DI SUSUN OLEH:
ANITA
18001050
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan pada anak merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi
dalam bidang kesehatan. Dalam profil pengendalian penyakit di Amerika
Serikat melaporkan ada sekitar dua pertiga anak yang mendapatkan bantuan
penyediaan perawatan kesehatan atas alasan kondisi febris akut dalam dua
tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada
bayi dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph, 2006).
Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih pada
saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya
berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada
musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan begitu sebaliknya.
Terjadinya perubahan cuaca memepengaruhi perubahan kondisi kesehatan
anak, kondisi anak dari sehat ke sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk
meningkatkan suhu yang biasanya di atas suhu tubuh normal (Mohamad,
2011).
Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal (Avin, 2007). Panas atau demam kondisi
dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38oC. Namun
demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38,5oC, dan
dari meningkatnya suhu tubuh dapat mengakibatkan produksi panas yang
berlebih yaitu di atas kisaran suhu tubuh normal (Purwanti, 2008).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa jumlah kasus
demam diseluruh dunia mencapai 18-34 juta jiwa, anak merupakan paling
rentang terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari
dewasa. Di hampir semua daerah, insiden demam banyak terjadi pada anak
usia 5-19 tahun (Suriadi, 2010).
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan
oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph, 2006). Demam
yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29-52%, sedangkan 11-20%
dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolic, 11-12% dengan penyakit lain
(Avin 2007).
Menurut Purwanti (2008) demam dapat mengakibatkan dehidrasi berat
bahkan bisa meninggal karena pada saat demam, terjadi peningkatan
pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi serta
mengakibatkan kejang demam pada anak. Berdasarkan uraian di atas dapat
dilihat bahwa jika demam tidak segera ditangani bisa mengakibatkan hal yang
tidak diinginkan, sehingga perawat mempunyai peran penting dalam mengatasi
demam misalnya dengan melakukan tindakan keperawatan secara mandiri dan
pasien dengan demam juga memerlukan pemantauan untuk menghindari halhal
yang tidak diinginkan.
Penanganan pada pasien demam menurut Sukamto (2005) yaitu dengan
cara memakaikan baju yang nyaman, memberi obat penurun panas jika suhu
badan anak lebih dari 39oC, mengompres menggunakan air hangat,
menghindari membangunkan anak yang sedang tidur untuk memberi obat
karena tidur sangat dibutuhkan bagi anak untuk mengumpulkan energi yang
bertujuan untuk melawan infeksi. Pertolongan pertama yang aman bisa
dilakukan oleh ibu dirumah ketika anaknya demam yaitu dengan cara kompres
hangat untuk meurunkan suhu tubuh, Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Mohamad, (2011) yang menunjukan hasil bahwa kompres air hangat dapat
menurunkan suhu
tubuh secara efektif. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perlu
adanya pembahasan tentang demam dalam proses pemenuhan kebutuhan
termoregulasi.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendiskripsikan
asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan kenyamanan hipertermi pada An. F di
Ruang Ismail II
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan kebutuhan pemenuhan kenyamanan
hipertermi
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kebutuhan
pemenuhan kenyamanan hipertermi
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pemenuhan kenyamanan hipertermi
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
Kenyamanan hipertermi
e. Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kenyamanan
hipertermi
f. Mendeskrisikan analisa tindakan kompres hangat
DAFTAR PUSTAKA
a. Pengertian
a. Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk
mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 370C (peroral)
atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal (Linda Juall Corpenito)
b. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal(NANDA
International 2009-2011)
c. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan
normal(Doenges Marilynn E.)
Mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gel. Panas inframerah (panjang
gelombang 5 – 20 mm), tanpa adanya kontak langsung
Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu
udara lebih dingin dari kulit
Konduksi
Perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda – benda yg ada
disekitar tubuh
Proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil à sifat isolator
benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif
terus menerus
Selama suhu kulit >> tinggi suhu lingkungan à panas hilang melalui radiasi &
konduksi, tetapi ketika suhu lingkungan >> tinggi suhu kulit , tubuh melepaskan
panas dengan evaporasi
@ 1 gram air yg mengalami evaporasi à kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilo
kalori
Evaporasi tidak dapat dikendalikan o/k terjadi akibat difusi molekul air secara
terus menerus melalui kulit & sistem pernafasan (IWL)
Konveksi
b. Etiologi
Dehidrasi
Peningkatan suhu tubuh juga dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi panas
andogen (olahraga berat, hepertermia maligna, sindrom neuroleptik, hipertiroiddisme)
pengurangan kehilangan panas atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu
tinggi( sengatan panas)
c. Manifestasi Klinis
Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia bermanfaat
sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1 yang akan mengaktifkan
sel T. suhu tinggi (demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja) sel T dan B
terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera
setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu).
A. Latar Belakang
Kesehatan pada anak merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi
dalam bidang kesehatan. Dalam profil pengendalian penyakit di Amerika
Serikat melaporkan ada sekitar dua pertiga anak yang mendapatkan bantuan
penyediaan perawatan kesehatan atas alasan kondisi febris akut dalam dua
tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada
bayi dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph, 2006).
Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih pada
saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya
berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada
musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan begitu sebaliknya.
Terjadinya perubahan cuaca memepengaruhi perubahan kondisi kesehatan
anak, kondisi anak dari sehat ke sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk
meningkatkan suhu yang biasanya di atas suhu tubuh normal (Mohamad,
2011).
Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal (Avin, 2007). Panas atau demam kondisi
dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38oC. Namun
demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38,5oC, dan
dari meningkatnya suhu tubuh dapat mengakibatkan produksi panas yang
berlebih yaitu di atas kisaran suhu tubuh normal (Purwanti, 2008).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa jumlah kasus
demam diseluruh dunia mencapai 18-34 juta jiwa, anak merupakan paling
rentang terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari
dewasa. Di hampir semua daerah, insiden demam banyak terjadi pada anak
usia 5-19 tahun (Suriadi, 2010).
d. Pathway demam (hipertermi)
Infeksi atau cedera jaringan
↓
Inflamasi
↓
Akumulasi monosit,
Makrofag, sel T helper dan fibroblas
↓
Pelepasan pirogen endogen (sitokin)
↓
Interleukin-1
Interleukin-6
↓
Merangsang saraf vagus
↓
Sinyal mencapai
Sistem saraf pusat
↓
Pembentukan prostaglandin otak
↓
Merangsang hipotalamus
Meningkatkan titik patokan suhu
(sel point)
↓
Menggigil, meningkatkan suhu basal
↓
Hipertermi
e. Komplikasi
Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral
yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena
terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme
ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat
diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja
yang tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik (Hucke, et al, 1991).
f. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
Data Subyektif
Data Obyektif
Ø Suhu tubuh pasien meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan / Intervensi
Rencana Tujuan
Setelah diberikan ASKEP selama 3×24 jam diharapkan hipertermi dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
o Suhu tubuh pasien turun
o Suhu 36-37,5℃
o Mukosa bibir pasien tidak kering lagi
o Kulit pasien tidak hangat bila disentuh
o Pasien tidak lemas
Rencana Tindakan/intervensi
o Observasi TTV pasien
o Observasi KU pasien
o Berikan kompres hangat
o Berikan minum air putih yang banyak
o Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis dan menyerap keringat
o Kolaborasi pemberian obat antipiretik untuk mengetahui perkembangan
pasien
Rasional
o Untuk mengetahui perkembangan pasien, kompres hangat mampu
menurunkan suhu tubuh pasien agar kembali normal
o Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengganti cairan yang
hilang akibat hipertermi
o Untuk mempercepat proses penguapan panas
o Dengan pemberian obat tersebut dapat menetralkan panas tubuh dan
membantu antibody melawan infeksi
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium :
- Hematologi
- Hemoglobin
- Leukosit
- Hematokrit
- Trombosit
- Eritrosit
BAB III
NIM : 18001050
A. Pengkajian
I. Identitas
1. Nama : An. F
2. Umur : 12 thn
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Peterongan Timur
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Jawa
7. Diagnosa medis : Febris
1. Nama : Ny. E
2. Umur : 33 thn
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Peterongan Timur
5. Pekerjaan : IRT
6. Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
I. Pengkajian
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke RS Muhammadiyah Roemani diantar oleh keluarganya pada tanggal
25 September 2016 dengan keluhan Panas, mual dan Muntah, An F mengatakan panas
dialami 2 hari yang lalu sebelum masuk RS
C. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah dirawat di RS dengan keluhan
yang sama yaitu demam, Klien tidak ada alergi terhadap obat-obatan.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
seperti yang dialami pasien
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umun
Saat dilakukan pemeriksaan fisik di dapat hasil TTV
TD : 100/70 mm/Hg SB : 38,7ºC SpO2 : 97%
N : 97x/m RR: 26x/m BB : 27 kg
2. Kepala
Bentuk kepala mesocepal,tidak ada jejas, rambut hitam bersih, keadaan mata
konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik, hidung tidak tampak adanya abses
ataupun luka dan tidak ada pembesaran polip,keadaan telinga tampak adanya
serumen, semetris, tidak ada gangguan pada pendengaran, keadaan mulut bibir
kering,tidak ada stomatitis, tidak ada gigi berlubang, gigi kuning, keadaan mulut
tampak kotor.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : teraba getar vokal fremitus
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler tidak ada suara nafas tambahan
Jantung
Palpasi : Tidak tampak Ictus cordis
Palpasi : Teraba Ictus Cordis
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 S2 reguler
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak oedema ataupun luka
Aus : Bising usus 20x/m
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Ekstremitas
Atas : Terpasang Infus pada tangan kanan RL 10 tts/m, akral hangat
Bawah : Tidak tampak oedema ataupun luka, akral teraba hangat
G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
2 Resiko Setelah diberikan 1. Monitoring adanya mual o Merupakan indikator dari volume
tindakan keperawatan cairan
kekurangan muntah
diharapkan cairan dan
volume cairan elektrolit klien 2. Pantau vital sign o Memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan
seimbang, dengan mengganti cairan yang hilang
berhubungan 3. Pantau pemberian terapi IV
kriteria hasil :
dengan output - Turgor kulit 4. Monitoring status hidrasi o Adanya perubahan pola makan seperti
elastis nafsu makan berkurang akan dapat
berlebih (membran mukosa dan
- Intake dan memperburuk status klien karena
(muntah- output seimbang keadekuatan nadi ) intake kurang
- TTV dalam
muntah)
rentang normal
BP : 120/80
mm/Hg
RR: 15-20x/m
HR: 60-100x/m
SB : 36,5-37ºC
V. Implementasi
II
II
- anjurkan klien untuk banyak minum air - Klien kooperatif
putih
I, II
27/08-2020 - Kaji keadaan Umum klien - K/u sedang
P : - intervensi pertahankan
P : Intervensi pertankan
Rabu/28-08- S : klien mengatakan anaknya sudah tidak demam lagi
2020 Klien mengatakan tidak muntah lagi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi pertahankan