Harus Memiliki Penderian Yang Tetap Dalam Beriman

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

HARUS MEMILIKI PENDERIAN YANG TETAP DALAM BERIMAN

Hadirin Rahimakumullah,
Dalam percaturan dunia saat ini yang segalanya berubah dengan begitu cepat ke
arah kemajuan atau ke arah kebinasaan ,ke arah kemakmuran atau ke arah
keruntuhan,ke arah ketaqwaan atau ke arah ke maksiatan ,semua itu dapat
memengaruhi keimanan dan ketaqwaan.
Berdasarkaan pengalaman banyak yang kita temui bahwa manusia ada yang tidak
tetap pendiriannya dalam memegang islam dan keimanannya,sebahagian lagi ada
lagi yang beragama islam dan kuat keimanannya setelah mendapat kehidupan
yang susah,sebahagian lagi ada yang memegang islam setelah mendapat
kesenangan.Dua golongan manusia ini tidak yakin akan kebenaran islam yang
dipegangnya dan tidak percaya bahwa agama islam dapat diharapkan akan
mendapatkan kesejahteraan masyarakat dan peri kemanusiaan,ketenangan hidup
dan kebahagiaan dunia akhirat.
Bagi manusia yang pandangan hidupnya dalam beragama tidak memiliki
pendirian yang tetap Allah swt.mencela;

“Dan diantara manusia ada yang ibadahnya kepada Allah tidak tetap,yaitu jika
dengan kesenangan dia tetap ibadah,sedangkan jika tertimpa musibah dia
memalingkan mukanya (murtad).Dia rugi dunia akherat .Itu adalah kerugian
yang jelas nyata”.(QS.Al Hajj :11).
Dalam hadits Qudsi diterangkan tentang manusia yang tidak tetap pendiriannya
dalam memegang islam;
“Sesungguhnya sebahagian dari hamba-hamba Kami yang tidak beres imannya
kecuali harus dengan kekayaan.Tetapi jika Kami beri kemiskinan pasti dia
menjadi kufur”

“Dan sesungguhnya sebahagian dari hamba-hamba Kami ada yang tidak beres
imannya kecuali kalau diberi kemiskinan.Tetapi kalau Kami beri kekayaan pasti
dia menjadi kufur”

“Dan sesungguhnya sebahagian dari hamba-hamba Kami ada yang tidak beres
imannya kecuali kalau Kami beri penyakit.Tetapi jika Kami beri kesehatan pasti
dia kufur”

“Dan sesungguhnya sebahagian dari hamba-hamba Kami ada yang tidak beres
imannya kecuali kalau diberi kesehatan .Tetapi jika Kami beri penyakit pasti dia
kufur”.HR.Al Khatib.
Berdasarkan ilustrasi di atas lepasnya keimanan seseorang akibat keadaan yang
menimpa dirinyaa yaitu kadaan hidup susah atau senang,hidup kaya atau
miskin,hidup sehat atau sakit.Kita harus punya pendirian yang didasari oleh
agama islam dan keimanan kepada Allah swt.yang tidak bisa berubah karena
rubahnya keadaan dan zaman.Keimanan jangan sampai lepas lantaran hidup
susah atau senang yang menggoda atau mencoba kepada kita,Sebab susah dan
senang tetap akan datang silih berganti .Walau demikian apapun keadaannya
tetap agama dan keimanan jangan sampai lepas.
RASA MALU MELAKUKAN TINDAKAN MAKSIAT SEBAGAI MANIFESTASI TAQWA
Hadirin Rahimakumullah,
Ada yang paling berbahaya yang menyebabkan lepasnya iman seseorang bahkan
akan berdampak terhadap kehancuran ummat,penyebab lepasnya iman itu
adalah “hilangnya rasa malu”.Tidak malu bermuat dasa dan maksiat,tidak malu
dan tidak merasa bersalah berbuat sogok,suap,korupsi,berzinah membuka
aurat,berbohong,ghibah,tipu menipu dll.
Rasa malu ( Al Hayaa’) untuk bebuat dopsa dan maksiat sesungguhnya
merupakan fondasi utama untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah swt.Orang-
orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah swt pasti memiliki rasa malu dan
takut kepada Allah swt untuk melakukan tindakan dosa dan maksiat.Karena rasa
malu ( Al Hayaa’) merupakan salah satu ciri dari orang yang beriman.Nabi
Muhammad saw pernah bersabda dalam hadits shahih;

“Rasa malu itu merrupakan bagian dari iman”HR.Muslim dan At Tirmidzi.


