ANALISA PICO JURNAL PENINGKATAN KEKUATAN MOTORIK PASIEN STROKE NON
HEMORAGIK DENGAN LATIHAN MENGGENGGAM BOLA KARET (Studi di Ruang Flamboyan
RSUD Jombang)
Analisa PICO Critical Thinking
P : Populasi Responden Stroke Non Stroke adalah penyakit yang menun Haemoragik di Ruang Flamboyan RSUD jukkan adanya kematian jaringan Jombang menyebabkan kelainan patologis didalam otak yang berlangsung selama 24 jam atau Jumlah 16 Responden dengan kriteria data lebih yang dapat memicu pecahnya Umum: pembuluh darah sehingga suplai darah ke a. Berdasarkan Jenis Kelamin otak menjadi berkurang (Wijaya dan 9 resposden laki-laki (56,25)% Mariza, 2013) 7 responden perempuan (43,75% Stroke non haemoragik adalah stroke b. Berdasarkan Umur yang terjadi karena adanya emboli dan
1 responden umur 36-60 (6,25)% thrombosis serebral yang menimbulkan
2 responden umur 46-50 (12,50)% hipoksia sehingga dapat memicu edema
sekunder. Kesadaran pasien pada stroke 13 responden umur >50 (81,25)% non haemoragik tidak mengalami c. Berdasarkan Riwayat Hipertensi penurunan atau bisa dikatakan baik. Stroke 11 responden ada riwayat (78,75)% iskemia terjadi adanya penumpukan lemak 5 responden tidak ada riwayat (31,25)% si arteri karotis, asrteri serebri sehingga d. Berdasarkan Riwayat Merokok mengakibatkan sumbatan yang dapat 7 responden merokok (43,75)% mengakibatkan kematian jaringan otak. 9 responden tidak merokok (56,25)% (Wijaya dan Mariza, 2013) e. Berdasarkan Riwayat DM 3 responden riwayat DM (18,75) 13 responden tidak ada riwayat DM (81,25) % f. Berdasarkan Penyakit Kardiovaskuler 6 reponden ada riwayat (37,50)% 10 responden tidak ada riwayat (62,50)% g. Berdasarkan Penyakit Lain 8 responden ada penyakit (50)% 8 responden tidak ada penyakit (50)% h. Berdasarkan Tingkat Pendidikan 3 responden tidak tamat (18,75)% 7 responden SD (43,75)% 3 responden SMP (18,75)% 2 responden SMA (12,50)% 1 responden perguruan tinggi (6,25)%
Jumlah 16 Responden dengan kriteria data
Khusus (kemampuan Motorik) a. Pre-Test 7 responden kurang (43,25)% 6 responden moderat (37,50)% 3 cukup baik (18,75)% b. Pre-Test 0 responden kurang (0,0)% 3 responden moderat (18,75)% 13 cukup baik (81,25)%
I : Intervensi responden Stroke Non Latihan menggenggam bola
Haemoragik di Ruang Flamboyan RSUD merupakan bentuk latihan gerak aktif asitif Jombang yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri a. Latihan menggenggam bola sesuai dengan dengan bantuan gaya dari luar seperti prosedur pelaksanaan : terapis, dan alat mekanis (Tegar, 2011) 1. Posisikan responden dengan senyaman Latihan menggenggam bola dapat mungkin mempertahankan fungsi tubuh dan 2. Letakkan bola karet diatas telapak tangan mncegah adanya sesuatu kompliksi akibat responden yang mengalami kelemahan kelemahan pada eksremitas atas (Chaidir 3. Instruksikan responden untuk mengganggam Reny, 2014) atau mencengkramkan bola karet Bola karet digunakan sebagai media 4. Kemudian kendurkan genggaman atau karena berpengaruh untuk meningkatkan cengkraman tangan kekuatan otot pada eksremitas atas yang 5. Instruksikan responden untuk mengulangi mnegalammi kelemahan melalui menggenggam atau mencengjram bola karet, rangsangan latihan menggenggam lakukan secara berulang ulang selama durasi sehingga dapat meningkatkan kekuatan satu sampai dua menit motorik responden stroke (Adi dan 6. Setelah selesai instruksikan untuk Kartika, 2017) melepaskan genggaman atau cengkraman bola karet pada tangan b. Frekuensi yang ideal adalah 2-3 kali perminggu dengan waktu 15-20 menit selama sesi latihan Compare :.................................................... ................................................. Outcome : 1. Meningkatkan kekuatan otot 2. Memperbaiki tonus otot serta reflex tendon yang mengalami kelemahan 3. Menstimulasi saraf motorik pada tangan yang akan diteruskan ke otak.
Kelebihan – kelemahan penelitian
1. Kelebihan : Penelitian ini mudah dilakukan secara kuantitatif yang biasa digunakan pada kondisi emergensi atau pasien kritis sebagaian besar menggunakan pemeriksaan GCS ini . 2. Kelemahan : penggunaan metode stimulasi sensori ini tidak bisa dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan sistem pengindraan/gangguan persepsi sensori.