Anda di halaman 1dari 5

Rosida, Jurnal PROTEIN

Pengaruh Konsentrasi Starter Lactobacillus plantarum dan Lama


Fermentasi terhadap Kualitas dan Kerusakan Produk Terasi

The Effect of Starter (Lactobaccilus plantarum) Concentration and


Fermentation Time on The Quality dan Deterioration of Terasi Product
Rosida1 dan Enny Karti Basuki Susiloningsih2
1
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pangan FTI UPN Veteran Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya

Abstract
Background: Terasi is a paste-like product, made from small shrimp/fish, used as flavor enhancer agent, has
brownish red color and strong flavor. The aim of this research was to determine the concentration of starter
(Lactobacillus plantarum) and fermentation time in order to produce terasi that has good quality and can hamper
the growth of Staphylococcus aureus and E. coli.
Methods: This research used a Completely Randomized Design with factorial pattern (two factors) and three
times repetition. The first factor was the concentration of starter (Lactobacillus plantarum) (0, 3, 6, and 9%). The
second factor was fermentation time (1, 2, and 3 weeks).
Result: The best treatment was combination of concentration of starter (Lactobacillus plantarum) (9%) and 2
weeks fermentation. Terasi product had 19,36 % soluble protein content, pH 5.96, a w = 0.89, total
Staphylococcus aureus = 32.3 (cfu/g), total E. coli = 0, smelling score = 3.87 and texture score = 2.93.

Key words: terasi, fermentation time, starter, Lactobacillus plantarum, Staphylococcus aureus, E. coli.

Abstraksi
Latar belakang: Terasi adalah produk berbentuk pasta, terbuat dari udang kecil/ikan, digunakan sebagai bahan
penambah citarasa, mempunyai warna merah kecoklatan dan citarasa yang tajam. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum) dan lama fermentasi untuk menghasilkan terasi
yang mempunyai kualitas yang baik dan dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan E. coli.
Metode: Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial (2 faktor) dan 3 kali ulangan.
Faktor pertama adalah konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum) (0, 3, 6, and 9%). Faktor kedua adalah lama
fermentasi (1, 2 dan 3 minggu).
Kesimpulan: Perlakuan terbaik adalah kombinasi konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum) 9% dan lama
fermentasi 2 minggu. Produk terasi tersebut mempunyai kadar protein terlarut 19,30%, pH 5,96, aw = 0,89, total
Staphylococcus aureus = 32,3 (cfu/g), total E. coli = 0, skor aroma = 3,87 and skor tekstur = 2,93.

Kata kunci: terasi, lama fermentasi, starter, Lactobacillus plantarum, Staphylococcus aureus, E. coli

PENDAHULUAN
Bahan yang ditambahkan dalam
Terasi merupakan produk berbentuk pembuatan terasi adalah garam, tepung tapioka,
seperti pasta, berwarna merah kecoklatan, tepung beras, atau tepung lainnya. Bahan-bahan
dibuat dari udang atau ikan yang berukuran inilah yang selanjutnya menentukan mutu dan
kecil dan mempunyai aroma yang kuat citarasa terasi yang dihasilkan (Astawan dan
(Rahman, 1992). Rebon dapat digunakan Astawan, 1989). Fungsi tapioka dalam
sebagai bahan baku pembuatan terasi karena pembuatan terasi adalah sebagai substrat bagi
rebon tersebut memiliki kulit dan cangkang pertumbuhan mikroorganisme (Norman, 1980)
yang lunak sehingga memungkinkan untuk dan untuk menambah volume terasi (Astawan
dihancurkan secara sempurna (Suprapti, 2002). dan Astawan, 1989).
Menurut Rahayu (1992), komposisi rebon
basah adalah 16,2 g, protein 0,7 g, karbohidrat Menurut Susanto (1993), garam dalam
1,2 g, dan 21,6 g air. pembuatan terasi mempunyai peranan utama

