Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM JABATAN 2020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NAMA : FITRIANA, S.Pd.


NO UKG : 201503191295
NIM : 2001720013
INSTANSI : SMKN 1 NANGA TAYAP
ASAL
A. JUDUL MATERI : TEKS ANEKDOT
B. KOMPETENSI DASAR, IPK dan TUJUAN PEMBELAJARAN
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.5 Mengevaluasi teks anekdot


3.5.1 Menganalisis isi dan makna tersirat
dari aspek makna tersirat dalam teks anekdot
3.5.2 Mengevaluasi isi dan aspek makna
tersirat dalam teks anekdot
4.5 Mengontruksi makna yang 4.5.1 Menyusun kembali teks anekdot
tersirat dalam sebuah teks dengan memerhatikan makna dan isi
anekdot tersirat dalam teks anekdot.
4.5.2 Mempresentasikan teks anekdot
yang telah disusun

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran saintifik
peserta didik dapat menganalisis isi dan makna tersirat dalam teks
anekdot dengan aktif, kreatif, kooperatif serta komunikatif selama proses
pembelajaran.
2. Melalui kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran saintifik
peserta didik dapat mengevaluasi isi dan makna tersirat dalam teks
anekdot dengan aktif, kreatif, kooperatif serta komunikatif selama proses
pembelajaran
3. Melalui kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran saintifik
peserta didik dapat menyusun dan mempresentasi isi dan makna tersirat
dalam teks anekdot dengan aktif, kreatif, kooperatif serta komunikatif
selama proses pembelajaran.

MATERI PEMBELAJARAN
 Teks anekdot
 Isi dan makna teks anekdot
 Mengonstruksi isi dan makna teks anekdot

C. PENDAHULUAN
Depdiknas (2006:4) mendefinisikan “bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan”.Secara Umum Pengertian bahan ajar adalah merupakan
seperangkat materi pelajaran yang dapat membantu tercapainya tujuan
kurikulum yang disusun secara sistematis dan utuh sehingga tercipta lingkungan
belajar yang menyenangkan, memudahkan siswa belajar, dan guru mengajar.
1. Bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas,
yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian
informasi. Contoh: handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wall chart, foto/gambar, model, atau maket
2. Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu: semua sistem yang
menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau
didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh: kaset, radio, piringan
hitam, dan compact disk audio
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu: segala sesuatu yang
memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak
secara sekuensial. Contoh: video, compact disk, dan film.
4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu: kombinasi dari dua
atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh
penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu
perintah dan atau perilaku alami dari presentasi. Contoh: compact disk
interaktif.

D. URAIAN MATERI
 Pengertian/Definis Teks Anekdot
Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal berdasarkan
kejadian yang sebenarnya. (KBBI: 47). Kelucuan itu terbentuk antara lain
karena ketololan, kesalahpahaman, kesalahandengaran, kesombongan,
kecelakaan akibat ulah sendiri, dsb. dengan tujuan utaman menyindir.
Masalah yang diangkat pada umumnya berkaitan dengan masalah sosial atau
masalah publik. Bisa juga anekdot dibuat berdasarkan rekaan, baik peristiwa,
pelaku (partisipan), tempat kejadian, maupun waktunya. Namun tujuan utama
anekdot adalah untuk menyampaikan kritik/sindiran dalam bentuk cerita
lucu.
 Menganalisis isi dan makna tersirat dalam teks anekdot
Dalam teks teks anekdot terdapat isi dan makna yang tersirat yang perlu kita
evaluasi. Hasil analisa teks anekdot dapat dilihat dadi beberapa aspek yaitu:
a. Masalah yang dibahas, merupakan masalah yang muncul dalam teks
anekdot
b. Kritik atau sindiran yang disampaikan, merupakan bahasa halus yang
digunakan untuk menyampaikan sindiran secara halus, hal itu dilakukaan
untuk menghindari konflik antar pihak yang menyampaikan sindiran
dengan pihak yang disindir.
c. Unsur humor, hal lucu yang disampaikan dalam teks anekdot.
d. Makna yang tersirat, tentu saja berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal
ini tentu saja tetapi lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaiakan
oleh si pembuat kritik.
Fungsi Anekdot anekdot memiliki dua fungsi yaitu :
 Fungsi primer, sebagai sarana ekspresi yang berhubungan dengan
ketidakpuasan, kejengkelan, kemarahan dan sebagainya.
 Fungsi Sekunder, sebagai bahan hiburan, sebagai analogi atau contoh
dalam menjelaskan sesuatu sebagai penarik perhatian dan sebagainya.

