Anda di halaman 1dari 7

Bab 1

Kitab Mahābhārata
1.1.1 Meyakini pengertian Mahabharata
KD 1.1 1.1.2 Meyakini bagian-bagian Asta
Dasa Parwa
Menghayati ceritera Mahabharata sebagai tuntunan
1.1.3
hidup
Menghayati cerita-cerita dalam
kitab Mahabharata
1.1.4 Mensyukuri telah tersusunnya
kitab Mahabharata
1.1.5 Menghayati nilai-nilai pendidikan
dalam Mahabharata

2.1.1 Percaya diri dalam menjelaskan


kitab Mahabharata
2.1.2 Santun dalam menyajikan bagian-
bagian Asta Dasa Parwa
KD 2.1 2.1.3 Menunjukan sikap yang sesuai
Disiplin dalam dengan isi kitab Mahabharata
mengahayati kitab 2.1.4 Menghargai cerita-cerita dalam
Mahabharata sebagai kitab Mahabharata
2.1.5 Disiplin dalam menyajikan nilai-
tuntunan hidup
nilaipendidikandalam
Mahabharata

3.1.1 Menjelaskan
KDu3.1 Pengertian
Mahabharata
Menguraikanisi parwa- parwa dalam Kitab Mahabharata
Mahabharata 3.1.2 Menyebutkan bagian-bagian Asta
Dasa Parwa
3.1.3 Menguraikan cerita singkat
dalam Parwa-parwa Mahabharata
3.1.4 Menguraikan Proses Penyusunan
Mahabharata
3.1.5 Menganalisis nilai-nilai
pendidikan dalam Mahabharata

4.1.1 Menyalin kembali


KD 4.1 pengertian Mahabharata
4.1.2 Menyajikan bagian-bagian Asta
Menyajikan cerita Dasa Parwa
singkat parwa-parwa 4.1.3 Menceritakan Isi masing-masing
dalam kitab Parwa dalam Mahabharata
Mahabharata 4.1.4 Menceritakan riwayat
penyusunan kitab Mahabharata
4.1.5 Menyajikan nilai-nilai pendidikan
dalam Mahabharata

Gambar 1.1 Peta Konsep Materi


Ayo Membaca

Materi Kegiatan Pembelajaran ke; 3


Tujuan Pembelajaran:
Melalui PJJ Model Discovery Learning berbasis daring perseta didik diharapkan mampu
menjelaskan nilai-nilai pendidikan dalam Mahabharata, menyajikan ajaran-ajaran yang
relevan dalam kehidupan dengan menunjukan sikap disiplin serta meyakini ajaran
Mahabharata dengan baik.

E Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Mahābhārata


Dilihat dari segi kesusastraan kisah epos Mahābhārata memiliki sifat-sifat dramatis.Watak
dan tokoh-tokoh seolah-olah tampil dengan karakter yang nyata, konflik antara aksi dan reaksi yang
kontinu mencari penyelesaiannya sendiri dangan suatu arus kebajikan yang harmonis. Nafsu lawan
nafsu memberikan kritikan kepada hidup, kebiasaan, tatacara dan cita-cita yang berubah-ubah.
Prinsip fundamental yang menjadi dasar moral dan dasar kewajiban serta kebenaran memperlihatkan
basisnya yang menyolok dalam buku besar ini. Dalam bahasanya Mahatma Gandhi, konflik abadi
yang ada dalam jiwa kita diuraikan demikian jelasnya, menyebabkan kita berpikir bahwasanya
perbuatan- perbuatan yang dilukiskan di dalamnya seolah-olah benar-benar dilakukan oleh manusia.
Betapa penting artinya epos Mahabharata ini dapat diketahui dari peranan yang telah dimainkannya
dalam kehidupan manusia. Lima belas abad lamanya memainkan peranannya, dan dalam bentuknya
yang sekarang ini menyediakan kata-kata mutiara untuk persembahyangan dan meditasi, untuk
drama dan hiburan serta wayang kulit dan novel, menyediakan fantasi untuk lukisan dan nyanyian,
menyediakan imajinasi puitis untuk petuah-petuah dan impian-impian di waktu malam dan
“menyediakan pola kehidupan bagi beratus-ratus juta manusia yang mendiami negri-negri yang
terbentang dari lembah Khasmir sampai ke pulau Bali yang tropis. Demikianlah dalam kepercayaan
Hindu, epos Mahabharata terdiri dari beberapa unsur yaitu : ajaran tentang dharma, filsafat hidup,
kesusastraan, musik, kesenian, bentuk bangunan, permainan, tari-tarian, ilmu nujum, ilmu falak, dan
sebagainya dan Mahabharata juga dikenal sebagai Pancama Veda (Veda kelima) (RegVeda ke-l,
SamaVeda ke-II, YayurVeda ke- lIl, dan AtharwaVeda ke-IV), (Zimmer. Heinrich Philosophises os
India, Meredian Books, New York, 1956).

