Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000 tentang Jabfung Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya.
B. Tugas Pokok
Tugas pokok Pejabat Fungsional Penyuluh Kesmas adalah melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana
dan gerakan pemberdayaan masyarakat serta dilandasi oleh semangat kemitraan, melakukan penyebarluasan
informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang
mendukung kesehatan.
Tugas pokok Jabfung PKM adalah:
1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat;
2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia bentuk dan saluaran komunikasi;
3. Membat rancanagan media, baik media cetak, elektronika maupun media luar ruang;
4. Melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan;
5. Merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
c. Pengangkatan Pejabat Fungsional Penyuluh kesmas Terampil menjadi t Ahli, apabila memenuhi persyaratan:
1) Tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli;
2) Ijazah yg dimiliki sesuai dngn kualifikasi yang ditentukan untuk Jabatan Fungsional Penyuluh kesmas Ahli;
3) Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan Penjenjangan Fungsional Penyuluh kesmas Ahli
4) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang ditentukan.
3. Kenaikan Jenjang Jabatan & Pangkat Penyuluh kesmas Kenaikan jenjang Jabatan Penyuluh kesmas dapat
dipertimbangkan apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
b. Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya 80% berasal dari unsur utama, tidak
termasuk unsur pendudukan dan sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang
c. Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Kenaikan pangkat Pejabat Peyuluh Kesehatan Masyarakat dapat dipertimbangkan apabila :
(1) Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam jabatan terakhir;
(2) Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya 80% berasal dari unsur utama, tidak
termasuk unsur pendudukan dan sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang\
(3) Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilaibaik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
G. Butir Kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat Unsur dan sub unsur kegiatan Jabatan Penyuluh
Kesehatan Masyarakat
1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan serta
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat.
2. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi:
a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesmas dlm upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Melaksanakan advokasi kesehatan;
c. Menggalang dukungan sosial/bina suasana
d. Melaksanakan penyuluhan kesmas dlm upaya p. masyarakat & promkes yg dilandasi semangat kemitraan.
3. Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi :
a. Menyusun Rencana Jangka Panjang/Pendek;
b. Menyusun Pedoman Penyuluhan Kesehatan Masyarakat;
c. Merumuskan kebijakan Pengembangan Penyuluhan Masyarakat; dan
d. Mengembangkan metode penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Pengembangan Profesi, meliputi:
a. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Menterjemahkan/menyadur buku & bahan-bahan lain di bidang pemberdayaan masyarakat dan promkes
c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pemberdayaan masyarakatdan promosi kesehatan.
5. Penunjang kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi:
a. Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
c. Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional penyuluhan kesehatan masyarakat;
d. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa;
e. Menjadi anggota organisasi profesi bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
f. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; dan
g. Menjadi anggota tim penilai karya2 yg berkaitan dngn advokasi, penggalangan dukungan sosial,
pemberdayaan masyarakat di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Pokok Bahasan 1.
PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/PROMOTOR DAN PENDIDIK KESEHATAN.
Pengertian
Adalah Pekerja/SDM promkes termasuk di dalamnya Jabfung PKM baik yg terampil maupun ahli, yg
menjalankan tugas berdasarkan pendidikan/ ketrampilan spesifik yg komprehensif & memiliki sertifikasi resmi
dari Organisasi Profesi yaitu Perkumpulan Promotor Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPKMI).
Menjalankan tugas dan fungsinya sesuai profesi dan keahlian,yg senantiasa berupaya meningkatkan
pengetahuan & keterampilannya sesuai kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi & menjunjung tinggi kode etik
profesi Promotor & Pendidik Kesehatan.
Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
Dirumuskan dlm 33 butir dan 8 bagian
MUKADIMAH
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan Pendidik Kesehatan harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan etika profesi kesehatan.
Pasal 2
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pendekatan kemitraan dengan
mengutamakan prinsip kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan.
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak boleh membeda-bedakan masyarakat atas pertimbangan
keyakinan, agama, suku, golongan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tugas harus sejalan dengan profesi atau keahliannya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakatbaik sebagai individu,
kelompok, maupun masyarakat luas sesuai dengan potensi sosial budaya masyarakat setempat.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan keadilan
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus menggunakan pendekatan yang menyeluruh secara multi
disiplin dengan mengutamakan upaya preventif dan promotif.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus berdasarkan fakta melalui penelitian atau kajian ilmiah.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus sesuai dengan prosedur dan langkah–langkah yang profesional.
Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bertanggungjawab dalam upaya melindungi, memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus melihat antisipasi ke depan baik menyangkut masalah
kesehatan maupun masalah bukan kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP SESAMA PROFESI
Pasal 13
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 14
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan wajib bekerjasama dengan
teman sejawatnya dan melakukan tugas dan fungsinya.
Pasal 15
Setiap profesi Penyuluh kesmas /Promotor dan Pendidik Kesehatan tidak boleh mengambil alih tugas teman
sejawatnya tanpa persetujuan teman sejawat bersangkutan yang telah diberi tanggung jawab sebelumnya.
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI LAIN
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bekerja sama, saling menghormati dengan profesi lain tanpa
dipengaruhi oleh pertimbangan– pertimbangan keyakinan, agama, suku, golongan, sosial, ekonomi, politik dll
Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bersama–sama dengan profesi lain, hendaknya berpegang pada
pendekatan kemitraan dengan mengutamakan prinsip kesehatan, keterbukaan dan saling menguntungkan.
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA
Pasal 18
Penyuluh kesmas/Promotor dan Pendidik Kes hendaknya bersifat proaktif dlm mengatasi masalah kesehatan.
Pasal 19
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya senantiasa memelihara dan
meningkatkan profesi promosi kesehatannya.
Pasal 20
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya senantiasa selalu
berkomunikasi, membagi pengalaman dan saling membantu di antara sesama anggota.
BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 21
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus memelihara kesehatannya
agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
Pasal 22
Profesi kesmas/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus menjadi panutan dalam menetapkan PHBS.
Pasal 23
Profesi kesmas/Promotor dan Pendidik Kesehatan senantiasa berusaha untuk mengembangkan dirinya dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi
BAB VII
PENUTUP
Setiap anggota profesi Penyuluh Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari harus berusaha dengan sungguh -sungguh dan memegang teguh kode etik
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
Organisasi Profesi Perkumpulan Promotor & Pendidik Kesmas (Perkumpulan PPKMI)
Didirikan di Jakarta tanggal 14 02 1988. bernaung di bawah Ikatan Ahli Kesmas Indonesia (IAKMI).
Azas- Dasar Perkumpulan PPKMI adalah Pancasila dan Undang- Undang Dasar 45.
terdiri dari Anggota Muda, Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, & Anggota Kehormatan. Tenaga Fungsional
Penyuluhan Kesmas secara otomatis menjadi Anggota Biasa. Anggota Biasa secara otomatis anggota IAKMI.
Pokok Bahasan 2.
ETIKA PROFESI PENYULUH KESMAS/PROMOTOR DAN PENDIDIK KESEHATAN
A. Pengertian Etika
Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk.
Etiket adalah ajaran sopan santun yg berlaku bila manusia bergaul/berkelompok dengan manusia lain. Etiket
tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.
Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita.
Ethos artinya sikap dasar seseorang dlm bidang tertentu. Maka ada ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar
seseorang dlm pekerjaannya
Kode atika/kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disusun oleh
anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.
MATERI INTI 1
PERSIAPAN PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pokok Bahasan 1.
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara
bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efi sien dan efektif. Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam
perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan sumberdaya, 3) tujuan serta sasaran yang ingin
dicapai, 4) kebijakan yang ada serta 5) jangka waktu pencapaian tujuan.
Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan sistematik mengenai langkah yang akan
dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi,
faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam pengertian ini, memuat hal-hal yang merupakan prinsip perencanaan, yakni : 1) apa yang akan
dilakukan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi; 2) bagaimana mencapai hal tersebut; 3) siapa yang akan
melakukan; 4) lokasi aktivitas; 5) kapan akan dilakukan, berapa lama; dan 6) sumber daya yang dibutuhkan.