Teks anekdot “Cara Keledai Membaca”

Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai.
Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat,
agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur
Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia
memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk
membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti
akan ditimpakan kepadanya.Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa
banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera
mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu
menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka
sampulnya.Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama
kemudian Si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus
menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai
menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
“Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya”, kata
Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi.
Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban
“Bagaimana cara mengajari keledai membaca?”

Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran


besar mirip buku.
Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-
balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalau tidak ditemukan biji
gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus
sampai ia terlatih membalik – balik halaman buku itu”.
“Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk.
Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya
membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya”. Jadi kalau kita juga membuka-
buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?” kata
Nashrudin dengan mimik serius.

Berikut adalah contoh menganalisis isi dan makna tersirat teks anekdot:

JUDUL CARA KELEDAI MEMBACA


Masalah yang Kebiasaan Mereka
dibahas
Unsur Homur Seekor keledai membaca buku dengan cara
menjilat-jilat lembaran buku
Makna tersirat yang Bila kita membaca buku tanpa memahamai isinya,
disampaikan kita sama bodohnya dengan seekor keledai yang
membaca buku dengan cara menjilat – jilat
lembaaran buku.

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang Mahasiswa sedang
berbinang-bincang.
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah
mau berdiri.”
Udin : “ Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “ Ya, Udin tahu sebabnya”
Udin : “ Barangkali saja, belaiu capek atau kakinya tidak kuat berdiri”
Tono : “ Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat”
Udin : “Loh, apa hubungannya.”
Tono : “ Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain”
Udin : “???”
Dalam teks anekdot diatas, evaluasi dari kritik yang disampaikan ditujukan pada
para pejabat yang takut dan tidak mau turun dari jabatanya dan takut kehilangan
jabatan. Tujuan yang ingin disampaikan tentu bukan hanya menyindir para
pejabat yang tidak mau takut kehilangan, tetapi jauh lebih dari itu yaitu agar
para pejabat sadar bahwa jabatan itu ada masanya.
Jadi makna yang tersirat yang dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang
hendak disampaikan melalui anekdot. Pesan moral itu dapat diruntut dari
kritikan atau sindiran yang disampaikan lewat anekdot.
Judul Anekdot Kritikan /Sindiran Makna Tersirat
Dosen yang juga menjadi Menyidir para pejabat Bahwa jabatan akan
pejabat yang takut dan tidak habis pada masanya
mau turun dari
jabatannya

 Mengonstruksi makna tersirat dalam teks anekdot.

Menggali Makna dengan Cara Menafsirkan Pelaku, Kejadian, dan Sindiran


Salah satu ciri anekdot yang baik adalah adanya makna tersirat. Di balik tokoh-tokoh yang
diceritakan dan jalan ceritanya, tersimpan kritik dengan kemasan yang cerdas dalam bentuk
cerita yang menggelikan. Tokoh dan peristiwa mencerminkan pelaku dan peristiwa
sesungguhnya terjadi di suatu masyarakat, bangsa, atau negara tertentu, namun disamarkan
sedemikian rupa sehingga tidak ada yang tersinggung.
 Menyusun teks anekdot
Dalam menyusun teks anekdot ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal
tersebut adalah tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur dan pola penyajian teks anekdot.
Langkah – langkah ini akan mempermudah kamu untuk belajar menyusun teks anekdot.
Berikut akan disajiakn langkah-langkah dalam bentuk table contoh menyusun teks anekdot.