72
Vol.15 N0.2 Tahun 2007 Pengaruh Konsentrasi Starter Lactobacillus plantar

sebagai pemberi rasa asin dan sebagai fermentasi dan penghambatan bakteri S. aureus
pengawet. Dalam pembuatan produk-produk dan E. Coli pada terasi.
fermentasi ikan/udang lainnya juga
ditambahkan garam dalam jumlah yang MATERI DAN METODE
optimum untuk merangsang pertumbuhan
bakteri asam laktat. Oleh karena itu fermentasi Bahan
dalam ikan/udang seringkali merupakan Bahan yang digunakan adalah udang
gabungan antara fermentasi garam dengan kecil (rebon) yang diperoleh dari petani tambak
fermentasi asam laktat. Pada fermentasi asam di Sidoarjo, kultur Lactobacillus plantarum
laktat terjadi proses otolisis atau enzimatis yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
dengan adanya aktivitas bakteri halofilik atau FMIPA Unair; tepung tapioka, garam, aquades,
halotoleran. Fermentasi asam laktat kalium oksalat, formaldehid, NaOH,
berlangsung secara anaerobik oleh mikrobia penolphtalein, media EMB (media selektif
anaerob atau obligat anaerob. E.coli), media MSA (media selektif S.aureus),
dan MRS Broth yang diperoleh dari
Bakteri asam laktat merupakan bakteri Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unair.
yang dapat menekan atau menghambat Alat
pertumbuhan bakteri patogen yang terdapat Alat yang digunakan adalah timbangan,
pada produk fermentasi ikan/udang seperti grinder, wadah plastik, blender, labu ukur,
Staphylococcus aureus, B. cereus, dan B. pisau, erlenmeyer, petridish, dan alat-alat gelas
fluorescens (Schved et al., 1993 didalam Jenie untuk analisa.
et al., 1999). Selain itu, penambahan inokulum
bakteri asam laktat pada terasi akan Metode Penelitian
mempercepat proses fermentasi. Bakteri asam Penelitian ini menggunakan Rancangan
laktat dalam penelitian sebelumnya digunakan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor
pada proses pembuatan ikan peda (Rahayu, yang diulang tiga kali.
1992) dan ikan kembung rendah garam (Jenie Faktor I : Konsentrasi Bakteri Asam Laktat (0,
et. al., 1999). 3, 6, 9 %)
Faktor II : Lama Fermentasi (1, 2, 3 minggu)
Penghambatan bakteri patogen tidak
hanya disebabkan oleh rendahnya pH produk. Data yang diperoleh dianalisa dengan
Bakteri asam laktat yang hidup dan bertahan menggunakan analisa ragam. Jika terdapat
dengan baik pada keasaman yang rendah perbedaan yang nyata diantara perlakuan
berperan dalam sekresi anti mikrobia (Fardiaz dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT).
et. al., 1996). Bakteri asam laktat menghasilkan
zat yang bersifat racun bagi mikroba lain seperti HASIL DAN PEMBAHASAN
bakteriosin, asam laktat, asam asetat, asam
format dan hidrogen peroksida (Chandan, 1982 Hasil Analisa Kimia Bahan Awal
didalam Fardiaz et.al., 1996). Hasil analisa bahan baku (rebon setengah
kering) dapat dilihat pada Tabel 1.
Bakteriosin dapat menghambat bakteri Hasil Analisa Produk Terasi
patogen. Hal ini disebabkan karena bakteriosin Hasil analisis kimia dan mikrobiologi
merupakan bakterisidal yang sensitif terhadap terasi dari perlakuan lama fermentasi dan
sel bakteri gram positif. Kematian terjadi konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum)
karena tidak stabilnya fungsi dan kesempurnaan dapat dilihat pada Tabel 2.
struktur dari sitoplasma (Springer-Verlag,
1996). Protein Terlarut
Berdasarkan hasil analisis ragam
Tujuan dari penelitian pembuatan terasi diketahui bahwa perlakuan lama fermentasi dan
dengan menggunakan bahan dasar berupa konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum)
udang rebon dan penambahan bakteri asam berpengaruh nyata (p  0,05) terhadap kadar
laktat mengetahui pengaruh konsentrasi starter protein terlarut terasi.
bakteri Lactobacillus plantarum terhadap lama