B. Tujuan Perencanaan
Tujuan umum
Mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian target program dalam waktu tertentu. Selain itu, perlu
mendapatkan kejelasan tentang upaya yang harus dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program
yang akan dicapai dalam waktu tertentu.
Tujuan khusus
1. Adanya kejelasan tentang jenis serta tahapan kegiatan yang konkrit
2. Adanya kejelasan tentang sumberdaya yang dibutuhkan
3. Adanya kejelasan tentang kebijakan yang harus dikembangkan
4. Adanya kejelasan tentang metode yang digunakan
5. Adanya kejelasan tentang media yang dibutuhkan
6. Adanya kejelasan tentang waktu yang dibutuhkan
7. Adanya kejelasan tentang sasaran wilayah garapan
8. Adanya kejelasan tentang peran berbagai pihak yang terlibat.
9. Adanya kejelasan tentang indikator keberhasilan.
C. Manfaat Perencanaan
1. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengurangi resiko ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus dilakukan.
3. Mencegah pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya secara efektif dan efisien
4. Kegiatan terjadwal dengan baik
5. Menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan penilaian.
D. Jenis-jenis Perencanaan
Ada beberapa jenis perencanaan promosi kesehatan, yaitu:
1. Perencanaan berdasarkan alokasi waktu (jangka pendek, menengah danpanjang).
2. Perencanaan promosi kesehatan berdasarkan program prioritas
3. Perencanaan berdasarkan tatanan promosi kesehatan.
4. Perencanaan berdasarkan kegiatan promosi disetiap jenjang administrasi
5. Perencanaan berdasarkan pencapaian indikator kinerja
6. Perencanaan berdasarkan pada strategi promosi kesehatan
7. Perencanaan berdasarkan ruang lingkup program kesehatan, yaitu untuk satuprogram atau program terpadu.
8. Perencanaan dalam menghadapi keadaan darurat.
9. Perencanaan berdasarkan fungsi operasional misalnya: keuangan, ketenagakerjaan, dll).
E. Langkah-langkah
1. Analisa situasi, Identifikasi masalah, masyarakat, wilayah dan kebijakan.
2. Menetapkan prioritas masalah
3. Melakukan identifikasi penyebab masalah
4. Menentukan prioritas penyebab masalah
5. Menentukan tujuan promosi kesehatan
6. Menentukan sasaran promosi kesehatan
7. Menentukan jenis kegiatan promosi kesehatan
8. Menentukan metode promosi kesehatan
9. Menetukan media promosi kesehatan
10. Menentukan pelaksana kegiatan
11. Menentukan alokasi dana kegiatan
12. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan
13. Menentukan kegiatan monitoring
14. Menentukan kegiatan evaluasi
Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN RENCANA 5 TAHUNAN DAN TAHUNAN
A. Pembuatan Kerangka Acuan
Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) adalah dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan
mengenai apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya suatu kegiatan.
Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan,
dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. KAK dalam bahasa Inggris adalah Term Of Reference (TOR).
C. Persiapan Perencanaan
Untuk merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pelaku utama dan pelaku usaha;
2. Ketersedian teknologi/inovasi, sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan penyuluhan kesmas
3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keternampilan dan Sikap) Penyuluh Kesehatan Masyarakat;
4. Situasi lingkungan fi sik sosial dan budaya yang ada; dan
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia.
Rencana penyuluhan kesehatan masyarakat harus memuat unsur-unsur: SIADIBIBA:
1. Siapa yang akan melaksanakan?
2. Bilamana/kapan waktu pelaksanaan?
3. Berapa banyak hasil yang ingin dicapai (Kwantitas dan Kwalitas)?
4. Berapa korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga, dll)?
5. Bagaimana melaksanakannya (melalui kegiatan apa)?
Rencana kegiatan yang disajikan dlm bentuk tabulasi/matriks yang berisi masalah, kegiatan, metode, keluaran,
sasaran, volume/frekuensi, lokasi, waktu, biaya, sumber biaya, penanggungjawab pelaksanaan & pihak terkait.
Pokok Bahasan 3.
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH YANG TERKAIT DENGAN MASALAH KESEHATAN
Pengertian Identifi kasi Potensi Wilayah adalah kegiatan penggalian data dan informasi potensi wilayah (data
sekunder dan data primer) yang dilakukan secara partisipatif. Potensi adalah semua sumberdaya yang ada atau
tersedia dan yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi masalah yang ada ataupun digunakan dalam upaya
mencapai tujuan. Beberapa langkah kegiatan indentifi kasi potensi wilayah terkait masalah kesehatan sbb:
A. Penyusunan kerangka acuan (TOR) dalam rangka identifikasi potensi wilayah
Membuat kerangka acuan kegiatan identifi kasi potensi wilayah merupakan salah satu syarat untuk mencairkan
anggaran/pembiayaan dan sebagai acuan kegiatan identifi kasi potensi wilayah.
Isi TOR:
1. Uraian mengenai apa (WHAT) pengertian & apa keluaran yg akan dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan.
2. Mengapa (WHY) kegiatan tersebut perlu dilaksanakan dlm hubungan tugas & sasaran program yg dicapai.
3. Siapa (WHO) yang bertanggung jawab melaksanakan dan manfaat dari kegiatan tersebut.
4. Kapan (WHEN) kegiatan dimulai dan selesai,
5. berapa lama (HOW LONG) waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikanya.
6 Dimana/lokasi (WHERE) kegiatan tersebut dilaksanakan.
7. Bagaimana (HOW) kegiatan tersebut dilaksanakan.
8. Berapa perkiraan biayanya (HOW MUCH) yang dibutuhkan
Pokok Bahasan 5.
MENGEMBANGKAN MEDIAN PENYULUHAN
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga
sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan (DEPKES RI, 2006).
sektor.
Apakah masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi
atau bahkan
politik.
Dan melihat program
serta pendukung-pendukung apa saja yang telah
tersedia.
4. Memilih institusi, organisasi atau LSM yang mampu mendukung program.
Dilihat kemampuan internal dan eksternal dari organisasi tersebut.
5. Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media dan sarana
yang tersedia dan yang telah dilaksanakan, yang mempengaruhi perilaku
masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat istiadat, pendapatan
serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan denmagan
masalah kesehatan
Pokok Bahasan 6
MEMBUAT RANCANGAN (DESIGN) MEDIA PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
Media/alat peraga dlm promkes dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat
dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi & penyebar-luasan informasi.
* Dlm menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, 2 hal yang harus diperhatikan:
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran,
*Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
* Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling
baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. kelemahannya tidak selalu
mudah dibawa ke mana- mana sebagai alat bantu menyuluh.
Beberapa macam alat peraga antara lain:
a. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
b. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dll
c. Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll
2. Benda tiruan, Benda tiruan yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan
sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak
memungkinkan, misal ukuran benda asli terlalu besar, dll. dapat dibuat dari macam2 bahan seperti tanah, kayu.
3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leafl et, gambar karikatur, lukisan, dll.
a. Poster: adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar2 dengan sedikit kata2. Kata2 dalam poster
harus jelas artinya, tepat pesannya & dapat dengan mudah dibaca kurang lebih 6 m. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat & banyak dilalui orang misalnya di dinding,pinggir jalan dll
Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik
adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
b. Leaflet : adalah selembaran kertas yg berisi tulisan dngn kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti &
gambar2 yg sederhana. beberapa yg disajikan secara berlipat. digunakan untuk memberikan keterangan singkat
tentang suatu masalah, misalnya deskripsi tentang diare dll. dapat disebarkan pada saat pertemuan2
4. Gambar Optik. seperti photo, slide, film, dll
a. Photo: Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
1) Album, yaitu foto2 yg isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dll. Dikumpulkan sebuah
album. Album ini bisa dibawa & ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang didiskusikan.