No Aspek Isi
1 Tema Kasih sayang pada oaring tua
2. Kritik Anak yang memandang orang tua di masa
tuanya sebagai orang yang merepotkan
3. Humor/Lelucon Orang dewasa malu karena dikeritik oleh anek kecil
4. Tokoh Kakek tua, ayah dan ibu (anak) cucu 6 tahun
5. Struktur Observasi Kakek tua tinggal bersama anak, mantu dan
cucu 6 tahun
Orientasi Kebiasaan makan malam di rumah si anek.
Kakek tua makannya sering berantakan.
Krisis Kakek tua di beri meja kacil terpisah d pojok,
Dengan alat makan anti pecah
Reaksi Cucu 6 tahaun membuat replika meja
terpisah.
Koda Cucu 6 tahun mengungkap-kan kelak akan
Membuat meja terpisah juga untuk ayah dan
ibunya.
6. Alur Kakek tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang
berusia 6 tahun. Karena suda tua, mata si kakek rabun dan
tanganya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan
alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di meja
terpisah dengan alat makan antih pecah.
Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6
tahun yang tengah bermain membut replika meja.
7. Pola Penyajian Narasi
8. Teks Anekdot Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan
cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu bisa makan malam bersama.
Si kakek yang suda pikun sering mengacaukan segalanya.
Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah
menyantap makanan.
Sendok dan garpu kerap jauh.
Saat si kakek meraih gelas, susu tumpah membasahi taplak. Anak
dan menantunya menjadi gusar.
Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut
ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka meberikan
mangkuk melamin yang tidak gampang pecah.
Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering
terdengar ratap kesedian dari sudut ruangan. Namun, suami istri
itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan
lagi.
Sang cucu yang berusia 6 tahun mengamati semua kejadian itu
dalam diam.
Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat
replika mainan kayu.
“sedang apa, sayang?” Tanya ayah pada anaknya. “ Aku sedang
membuat meja buat Ayah dan Ibu. Persiapan buat Ayah dan Ibu
jika aku besar nanti”. Ayah ank kecil itu langsung terdiam.
Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak
makan dimeja yang sama. Tak aka nada lagi omelan saat piring
jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah.

 Mempersentasikan kembali cerita teks anekdot.


Sala satu cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita dengar
atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saya juga menggunakan gaya penceritaan
yang berbeda. Namun,penulisan ulang ini tetap harus memperhatikan kebahasaan dan
strukturnya.
Setelah memahami batasan anekdot, isi,struktur dan ciri kebahasaanny, berikutnya siswa
akan belajar menulis anekdot. Untuk dapat menulis anekdot, lebih dulu belajar menulis kembali
teks anekdot yang kamu baca dengan polah penyajian yang berbeda.
Berikut ini adalah contoh teks anekdot seorang dosen yang juga jadi penjabat dengan pola
naratif yang di ubah dari teks aslinya yang berbentuk dialog.

Dosen yang jadi menjadi penjabat

Di kantin sebuah universitas, udin dan tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang
‘’ saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah
mau berdiri,’’ kata tono kepada udin. Udin ogak-agahan menjawab pertanyaan
tono. Udin bertanggapan bahwa masalah yang di bicarakan tono itu tidak penting
Namun, tono tetap meminta agar Udin mau menerka teka-tekinys.
‘’barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri,’’ jawab Udin
Merasajengah. Ternyata jawaban Udin masih juda salah. Menurut tono , dosen
yang juga pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab takut kursinya diabil orang
lain.’’ Mendengar pernyataan tono, udin menanyakan apa hubungan antara dosen
dan penjabat.
‘’ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain,’’ungkap Tono. Udin:
“???”

Kemudian diampaikan dalam bentuk dialog sebagai berikut:

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang Mahasiswa sedang
berbinang-bincang.
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah
mau berdiri.”
Udin : “ Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “ Ya, Udin tahu sebabnya”
Udin : “ Barangkali saja, belaiu capek atau kakinya tidak kuat berdiri”
Tono : “ Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat”
Udin : “Loh, apa hubungannya.”
Tono : “ Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain”
Udin : “???”
D. REFERENSI SUMBER BELAJAR

Buku pegangan guru Bahasa Indonesia kelas X, kurikulum 2013


Buku siswa Bahasa Indonesia kelas x, kurikulum 2013

http://bagusakhmadi.blogspot.com/2018/11/menganalisis-teks-anekdot-dari-
aspek.html

Anda mungkin juga menyukai