Nabi Muhammad saw memberikan gambaran bagai mana Allah menghancurkan
suatu ummat karena telah hilang rasa malu ( Al Hayaa’):

“Sesungguhnya Allah jika menginginkan membunasakan satu hamba ,Dia


mencaut dari hamba itu rasa malu (Al Hayaa’),dan ketika sudah dixabut rasa
malunya maka selamanya hamba itu ada dalam keadaan murka atau dimurkai
atau menjikan”
“Jika keadaannya sudah demikian (murka atau dimurkai atau menjijikan)maka
selanjutnya bakal dicabut dari dirnya sifat amanat.Dan ketika sudah dicabut
dari dirinya sifat amanat ,maka akan Nampak pada hamba itu dalam keadaan
khianat atau dikhianati”

“Dan setelah itu akan dicabut rasa kasih sayang akan diganti dengan sifat
kejam dan dzolim.Dan jika sudah tidak ada rasa sifat kasih sayang dalam hati
manusia maka selamanya akan jauh dari rahmat Allah serta akan dilaknat
terus akan lepas dari ikatan imannya”.HR.Ibnu Majah.

Hadirin Rahimakumullah,
Hadits tersebut di atas menerangkan bahwa sebab-sebab lepasnya ikatan iman
(Ribqatun Iman),iman diibaratkan tambang yang bertali tiga lembar yang
mengikat (ribqah).Tali lembar pertamarasa malu (al hayaa’),tali lemar kedua
amanah (al amanah),tali lembar ketiga rasa kasih sayang ( Ar Rahmah).Jika salah
satu lembar tali putus maka seterusnya lembar-lembar tali yang lain akan putus
bahkan jadi lepas ikatannya (ribqahnya).
Yang menjadi pokok dari ikatan iman adalah rasa malu, rasa malu bagaikan rem
yang bisa menahan diri dari perilaku salah dan dosa, sebab selagi ada rasa malu
tentu kebebasan hawa nafsu akan terhalang, godaan syetan terhindarkan. Ketika
rasa malu hilang atau musnah makna nampak kemaksiatan seperti aksi-aksi
pornografi, berbusana dengan memamerkan auratn perzinahan merajalela,
perjudian dimana-mana, berbuat bohong, menipu, dusta, korupsi, sogok, dan
suap. Sudah menjadi kebiasaan semua itu dilakukan dengan tanpa rasa malu dan
tidak merasa salah. Jika keadaan sudah demikian maka keadaan sudah menjijikan,
keadaan yang hina menghinakan.
Ketika rasa malu musnah maka amanat akan putus, artinya manusia menjadi tidak
jujur diganti sifat khianat, bahwa lupa bahwa diri ini adalah amanat, tiap-tiap
anggota badan akan dihisab, tiap-tiap harta akan diminta pertanggung
jawabnnya. Ketika amanat hilang tentu dalam melakukan usaha atau kasab atau
dalam mendapat harta, tahta dan jabatan tidak akan pilih-pilih mana halal mana
haram, tidak peduli hak dan nasib orang lain. Maka dalam keadaan seperti itu
terjadi dimasyarakat saling curiga, saling hianat menghianati, korupsi, sogok,
suap, tipu menipu, money politic, dan lain sebagainya.
Ketika amat hilang maka akan timbul sifat kejam dan zholim, keadaan jauh dari
rasa kasih sayang, terjadi terror meneror, kekerasan bahkan pembunuhan bisa
terjadi. Ketika keadaan sudah kejam dan zholim jauh dari rasa kasih sayang maka
saat itu pula jauh dari rahmat Allah dan dilaknat Allah maka saat itulah putus
ikatan imannya.
Hadirin Rahimakumullah
Agar tidak lepas keimanan kita hendaklah kita harus punya rasa malu malu untuk
melakukan tindakan maksiat, sebab punya rasa malu melakukan tindakan maksiat
merupakan manifesti taqwa kepada Allah SWT.
Ketika kuat dan kokoh ikatan iman (ribqotun iman) maka akan membawa kepada
istiqomah, istiqomah adalah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal
sholeh.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami Allah”, kenudian


mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
mereka tidak (pula) berduka cita.”

“Mereka itulah penghuni-penghuni surge, mereka kekal didalamnya, sebagai


balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaaf : 13,14)

Anda mungkin juga menyukai