2) Dokumentasi lepasan. photo2 yang berdiri sendiri & tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan
satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur,leaflet, dll
b. Slide: digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup effektif, karena gambar/setiap materi
dapat dilihat berkalikali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak sekolah.
c. Film: Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat
edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal.
PESAN DALAM MEDIA
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak
sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefl eksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak
ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
2. Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana & jelas. Pesan yg effektif harus memberikan informasi yang relevan & baru
bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dlm media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
3. Create trust
harus dapat dipercaya, tdk bohong,& terjangkau. Ktakanlah masy percaya cuci tangan pakai sabun dpt
mencegah diare, & harus dibarengai bahwa harga sabun terjangkau & mudah didapat didekat tempat tinggalnya.
4. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi membuat jamban
misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare.
5. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun secara berulang, misal di
poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.
6. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yg effektif tdk hanya sekedar
member alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai2 emosi & membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk bertindak sesuatu. “Ayo, buang air
besar di jamban agar anak tetap sehat” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan pesan adalah:
1. Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan, kata-kata ungkapan, tema atau
slogan yang merefl eksikan strategi secara keseluruhan.
2. Prates konsep pesan pada kelompok sasaran/wakil2 perorangan yang diharapkan akan menghasilkan pesan
yang bermutu. Memberikan perhatian khusus untuk gambar atau ilustrasi untuk menghindari salah paham.
3. Ciptakan dan kembangkan pesan-pesan yang lengkap beserta sarana pendukungnya
4. Prates pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahamna keseluruhan, kemampuan mengingat, titik
yang kuat dan lemah, relevansi pribadi dan hal-hal peka atau masih diperdebatakan, sebelum diproduksi.
5. Adanya tes ulang bahan2 sebelum diproduksi ulang utk meyakinkan daya muat apa masih efisien & efektif.
MATERI INTI 2
PELAKSANAAN ADVOKASI KESEHATAN
Pokok Bahasan 1.
ADVOKASI KESEHATAN
Tujuan
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan2 publik oleh pejabat publik
sehingga dapat mendukung dan menguntungkan kesehatan.
Melalui pelaksanaan advokasi kesehatan, pejabat publik menjadi paham terhadap masalah kesehatan, kemudian
tertarik, peduli, menjadikan program kesehatan menjadi agenda prioritas serta bertindak memberikan dukungan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya. Dukungan tersebut, dalam bentuk :
1. Komitmen politis (political commitment): komitmen pejabat publik atau berbagai pihak terkait terhadap
upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.
2. Dukungan kebijakan (policy support): dukungan nyata yang diberikan oleh pejabat publik serta para
pimpinan institusi terkait untuk memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan public untuk mengatasi
permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya. Dukungan kebijakan tersebut dapat berupa undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan, instruksi / surat edaran, dll
3. Penerimaan social (social acceptance):Diterimanya suatu program kesehatan oleh masyarakat terutama tokoh
masyarakat. Kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah dikeluarkan oleh pejabat publik, selanjutnya
harus disosialisasikan untuk memperoleh dukungan masyarakat terutama tokoh masyarakat. Selanjutnya, dalam
penerapan kebijakan publik tersebut, maka perlu dibuat kebijakan operasional yang mengacu pada kebjakan
publik yang telah ditetapkan tersebut. Contoh: Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang dikeluarkan oleh
Walikota Bogor, ditindak lanjuti oleh peraturan perusahaan, peraturan organda dll tentang mewujudkan
perusahaan KTR serta KTR di dalam kendaraan umum.
4. Dukungan sistem (system support) : Adanya system/organisasi kerja yang memasukkan program kesehatan
dalam program kerjanya (partnership). Upaya mengatasi masalah kesehatan tidak dapat dilakukan hanya oleh
sector kesehatan saja, melainkan dengan berbagai lintas sektor terkait, misalnya: upaya perbaikan gizi
masyarakat terkait dengan sektor pertanian, pemberdayaan perempuan ,Pengedalian flu burung & rabies terkait
dengan sektor peternakan dan transportasi, dll. Sehubungan dengan itu untuk mengatasi masalah kesehatan,
maka sektor kesehatan harus bekerjasama dengan lintas sector terkait. Agar hasilnya optimal, maka upaya
advokasi kesehatan perlu dirancang serta dikelola dengan baik.
Pengertian Advokasi
1. Usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam2 bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999)
2. Merupakan suatu perangkat kegiatan yang dilakukan secara terencana dan terorganisir, ditujukan pada para
pengambil keputusan agar memberikan dukungan kebijakan untuk mengatasi masalah spesifik.
3. Suatu usaha untuk mendapatkan atau menciptakan perhatian para pembuat keputusan terhadap sesuatu
permasalahan / issue yang penting dan mengarahkan agar mau memberikan dukungannya untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
4. Advokasi kesehatan mulai digunakan dalam program kesmas pertama kali oleh WHO tahun 1984 sebagai
salah satu strategi global Promkes. Advokasi kesehatan adalah usaha utk mempengaruhi para penentu kebijakan
atau pengambil keputusan untuk membuat kebijakan publik yg bermanfaat untuk peningkatan kesmas.
5. Advokasi kesehatan : serangkaian kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi penentu kebijakan dengan cara:
membujuk, meyakinkan, menjual ide agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan masalah kesmas.
UNSUR-UNSUR
1. Penetapan tujuan advokasi kesehatan.
Seringkali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks,banyak faktor yang saling berpengaruh. Agar upaya
advokasi dapat berhasil, tujuan advokasi harus dibuat lebih spesifik berdasarkan pertanyaan.
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi kesehatan.
Adanya data & riset pendukung sangat penting agar keputusan yg dibuat berdasarkan informasi yg tepat &
benar. Karena itu data & riset diperlukan dalam menentukan masalah yg akan diadvokasi, identifikasi solusi
pemecahan masalah, maupun penentuan tujuan yang realistis. Selain itu, adanya data dan fakta tersebut
seringkali sudah bisa menjadi argumentasi yang sangat persuasif.
3. Identifikasi sasaran advokasi kesehatan
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi kelompok yang dapat membuat
keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengatuh dalam pembuat keputusan. Sasaran advokasi
para penentu kebijakan harus dipetakan dgn menggunakan metode analisa pemercaya (stakeholders). Misalx
sasaran advokasi pejabat pemerintah, petugas kesehatan, media massa, wartawan, swasta. Juga kelompok yg
bertentangan, untuk mendapatkan saling pengertian, mungkin bisa dipengaruhi terhadap isu yg akan dibahas.
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi kesehatan.
Khalayak sasaran akan berbeda bereaksi atas suatu pesan. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia
mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Menteri
kesehatan mungkin akan mengambil keputusan ketika disajikan data rinci mengenai besarnya masalah
kesehatan tertentu. Jadi penting diketahui, pesan apa yang diperlukan agak khalayak sasaran yang dituju dapat
membuat keputusan yg mewakili kepentingan advokator. Misalnya menyusun materi pesan advokasi berupa
data, informasi sebagai bukti yang dikemas dlm bentuk table, grafik/diagram, disertai foto sebagai alat bukti.
5. Membangun koalisi.
Kekuatan advokasi dipengaruhi oleh jumlah org/organisasi yg mendukung advokasi trsbt. Hal ini sangat penting
dimana situasi di negara tertentu sedang membangun masy demokratis & advokasi merupakan suatu hal yg
relatif baru. Dlm situasi ini melibatkan banyak org & mewakili berbagai kepentingan, sangat bermanfaat bagi
upaya advokasi maupun dukungan politis. Bahkan dlm satu organisai sendiri, koalisi internal yaitu melibatkan
berbagai org dr berbagai divisi dlm mengembangkan program baru, dpt membangun konsensus utk aksi
bersama. Pertimbangkan siapa saja yg dpt diajak bermitra dlm aliansi/koalisi upaya advokasi yg dirancang.