73
Rosida, Jurnal PROTEIN

Semakin tinggi konsentrasi starter, naik menjadi pH 6.5 setelah terasi terbentuk pH
pertumbuhan bakteri (L. Plantarum) meningkat akan turun (Rahayu, 1992).
yang menyebabkan kadar protein terlarut pada Staphylococcus aureus
produk terasi semakin meningkat. Hal ini Berdasarkan hasil analisis ragam
disebabkan protein pada terasi sebagian besar diketahui bahwa perlakuan lama fermentasi dan
mengalami proses hidrolisis oleh enzim yang konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum)
dihasilkan oleh Lactobacillus plantarum selama berpengaruh nyata (p  0,05) terhadap jumlah
fermentasi dan oleh enzim proteolik dari udang. bakteri patogen (S. aureus) dalam produk terasi.
Rahman (1992) menyatakan bahwa bakteri Semakin tinggi konsentrasi starter,
pembentuk asam laktat di dalam fermentasi pertumbuhan bakteri (L. plantarum) semakin
laktat memproduksi enzim proteolik yang meningkat yang menyebabkan semakin
membantu degradasi protein. sedikitnya jumlah bakteri patogen (S. aureus)
pada produk terasi. Hal ini disebabkan karena
Water Activity (aw) bakteri asam laktat menghasilkan zat yang
Berdasarkan hasil analisis ragam bersifat racun bagi bakteri patogen yaitu
diketahui bahwa perlakuan lama fermentasi dan bakteriosin, asam laktat, asam asetat dan
konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum) hidrogen peroksida. Dari semua zat tersebut
tidak berpengaruh nyata (p  0,05) pada aw yang paling berperan dalam menghambat
terasi. Dari Tabel 2 terlihat semakin tinggi pertumbuhan bakteri patogen adalah bakteriosin
konsentrasi starter dan lama fermentasi, aw terutama (Lactolin) yang dihasilkan
semakin turun, tetapi secara statistik nilai yang Lactobacillus plantarum.
ditunjukkan tidak berbeda nyata. Staphylococcus aureus tidak sensitif
Semakin tinggi konsentrasi starter, terhadap beberapa bakteriosin dalam
pertumbuhan bakteri (L. plantarum) semakin lingkungan normal, tetapi pada kondisi di
meningkat dan terjadi hidrolisis protein yang bawah normal misalnya dengan garam 13% dan
mebutuhkan air bebas (aw) selama fermentasi suasana asam, bakteriosin akan sensitif bagi
sehingga mengakibatkan penurunan aw terasi. Staphylococcus aureus (Springer-Verlag,
Hal ini didukung Winarno (1997), yang 1996). Kematian Staphylococcus aureus
menyatakan proses hidrolisis membutuhkan disebabkan karena membran sitoplasma yang
adanya air. Reaksi ini dipercepat oleh asam, tidak stabil yang akan berakibat pada
basa dan enzim. terganggunya metabolisme, terutama keluar
masuknya senyawa yang dibutuhkan oleh S.
pH aureus sehingga menyebabkan kematian.
Berdasarkan hasil analisis ragam
diketahui bahwa perlakuan lama fermentasi dan Eschericia coli
konsentrasi starter (Lactobacillus plantarum) Dari hasil analisis diketahui bahwa
berpengaruh nyata (p  0,05) terhadap pH perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi
terasi. starter (Lactobacillus plantarum) menghasilkan
Semakin tinggi konsentrasi starter, produk terasi yang tidak mengandung E. coli.
pertumbuhan bakteri (L. plantarum) semakin Hal ini disebabkan karena E. coli tidak
meningkat yang menyebabkan penurunan pH dapat tumbuh pada konsentrasi garam yang
produk terasi. Hal ini disebabkan karena adanya tinggi 13 % baik pada perlakuan yang
asam laktat yang dihasilkan oleh starter menggunakan maupun yang tidak
Lactobacillus plantarum selama fermentasi menggunakan starter bakteri asam laktat.
dapat menurunkan pH terasi. Hal ini didukung Mekanisme pengawetan oleh garam
oleh Rahayu (1992), selama fermentasi, adalah sebagai berikut: larutan garam
Lactobacillus plantarum yang tergolong mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, dapat
homofermentatif dapat mengubah 95% glukosa menyebabkan berkurangnya kadar a w, sehingga
menjadi asam laktat. Asam laktat terbentuk dari air bebas yang dapat ditumbuhi mikroba
gula-gula sederhana yang terkandung dalam menjadi terbatas. Ion-ion Cl yang terdisosiasi
ikan dan bubur tepung tapioka yang dari NaCl dapat meracuni mikroorganisme
ditambahkan. Pada proses pembuatan adonan, patogen.
pH mula-mula 6 dan selama proses fermentasi

74
Vol.15 N0.2 Tahun 2007 Pengaruh Konsentrasi Starter Lactobacillus plantar

Garam dalam suatu substrat bahan Kesimpulan


pangan dapat menekan kegiatan pertumbuhan Perlakuan penambahan starter dan
mikroba tertentu, yang berperan dalam lama fermentasi berpengaruh terhadap protein
membatasi air yang tersedia, mengeringkan terlarut, pH, aw pada terasi, penekanan jumlah
protoplasma dan menyebabkan plasmolisis atau bakteri patogen khususnya
pengeluaran isi sel akibat dari pengeluaran air 1. Perlakuan penambahan starter dan lama
secara osmosis (Norman, 1980). fermentasi berpengaruh terhadap
penekanan jumlah bakteri patogen
Tekstur khususnya S. aureus pada terasi.
Perlakuan konsentrasi starter 2. Fermentasi garam dapat menghambat
Lactobacillus plantarum 9 % dan lama pertumbuhan E. coli
fermentasi 3 minggu mempunyai tekstur paling 3. Dapat disimpulkan bahwa produk terasi
lembek (4,80). Hal ini disebabkan banyaknya yang dihasilkan dari perlakuan penambahan
starter cair yang ditambahkan, sehingga akan starter 6 % dan lama fermentasi 2 minggu
menambah kadar air produk terasi. Dari merupakan alternatif yang terbaik. Produk
Gambar 2 terlihat bahwa makin banyak starter terasi ini mempunyai nilai skor bau 2,93
cair yang ditambahkan akan menghasilkan dan skor tekstur 3,87; protein terlarut
produk terasi lebih lembek dibandingkan 19,36%, pH 5,96, aw 0,89, jumlah S.
dengan yang tanpa starter (tekstur lebih keras). aureus 32,3 cfu/gram dan E. coli = 0.
Menurut Rahman (1992), terasi merupakan
produk dengan sifat fisik pasta berwarna DAFTAR PUSTAKA
kecoklatan dan mempunyai aroma yang khas.
Selain itu semakin lama fermentasi, Astawan,M.W. dan Astawan,M, 1989.
tekstur terasi yang dihasilkan makin lembek. Teknologi Pengolahan Pangan
Hal ini disebabkan semakin lama fermentasi, Hewani Tepat Guna. Akademika
semakin banyak protein yang terhidrolisis, dan Pressindo, Bogor
menyebabkan tekstur yang semakin lembek.
Fardiaz, S., Nuraeni dan Harsi, 1996.
Pemanfaatan Air Kelapa Untuk
Bau
Produksi Minuman Sehat Anti Diare
Dari Gambar 3 terlihat bahwa semakin
Melalui Proses Fermentasi Laktat.
banyak konsentrasi starter Lactobacillus
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi,
plantarum dan makin lama fermentasi, bau
Fateta-IPB, Bogor.
terasi semakin tajam. Hai ini disebabkan karena
makin banyak starter yang ditambahkan makin Jenie, B.S.L, 1999. Aplikasi Bakteri Asam
banyak protein yang terhidrolisis menghasilkan Laktat dalam Proses Pengolahan
protein terlarut dan komponen aroma yang Ikan Kembung Kering Rendah
menyebabkan bau khas terasi. Garam. Seminar Nasional Makanan
Hal ini didukung oleh Suprapti (2002), Tradisional No. 231 Vol. C-08,
yang menyatakan bahwa lama waktu yang Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta,
digunakan untuk pemeraman atau fermentasi, IPB Bogor.
sangat menentukan aroma dan cita rasa terasi Rahayu, P. W., 1992. Teknologi Fermentasi
yang dihasilkan. Produk Perikanan. Departemen
Aroma terasi tersebut dihasilkan dari 16 Pendidikan dan Kebudayaan,
macam senyawa hidrokarbon , 7 macam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
alkohol, 46 karbonil, 7 macam lemak, 34 Pusat Antar Universitas Pangan dan
senyawa nitrogen, 15 macam senyawa belerang, Gizi, IPB, Bogor.
dan senyawa lain. Asam lemak yang bersifat
volatil menyebabkan bau asam, sedangkan Rahman, A., 1992. Teknologi Fermentasi.
senyawa amonia dan amin menyebabkan bau Penerbit Arcan, Pusat Antar
anyir beramonia. (Rahayu, 1992). Universitas Pangan dan Gizi, IPB,
KESIMPULAN Bogor.

75
Rosida, Jurnal PROTEIN

Springer-Verlag, 1996. Lactic Acid Bacteria : Susanto, T. 1993. Pengantar Pengolahan


Current Avances in Metabolism. Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian,
Genetics, and Aplication, Germany. Universitas Brawijaya, Malang.
Suprapti L., 2002. Membuat Terasi. Kanisius, Winarno, FG., 1997. Kimia Pangan. Gramedia
Jogjakarta. Pustaka Utama, Jakarta.

76

Anda mungkin juga menyukai