Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PROTOZOOLOGI DAN ENTOMOLOGI

ENTAMOEBA COLI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Protozoologi dan Entomologi

Disusun Oleh:

Mohamad Zidan
P1337434118024
Tingkat 2 DIII TLM / Reguler A

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
Laporan Praktikum Entamoeba Coli

I. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk, morfologi, dan cara penularan Entamoeba
coli
II. Prinsip
Fiksasi objek glass, teteskan masing-masing lugol dan eosin secara
terpisah pada bagian atas objek glass. Ambil sedikit bagian faeces babi dan
homogenkan pada masing-masing lugol dan eosin. Tutup dengan cover glass
dan diamati menggunakan mikroskop pada pembesaran 4x, 10x dan 40x.

III. Dasar Teori


Pemeriksaan Feces lengkap digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
infeksi parasit yang terjadi di dalam tubuh manusia (Muslim, H.R. 2009).
Entamoeba coli termasuk protozoa apatogen dimana Infeksi
Entamoeba coli bersifat asimptomatis. Namun parasit Entamoeba coli sering
dijumpai pada infeksi Entamoeba histolytica pada penderita amebiasis. Dalam
siklus hidupnya Entamoeba coli memiliki kemiripan dengan siklus hidup
Entamoeba histolytica hanya saja tanpa adanya penjalaran ekstraintestinal.
Infeksinya terjadi dengan menelan kista matang yang berinti 8 dan biasanya
tidak mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid. Diagnosisnya
adalah dengan ditemukannya bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja.
Entamoeba coli hidup sebagai komensal di rongga usus besar. Dalam
daur hidupnya terdapat stadium vegetatif dan stadium kista. Morfologinya
mirip Entamoeba histolytica namun Entamoeba coli tidak bersifat patogen
sehingga jarang menyebabkan insiden. Akan tetapi kalau jumlahnya melebihi
ambang batas maka bisa menyebabkan penyakit. Biasanya Entamoeba coli
ditemukan pada infeksi Entamoeba histolytica. Dan pada umumnya,
penularan terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista
amoeba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini
akan rusak oleh asam lambung. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi
oleh kista melalui cara-cara berikut:
1. Persediaan air yang terpolusi
2. Tangan infected food handler yang terkontaminasi
3. Kontaminasi oleh lalat dan kecoak
4. Penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
5. Hygiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi
tinggi

Insiden Infeksi terjadi dengan menelan kista matang. Infeksi terjadi


dengan menelan kista matang. Kista matang yang berinti dan biasanya tidak
lagi mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid. Kista Entamoeba coli
tidak mudah mati oleh kekeringan. Resistensi terhadap kekeringan ini
mungkin bertanggung jawab atas tingginya insiden infeksi.
IV. Alat dan Bahan
Alat :
1) Objek glass
2) Cover glass
3) Pipet
4) Mikroskop
5) Bunsen
6) Korek api
7) Batang pengaduk (lidi, pipet atau tusuk gigi)
8) Alat tulis

Bahan :
1) Faeces babi
2) Lugol 1%
3) Eosin 2%
V. Prosedur Kerja
a) Pra Analitik
1. Menggunakan APD sesuai dengan SOP
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Analitik
1. Hidupkan bunsen dengan korek api, lalu fiksasi objek glass dengan
melewatkan 3-4 kali di atas bunsen
2. Teteskan lugol dan eosin pada satu objek glass secara terpisah pada
bagian atas objek glass
3. Ambil satu bagian sampel faeces babi dengan pipet steril dan
campurkan dengan lugol
4. Ambil satu bagian sampel faeces babi dengan pipet steril dan
campurkan dengan eosin
5. Tutup masing-masing dengan cover glass. Matikan bunsen
6. Amati di bawah lensa mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 40x
7. Interpretasikan hasil pada lembar laporan
c) Pasca Analitik
1. Membersihkan semua alat dan bahan yang telah selesai digunakan dan
merapikan meja kerja
2. Melepas ADP sesuai dengan SOP

VI. Hasil Praktikum


Pada praktikum yang telah dilakukan ditemukan kista protozoa
entamoeba coli pada sampel faeces babi setelah dilakukan pengamatan pada
pembesaran lensa objektif 40x.
Interpretasi Hasil :
 Fase Trofozoit: Stadium trofozoid 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau
bulat. Stadium ini mempunyai sebuah inti entamoeba, dengan kareosom
kasar dan biasanya letaknya eksentrik. Butir-butir kromatin perifer juga
kasar dan letaknya tidak merata.
 Kista : Bentuk membulat dengan ukuran 10-35 µm, Kista matang berisi
8-16 inti, Chromatoidal bodies berupa batang-batang langsing yang
menyerupai jarum.
 (-) : tidak ditemukan parasit jenis Ciliata yaitu Balantidium coli.
(+) : ditemukan parasit jenis Ciliata yaitu Balantidium coli.