6. Membuat presentasi yang persuasif.
Kesempatan utk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali terbatas waktunya. Seorang tokoh politik
mungkin memberi kesempatan sekali pertemuan utk mendiskusikan isu advokasi yg dirancang. Seorang pejabat
hanya punya waktu 10mnt bertemu dgn tim advokator. Kecermatan & kehati2an dlm menyiapkan argument yg
meyakinkan atau memilih cara presentasi dapat mengubah kesempatan terbatas ini menajdi upaya advokasi
yang berhasil. Apa yang akan disampaikan, dan bagaimana penyampaian pesan tersebut menjadi penting.
7. Penggalangan dana untuk advokasi kesehatan.
Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerluan dana. Mempertahankan upaya advokasi yg berkelanjutan
dlm jangka panjang memerlukan waktu & energi. Jadi memerlukan sumber dana lain utk menunjang upaya
advokasi. Perlu menjadi pemikiran tim advokasi bagaimana caranya dlm menggalang dana/sumber daya lain.
8. Pemantauan dan penilaian upaya advokasi kesehatan.
Pemantauan & penilaian terhadap upaya advokasi kesehatan yg telah dilaksanakan sangat penting. Pemantauan
dan penilaian pelaksanaan advokasi kesehatan ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan advokasi yang telah
ditetapkan dapat dicapai? Bagaimana penerapan metode dan teknik advokasi sesuai atau tidak, atau ada hal-hal
yang harus disempurnakan dan diperbaiki? Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.
TEKNIK-TEKNIK
1. Lobi : yaitu berbincang-bincang secara informal para pengambil keputusan/pembuat kebijakan utk
menginformasikan isu2 strategis yg menjadi permasalahan di masyarakat. Tahap pertama lobi tim inti advokasi
menyampaikan seriusnya masalah kesehatan yg dihadapi di suatu wilayah & dampaknya terhadap kehidupan
masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif terbaik utk mengendalikan masalah tersebut. Dlm lobi yg
paling baik adalah melalui komunikasi interpersonal.
Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan/pejabat public dalam bentuk bincang-bincang
(pendekatan tokoh). Pengalaman menunjukan bahwa untuk melakukan suatu lobi, terlebih dahulu harus mencari
waktu untuk bisa bertemu dengan pejabat publik merupakan suatu tantangan/seni tersendiri bagi para pelobi.
Aspek lain yg perlu dipersiapkan adalah data & argumen yang kuat untuk meyakinkan si pejabat public tentang
seriusnya permasalahan kesehatan dan betapa pentingnya peranan si pejabat tersebut dalam mengatasi masalah
kesehatan yang ada. Prinsip melobi dalam program advokasi kesehatan, adalah “low profi le, high pressure”.
2. Petisi : adalah cara formal dan tertulis untuk menyampaikan gagasan advokator & memberikan tekanan
kolektif terhadap para pembuat keputusan. Biasanya dalam petisi sudah jelas tertulis, yaitu pernyataan singkat
dan jelas tentang isu tertentu dan tindakan apa yang akan dilakukan. Di dalam petisi tersebut tercantum nama
dan tanda tangan individu atau organisasi serta identitas lainnya sejumlah pihak yang mendukung petisi
tersebut. Semakin banyak pendukung, semakin meningkat perhatian penerima petisi.
Di era teknologi informasi sekarang ini karena besarnya peran sosial media, petisi sering dimanfaatkan oleh
organisasi/individu dgn mudah menggalang dukungan terhadap isu tertentu seperti lingkungan, kesehatan, dll
3. Debat : adalah salah satu metode advokasi kesehatan dlm kelompok. Ciri spesifiknya, adalah berbagai
mengangkat & membahas isu kesehatan dari pihak yang pro/kontra. Debat memberikan kesempatan bagi
advocator utk menelaah isu dari berbagai perspektif & pandangan. keterlibatan sasaran (khalayak) akan lebih
aktif & permasalahan kesehatan dpt dibahas dari berbagai sudut pandang secara tajam serta bisa lebih
mendalam.
Dengan dukungan media media massaseperti: televisi, radio, koran dapat mendukung kegiatan depat ini,
sehingga dapat menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas dan penyampaiannya lebih menarik.
Kualitas debat dalam kegiatan advokasi kesehatan, ditentukan oleh narasumber serta moderator yang mengatur
diskusi dengan mengoptimalkan alokasi waktu yang tersedia. Kekuatan dari teknik ini moderator menyediakan
kesempatan bagi advocator untuk menggaris bawahi aspek2 positif & negatif dari semua pendapat.
4. Dialog : digunakan sebagai metode advokasi melalui pendekatan kelompok. Pelaksanaan dialog sebaiknya
didukung oleh media massa, khususnya TV & Radio, sehingga bisa menjangkau kelompok yg sangat luas.
5. Negosiasi : Bertujuan utk menghasilkan kesepakatan. Dalam hal ini pihak yg bernegosiasi menyadari bahwa
masing2 pihak mempunyai kepentingan yg sama tentang upaya mengatasi permasalahan kesehatan, sekaligus
menyatukan upaya mencapai kepentingan tersebut sesuai tupoksi/valuenya masing2.
Negosiasi merupakan cara yg efektif utk mendapatkan kesepakatan tentang pentingnya memberikan dukungan
kebijakan maupun sumberdaya dlm mencapai tujuan program kesehatan. Cara utk melakukan negosiasi adalah
dengan jalan kompromi, akomodasi & kolaborasi. Dlm negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan
tawar menawar dengan alternatif yang cukup terbuka. Sebelum melakukan negosiasi, pelaku harus mempelajari
kepentingan & tupoksi sasaran advokasi. Pelaku advokasi/negosiator harus fokus terhadap inti permasalahan.
Seorang negosiator harus dalam keadaan “SHAPE” yaitu sincere/sensitive (tulus/peka), honest/humoris
(jujur/humoris), attentive/articuler (menarik,pandai bicara), profi cient (pandai/cakap) enthusiastic/empathy
(antusias/empati).Tiga faktor kunci negosiasi yaitu mau mendengarkan, mengamati & menyampaikan.
Teknik melakukan negosiasi yg mengacu pd prinsip negosiasi yaitu seni untuk menang (Harry A. Mills), yaitu:
a. Alternatif : menyampaikan jenis program kerja kesehatan yg mempunyai keuntungan bagi pihak terkait.
b. Kepentingan : Kepentingan bukanlah mengangkat kepentingan satu pihak, melainkan kepentingan semua
pihak yang terlibat. Kepentingan yang diangkat mempunyai alasan/landasan keterkaitan yg kuat bahwa
kesehatan merupakan bagian utk memenuhi tujuan, kebutuhan, harapan serta mengatasi permasalahan berbagai
pihak terkait. Sinergi dlm menyatukan tentang pentingnya kesehatan utk memenuhi kebutuhan dari berbagai
pihak tersebut, harus dibangun melalui kesepakatan yg baik sehingga dpt memuaskan kepentingan semua pihak.
c. Opsi : Kisaran upaya semua pihak dpt mencapai kesepakatan. Opsi yg baik yg dpt untungkan semua pihak
d. Legitimasi : Semua pihak dalam negosiasi ingin diperlakukan secara adil. Mengukur keadilan dengan
menggunakan beberapa kriteria atau standar, misalnya: peraturan, instruksi , dll
e. Komunikasi :merupakan penyampaian landasan fakta serta value yg dpt bangun pemahaman,kesadaran,
ketertarikan, kepedulian utk memberikan dukungan/tindakan nyata terhadap upaya peningkatan status kesmas.
f. Hubungan : Dalam melakukan negosiasi terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja/hubungan antar
manusia yang erat dengan berbagai pihak terkait, karena hal ini dapat memperlancar proses negosiasi tersebut.
g. Komitmen : pernyataan lisan/tulisan mengenai apa yg akan/tdk boleh dilakukan berbagai pihak yg terlibat.