1. Nilai Pendidikan Tattwa dalam Mahābhārata


Kata Tattwa berasal dari bahasa Sansekerta “Tat” berarti itu, yang maksudnya adalah
hakekat atau kebenaran (Thatnees). Dalam sumber lainya kata Tattwa juga berarti falsafah
(Filsafat
agama). Dengan demikian nilai pendidikan Tattwa yang dapat dikaji dalam epos Mahabarata salah
satunya terdapat pada Sabhaparva (Parva kedua).

Dalam Sabha Parva dikisahkan bahwa Yudhistira diundang untuk bermain judi oleh
Duryudana. Namun, akibat kelicikan Sangkuni dalam permainan itu, Yudistira pun berhasil
dikalahkan. Dia tidak saja mempertaruhkan artha bendanya, tetapi juga Drupadi, adik-adiknya
bahkan dirinya sendiri. Pada saat Drupadi dimiliki oleh kelompok Kaurawa, ingin memperbudak
dan mempermalukan permaisuri pandawa tersebut di hadapan umum. Dussasana hendak
menelanjangi kain yang dikenakan putri Drupadi, namun perbuatan hina itu mengalami kesulitan,
sebab Drupadi menyerahkan nasibnya dan memusatkan pikiranya kepada Dewa Krisna.
Permaisuri Pandawa tersebut tak henti melantunkan doa untuk memuji keagungan Dewa Krisna
yang merupakan inkarnasi Dewa Visnu. Dengan demikian, setiap kali Dussasana melucuti kain
Drupadi, kain tersebut semakin memanjang dan melindungi tubuh Drupadi.

Berdasarkan cerita di atas, maka jelas bahwa Sradha (Keimanan atau keyakinan) kepada
Tuhan dan bagaimana cara umat berbhakti pada Tuhan, memberikan jalan tersendiri bagi berkah
ataupun musibah yang dihadapi oleh manusia. Buah karma memang tidak akan pernah keliru
untuk disantap para insani, tapi dengan mengingat keagunganNya, karma baik atau buruk tentu
bisa dilewati dengan penuh keyakinan (saradha) dan bhakti. Oleh karena itu, sebagai manusia
diharapkan mampu mencontoh saradha yang dilakukan oleh Drupadi, agar selalu eling (ingat)
kehadapan Brahman atas segala wara nugaraha yang telah dilimpahkanNya kepada kita. Banyak
hal yang dapat dilakukan untuk memuja keagunganNya, cara tersederhana adalah dengan
melakukan japam (menyebut nama Tuhan yang diistadewatakan) atau mengkirtanamkan
(menyanyikan) sloka suci susastra Hindu.

2. Nilai Pendidikan Susila dalam Mahābhārata


Dalam setiap gerak tokoh Pandawa lima, dharma senantiasa menemaninya. Setiap hal yang
ditimbulkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan, menyenangkan hati diri sendiri, sesama
manusia maupun mahluk lain, inilah yang pertama dan utama Kebenaran itu sama dengan
sebatang pohon subur yang menghasilkan buah yang semakin lama semakin banyak jika kita terus
memupuknya. Terkait hal itu, Panca Pandawa dalam menegakkan dharma, pada setiap langkahnya
selalu mendapat ujian berat, memuncak pada perang Bharatayuddha. Bagi siapa saja yang
berlindung pada Dharma, Tuhan akan melindunginya dan memberikan kemenangan serta
kebahagiaan. Sebagaimana yang dilakukan oleh pandawa lima, berlindung di bahwah kaki Krsna
sebagai awatara Tuhan.
Susila adalah cara kita beragama dengan mengendalikan pikiran, perkataan,dan perbuatan
sehari-hari agar sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Terkait hal itu, di dalam Cerita Mahābhārata
terkandung lima nilai kesetiaan (satya), yang diperankan langsung oleh Yudhistira. Kelima nilai
kesetiaan itu adalah: Pertama, satya wacana artinya setia atau jujur dalam berkata-kata, tidak
berdusta, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak sopan. Kedua, satya hredaya, artinya setia akan
kata hati, berpendirian teguh dan tak terombang-ambing, dalam menegakkan kebenaran. Ketiga,
satya laksana, artinya setia dan jujur mengakui dan bertanggung jawab terhadap apa yang pernah
diperbuat. Keempat, satya mitra, artinya setia kepada teman/sahabat. Kelima, satya semaya, artinya
setia kepada janji. Nilai kesetiaan/satya sesungguhnya merupakan media penyucian pikiran. Orang
yang sering tidak jujur kecerdasannya diracuni oleh virus ketidakjujuran. Ketidakjujuran
menyebabkan pikiran lemah dan dapat diombang-ambing oleh gerakan panca indria. Orang yang
tidak jujur sulit mendapat kepercayaan dari lingkungannya dan Tuhan pun tidak merestui. Karena
kesetiaan inilah, Yudistira pada akhirnya mampu mencapai Svargaloka tanpa halangan sedikitpun.
Arjuna, adalah putra Dewa Indra, Sifat dan karakter Arjuna yaitu sangat pemberani, tegas,
bertanggungjawab, melindungi mereka yang tidak berdaya, penuh kasih sayang, cerdas dan berbudi
pekerti luhur. Selain itu, arjuna juga sangat dekat dengan Sri Krisna, hal ini menunjukan bahwa
orang utama adalah orang yang sangat dekat dan menjadikan Tuhan yang Maha Esa sebagai
sahabatnya, yakni dengan mengamalkan ajaranNya dan menjauhi LaranganNya. Tokoh lain yang
patut dicontoh sikap susilanya yaitu Kunti istri dari prabu Pandu dan ibu dari Pandava. Sikap
pelayanan, kesabaran, tahan uji, dan ketekunan dari Dewi Kunti menjadi teladan utama bagi pelajar
yang ingin menggapai cita-cita. Hal ini dapat dikaji dari kisah Dewi Kunti pada saat melayani para
Brahmana, khususnya Rsi Durvasa di Kuntibhoja. Kunti ditugaskan secara khusus melayani Rsi
tersebut. Suatu hari, untuk menguji Kunti, Rsi itu meminta Kunti menyiapkan makanan sebelum
sang Rsi mandi. Menjelang waktu itu, kunti telah mampu menyiapkan masakannya, yang
ditempatkan di sebuah piring dihadapan Rsi Durvasa. Hidangan tersebut masih panas dan masih
beruap dan sang Rsi memandangi dewi Kunti. Menyadari makna pandangan itu, Kunti
membungkukan punggungnya dihadapan sang Rsi untuk digunakan sebagai tempat menaruh
hidangan tersebut. Walaupun punggung terasa panas dan terbakar, Dewi Kunti tidak
memperlihatkan kesakitan itu. Merasa senang atas perlakuan dewi Kunti, Rsi Durvasa akhirnya
memberi anugerah dengan mengajari Kunti sebuah mantra.
Aktivitas Mandiri

elah kalian membaca mengenai nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam masing-masing parwa. Kerjakan seperti table di baw

No Nama Parva Nilai Pendidikan

1
2
3
4
5
dst
levan dengan bahan ajar ini, hindari copy paste dari internet dan kumpulkan sesuai pengaturan waktu dalam google class room

Kegiatan bersama dengan orang tua

bharata, sekarang tanyakanlah kepada orang tuamu, ajaran apa saja yang cocok kita terapkan dalam kehidupan ini sesuai nilai

Tanda tangan
Tangg Nila
al i Guru Orang tua
Nama : Bendesa Made Dewi Inti
No : 03
Kelas IX A

