
4) Fraktur diafisis femur
adanya dislokasi panggul, bilamana pada fraktur femur ditemukan posisi fraktur
b. Komplikasi lanjut
1) Nekrosis avaskular
Persediaan darah pada caput femoris sangat terganggu sekurang kurangnya 10% pada
dislokasi panggul traumatik, kalau reduksi ditunda menjadi beberapa jam maka
sinar x sebagai peningkatan kepadatan caput femoris, tetapi perubahan ini tidak
ditemukan sekurang kurangnya selama 6 minggu, bahkan ada yang 2 tahun dan pada
2) Miositis ossifikans
Hal ini dikarenakan reduksi yang terlalu lama sehingga sulit dimanipulasi dengan
reduksi tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Dengan seperti ini insidensi
kekakuan dan nekrosis avaskular sangat meningkat dan dikemudian hari pembedahan
reksontruktif diperlukan.
4) Osteoarthritis
Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh kerusakan kartilago saat
dislokasi, adanya fragmen yang tertahan dalam sendi, atau nekrosis iskemik pada
caput femoris.
14
J. PROGNOSIS
o Prognosis dari dislokasi sendi panggul tergantung dari adanya kerusakan jaringan
o Pada keseluruhan, dislokasi anterior memiliki prognosis yang lebih baik daripada
dislokasi posterior. Penelitian menunjukkan prognosis buruk terjadi pada 25% pasien
terjadi sekitar 4% dari pasien dan osteoatritis sekunder juga dapat terjadi.
Grade III dan IV memiliki resiko tinggi untuk terjadinya avaskular osteonekrosis
15
DAFTAR PUSTAKA
Apley, Graham dan Louis Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Appley. Jakarta : Widya Medika.
Moore, Keith L dan Anne M. R. Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : EGC.
Steelei, Joseph R dan John R. Edwards. 1997. Traumatic Anterior Dislocation of the
Hip : Spectrum of Plain Film and CT Findings. Jurnal 1997.
http://www.ajronline.org
16