6. Paparan (presentasi) : metode advokasi yg sering digunakan. Materi paparan adalah isu strategis ttg
masalah kes yg dlm bahasa yg baik, menyentuh, efektif, tdk belit2, dpt dimengerti & dipahami dgn cepat&jelas.
Penerapan metode presentasi ini, dinilai menguntungkan utk menyamakan persepsi, menumbuhkan
kebersamaan & membangun komitmen. Hampir sama dengan lobi, data yg akurat & argumentasi yg kuat
tentang pentingnya dukungan utk mengatasi permasalahan kesehatan merupakan hal penting yg harus
dipersiapkan bila ingin berhasil. Selain itu, dlm tehnik presentasi diupayakan agar menggunakan berbagai alat
bantu penyajian yg menarik misalnya: LCD, film dokumentasi/ testimoni sehingga mempermudah pemahaman
serta ketertarikan sasaran advokasi. Diperlukan persiapan yg terencana, didukung data lengkap, tampilan slide
yg menarik, pengemasan cetakan/audio visual serta ilustrasi foto & grafik yang menarik & lengkap.
7. Seminar : membahas isu strategis secara ilmiah yang dilakukan bersama beberapa pejabat publik sebagai
sasaran advokasi. Seminar biasanya diikuti 20-30 orang peserta yang dipimpin oleh seorang pakar dalam bidang
yang dibahas/diseminarkan. Tujuan seminar untuk mendapatkan keputusan atau rekomendasi terhadap upaya
pemecahan masalah tertentu yang merupakan hasil kesepakatan dalam pembahasan bersama semua peserta.
Teknik seminar juga menguntungkan dalam menyamakan persepsi, menumbuhkan kebersamaan & membangun
komitmen dalam mendukung kebijakan & penerapan serta memberi kesempatan diskusi dengan para peserta
seminar secara aktif. Dalam penerapannya diperlukan kemampuan untuk menggunakan & memanfaatkan
berbagai teknik komunikasi serta penggunaan alat bantu penyajian yang berkembang kecanggihannya.
8. Studi Banding : dengan mengajak sasaran advokasi mengunjungi suatu daerah yang baik maupun yang
kurang baik kondisinya. Melalui kegiatan ini, mereka dapat mempelajari secara langsung permasalahan yang
ada. Teknik ini diarahkan untuk dapat memberikan gambaran maupun informasi yang kongkrit kepada sasaran
advokasi, sehingga sasaran advokasi dapat melakukan analisa dan menetapkan langkah – langkah untuk
mengatasi permasalahan yang ada serta mempunyai gambaran terhadap dukungan yang harus diberikan.
9. Pengembangan kelompok peduli : metode advokasi dengan cara menghimpun kekuatan baik secara
peorangan maupun organisasi dalam suatu jaringan kerjasama untuk menyuarakan/memperjuangkan isu yang
diadvokasikan. Kelompok ini bisa bernama “Koalisi” seperti Koalisi Indonesia Sehat, Aliansi Pita Putih/Forum
Peduli Kesehatan lainnya yang memiliki jaringan yang kuat dalam ide/gagasan meskipun secara organisasi
tidak terlalu ketat keterikatannya. Dalam pengembangan kelompok peduli ini, pemilihan tokoh pelopor dan
penyamaan persepsi terhadap program kesehatan menjadi 2 hal penting yang harus mendapat perhatian.
10. Penggunaan media massa : Peranan media massa sangat besar & menentukan dalam keberhasilan
advokasi kesehatan, baik dalam membentuk opini, menyamakan persepsi maupun dlm memberikan tekanan.
Media massa merupakan media yg mampu memberi informasi kepada banyak orang pada banyak tempat yg
berbeda dlm waktu yg hamper bersamaan. Dlm advokasi kesehatan kita bisa memilih media massa elektronik &
cetak. Beberapa rincian tehnis dlm pemanfaatan media massa yg perlu diketahui oleh perancang advokasi adlh :
a. Siaran pers c. Lembar fakta (fact sheet) e. Wisata pers (press tour)
b. Press kit d. Koferensi pers
Memperhatikan besarnya peranan media massa dalam suatu upaya advokasi kesehatan, maka bagaimana
menjalin kerja sama yang baik dengan pihak media massa merupakan suatu tantangan sekaligus seni tersendiri
yang perlu dipelajari oleh perancang dan pelaksana advokasi. Sebaiknya para pelaksana memiliki daftar media
yang ada di wilayahnya secara rinci dan menggalang hubungan pribadi yang akrab dengan jurnalis dan
redakturnya. Selanjutnya, ada beberapa teknik advokasi yang merupakan cara penerapan metode advokasi, yaitu
1. Secara formal: presentasi, seminar, konferensi, semiloka, telekonferensi.
2. Secara informal: pertemuan umum dan khusus, studi banding, festifal, event-event khusus,dll
3. Secara langsung: komunikasi langsung dalam presentasi, seminar, negosiasi, surat, email, telepon, medsos dll
4. Secara tidak langsung: komunikasi melalui kolega, teman, keluarga, dll
LANGKAH-LANGKAH
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan secara sistematis. John Hopkins University–
Center for Communication Program (JHU–CCP) mengembangkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
advokasi yang dikenal sebagai bagan “A” (A frame) yang terdiri dari langkah-langkah, sebagai berikut :
1. Analisis : merupakan langkah pertama untuk merencanakan kegiatan advokasi kesehatan yang efektif. Hasil
analisis menjadi dasar atau acuan dalam menyusun strategi advokasi yang tepat. Oleh karena itu mutu analisis
akan sangat mempengaruhi kualitas dari strategi advokasi yang akan disusun. Ruang lingkup analisis meliputi:
a. Analisis Isu : Analisis isu diawali dengan melakukan identifikasi masalah kesehatan yang ada di suatu
wilayah. Selanjutnya, dari beberapa masalah kesehatan yang ada diprioritaskan. Masalah kesehatan prioritas
tersebut, dijadikan sebagai landasan untuk menetapkan beberapa isu yang terkait dengan terjadinya masalah
tersebut. Dari beberapa isu tersebut, kemudian ditetapkan isu strategis yang benar2 mempunyai hubungan
terhadap terjadinya masalah kesehatan di wilayah tersebut. Mengacu pada isu strategis, pengelola kegiatan
advokasi kesehatan, kemudian merumuskan tujuan, sasaran, isi pesan serta media advokasi. Analisis isu dapat
dilakukan melalui kajian data & informasi/laporan, termasuk teori, yang dapat diperoleh dari bahan bacaan.
b. Analisis Publik : Analisis publik selain penting untuk merumuskan isi pesan juga akan sangat diperlukan
dalam pemilihan bentuk aksi dan tindakan serta media maupun saluran informasi yang akan digunakan. Analisis
public dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai hasil penelitian, need assessment maupun dari hasil
penjajakan/pendekatan pribadi, khususnya untuk sasaran individu.
c. Analisis Kebijakan : Analisis kebijakan akan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan mobilisasi dan tindakan
dan aksi kegiatan advokasi kesehatan. Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian
terhadap kebijakan yg sudah ada tetapi belum berjalan sebagaimana mestinya maupun kebijakan baru yg perlu
dibuat untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Disamping itu analisis kebijakan juga
perlu dilakukan untuk mengkaji efektifi tas kebijakan tersebut dlm mengatasi pemasalahan kesehatan yg ada.
d. Analisis tentang program-program komunikasi yang potensial untuk mendukung kegiatan advokasi.
e. Analisis tentang stakeholder (mitra kerja) terkait dgn pengembangan kebijakan publik berwawasan kesehatan.
f. Analisis tentang jejaring yg mampu melakukan keg advokasi kes sehingga tujuan yg diharapkan dpt tercapai.
g. Analisis terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan advokasi kesehatan.
2. Menyusun Strategi Advokasi.
Ada beberapa tahapan kegiatan dalam menyusun strategi advokasi yaitu:
a. Membentuk kelompok kerja atau jejaring advokasi.
b.Melakukan identifikasi sasaran advokasi,baik advocator maupun sasaran pengambil kebijakan.
c. Mengembangkan tujuan advokasi. Dalam menyusun tujuan advokasi harus memperhatikan kaidah SMART
(S = spesifi c/khusus; M = measureable/dapat diukur; A = action/dapat dikerjakan; R = realistic dan T = time
bound/ada ukuran waktu yang jelas).
d. Menentukan rencana aksi/ kegiatan advokasi, diantaranya adalah menyelenggarakan forum komunikasi,
pengembangan pesan dan media advokasi, penyiapan dan pendayagunaan tenaga advokasi, merancang medode
advokasi, merancang berbagai jenis komunikasi efektif untuk advokasi, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan
advokasi, merancang proses pembuatan dukungan kebijakan yang diharapkan.
e. Menentukan indicator(input, prose,output) keg advokasi, merancang kegiatan pemantauan & penilaian adv.
f. Menentukan dana serta SD lain yg dibutuhkan utk keg advokasi & pengembangan kebijakan yg diperlukan.
Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun strategi advokasi yaitu :
a. Credible : program yg diajukan harus dapt meyakinkan para penentu kebijakan, oleh sebab itu harus
didukung data dari sumber yg dapat dipercaya.
b. Feasible : program tsb secara teknik, politik & ekonomi layak utk dilaksanakan. Secara teknik dpt
dilaksanakan krn tersedia petugas yg mempunyai kemampuan yg memadai, tdk membawa dapak politik yg
meresahkan masyarakat, dana terjangkau.
c. Relevant : artinya memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan
masyarakat serta ada keterkaitan dari program yang dilakukan oleh lintas program maupun lintas sektor.
d. Urgent : artinya program itu mempunyai urgensi yang tinggi, harus segera dilaksanakan kalau tidak
dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
e. High priority : program yg diajukan harus mempunyai prioritas tinggi, sebab itu diperlukan analisis cermat,
baik terhadap masalahnya sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah /program yg diajukan.
3. Menggalang Kemitraan (Mobilisasi) : Salah satu langkah penting dlm proses advokasi. Perlu dilakukan
untuk membangun kebersamaan, kekuatan & sekaligus tekanan kepada pihak2 yg tdk/belum mendukung.
Mobilisasi ini sangat penting khususnya utk membuat“nilai kepentingan”dr berbagai kelompok yg terkait
menjadi kompatibel. Mobilisasi selain merupakan suatu tehnik, juga merupakan suatu“seni”dgn berbagai
“trick” yg bisa dikembangkan melalui pengalaman.
Mobilisasi melalui penggalangan kemitraan dapat dilakukan melalui beberapa langkah berikut ini, yaitu:
a. Melakukan identifi kasi mitra potensial
b. Melakukan sinkronisasi program kerja kesehatan dari setiap mitra potensial.
c. Mengembangkan koalisi dan melakukan nota kesepahaman (MoU)
d. Membuat program kerja terpadu
e. Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan
f. Melakukan peningkatan kapasitas, misalnya menyelanggarakan pelatihan/ orientasi
g. Mengembangkan jaringan informasi serta menyelenggarakan forum komunikasi secara rutin
h. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan oleh mitra serta mengekspose kegiatan yang telah dilakukan
melalui berbagai jenis media.
4. Tindakan Aksi Pelaksanaan Advokasi : mengacu pada rencana yg telah disusun berdasarkan hasil analisis,
rancangan strategi yang telah dituangkan dalam plan of action (POA) Tindakan atau aksi dalam proses advokasi
pada dasarnya adalah serangkaian kegiatan komunikasi baik yg bersifat individual, kelompok/massa. Melalui
langkah tindakan/aksi dalam proses advokasi perlu terus dibangun dijaga citra bahwa : proses advokasi ini
merupakan “tindakan bersama”. Makin banyak orang yg dicitrakan terlibat dlm kegiatan ini makin baik. Proses
advokasi ini dilakukan secara terusmenerus dan konsisten sampai tujuan advokasi yag ditetapkan dapat tercapai.
Dgn memanfaatkan berbagai metode & teknik advokasi serta penerapan strategi advokasi maka diharapkan:
a. Para Penentu Kebijakan.
1) Tahu & yakin, bahwa masalah kes benar2 perlu dilaksanakan serta akan menguntungkan bagi semua pihak.
2) Tahu faktor-faktor penyebab masalah kesehatan.
3) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa diatasi/dipecahkan.
4) Mampu memilih cara yang cocok untuk menyelesaikan masalah kesehatan.
5) Tahu Pmrintah pny pilihan bentuk kebijakan publik utk memecahkan masalah kes,berupa Perda maupun SK
6) Menyadari bhw Pemerintah punya kewajiban utk membuat kebijakan utk memecahkan masalah kesehatan.
7) Melakukan proses pembuatan kebijakan publik berwawasan kesehatan.
8) Sosialisasi & terapkan kebijakan publik berwawasan kes yg dibuat tsb scr konsisten & bertanggung jawab.
9) Mampu menggalang potensi untuk kesinambungan pelaksanaan program kesehatan.
10) Penentu Kebijakan publik memberikan dukungan sumberdaya utk memecahkan masalah kesehatan yg ada.
b. Kelompok Pendukung/pro.
1) Tahu & yakin bahwa ada kelompok masyarakat (marjinal) yg mengalami masalah dlm pelayanan Kesehatan.
2) Tahu bahwa masalah pelayanan kesehatan bisa diatasi melalui program kesehatan.
3) Tahu & yakin bahwa masalah kesehatan benar2 tidak menguntungkan bagi kelompok masy yg mengalami.
4) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa dipecahkan.
5) Tahu bahwa dia memiliki potensi untuk ikut mengatasi masalah kesehatan .
6) Tahu bahwa dia akan mendapat manfaat/memiliki kewajiban moral utk ikut membantu menyeselsaikan kes.
7) Mampu dan mau ikut mendukung pemecahan masalah ini sesuai dengan potensi yang dia miliki.
5. Evaluasi : bagian penting dari advokasi. Pelaksanaan evaluasi. Mengacu pada indikator yg telah ditetapkan
sebelumnya, yang meliputi indikator input, proses, out put maupun dampak dari advokasi yg telah dilakukan.
Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi secara berkala, diantaranya:
a. Kegiatan dan kemampuan mitra atau jejaring dalam mencapai tujuan advokasi
b. Kegiatan komunikasi advokasi.
c. Kejelasan isi pesan yang disampaikan.
d. Kekuatan media advokasi yang digunakan.
e. Paha,tertarik,peduli&tindakan sasaran advokasi dlm beri dukungan kebijakan maupun SDya utk kesehatan.
f. Realisasi dukungan dari sasaran advokasi
g. Dampak kegiatan advokasi terhadap pencapaian tujuan program kesehatan.
6. Kesinambungan : Advokasi adalah suatu bentuk program komunikasi strategis yg dirancang utk
menghasilkan perubahan nilai & perilaku sasaran penentu/pengambil kebijakan. Dalam proses mengembangkan
suatu kebijakan, memerlukan waktu yg panjang serta pengawalan yg ketat. Apabila kebijakan tersebut sudah
ada maka perlu diterjemahkan/ditindak lanjuti menjadi kebijakan operasional/kebijakan teknis & harus
disosialisasikan kepada berbagai pihak terkait agar dapat diimplementasikan. Salah satu bentuk implementasi
adalah mengusulkan sumberdaya yg dibutuhkan, untuk melaksanakan program kesmas di berbagai jenjang
administrasi. Upaya membuat usulan sampai dgn adanya realisasi terhadap usulan yg diajukan juga memerlukan
waktu & pengawalan yg ketat, belum lagi apabila ada pergantian pejabat. Sehubungan dgn itu proses advokasi
seringkali memerlukan waktu yg cukup panjang, harus dilakukan secara berkesinambungan. Untuk
mengantisipasi keadaan tersebut, maka dalam penetapan tujuan advokasi harus disusun secara rinci & jelas.
Pokok Bahasan 2.
IDENTIFIKASI
A. Sasaran tersier : Adalah para penentu kebijakan & untuk menentukan sasaran tersier yang akan diadvokasi
maka sebaiknya harus dipetakan terlebih dahulu dengan menggunakan metode analisa pemercaya. Misalnya
sasaran advokasi pejabat pemerintah, para petugas kesehatan, para media massa, wartawan, dunia usaha/swasta.
Juga kelompok yang bertentangan, untuk mendapatkan saling pengertian, mungkin bisa dipengaruhi terhadap
isu yg akan dibahas. Analisa pemercaya (stakeholder) dapat menggunakan analisis publik.
B. Data-data strategi untuk melakukan pendekatan
1. Data2 yg diperlukan utk mengemas issu strategis. Adanya data & riset pendukung sangat penting agar
keputusan yg dibuat berdasarkan informasi yg tepat & benar. Karena itu data & riset diperlukan dlm
menentukan masalah yg akan diadvokasi, identifikasi solusi pemecahan masalah, maupun penentuan tujuan
yang realistis. Selain itu, adanya data & fakta tersebut seringkali sudah bisa menjadi argumentasi yg sangat
persuasif. Berdasarkan data & fakta yg diperoleh maka disusunlah suatu analisis masalah & kemudian dikemas
menjadi issu strategis dgn menggunakan analisa issu yg kemudian akan disampaikan dlm pelaksanaan kegiatan
advokasi kes melalui media advokasi kes.
2. Pendekatan Advokasi Kesehatan. Ada lima pendekatan utama dalam advokasi kesehatan yaitu; melibatkan
para pemimpin, bekerja dengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi masyarakat dan
membangun kapasitas, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut;
a. Melibatkan Para Pemimpin. Pembuat UU, pemimpin politik, pembuat kebijakan, & penentu keputusan sangat
berpengaruh dlm menciptakan perubahan yg terkait dgn isu2 sosial, termasuk kes, pendidikan & kependudukan
b. Bekerja dgn Media Massa. Membentuk opini public & sangat kuat dlm pengaruhi persepsi public atas
isu/masalah tertentu. kenal, bangun & jaga kemitraan dengan media massa sangat penting dlm proses advokasi.
c. Membangun Kemitraan. Upaya advokasi sangat penting dilakukan membuat jejaring, kemitraan yg
berkelanjutan dgn individu, organisasi profesi, ormas & sektor lain yg bergerak dlm isu yg sama perlu
dipertahankan sesuai dgn perannya masing2. Model kemitraan yg tdk mengikat akan lebih langgeng. Prinsip
kemitraan seperti, kesetaraan, keterbukaan & saling menguntungkan menjadi acuan utk mencari mitra yg cocok.
d. Memobilisasi Massa. Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan individu yg telah
termotivasi ke dalam kelompok2/mengorganisasikan kelompok yg sudah ada. Dengan mobilisasi agar motivasi
individu dpt diubah menjadi tindakan kolektif.
e. Membangun Kapasitas : Membangun kapasitas maksudnya melembagakan kemampuan untuk mengelola
program yang komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang memiliki ketrampilan advokasi.
Pokok Bahasan 3.
PENYUSUNAN PERENCANAAN ADVOKASI
A. Latar belakang
Menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-
baiknya (maximum output) dengan sumber2 yg ada supaya lebih efisien & efektif. Maka terdapat 5 hal pokok
yang perlu diketahui dalam perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan sumberdaya, 3)
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4)kebijakan yang ada serta 5) jangka waktu pencapaian tujuan.
Tujuan : mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian tujuan advokasi kesehatan dalam upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada, pada waktu tertentu. Selain itu, perlu mendapatkan
kejelasan tentang upaya yang harus dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan
dicapai dalam waktu tertentu.
Manfaat : 1) memusatkan perhatian pada tujuan yg ingin dicapai; 2) mengurangi resiko ketidakpastian terhadap
proses kegiatan yang harus dilakukan; 3) mencegah pemborosan sumberdaya, & mengoptimalkan penggunaan
sumberdaya secara efektif & efisien untuk mencapai tujuan yg ingin dicapai; 4) kegiatan terjadwal dengan baik;
5) menjadi dasar bagi fungsi manajemen yg lain, yaitu pelaksanaan, pengawasan, pemantauan & penilaian.
Ciri-ciri : 1) mengarah pada upaya pemecahan masalah kesmas yang ada di wilayah tersebut; 2) sesuai dengan
tugas pokok, kewenangan serta pencapaian indikator kinerja program kesehatan;.3) memperhatikan sumberdaya
& kapasitas yang ada; 4) melibatkan berbagai pihak potensial terkait; 5) bersifat fleksibel, artinya
memungkinkan diadakan perubahan2 di dalam rencana tanpa mengganggu hasil akhirnya. Perancanaan dapat
sewaktu2 berubah kareba adanya tuntutan situasi & kondisi yang ada; 6) memperhatikan kendala2 yg ada.
Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendala2 yg ada, baikdari luar maupun dari dalam,
termasuk adanya peraturan2 pemerintah, kapasitas tenaga, kondisi sosial budaya masyarakat dan pejabat publik.
Hal yang penting adalah dalam membuat perencanaan advokasi kesehatan harus menetapkan batasan-batasan
yang jelas, misalnya: prosedur, rincian jenis kegiatan, tujuan, sasaran, kebijakan yang ada, kebijakan yang perlu
dibuat disetiap jenjang administrasi termasuk adanya kebijakan-kebijakan khusus dalam mendukung upaya
pemecahan masalah kesehatan atau pencapaian indicator kinerja program kesehatan.
B. Tingkat Propinsi
C. Tingkat Nasional
D. Tingkat Internasional
Pokok bahasan 4.
PELAKSANAAN ADVOKASI.
A. Tingkat Propinsi
B. Tingkat Nasional
C. Tingkat Internasional
Pokok bahasan 5.
EVALUASI ATAS HASIL ADVOKASI.
A. Tingkat Propinsi
B. Tingkat Nasional
C. Tingkat Internasional
Pokok bahasan 6.
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PELAKSANAAN ADVOKASI.
A. Secara deskriptif
B. Secara analitik
MATERI INTI 3
PELAKSANAAN PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL
Ketiga kelompok sasaran ini bisa berada di pusat, provinsi maupunkabupaten/kota. Sedangkan di kecamatan
dan di desa, sasaran bina suasana dikelompokan menjadi 2 yaitu:
1. Formal : tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas, guru, pengurus RW/RT dll
2. Informal : dukun bayi, tokoh adat, kader, dll
D. Pendekatan Bina Suasana
1. Bina Suasana Individu
Ditujukan kepada individu2 tomasy. Dengan pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini
yg positif terhadap perilaku yg sedang diperkenalkan. Di samping itu, mereka juga diharapkan dapat menjadi
individu2 panutan dlm hal perilaku yg sedang diperkenalkan. Yaitu dgn bersedia/mau mempraktikkan perilaku
yg sedang diperkenalkan. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yg kondusif bagi perubahan perilaku individu.
2. Bina Suasana Kelompok
Ditujukan kepada kelompok2 dalam masyarakat, seperti pengurus RT, pengurus RW, Majelis Pengajian,
Perkumpulan Seni, Organisasi (Profesi, Wanita, Siswa, Pemuda,dll). Pendekatan ini dapat dilakukan oleh & /
bersama2 dgn tokoh masyarakat yg telah peduli. Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok2 tersebt menjadi
peduli terhadap perilaku yg sedang diperkenalkan dan menyetujui/mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat
berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yg sedang diperkenalkan, mengadvokasi
pihak2 yg terkait, & / melakukan kontrol sosial terhadap individu2 anggotanya.
3. Bina Suasana Masyarakat Umum
Dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina & memanfaatkan media2 komunikasi sehingga dapat
tercipta pendapat umum. Dgn pendekatan ini diharapkan media2 massa tersebut menjadi peduli & mendukung
perilaku yg sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media2 massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra
dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan & menciptakan pendapat
umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini
akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu2 anggota masyarakat,
sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
E. Metode Bina Suasana
Pendekatan bina suasana perlu diterapkan utk menciptakan norma2 dan kondisi /situasi kondusif dimasyarakat
dalam mendukung PHBS. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena
pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa
bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara
partisipatif & kemitraan. Selanjutnya ada beberapa metode bina suasana yaitu:
1. Pelatihan 6. Penyuluhan 11. Pertemuan berkala di desa
2. Semiloka 7. Pendidikan 12. Kunjungan lapangan
3. Konprensi pers 8. Lokakarya mini 13. Studi banding
4. Dialog terbuka 9. Pertunjukan tradisional 14. Traveling seminar
5. Sarasehan 10. Diskusi meja bundar (round table discussion)
F. Prinsip Bina Suasana : adalah kemitraan yakni menggalang partisipasi semua sektor untuk berperan aktif
serta sebagai motor penggerak pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan atau meningkatkan cakupan RT
PHBS. Untuk menjaga kelanggegan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :
1. Forum komunikasi 5. Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan
2. Dokumen data yang up to date (selalu baru) 6. Memanfatkan kegiatan & sumber sumber dana yg
3. Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat mendukung upaya pembudayaan PHBS
4. Hubungan yg terbuka, serasi dan dinamis dgn mitra 7. Adanya umpan balik dan penghargaan
G. Langkah-Langkah Bina Suasana
1. Persiapan
a. Identifikasi Sasaran bina suasana biasanya disebut“mitra”.Mitra yg ditetapkan harus memenuhi “5C” yaitu
• Kompetensi (competent) • Jangkauan (coverage)
• Komitmen (commitment) • Kesinambungan (continuity)
• Relasi (clout)
b. Menyiapkan paket informasi
Bahan informasi untuk mendukung kegiatan bina suasana haruslah dikemas secara baik, uptodate, berdasar data
yg akurat, mengandung “value” yang sesuai dengan sasaran. Dengan demikian maka bahan informasi tersebut
dapat meyakinkan mitra, mudah dipahami serta dapat menumbuhkan motivasi untuk memberikan dukungan yg
sesuai. Bahan informasi dapat berbentuk hasil kajian atau pemetaan PHBS,dll.
c. Menentukan metode atau cara melakukan bina suasana
Langkah berikutnya adalah menetapkan metode yang sesuai serta penerapan teknik yang baik.
d. Merencanakan waktu dan tempat
Mencari waktu yg tepat utk melakukan kegiatan bina suasana, dimana sasaran dpt mengahadirinya. Demikian
juga tempat dilaksanakan kegiatan, apabila perlu tempat maupun waktu berdasar pada kesepakatan sasaran yg
mudah untuk dijangkau serta bersifat netral.
e. Menyiapkan instrumen pemantauan dan penilaian
2. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
a. Membangun forum komunikasi
b. Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
c. Saling berbagai peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta
potensinya.
d. Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada
dokumentasinya
e. Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
f. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun
rencana tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang
berkesinambungan
g. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
h. Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang
prinsip-prinsip kemitraan
i. Tidak meracuni komitmen
j. Menggalang sumberdaya/sumberdana serta potensi yang ada di
masing-masing mitra.
3. Pemantauan dan penilaian
Pemantauan dan penilaian di arahkan pada proses serta hasil (output)
pelaksanaan kegiatan.
Yang mana pun yang akan dipilih sebagai tujuan, yang penting bahwa tujuan
harus dibuat realistis (bisa dicapai), bisa diukur. Hal ini perlu diperhatikan
agar evaluasi penggalangan dukungan sosial dapat dilakukan dengan baik.
Bila program yang akan dikembangkan dari sisi penggalangan dukungan
sosial sekarang ini sudah berjalan beberapa lama, perlu dilakukan review
apa yang sedang dan sudah dilaksanakan, misalnya :
- seberapa jauh penggalangan dukungan sosial sudah dijalankan pada
waktu yang lalu
- kalau sudah ada, apa tujuan penggalangan dukungan sosial pada
waktu itu,
- apa kegiatan penggalangan dukungan sosial yang dilaksanakan pada
waktu itu, dan bagaimana hasilnya. Ini perlu agar kita dapat menentukan
tujuan baru.
Berdasarkan semua informasi tersebut, ditentukan penggalangan
dukungan sosial yang akan dikembangkan sekarang yaitu tujuan jangka
pendek, menengah, dan panjang.
CARA MERUMUSKAN TUJUAN PENGGALANGAN DUKUNGAN
SOSIAL
Sebelum kita membahas bagaimana cara merumuskan tujuan penggalangan
dukungan sosial, ada baiknya kita mengetahui pengertian, tujuan umum
penggalangan dukungan sosial, dan tujuan khususnya penggalangan
dukungan sosial.
Tujuan umum penggalangan dukungan sosial ialah tercapainya perilaku
sehat masyarakat sebagai akibat dari adanya dukungan sosial terhadap
program kesehatan.
Tujuan umum dukungan sosial bersifat abstrak artinya ukurannya tidak
jelas dan bersifat jangka panjang artinya tidak jelas kapan tujuan tersebut
akan dicapai.
Tujuan khusus dukungan sosial adalah suatu pelaksanaan perumusan
perilaku yang meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku
sebagai akibat adanya dukungan sosial terhadap program kesehatan.
Penting : Tujuan khusus dukungan sosial harus jelas, realitas (bisa dicapai)
jelas ukurannya, jelas waktunya yaitu kapan mau dicapai, jelas lokasinya
dan jelas sasarannya. Agar penilaian dukungan sosial dapat dilaksanakan
dengan baik.
Macam-Macam Perencanaan
Perencanaan dapat diklasifi kasikan berdasarkan (1) Lamanya (durasi), (2) Fungsi
atau Penggunaannya dan (3) Cakupannya (scope).
1. Perencanaan berdasarkan ”Lamanya” (durasi)
Setiap perencanaan dapat digolongkan berdasarkan waktu pelaksanaannya.
Rencana jangka pendek sudah tentu dibuat untuk dilaksanakan dalam
waktu yang singkat, sedangkan rencana jangka panjang dalam waktu
yang lebih lama.
Bagi seorang pimpinan di tingkat bawah, rencana 6 bulan mungkin sudah
merupakan rencana jangka panjang. Sebaliknya untuk pimpinan tingkat
atas, rencana 6 bulan tersebut dapat dianggap rencana jangka pendek.
Terlepas dari waktunya, rencana operasional seringkali digolongkan ke
dalam rencana jangka pendek jika rencana tersebut merupakan bagian
dari rencana yang lebih besar.
Perencanaan jangka pendek umumnya dibuat di tingkat bawah. Keterlibatan
seseorang dalam perencanaan jangka panjang semakin besar dengan
semakin tingginya tingkatan seseorang.
2. Perencanaan berdasarkan ”Fungsi”
Perencanaan dapat pula digolongkan berdasarkan fungsi operasional
manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan dan personalia.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini memungkinkan untuk
menggambarkan hubungan antar bagian/unit dan mempelajari adanya
kemungkinan pengaruh perencanaan di satu unit terhadap unit lainnya.
3. Perencanaan berdasarkan ”Cakupan”
adalah bentuk perencanaan yang mendasarkan dirinya pada berapa
cakupan baik populasi ataupun lainnya untuk dapat dilaksanakan
berdasarkan hasil analisis
Untuk mendapatkan perubahan perilaku pada masyarakat sasaran
diperlukan perencanaan yang baik, dalam menyusun perencanaan
perumusan tujuan program harus jelas dan memenuhi syarat-syarat
tertentu agar monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik.
C. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
1. Membangun forum komunikasi
2. Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
3. Saling berbagi peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta potensinya.
4. Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada dokumentasinya
5. Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.