ORCHITIS DEXTRA
Oleh:
M. Sasini Rohideta, S. Ked 04084821719175
Darian Davin, S.Ked 04084821719187
M. Rizky Rasyadi S.Ked 04084821719188
Pembimbing:
Laporan Kasus
“Orkhitis Dextra”
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya di
RSUD Dr. Sobirin Lubuk Linggau periode 4 Juni – 29 Juni 2018.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Orchitis Dextra”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai
tauladan umat manusia.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.H.
Hazairin, SpB selaku pembimbing.
Penulis menyadari banyak kekurangan dari laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran membangun sangat penulis harapkan. Demikian, semoga laporan ini tetap dapat
berkonstribusi untuk kemajuan ilmu kedokteran.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II. LAPORAN KASUS......................................................................................2
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 7
BAB IV. PEMBAHASAN KASUS..........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Orchitis adalah peradangan pada testis. Orchitis berbeda dari infeksi traktus
genitalia lain dalam dua hal, yaitu : jalur utama infeksi adalah hematogen dan virus
adalah organisme penyebab orchitis yang paling sering. Infeksi diklasifikasikan
sebagai orchitis viral , orchitis bacterial piogenik, atau orchitis granulomatosa.
Sering terjadi pada pada laki-laki berumur diantara pra pubertas. Virus adalah
penyebab orchitis paling sering. Orchitis parotiditis adalah infeksi virus yang sering
terlihat , walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah
menurunkan insidens. Dua puluh hingga tiga puluh persen kasus parotiditis pada
orang dewasa terjadi bersamaan dengan orchitis terjadi bilateral pada 15 % pria
dengan orchitis paroditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa biasanya terdapat
kerusakan tubulus seminiferous dengan resiko resiko infertilitas dan pada beberapa
kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang mengakibatkan hipoginadisme
defisiensi testosteron. Orchitis jarang terjadi pada pria prapubertas, namun bila ada,
dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya.
Virus lain yang dapat menyebabkan orchitis dan memberikan gambaran klinis
yang sama adalah Coxsakie B, mononukleosis. Orchitis bakteri piogenik disebabkan
oleh bakteri (Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa) dan infeksi parasit (malaria, filariasis, skistosomasis, amebiasis) atau
kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan dari epididimis.
Tanda dan gejala ketidaknyamanan ringan pada testiskular dan edeme hingga
nyeri testicular parah 9. Gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti demam,
frekuensi, urgensi, hematuria, dan disuria, mungkin ada. Gejala-gejala ini umum
dengan epididimitis dan orchitis tetapi jarang terjadi dengan testis torsi.
Dilakukan biakan urine dan darah , serta biakan langsung dari testis yang
terinfeksi untuk mengidentifikasikan organisme penyebab. Pengobatan untuk infeksi
ini adalah antibiotik spesifik untuk organisme penyebab infeksi tersebut. Tindakan
yang memberikan kenyamanan seperti tirah baring, penyangga skrotum , kantong es ,
dan analgesik dapat dilakukan
BAB II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Musi Rawas
No. Rekam Medik : 2884199
Tanggal Pemeriksaan : 23 Juni 2018
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5 oC
B. Status Generalis
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tak ikterik
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar
Thoraks :
Paru-paru : I: Simetris
P: Stem fremitus kanan = kiri
P: Sonor
A: Vesikuler
Jantung : I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: Batas jantung dalam batas normal
A: Bunyi jantung S1-S2 reguler
Abdomen : I: Datar
P: Lemas
P: Timpani
A: Bising usus (+) 3 x/menit
Ekstremitas : Akral hangat
C. Status Lokalis (Regio Genitalia)
•
•
• T
i
d
a
k
4. Pemeriksaan Penunjang
Urin Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Urine Lengkap
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Ph 6 5,0 – 8,0
Berat Jenis 1,025 1,003 – 1,030
Protein Negatif Negatif
Reduksi +1 Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif ( Normal )
Bilirubin Negatif ( Normal )
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Sedimen:
Leukosit 2-4/ LPB < 5 / LPB
Eritrosit 0/ LPB 0 – 1/ LPB
Epitel-Tubuler - -
Epitel-UV 3-5/ LPB 1-4/ LPB
Silinder:
Hialin - < 5/ LPK
Granuler - -
Epitel - -
Eritrosit - -
Leukosit - -
Kristal:
Ca Oxalat - -
Tripel fosfat - -
Urat amorf + -
Bakteri - -
CaCO3 + -
5. Diagnosis Banding
• Orchitis
• Epididimitis
• Torsio testis
6. Diagnosis Kerja
Orchitis dextra
7. Pemeriksaan Anjuran
- USG testis
- Kultur urin
- Urethral swab
8. Penatalaksanaan
Non farmakologis :
• Bed rest
• Elevasi skrotum
• Kompres hangat 10-15 menit, 4x sehari.
Farmakologis:
• IVFD RL gtt xx/menit
• Inj Levofloxacin 1x 500mg IV selama 10 hari
• Inj ketorolac 2 x 30mg IV
9. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Testis
Testis memeliki bentuk seperti telur dengan ukuran 4x3 cm dan memiliki
berat sekitar 20-30 gram. Testis memiliki 2 kutub yaitu superior pole dan inferior.
Dari bagian luar, testis dilapisi oleh skrotum, tunika dartos, fascia spermatica
externa yang merupakan lanjutan dari fascia abdominalis superficialis, M.
cremaster dengan fascia cremasterica, fascia spermatica interna yang merupakan
lanjutan dari fascia transversalis dan tunika vaginalis yang terdiri dari lamina
parietalis eksternal (periorchium) dan lamina visceralis (epiorchium). Keduanya
dihubungkan oleh mesorchium dan dipisahkan oleh kavitas serosa scroti. Pada
bagian superior dan dorsal testis terdapat epididymis yang melekat pada testis
dengan bantuan ligament epididymis superius dan inferius. 1
Gambar 2. Anatomi testis
potongan
Testis dikelilingi oleh tunika albuginea dan membagi parnkim testis menjadi
370 lobulus. Pada lobules terdapat tubulus seminiferous yang merupakan tempat
produksi dari sperma. Jaringan interstisial tubulus seminiferous terdapat testosterone
yang memproduksi sel Leydig. Mediastinum testis merupakan tempat masuknya
dan keluarnya struktur neurovascular dan di bagian sini tubulus seminiferous
bergabung dengan kaput epididymis. 1
Gambar 3. Anatomi testis dan epididymis. 1
2.4 Epidemiologi
Pada tahun 2002, epididimitis atau orchitis menyumbang untuk 1 di
144 kunjungan rawat jalan (0,69 persen) pada laki-laki 18-50 tahun Ada
sekitar 600.000 kasus epididimitis per tahun di Amerika Serikat, yang
sebagian besar terjadi pada pria antara 18 dan 35 tahun .Dalam salah satu
penelitian terhadap prajurit Angkatan Darat AS, kejadian tertinggi pada pria
antara 20 dan 29 tahun. Dalam review dari 121 pasien dengan epididimitis
dalam pengaturan rawat jalan, distribusi bimodal dicatat dengan kejadian
puncak yang terjadi pada pria 16 sampai 30 tahun dan 51 hingga 70
tahun.Epididimitis lebih umum daripada orchitis. Dalam sebuah penelitian
rawat jalan, orchitis terjadi pada 58 persen pria yang didiagnosis dengan
epididymitis. Terisolasi orchitis jarang dan umumnya berhubungan dengan
gondok infeksi pada anak laki-laki prepubertal (13 tahun atau muda). 5
Secara nasional gondok wabah di Inggris dan Wales pada tahun 2004-
2005 Efeknya terkait penyakit itu cukup, dengan > 43.000 dilaporkan kasus
dan >2.600 rawat inap. Dibandingkan dengan era prevaccine, usia rata-rata
infeksi adalah lebih tinggi, dengan infeksi yang terjadi terutama pada remaja
yang lebih tua dan muda dewasa . Usia yang lebih tua pada infeksi dikaitkan
dengan risiko yang lebih tinggi komplikasi terutama orchitis. 3
Insiden gondok orchitis telah menurun secara dramatis sejak
diperkenalkannya program vaksinasi anak . Selama beberapa tahun terakhir
gondok orchitis memiliki jarang terlihat di lembaga kami: Namun, baru-baru
ini, 11 pasien dengan penyakit gondok orchitis dirawat di unit kami antara
bulan Maret dan September 2005. Peningkatan tajam ini juga melihat tempat
lain di Inggris; 25 kasus gondok orchitis dilaporkan oleh Urologi Departemen
Royal Liverpool University antara September 2004 dan April 2005. 6
2.5 Faktor Resiko
Infeksi diklasifikasikan sebagai orchitis viral , orchitis bacterial piogenik,
atau orchitis granulomatosa.2
2.5.1 Orchitis Viral
Virus merupakan penyebab tersering pada orchitis. Orchitis parotiditis
adalah infeksi virus yang paling sering terlihat. Virus lain yang dapat
menyebabkan orchitis dan gambaran klinis yang sama adalah virus
coxsakie , varisella , dan mononucleosis.2
Virus Mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal
yang termasuk dalam genus paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus
parainfluenza dengan manusia sebagai satu-satunya inang. Virus mumps
mudah menular melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin.1
2.5.2 Orchitis Bakterial Piogenik
Disebabkan oleh bakteri Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.2
Terinfeksi kuman Brucella dapat mengalami abortus, retensi plasenta,
orchitis dan epididimitis serta dapat niengekskresikan kuman ke dalam
uterus. Penularan penyakit ke manusia terjadi melalui konsumsi susu dan
produk susu yang tidak dipasteurisasi atau melalui membrana mukosa dan
kulit yang luka, Berat ringan penyakit tergantung strain Brucella yang
menginfeksi.8
2.5.3 Orchitis Granulomatosa
Dapat disebabkan oleh sifilis ,penyakit mikobakterial, penyakit
jamur,dan mycobacterium tuberculosis2. Disebabkan sifilis pada stadium IV
yang merupakan guma di organ ini sering terdapat di testis ,tetapi setelah
penemuan antibiotik ,sifilis sangat jarang di temukan.9 Tuberculosis genital
yang menyebar dengan hematogen biasanya dimulai secara unilateral pada
bagian bawah epididimis. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus
spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis
dan testis, kandung kemih , dan ginjal.2
2.6 Patofisiologi
2.6.1 Orchitis Viral Infection
Infeksi ini ditularkan melalui kontak langsung, droplet , atau
terkontaminasi fomites dan memasuki host melalui udara. Penyebaran
melalui darah adalah utama rute infeksi testis terisolasi Ini menyebar dengan
cepat dan rentan ,orang yang tinggal di dekat proximity. Kemudian di akhir
masa inkubasi menyebabkan penyebaran virus ke organ, sehingga infeksi
sistemik ditandai dengan parotitis klasik atau manifestasi klinis organ
lain..Meskipun kelenjar parotis adalah yang paling umum organ yang
terkena, parotitis bukan langkah utama atau diperlukan untuk infeksi
gondok. Sistem saraf pusat, saluran kemih, dan organ genital juga bisa
menjadi awalnya efek terjadinya orchitis.2
2.6.2 Orchitis Bakterial Piogenik
Disebabkan oleh bakteri Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.dan infeksi parasitic (malaria,
filariasis ,skistomisis ,amebiasis) atau kadang – kadang infeksi riketsia yang
ditularkan dari epididimis. Penyakit sistemik seperti difteri , demam tifoid,
demam paratifoid , dan demam scarlet ditularkan melalui aliran darah.2
2.6.3 Orchitis Granulomatosa
Menyebar dengan hematogen biasanya dimulai secara unilateral pada
bagian bawah epididimis. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus
spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis
dan testis, kandung kemih , dan ginjal.2
2.9 Diagnosis
Sebagian besar pasien dengan orchitis datang dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada testis. Keluhan biasanya disertai dengan demam. Keluhan
tambahan berupa nyeri dan panas saat berkemih. Kadang disertai
pembesaran getah bening.
Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis
berwarna kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat
dipalpasi.
Laboratorium
Pada orchitis yang disebebabkan oleh bakteri dan virus terjadi
peningkatan leukosit.
Ultrasonografi
2.10.1 Epididimitis
Merupakan infeksi asendens saluran kemih. Infeksi dimulai dari kauda
epididimis dan biasanya meluas ke korpus dan hulu epididimis. Kemudian
dapat menjadi orchitis melalui peradangan kontralateral.9
Gambaran klinis berupa gejala tanda lokal serta gejala sistemik infeksi
akut. Epididimis membengkak , sangat nyeri yang mungkin beralih kedaerah
perut atau daerah ginjal , disertai demam tinggi. Tanda infeksi saluran kemih
atau prostatitis merupakan pegangan kuat untuk menegakkan diagnosis
epididymitis.9
Pada pemeriksaan ditemukan epididimis bengkak dipermukaan dorsal
testis nyeri. Setelah beberapa hari epididimis dan testis tidak dapat dibedakan.
Kulit skrotum ikut menjadi proses radang menjadi panas , merah , bengkak
karena oedema dan infiltrate.9
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan tanda-tanda radang
sistemik ,kelainan kemih ,dan endapan urin ,sedangkan biakan urin akan
memastikan bakteri kausalnya.9
2.10.2 Torsio Testis
Torsio testis terjadi pada anak dengan dengan inersi tunika vaginalis
tinggi di funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan tests terpuntir di
dalam tunika vaginalis , akibat puntiran tangkai , terjadi gangguan perdarahan
testis mulai dari bendungan vena sampai iskemi yang menyebabkan gangrene.
Keadaan inersi tinggi tunika vaginalis di funikulus biasanya gambarkan
sebagai lonceng dengan bandul yang memutar yang mengalami nekrosis dan
gangrene.9
Biasanya nyeri testis hebat timbul dengan tiba-tiba yang sering disertai
nyeri perut dalam serta mual atau muntah.nyeri perut selalu ada karena
berdasarkan perdarahan dan persyarafannya,testis tetap merupakan organ
perut. Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan dan
terletak agak tinggi di skrotum dengan funikulus yang juga bengkak.
Akhirnya kulit skrotum tampak udem dan menjadi merah sehingga
menyulitkan palpasi ,dan kelainan ini sukar dibedakan dengan epididimis
akut. Diagnosis banding adalah semua keadaan darurat dan akut dalam
skrotum seperti hernia inkarserata , oerkitis akut , dan torsio hidatid
morgagni.9
2.10.3 Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukkan cairan yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan visceralis tunica vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berbeda di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh system limfatik
disekitarnya. Hidrokel bisa disebabkan oleh belum sempurnanya penutupan
processus vaginalis atau belum sempurnanya system limfatik di daerah
skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Keluhan utama pada
hidrokel adanya benjolan yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada
pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
2.11 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksaan pada orchitis meliputi:
- Dilakukan pembiakan urine dan darah
- Biakan langsung dari testis yang terinfeksi untuk mengidentifikasi
organisme penyebab
- Pengobatan untuk infeksi adalah antibiotic spesifik untuk organisme
penyebab infeksi
- Tindakan untuk memberikan kenyamanan seperti tirah baring,
openyangga skrotum, kompres dingin ataupun hangat, serta
analgesik dapat diberikan.
Pengobatan harus dimulai berdasarkan kemungkinan patogen, sebelum
pengujian laboratorium selesai. Pengobatan berfokus pada menyembuhkan
infeksi,meningkatkan gejala, mencegah penularan, dan mengurangi
komplikasi masa depan.5
Penelitian laboratorium, yang dilakukan termasuk uretra noda Gram,
urinalisis dan kultur, dan uji polymerase chain reaction untuk C. trachomatis
dan N. gonorrhoeae, membantu memandu terapi. Terapi rawat jalan awal
empiris dan menargetkan patogen yang paling umum. Ketika C. trachomatis
dan N. gonorrhoeae diduga, pengobatan menggunakan ceftriaxone dan
doksisiklin direkomendasikan. Ketika bakteri coliform dianjurkan pengobatan
ofloksasin atau levofloxacin.5
Jika gonore atau klamidia Infeksi kemungkinan (pasien 14-35
tahun),pengobatan harus terdiri dari ceftriaxone (Rocephin), tunggal 250-mg
dosis intramuskular, dan doxycycline (Vibramycin), 100 mg secara oral dua
kali sehari selama 10 hari.Azitromisin (Zithromax), tunggal 1-g dosis oral. 5
Jika organisme enterik, seperti bakteri, kemungkinan (pasien lebih muda dari
14 tahun atau lebih tua dari 35 tahun) atau pasien alergi terhadap sefalosporin
atau tetrasiklin, pengobatan harus mencakup ofloksasin 300 mg secara oral
dua kali sehari selama 10 hari, atau levofloxacin (Levaquin), 500 mg per oral
sekali sehari selama 10 hari.5
Pasien yang immunocompromised (Misalnya, orang-orang dengan
HIV) harus menerima perlakuan yang sama sebagai orang-orang yang
imunokompeten.5
Selain pengobatan antibiotik, analgesik, skrotum elevasi, pembatasan
kegiatan, dan penggunaan kemasan dingin membantu dalam pengobatan .
Pasien harus dianjurkan kemungkinan komplikasi, termasuk sepsis, abses,
infertilitas, dan perpanjangan infeksi.5
Orchitis biasanya dapat dirawat di pengaturan rawat jalan .Tindak
rawat inap dianjurkan untuk nyeri terselesaikan, muntah (karena ketidak
mampuan untuk mengambil antibiotik oral), kecurigaan abses, kegagalan
rawat jalan, atau tanda-tanda sepsis. Obat antibakteri tidak diindikasikan
untuk pengobatan orchitis virus.5
2.12 Komplikasi
• Atrofi testis. Orchitis akhirnya dapat menyebabkan testis yang terkena
menyusut.
• Abses skrotum. Jaringan yang terinfeksi mengisi dengan nanah.
• Berulang epididimitis. Orchitis dapat menyebabkan episode berulang
epididimitis. Infertilitas. Dalam sejumlah kecil kasus, orchitis dapat
menyebabkan infertilitas; Namun, jika orchitis hanya mempengaruhi
satu testis, infertilitas kurang mungkin.12
2.13 Prognosis
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan
dalam 3 – 10 hari. Dengan pemberian antibiotic yang sesuai , sebagian besar
kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Tn. K, seorang laki-laki berumur 47 tahun datang ke IGD RSUD Prabumulih
dengan keluhan nyeri yang semakin memberat pada testis sebelah kanan disertai
bengkak seukuran bola pingpong. Nyeri yang dirasa tidak menjalar, demam (-), nyeri
saat berkemih (-), keluar cairan dari kemaluan (-), mengejan sebelum berkemih (-).
Pada kasus dengan orchitis penderita datang dengan keluhan nyeri pada testis yang
progresif seperti yang dijumpai pada Tn. K. Pada kasus torsio testis nyeri yang
dirasakan sangat hebat dan datang secara mendadak. Sedangkan pada epididimitis
nyeri yang dirasakan menjalar hingga ke abdomen bawah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ukuran testis dekstra lebih besar dibanding
testis sinistra. Tampak hiperemis, teraba lunak, dan panas. Nyeri tekan (+), Prehn
sign (+), Deming sign (-), Angel sign (-), transluminasi (-), refleks kremaster (+).
Pada torsio testis, Prehn sign (-), Deming sign (+), Angel sign (+), dan refleks
kremaster (-).
Pada penderita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin dan
urethral swab untuk mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi. Sedangkan USG
testis untuk menyingkirkan diagnosis torsio testis dan epididimitis. Hasil pemeriksaan
USG testis pada orchitis adalah pembesaran testis, sedangkan pada epididimitis
terjadi penebalan dan pembesaran epididymis. Sedangkan pada torsio testis gambaran
testis normal.
Tatalaksana pada penderita untuk nonfarmakologis dilakukan kompres hangat,
elevasi sktrotum dan bedrest. Sedangkan untuk farmakologis diberikan injeksi IV
levofloxacin 500mg selama 10 hari dan injeksi IV ketorolac 2x30 mg.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Waschke, J. Paulsen, F. 2015. Sobotta Atlas of Human Anatomy Edisi 15. Munich: Elsevier.
2. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC. Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit.Jakarta : Media Aesculapius
3. Yung et al. 2012 . Mumps vaccine effectiveness againt orchitis. “ Emerging Infectious
Diseases “ Vol. 18, No. 1, diunduh tanggal 15 juni 2014. www.cdc.gov/eid
4. Patient.co.uk Epidydimo – orchitis. Diunduh tanggal 25 juni 2018
www.patient.co.uk/doctor/epididymo-orchitis-pro.
5. Trojian, Thomas H. dkk. 2009. Epididymitis and Orchitis : An Overview. Diunduh pada 25
juni 2018 dari : www.aafp.org.
6. Masarani M , wazait H , dkk. 2006 . Mumps orchitis . “ Journal of the royal society of
medicine “ : V o l u m e 9 9 . diunduh tanggal 24 juni 2018 .
http://jrs.sagepub.com/content/99/11/573
7. Tae bum , Hum Byeong , Kim jae , dkk . 2012. Clinical Features of Mumps Orchitis in
Vaccinated Postpubertal , Males: A Single-Center Series of 62 Patients. 2012 . clinical
featured “Department of Urology, Korea University School of Medicine, Seoul, Korea “ :
diunduh tanggal 25 juni 2018 . www.kjurology.org .
http://dx.doi.org/10.4111/kju.2012.53.12.865
8. Maphilindawati, Susan Noor . 2006. Brucellosis di Indonesia. www.litbang.com . diunduh
tanggal 25 juni 2018.
9. Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran,
EGC, Jakarta, 1997
10. Mycyk, Mark B. et al. 2004. Medscape References Orchitis.
http://emedicine.medscape.com/article/777456-overview#a0104. Diakses pada 24 Juni
2018
11. eMedicine healt. Orchitis treatment. Diunduh tanggal 24 juni 2018.
www.eMedicineHealth.com