NO Nama Parva Nilai Pendidikan


1. Sabha Parva (Parva ke dua) Nilai Pendidikan Tatwa.
Dimana dalam Sabha Parva terdapat nilai moral yaitu
kita sebagai umat manusia tidak boleh melakukan hal
yang tidak baik, apalagi sampai melakukan judi dan
mempertaruhkan keluarga dan nyawa.
2. Wana Parva (Parva ke tiga) Nilai Pendidikan kesetiaan/satya dimana artinya
adalah penyucian pikiran. Dimana arjuna melakukan
pertapaan dan memperoleh senjata sakti.
3. Wirata Parva (Parva ke Nilai Pendidikan yang terkadung pada wirata parva
empat) yakni Satya Mitra. Karena mereka melaksanakan
semua kegiatan yang dilakukan bersama - sama dan
saling tolong menolong antara satu dgn yang lainnya
4. Udyoga Parva (Parva ke lima) Nilai Pendidikan Tattwa.
Dimana nilai yang terkandung adalah suatu
peperangan atau perkelahian bukanlah hal yang
menjadi jalan bagi setiap permasalahan, jadi
seharusnya permasalahan dilakukan dengan cara
berdiskusi.
5. Bhisma Parva (Parva ke Nilai kesetiaan (Satya).
enam) Seperti percakapan suci antara kresna dan arjuna.
Percakapan suci bisa disebut satya wacana jujur atau
suci dalam berkata-kata.
6. Swargarohana Parva (Parva Nilai kesetiaan / Satya mitra
ke delapan belas) Dimana disana Yudhistira hanya melihat kaum
korawa tidak melihat kaum Pandawa
Disana lah sang Yudhistira tidak trima bahwa kaum
Pandawa berada di neraka dan ingin tinggal bersama
di sorga dengan para pandawa.
7. Sauptika Parva (Parva ke Nilai yang terkandung adalah nilai Satya laksana.
sepuluh) Dimana Aswatama menyesali perbuatan yang telah ia
lakukan dan memutuskan untuk menjadi petapa
8. Mahaprashthanika Parva Nilai yang terkandung adalah tatwa
(Parva ke tujuh belas) Dimana Yudhistira diterima di surga karena ia tidak
pernah melakukan perbuatan jahat dalam hidup nya
9. Mausala Parva (Parva ke Nilai yang terkandung adalah satya wacana
enam belas) Dimana dalam nilai Satya wacana itu adalah berkata
yang sopan dan jujur
Agar tidak menimbulkan kemarahan atau terjadinya
salah paham
10. Anusasana Parva (Parva ke Dimana nilai yang terkandung di sana adalah nilai
tiga belas) tattwa
Dimana Yudhistira menyerahkan diri kepada Sri
Bhisma untuk mendapatkan ilmu tentang dharma
kewajiban sebagai raja
11. Stri Parva (Parva ke sebelas) Nilai yang terkandung adalah satya laksana
Dimana di sana Kunti membuka rahasia / perbuatan
yang sudah dia lakukan dulu ( tentang kelahiran
karna )
12. Drona Parva (Parva ke tujuh) Nilai yang dapat kita ambil dari parva tersebut
adalah kejujuran harus diditerapkan dalam
kehidupan atau dengan istilah Satya Macana. Pada
drona parwa tersebut diceritakan bahwa yudistira
dan saudaranya membohongi guru drona, para
pandawa berkata bahwa Aswatama telah meninggal,
padahal yang terjadi adalah Gajah yang dikendarai
oleh Aswatama yang mati. Oleh karena itu jika kita
berbohong kepada orang tua (Catur Guru) maka
akan menjadi Rupaka Guru.
13. Adi Parva (Parva Pertama) Nilai yang terkandung pada adi parva adalah Satya
hredaya dimana disana kita tidak boleh tergesa gesa
dalam mengambil keputusan , dan setia akan kata
hati, berpendirian teguh dantidak terombang ambing
14. Karna Parva (Parva ke Nilai yang terkadung dalam Karna Parva tersebut
delapan) adalah kita harus selalu dapat menepati janji yang
pernah di ucapkan kepada orang lain.
15. Salya Parva (Parva ke Nilai yang terkandung adalah Nilai Pendidikan
sembilan) Tattwa, kebaikan pada akhirnya akan selalu dapat
mengalahkan kejahatan. Meskipun banyak cobaan
yang sebelumnya dan akan dihadapi hendaknya
harus selalu berada di jalan yang baik karena dengan
begitu kita akan nantinya selalu diberikan
kemudahan-kemudahan dalam menghadapi suatu
hal.
16. Shanti Parva (Parva ke dua Nilai yang terkandung adalah Nilai Pendidikan
belas) Tattwa, seperti kita akan mendapatkan ketetangan
jiwa jika selalu berada pada ajaran-ajaran agama
yang selalu memberikan ketentraman, untuk itu kita
harus selalu mengamalkan ajaran-ajaran agama kita
dalam kehidupan sehari-hari.
17. Aswamedhika Parva (Parva ke Nilai yang terkandung adalah Nilai Pendidikan
empat belas) Tattwa, seperti kita harus bisa mengakui orang lain
jika orang tersebut lebih baik, dan selalu menghargai
jika orang lain pada kenyataannya lebih baik dari
kita dan tidak memiliki perasaan iri.
18. Asramawasika Parva (Parva Nilai yang terkandung adalah Nilai Pendidikan Susila
ke lima belas) seperti Dhrtarastra telah selesai menjadi raja dan
akhirnya dia tewas. Hal tersebut menyatakan bahwa
kejahatan pada akhirnya akan kalah dengan
kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai