Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH UAS FARMASI KLINIK

Oleh:

Kristiana Santosa (050217A055)

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

PROGRAM STUDI FARMASI TRANSFER SEMESTER III

JANUARI 2019
Kasus I

Ibu HH membawa anaknya BB, umur 13 tahun berat badan ke poliklinik, dengan
keluhan anaknya sering jahil di sekolah, sering mengganggu temannya, tidak bisa tenang di
sekolah, ribut dikelas, sulit mengikuti pelajaran dan sulit berkonsentrasi, oleh dokter di
diagnose hyperaktivitas, dan di beri terapi methylphenidate 10 mg diminum setiap pagi 1
tablet, risperidon 0,5 mg dan trihexyphenidyl 0,5 mg diracik dan diminum pada malam hari.

Pertanyaan:

a. Bagaimana menurut anda dengan terapi yang di terima oleh pasien BB (sertakan refensi)?
b. Temukan drug related problem dari terapi yang di berikan dokter serta usulan saudara.
c. KIE apa yang saudara sampaikan saat menyerahkan obat kepada ibu HH?

Subject :
Anak BB : umur 13 tahun
Keluhan: anaknya sering jahil di sekolah, sering mengganggu temannya, tidak bisa tenang
di sekolah, ribut dikelas, sulit mengikuti pelajaran dan sulit berkonsentrasi
Object :
Anak di dagnosa hyperaktivitas (ADHD)
Assesment :
Terapi :
- Methylphenidate 10 mg diminum setiap pagi 1 tablet
- Risperidon 0,5 mg
- Trihexyphenidyl 0,5 mg diracik dan diminum pada malam hari.

a. Terapi yang diberikan untuk pasien anak BB sudah sesuai. Dari literatur yang digunakan
MIMS menunjukkan bahwa Metylphenidate 10 mg digunakan sebagai obat Lini Pertama
pada ADHD karena aktivitas efek terapi yang baik paa tingkah hiperaktif pasien termasuk
sulit mengikuti pelajaran dan sulit berkonsentrasi ketika mengerjakan sesuatu. Risperidon
bermanfaat dalam Disrutive Behavior Disorders (DBD). Indikasi medis ini dapat secara
efektif mengobati sejumlah gangguan kejiwaan anak.
Dalam kasus ini Methylphenidate dikombinasikan dengan Risperidon sebagai
Psikostimulan–Antisikotik yang baik untuk terapi ADHD. Tetapi terdapat interaksi
antara kedua obat ini, sehingga perlu dilakukan monitoring terapi. Sehingga dilakukan
interval waktu pemberian obat. Kemudian ditambahkan terapi Trihexyphenidyl sebagai
terapi pembantu untuk mengurangi efek extrapiramidal symptom dari obat Risperidon.
( Nice Clinical Guidline, MIMS,)( Javelot, et al. (2014))

b. Drug Related Problem


DRP (Drug Related Problem)
1. Terapi tanpa indikasi Tidak ada
2. Indikasi belum diterapi Tidak ada
Ada interaksi obat sebagai berikut:
- Interaksi Risperidon dengan Methylphenidate pada
proses pharmacodinamic antagonisme sehingga
meningkatkan toksisitas dari Methylphenidate
(Penggunaan kombinasi Risperidon
3. Reaksi obat merugikan Methylphenidate perlu dilakukan monitoring
khusus terhadap interaksi keduanya)

- Interaksi Risperidon dengan Trihexyphenidyl pada


proses pharmacodinamic sinergisme sehingga
meningkatkan efek dari obat Trihexyphenidyl
4. Gagal menerima obat Tidak ada

c. KIE
Cara penggunaan :
- Methylphenidate 10 mg diminum 1 x sehari sebelum makan (diminum pagi hari untuk
mecegah masalah tidur) ditelan secara utuh.
- Terapi Risperidon + Trihexyphenidyl diminum 1 x sehari sesudah makan (diminum
malam hari).
Penyimpanan : Obat disimpan pada suhu ruang jauhkan dari cahaya langsung dan tempat
yang lembab.

Kasus II

Bapak MT, membawa anaknya FO, 20 tahun ke unit gawat darurat rumah sakit X,
dengan keluhan: tidak bisa tidur, merusak barang-barang rumah tangga, mondar-mandir,
bicara sendiri, kadang-kadang menangis, sulit diajak komunikasi, setelah dilakukan
pemeriksaan pasien didiagnosa skizophrenia, dan diperoleh: Td : 140/ 80mmHg, Nadi : 105x/
menit, Respiratori : 20x/ menit, suhu : 36°C, saat ini FO, masih mengamuk, oleh petugas di
berikan injeksi Haloperidol injeksi 1 Ampul dan diazepam injeksi 1 Ampul, diberikan terapi
oral haloperidol 5 mg tiap 12 jam; risperidon 2 mg tiap 12 jam; trihexyphenidyl 2 mg tiap 12
jam; dan clozapine 25 mg tiap 24 jam, setelah di pindahkan ke ruang perawatan intensive
dilakukan assesmen ulang di peroleh data: TD : 135/ 80mmHg; Nadi : 90x/ menit;
Respiratori: 20x/menit; suhu: 36°C, dan pasien mengaku tidak sakit dan ingin pulang, pasien
menolak minum obat, krn sudah sering minum obat yang sama dan merasa tidak enak dan
bosan.

Pertanyaan :

a. Bagaimana menurut anda dengan terapi yang diterima oleh pasien FO (sertakan
referensi)?
b. Temukan drug related problem dari terapi yang di berikan dokter serta apa yang menjadi
usulan saudara?
c. KIE apa yang saudara sampaikan saat menyerahkan obat kepada Bapak MT?

Subject :
Anak FO umur 20 tahun.
Keluhan: tidak bisa tidur, merusak barang-barang rumah tangga, mondar-mandir, bicara
sendiri, kadang-kadang menangis, sulit diajak komunikasi.
Object :
Pemeriksaan pertama : TD: 140/ 80mmHg, Nadi: 105x/ menit, Respiratori: 20x/ menit,
suhu: 36°C.
Pemeriksaan kedua : TD : 135/ 80mmHg, Nadi : 90x/ menit, Respiratori: 20x/menit, suhu:
36°C
Pasien didiagnosa Skizophrenia.
Assesment :
Terapi :
- Injeksi : Haloperidol injeksi 1 Ampul dan diazepam injeksi 1 Ampul
- Oral :
Haloperidol 5 mg tiap 12 jam
Risperidon 2 mg tiap 12 jam
Clozapin 25 mg tiap 24 jam
Trihexyphenidyl 2 mg tiap 12 jam.
Jawaban:

a. Terapi yang diterima pasien

No Nama Obat Dosis Literature Keterangan


.
1. Haloperidol injeksi 1 Ampul Sesuai

2. Diazepam injeksi 1 Ampul Sesuai

3. Haloperidol oral 0,5 – 5 mg 2 sampai 3x sehari 5 mg tiap 12 jam


Maintenance: 3 – 10 mg/ hari (Sesuai)

4. Risperidon oral 2 mg (meningkat menjadi 4 mg pada 2 mg tiap 12 jam


hari kedua) (Sesuai)
Maintenance: 4 – 16 mg sehari (maks.
16 mg sehari)

5. Trihexyphenidyl 1 mg sehari, 5 – 15 mg sehari, 3 – 4 2 mg tiap 12 jam


dosis terbagi (Sesuai)

6. Clozapine 12,5 mg 1 – 2x sehari pada hari 25 mg tiap 24 jam


pertama, diikuti 25 mg 1 – 2x sehari (Sesuai)
pada hari kedua.
Dosis dinaikkan 25-50 mg/ hari
dalam 14 hari sampai 300 mg/ hari
pada dosis terbagi.

Penjelasan :

1. Haloperidol

Merupakan obat antipsikotik generasi pertama yang bekerja dengan memblokade reseptor
dopamine pada reseptor pasca sinaptik di otak. Haloperidol sangat efektif dalam mengobati
gejala positif pada pasien skizofrenia. Haloperidol juga berguna untuk menenangkan keadaan
mania pada pasien psikosis, sehingga sangat efektif diberikan pada pasien dengan gejala
dominan gaduh, gelisah, hiperaktif, sulit tidur yang dikarenakan halusinasi.

Penggunaan kombinasi AGP (Antipsikotik Generasi Pertama) - AGK (Antipsikotik


Generasi Kedua) merupakan kombinasi yang paling banyak diberikan. AGP memperbaiki
gejala positif, sedangkan AGK memperbaiki gejala positif maupun negative dan lebih efektif
untuk mengobati pasien resisten.

2. Clozapin

Clozapin mengatasi gejala positif, negative, dan kognitif tanpa menyebabkan gejala
ekstrapiramidal. Di samping itu dapat mengurangi depresi dan keinginan untuk bunuh diri.
Clozapin terbukti secara superior dalam uji klinik pada pasien yang resisten.

Kombinasi Clozapin dan Risperidon juga efektif digunakan pada pasien yang resisten
karena Clozapin memiliki kemampuan menduduki reseptor D2 (16 – 68%). Sedangkan
Risperidon (63 – 89%) sehingga dengan penambahan Risperidon diharapkan mampu
meningkatkan respon pasien terhadap Clozapin.

3. Trihexyphenidyl

Dari ketiga kombinasi obat yang digunakan yaitu Clozapin, Risperidon, Haloperidol,
dapat menimbulkan efek samping yaitu simptom ekstrapiramidal. Sehingga diperlukan
Trihexyphenidyl untuk mengobati efek samping dari obat antipsikotik tersebut. Obat ini
mampu menurunkan rasa kaku pada otot, keringat berlebihan dan produksi saliva.

b. Drug Related Problem

DRP (Drug Related Problem)


5. Terapi tanpa Indikasi Tidak ada
6. Indikasi belum diterapi Tidak ada
Ada interaksi obat sebagai berikut:
- Risperidon dan Trihexyphenidyl: Risperidon
meningkatkan efek dari Trihexyphenidyl dengan
sinergis farmakodinamik.

- Haloperidol dan Risperidon: Meningkatkan efek


antidopaminergik, termasuk simtom ekstrapiramidal
(ESO Minor)

- Haloperidol dan Trihexyphenidyl: Haloperidol


meningkatkan efek dari Trihexyphenidyl dengan
7. Reaksi obat merugikan sinergis farmakodinamik.

- Haloperidol dan Clozapin: Meningkatkan QTc


interval.

- Clozapin dan Risperidon: Keduanya meningkatkan


efek sedative.

- Clozapin dan Trihexyphenidyl: Clozapin


meningkatkan efek dari Trihexyphenidyl dengan
sinergis farmakodinamik.

8. Gagal menerima obat Tidak ada

c. KIE
1) Psiko edukasi keluarga:
Keluarga disekitar pasien perlu belajar sebanyak mungkin tentang skizophrenia,
bagaimana pengobatannya sehingga terbentuk pengetahuan dan keterampilan yang berguna
untuk mencegah munculnya relaps.

2) Monitoring gejala dan pengobatan:

Monitoring yang hati-hati dapat meyakinkan pasien untuk minum obat dan
mengidentifikasi secara dini tanda-tanda timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat
dilakukan. Membantu pasien untuk teratur meminum obat

3) Terapi suportif:

Termasuk dukungan emosi dan meyakinkan serta mendorong perilaku sehat pasien dan
membantu pasien menerima keadaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2016). MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 16. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Javelot H, Glay-Ribau C, Ligier F, Weiner L, Didelot N, et al. (2014) Methylphenidate-


risperidone combination in child psychiatry: A retrospective analysis of 44 cases.
Ann Pharm Fr 72: 164-177.

Kembaren, Lahargo (2009). Psiko Keluarga Pada Pasien Skizophrenia. Jakarta Pusat.

Mawar Dwi Yulianty, dkk. (2017). Studi Penggunaan Antipsikotik dan Efek Samping pada
Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Jurnal
Sains Farmasi, 3(2)(May), 153–164.
Lisa Albers Prock, Leonard Rappaport. Attention and deficits of attention. In: Carey WB,
Crocker AC, Coleman WL, Elias ER, Feldman HM, eds. Developmental-behavioral
pediatrics. Philadelphia Saunders. ; 2009: 524-34.

Nice Clinical Guidline 72. Attention deficit hyperactivity disorder. Diagnosis and
management of ADHD in Children, young people and adults. 2013:1-56

Anda mungkin juga menyukai