TEKNOLOGI FERMENTASI
Dosen Pengampu :
Dr. Chandra Utami Wirawati, S.TP.,M.Si
Ir. Yatim Rahayu Widodo, M.Si
Disusun oleh
BANDAR LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.2 Yoghurt
Yoghurt merupakan produk olahan susu dari hasil fermentasi kedua dari
Bakteri Asam Laktat (BAL) sebagai starter, yakni Streptococcus thermophilus
dan Lactobacillus bulgaricus yang hidup bersimbiosis. Lama proses fermantasi
akan berakibat pada turunnya pH yoghurt dengan rasa asam yang khas, selain
itu dihasilkan asam asetat, asetal dehid, dan bahan lain yang mudah
menguap.Yoghurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang telah
lama dikenal dan mempunyai rasa asam yang spesifik. Yoghurt dapat dibuat dari
susu yang telah dihomogenisasi, susu berkadar lemak rendah atau susu skim
dengan penambahan susu bubuk. Pembuatan yoghurt meliputi pemenasan,
pendinginan dan fermentasi dimana pembuatanya mengalami proses yang
higienis (Abubakar et al., 1998)
Yoghurt mempunyai nilai gizi yang tinggi dari pada susu segar sebagai
bahan dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena meningkatnya total
padatan sehingga kandungan zat-zat gizi lainya meningkat, selain itu yoghurt
sesuai bagi penderita Lactose Intolerance atau yang tidak toleran terhadap
laktosa (Wahyudi, 2006).Produk susu fermentasi sangat berguna dalam
mengatasi lactose intolerance karena terjadi penurunan kadar laktosa sampai
30%. Laktosa dihidrolisis oleh bakteri starter penghasil asam laktat sebagai hasil
akhir (Chandan dan Shahani, 1993).
1.1.3 Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang sudah dikenal
sejak berabad-abad yang lalu, terutama dalam tatanan budaya makan
masyarakat, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta.Selanjutnya teknik
pembuatan tempe menyebar keseluruh Indonesia sejalan dengan penyebaran
masyarakat Jawa yang bermigrasi keseluruh penjuru Nusantara (Sudarmadji et
al., 1997; Astawan, 2013).Sebagai makanan tradisional, tempe memberikan
kontribusi yang besar terhadap produsen dan konsumen berpenghasilan rendah
dan secara konsisten membantu kehidupan mereka, karena tempe tersedia setiap
saat untuk kebutuhan sehari-hari, teknik pembuatannya sederhana, murah,
distribusi pemasaran luas, dan sebagai sumber penghasilan (Sudarmadji et al.,
1997).Tempe sebagai makanan terfermentasi tradisional, dengan bahan baku
kedelai dan kultur starter Rhizopus oligosporus, memiliki khasiat yang besar
untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti aterosklerotis,
jantung koroner, diabetes mellitus, kanker dan lain-lain (Sudarmadji et al.,1997;
Astawan, 2013).
1.2 Tujuan
a. Mengetahui proses pembuatan kimchi, yoghurt, tempe dan ikan peda dengan baik dan
benar sesuai standar yang telah ditentukan.
b. Mampu melaksanakan pengamatan pada bentuk akhir dari hasil produk olahan.
c. Mengetahui prinsip dari fermentasi kimchi, yoghurt, tempe dan ikan peda.
BAB II
METODOLOGI
Alat :
Baskom
Toples
Pisau
Telenan
Timbangan
Blender
Indikator pH
Kompor
Sendok
Panci
Bahan :
Sawi
Lobak putih
Buah pir
Daun bawang
Garam
Bubuk cabe
Bawang putih
Bawang bombai
Tepung beras
Kecap ikan
Gula
Air
Alat :
Sendok
Wadah beserta tutup
Panci
Spatula
Kompor
Bahan :
Susu murni segar
Starter yoghurt (biakan bakteri ST dan LB)
Alat :
Baskom
Besek
Pisau
Talenan
Timbangan
Bahan :
Ikan kembung
Garam
air
3.1 Kimchi
3.1.1 Hasil
3.1.2 Pembahasan
Pada proses awal pembuatan kimchi hal pertama yang kita lakukan yaitu proses
pelayuan terhadap sawi dengan cara menaburi setiap helai sawi dengan menggunakan
garam yang berfungsi untuk mengeluarkan kadar air didalam sawi tersebut serta untuk
menghilangkan mikroba pengganggu. Penambahan bumbu tambahan tersebut dapat
menjadikan cukup kaya akan serat pangan dan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh. Bahan
lainnya tepung beras dan air sebagai pengikat bahan dapat mempunyai tekstur, warna, dan
warna yang baik serta berfungsi juga sebagai media pertumbuhan nutrisi mikroorganisme
untuk tumbuh dalam bahan atau pada kimchi.Syarat dalam pembuatan kimchi yaitu Proses
produksi awal dimulai dengan pemilihan/penyeleksian bahan-bahan mentah (sawi putih
yang agak manis sehingga mengandung gula untuk difermenetasi). Pemotongan untuk
menghasilkan struktur yang tipis dan untuk membuang bagian yang tidak penting.
Kemudian bahan-bahan tersebut dicuci bersih untuk menghilangkan sisa pestisida dan
kotoran. Semua bahan tambahan dan bumbu dicampur ke dalam wadah. Wadah berupa
tank terbuat dari tanah liat (secara tradisional) atau fiber glass plastik. Permukaan atas
bahan ditutup rapat dan diinkubasi. Lama masa inkubasi sekitar 2-4 hari. Telah
berlangsungnya proses fermentasi dapat diketahui dari timbulnya gelembung pada larutan
dan bau masam. Proses penyimpanan lebih lama akan lebih baik karena fermentasi
berlangsung sempurna dan rasa yang dihasilkan akan maksimal. Setelah itu baru disimpan
dalam lemari es (Amalia, 2014).
Faktor kesalahan yang terjadi pada kimchi bisa terjadi karena pada saat penggaraman
misalnya dilakukan penggaraman selama satu hari menyebabkan kimchi tekstur nya
menjadi lembek karena lamanya penggaraman, suhu penyimpanan kimchi apabila kimchi
disimpan disuhu yang tinggi atau rendah menyebabkan kimchi proses fermentasi nya
terganggu atau tidak akan jadi, dan tidak tertutupnya kimchi pada saat fermentasi
menyebabkan adanya bakteri atau mikroba yang masuk menyebabkan fermentasi nya
gagal.
3.2 yoghurt
3.2.1 Hasil
3.2.2 Pembahasan
Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui kadar keasaman yoghurt selama massa
penyimpanan 2 hari. Berdasarkan hasil praktikum kami yoghurt kami memiliki pH sebesar
2. Penambahan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang
merupakan bakteri asam laktat. Herferic dan Westhoff (1983) dalam Sunarlim dkk (2007)
bahwa Lactobacillus bulgaricus dapat menurunkan pH atau menaikkan keasaman begitu
pula dalam mensintesa asam piruvat yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri
Streptococcus thermophillus sehingga nilai keasaman juga akan meningkat lebih cepat.
Penambahan Streptococcus thermophillus dalam pembuatan susu fermentasi dapat
menurunkan nilai pH karena pertumbuhannya dalam usus lebih cepat. Selain itu juga
ditambahkan dalam Frazier dan Westhoff (1988) bahwa selama proses fermentasi terjadi
penguraian laktosa susu menjadi asam laktat yang menyebabkan peningkatan keasaman,
namun terjadi penurunan nilai Ph
3.3 Tempe
3.3.1 Hasil
Warna khas tempe adalah putih. Warna putih ini disebabkan adanya miselia kapang yang
tumbuh pada permukaan biji kedelai. Bila terjadi warna yang mengalami perubahan selama
fermentasi pada tempe kedelai yang dibungkus plastik, daun pisang dan daun jati selama
fermentasi sehingga mempengaruhi warna yang dihasilkan. Adanya perbedaan warna yang
terbentuk merupakan salah satu aktivitas dari enzim yang dihasilkan oleh kapang dari inukolum
yang digunakan . Aktivitas enzim untuk setiap jenis kapang yang berperan dalam fermentasi
tempe berbeda berdasarkan periode fermentasi.Mujianto (2013, hal 24), tempe yang
berkualitas baik akan menghasilkan tempe yang berbentuk padatan kompak.
Menurut Susanto (1999, hal 24), tekstur (kekerasan) tempe dipengaruhi oleh pertumbuhan
miselia yang merata dan pesat akan menutupi permukaan tempe, sehingga memberikan tekstur
yang kokoh. Pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kandungan air, kadar lemak dan jenis
tempe. Semakin banyak miselium kapang yang tumbuh pada tempe, semakin baik tekstur
tempe. Miselium akan meningkatkan kerapatan masa tempe satu sama lain sehingga
membentuk suatu massa yang kompak dan mengurangi rongga udara di dalamnya (Sukardi
dan Purwaningsih 2008, hal 23). Tekstur tempe disebabkan oleh miselia – miselia kapang yang
menghubungkan antara biji – biji kedelai.Tekstur tempe dapat diketahui dengan melihat lebat
tidaknya miselia yang tumbuh pada permukaan tempe. Apabila miselia tampak lebat, hal ini
menunjukkan bahwa tekstur tempe telah membentuk masa yang kompak, begitu juga
sebaliknya.
3.4 Ikan peda
3.4.1 Hasil
3.4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang kami lakukan pada fermentasi ikan peda hasil yang kami
peroleh dari kenampakan atau warna memiliki warna putih bersih. Hal ini disebabkan
karena proses pencucian kotoran yang menempel pada permukaan ikan peda hilang selama
proses pencucian sehingga didapatkan ikan peda yang bersih. Aroma yang khas pada ikan
peda disebabkan karena degradasi protein dan lemak selama proses fermentasi
berlangsung. Menurut Tamang dan Kailasapathy (2010), menyebutkan bahwa aroma dan
rasa yang khas pada produk fermentasi terutama disebabkan degradasi protein dan lemak
dalam daging ikan serta adanya enzim yang dihasilkan bakteri selama fermentasi. Senyawa
volatil yang terbentuk pada produk fermentasi ikan garam dan udang adalah senyawa
aldehid, keton, dan ester yang berkontribusi terhadap aroma dari semua flavor fermentasi
ikan anchovy, big eye herring dan pasta dari isi perut ikan hair tail (Cha dan Cadwallader,
1995). Semakin tinggi garam yang digunakan rasa yang dihasilkan akan semakin asin.
Tekstur suatu bahan pangan sangat erat kaitannya dengan kandungan air yang ada
dalam bahan pangan tersebut. Penggunaan konsentrasi garam yang tinggi mengakibatkan
air yang terdapat dalam daging ikan akan keluar dari daging ikan sehingga mengakibatkan
tekstur dari ikan peda menjadi keras. al ini diakibatkan karena garam akan menarik keluar
air dari dalam daging ikan karena proses osmosis. Menurut Pramono et al. (2007), tekstur
daging ikan akan berubah seiring bertambahnya waktu fermentasi karena adanya
perubahan biokimiawi akibat penambahan garam serta proses fermentasi. Kadar garam
yang tinggi akan menyebabkan air dalam daging ikan tertarik keluar.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kimchi
Dari praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kimchi merupakan makan
yang sehat karena pada proses fermentasi masih ada bakteri asam laktat yang ikut tertelan.
Bakteri asam laktat merupakan BAL probiotik yang bersifat non patogen yang dapat
meningkatkan kesehatan.BAL yang berperan dalam fermentasi kimchi yaitu Leuconostoc
mesenteroides, Leuconostoc kimchi, Leuconostoc citreum, Lactobacillus plantarum.
Bakteri asam laktat tersebut memberikan rasa yang khas dalam proses pembuatan kimchi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan dalam pembuatan kimchi yaitu pada
proses penggaraman, suhu penyimpanan pada saat berlangsung nya fermentasi dan tidak
tertutup nya kimchi pada saat berlangsung nya proses fermentasi.
4.2 yoghurt
Dapat disimpulkan bahwa yoghurt merupakan salah satu produk pangan yang mengalami
proses fermentais yang menggunakan kultut starter Lactobacillus bugaricuc dan
Streptococcis thermophillus. Yoghurt merupakan produk yang bersifat probiotik karena
mengandung bakteri probiotik yang dikonsumsi dalam keadaan hidup. Dalam proses
pembuatan yoghurt kita menggunakan susu kemudian di pasteurisasi. Pasteurisasi
merupakan pemanasan yang tidak terlalu tinggi sehingga gizinya tidak banyak yang
berubah, tetapi mudah rusak karena bakteri. Biasanya pasteurisasi dilakukan pada suhu
75-85oC selama 10-15 detik. Komposisi yoghurt 100% susu karena laktosa sudah habis
oleh BAL sehingga yoghurt dapat dikonsumsi bagi sesorang yang menderita penyatkit
Lactose Intolerance atau yang tidak toleran terhadap laktosa.
4.3 Tempe
Dari praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa tempe merupakan olahan
produk fermentasi tidak spontan dimana pada proses fermentasi ditambahkan nya
mikroorganisme sebagai starter atau inokulum atau ragi sehingga proses fermentasi
berlangsung lebih cepat. Pada proses fermentasi digunakan nya jenis kapang yang aktif
yaitu Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus. Pada proses perendaman kacang kedelai
yaitu bertujuan untuk mengembang dan menjadi lebih lunak. Kemudian kulit ari kacang
kedelai harus dibersihkan atau dibuang agar ketika pada saat proses fermentasi
berlangsung kapang dapat menutupi seluruh pori-pori kacang kedelai. Pada praktkium
pembuatan tempe kelompok kami menggunakan plastik untuk membungkus nya sehingga
pada saat ingin membungkus kacang kedelai plastik tersebut harus di lubangkan agar pada
saat fermentasi berlangsung terciptanya suasana aerob yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan dari kapang.
Thariq, S,A., Swastawati, F., Surti,T. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Pada
Peda Ikan Kembung Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Vol 3 nomor 3. Hal 104-111.
Ardiyanto, M., Pratiwi, E., Fitriana, I.,. Pengaruh Lama Perendaman Garam Terhadap Sifat
Fisikokimia dan Organoleptik Kimchi Sawi Putih.
Fatmawati, U., Prasetyo, F,I., Utami, A,N., 2013. Karakteristik Yoghurt Yang Terbuat Dari
Berbagai Jenis Susu Dengan Penambahan Kultur Campuran Lactobacillus bugaricuc
dan Streptococcis thermophillus. Bioedukasi. Vol 6 No.2. Hal 1-9.
Thariq, S,A., Swastawati, F., Surti,T. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Pada
Peda Ikan Kembung Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Vol 3 nomor 3. Hal 104-111.