VII. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, ditemukan parasit
Entamoeba coli pada pembesaran lensa objektif 40x pada sampel faeces babi.
Gambaran parasit yang didapatkan adalah Entamoeba coli berbentuk kista.
Hal ini disebabkan karena berubahnya tempat atau situasi lingkungan
Entamoeba coli yang menyebabkan perubahan bentuk dari trofozoit ke bentuk
kista yang disebut enkistasi. Untuk mengetahui gambaran Entamoeba coli
dalam bentuk trofozoit tdak didapatkan dari sampel yang diamati.
Entamoeba coli hidup sebagai komensal di rongga usus besar. Dalam
siklus hidupnya, terdapat stadium vegetatif dan stadium kista. Morfologinya
mirip Entamoeba histolytica. Morfologi dan siklus hidup Entamoeba coli
adalah sebagai berikut:
1. Stadium trofozoid 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau bulat. Stadium
ini mempunyai sebuah inti entamoeba, dengan kareosom kasar dan
biasanya letaknya eksentrik. Butir-butir kromatin perifer juga kasar dan
letaknya tidak merata.
2. Ektoplasma tidak nyata, hanya tampak bila pseudopodium dibentuk.
Pseudopodium lebar, dibentuk perlahan-lahan, sehingga pergerakannya
lambat.
3. Endoplasma bervakuol, mengandung bakteri dan sisa makanan tidak
mengandung sel darah merah. Stadium ini tidak dapat dibedakan dari
bentuk minuta Entamoeba histolytica. Cara berkembang biaknya dengan
belah pasang.
4. Stadium trofozoid biasanya ditemukan dalam tinja lembek atau cair.
Stadium kista bulat atau lonjong berukuran 15-22 mikron. Dinding kista
tebal berwarna hitam. Dalam tinja biasanya kista berinti 2 atau 8. Kista
yang berinti dua mempunyai vakuol glikogen yang besar dan benda
kromatoid yang halus. Biasanya benda kromatoid dari kista Entamoeba
coli tersebut ramping dengan ujung runcing atau tidak teratur jadi berbeda
dengan benda kromatoid yang berbentuk cerutu atau liseng pada
Entamoeba histolytica.
Kista matang yang berinti dan biasanya tidak lagi mengandung vakuol
glikogen dan benda kromatoid. Kista Entamoeba coli tidak mudah mati oleh
kekeringan. Resistensi terhadap kekeringan ini mungkin bertanggung jawab
atas tingginya insiden infeksi. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.
Adapun ciri-ciri kista Entamoeba coli:
1. Bentuk membulat dengan ukuran 10-35 µm
2. Kista matang berisi 8-16 inti
3. Chromatoidal bodies berupa batang-batang langsing yang menyerupai jarum
Entamoeba coli hidup sebagai komensal di rongga usus besar. Dalam
daur hidupnya terdapat stadium vegetatif dan stadium kista. Morfologinya
mirip Entamoeba histolytica namun Entamoeba coli tidak bersifat patogen
sehingga jarang menyebabkan insiden. Akan tetapi kalau jumlahnya melebihi
ambang batas maka bisa menyebabkan penyakit. Biasanya Entamoeba coli
ditemukan pada infeksi Entamoeba histolytica. Dan pada umumnya,
penularan terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista
amoeba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini
akan rusak oleh asam lambung. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi
oleh kista melalui cara-cara berikut:
-Persediaan air yang terpolusi
-Tangan infected food handler yang terkontaminasi
-Kontaminasi oleh lalat dan kecoak
-Penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
-Hygiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi
tinggi
Insiden Infeksi terjadi dengan menelan kista matang. Infeksi terjadi
dengan menelan kista matang. Kista matang yang berinti dan biasanya tidak
lagi mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid. Kista Entamoeba coli
tidak mudah mati oleh kekeringan. Resistensi terhadap kekeringan ini
mungkin bertanggung jawab atas tingginya insiden infeksi.

Pencegahan terhadap Entamoeba coli agar tidak terjangkit dalam


tubuh manusia pada umumnya sama saja dengan tindakan pencegahan pada
protozoa lainnya. Cara pencegahan tersebut lebih dikhususkan pada
kebersihan perseorangan dan kebersihan lingkungan. Misalnya saja pada
kebersihan individu mencuci tangan dengan bersih sesudah membuang air
besar dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan sendiri misalnya memasak
air minum, mencuci sayuran sampai bersih, atau memasaknya sebelum
dimakan, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, buang air besar di
jamban, membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk
menghindari lalat, serta menutup makanan untuk menghindari kontaminasi
dengan lalat dan kecoa.

Pencegahan terhadap infeksi Entamoeba coli dapat dilakukan dengan


menjaga kebersihan perseorangan dan kebersihan lingkungan. Jadi dengan
menjaga kebersihan, kita dapat mencegah Entamoeba coli masuk ke dalam
tubuh manusia.

Pengobatan sebenarnya tidak diperlukan karena protozoa ini


nonpatogen. Akan tetapi ditemukan salah satu tanaman obat keluarga (TOGA)
yaitu daun seena yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Fraksi
polisakarida daun Cassia angustifolia yang diuji dengan allogenic tumor
Sarcoma-180 pada mencit, berefek positif dalam penghambatan pertumbulian
Sarcoma-180. Senosida A dalam tubuh akan mengalami suatu reaksi hidrolisis
enzimatik dan reduksi oleh bakteri flora usus (Entamoeba coli) menjadi rein
antron. Rein antron merupakan suatu senyawa yang menginduksi sekresi air
dan mencegah reabsorpsi air dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
digunakan dalam upaya penyembuhan konstipasi akut.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
dengan ditemukannya kista Entamoeba coli pada sampel faeces babi setelah
dilakukan pengamatan pada perbesaran lensa objektif 40x.
IX. Referensi
-Modul Praktikum Protozoologi dan Entomologi Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Semarang
-Academia.edu
X. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai