Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH SISTEM LINIER

HUBUNGAN TRANSFORMASI Z DAN TRANSFORMASI


LAPLACE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 (ENAM)

CRISTIAYANTO DEWATA SIDEBANG1720201076

ROY MANDO SINAGA 1720201077

JOSUA PERJUANGAN SIREGAR 1720201087

SUWIRMAN 1720201090

FAUDI HAMDI 1720201099

RIDWAN 1820201033

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
DESEMBER 2019

1
LEMBARAN PENGESAHAN

HUBUNGAN TRANSFORMASI Z DAN TRANSFORMASI


LAPLACE

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 (ENAM)
CRISTIAYANTO DEWATA SIDEBANG1720201076

ROY MANDO SINAGA 1720201077

JOSUA PERJUANGAN SIREGAR 1720201087

SUWIRMAN 1720201090

FAUDI HAMDI 1720201099

RIDWAN 1820201033

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

ABRAR TANJUNG, S.T,. M.T


2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini denga
n judul HUBUNGAN TRANSFORMASI Z DAN LAPLACE 

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita


yaitu Nabi Muhamad SAW, yang telah membawa kita pada alam yang penuh deng
an cahaya ilmu pengetahuan ini.

Walaupun banyak kekurangan, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah


ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Linier dan juga untuk
menambah wawasan kami tentang materi pembelajaran.

Tugas ini dapat diselesaikan karena ada dukungan yang sangat besar
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami 
dan juga terima kasih kepada Dosen pengampu yang senantiasa memberikan
bimbingan kepada kami.

Dan kami sebagai penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya


apabila pada makalah yang kami susun terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu, kami mengaharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritikinovatif yang dapat menjadi pelajaran bagi kami kedepan.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfa’at bagi kami dan  juga bagi para
pembaca.

Pekanbaru, Desember 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transformasi z dan Transformasi Lapelace adalah teknik atau formula
matematis yang digunakan untuk mengubah representasi persamaan
matematika dari satu bentuk ke bentuk representasi yang lain. Adanya
transformasi mengharuskan juga adanya inverse transformasi,yang melakukan
hal yang sebaliknya

1.2 Tujuan
a. Mengetahui Definisi tentang Transformasi z dan Transformasi Lapelace
b Memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang Transformasi z dan
Transformasi Lapelace
c. Mengetahui Macam-macam Transformasi
d. Mengetahui cara menyelesaikan soal-soal tentang geometritransformasi

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Transformasi-Z

A. Pengertian Transformasi-Z

Transformasi-Z merupakan suatu metode atau alat matematis yang


sangat bermanfaat untuk mendesain,menganalisis dan memonitoring suatu
sistem. Transformasi-Z bekerja pada domain diskrit dan merupakan
generalisasi dari transformasi Fourier dari fungsi khusus. Dan pengetahuan
tentang Transformasi-Z sangat diperlukan sekali pada saat kita mempelajari
filter dan sistem.

B. Beberapa Sifat Transformasi-Z

1. Linear
Misal diberikan pasangan transformasi x(n)  X(z) , h(n)  H(z) dan
y(n) = ax(n) + bh(n).

∞ ∞
Y ( z )= ∑ y ( n ) z −n= ∑ [ ax ( n )+ bh ( n ) ] z −n
n=−∞ n=−∞

∞ ∞
¿a ∑ x ( n ) z−n +b ∑ h ( n ) z−n=aX ( z )+ bh ( z )
n=−∞ n=−∞

Contoh :

Tentukan transformasi-Z dari x ( n )=2 u ( n )−32n u ( n )

Jawab :

6
2z 3z
X ( z )=2 Z ( u ( n ) ) −3 Z ( 2n u ( n )) = −
z−1 z −2

2. Pergeseran
Misal diberikan barisan satu sisi , yaitu x(n) = 0 untuk n < 0 dan
diberikan pasangan transformasi x(n)  X(z), maka transformasi-Z dari
x(n-k) dengan k > 0 ditentukan berikut.

∞ ∞
Z [ x ( n−k ) ] =∑ x ( n−k ) z−n =∑ x ( n−k ) z−(n−k ) z−k
n=0 n=0


−k
¿z ∑ x ( i ) z−i ; i=n−k
i=−k

Karena x(n) = 0 untuk n < 0, maka sigma dapat dimulai pada i = 0,


sehingga diperoleh

Z [ x ( n−k ) ] =z−k ∑ x ( i ) z −i =z−k X ( z )
i=0

Jadi didapatkan pasangan transformasi,


x ( n−k ) ≤> z−k X ( z )
bentuk diatas merupakan pergeseran waktu delay (Backward Time
Shift), sedangkan untuk pergeseran waktu maju (Forward Time Shift)
diperoleh berikut.
∞ ∞
Z [ x ( n+ k ) ]=∑ x ( n+ k ) z =∑ x ( n+ k ) z−(n+ k ) z k
−n

n=0 n=0


¿ z k ∑ x ( i ) z−i ; i=n+k
i=k

Tidak seperti pada pegeseran waktu delay, maka sigma tidak dapat
dimulai dengan i = 0, sebab suku k -1 dari x(n) belum tentu bernilai nol.
Untuk itu dilakukan langkah pemisahan suku berikut.

7
∞ k−1
Z [ x ( n+ k ) ]=z k
( ∑ x ( i ) z−i −∑ x ( i ) z −i
i=0 i=0
)
k−1
¿ z k ( X ( z ) ) −∑ x ( i ) z−i
i=0

¿ z k X ( z )−z k x ( 0 )−z k−1 x ( 1 )−¿ … −zx ( k −1 ) ¿

Bentuk pergeseran waktu maju diatas identik dengan metode


penurunan fungsi dari Transformasi Laplace. Untuk k = 1 maka
didapatkan,
Z [ x ( n+ 1 ) ]=zX ( z )−zx ( 0 )

Contoh :
2z
Diketahui transformasi-Z dari x(n) adalah X ( z )= z−2 .Tentukan
transformasi-Z dari
1. x ( n−2 )

2. x ( n+2 ) bila x ( 0 )=2dan x ( 1 ) =−2

Jawab :

1. Digunakan rumus pergeseran waktu delay, maka didapatkan


2
Z ( x ( n+2 ) )=z −2 X ( z )=
z ( z−2 )
2. Digunakan rumus pergeseran waktu maju,
Z [ x ( n+ 2 ) ]=z 2 X ( z )−z 2 x ( 0 ) −zx ( 1 ) maka didapatkan,
2 z3 2
Z [ x ( n+ 2 ) ] = −2 z +2 z
z−2

3. Perkalian
Misal x(n)  X(z) dan y ( n )=an x ( n ). Menggunakan defenisi

8

X ( z )= ∑ x ( n ) z−n
n=−∞

maka didapatkan,
∞ ∞
Y ( z )= ∑ y ( n ) z−n= ∑ [ a n x ( n ) ] z −n
n=−∞ n=−∞

∞ −n
z
¿ ∑
n=−∞
x ( n)()
a
=X ( az )
Transformasi-Z dari n x(n) akan menghasilkan penurunan terhadap
domain z, yaitu,
∞ ∞
d ( −n )
Y ( z )=∑ [ nx ( n ) ] z −n =−z ∑ x ( n ) z
n=0 n=0 dz


d d
¿−z
dz (∑ n=0
x ( n ) z−n =z) dz
( X (z ))

Contoh :
z +1
Misal transformasi-Z dari x(n) adalah X ( z )= z−1 . Tentukan
transformasi-Z dari :

1. 3n x ( n )
2. nx ( n )

Jawab :
z z +3
n
1. Z ( 3 x ( n ) )= X 3 = z−3 ()
d z +1 2z
2. Z ( nx ( n ) ) =−z dz z−1 = ( ) ( z −1 )2

4. Pembalikan Waktu (Time Reversal)


9
Misal X(z) merupakan transformasi-Z dari barisan x(n), maka
transformasi dari x(-n) didapatkan berikut.

∞ ∞ ∞ −n
1
Z ( x (−n ) )= ∑
n=−∞
x (−n ) z−n= ∑ x ( n ) z n=
n=−∞

n=−∞
x ( n) ()
z
=X ( 1z )
Contoh :
Tentukan transformasi-Z dari x(n) bila hasil transformsi-Z dari x(n)
z
adalah X ( z )= z−2

Jawab :
Z ( x (−n ) )= X ( Z1 )= 1−21 z

5. Konvolusi
Konvolusi dari dua barisan x(n) dan h(n) diberikan dengan,

x ( n )∗h ( n )=∑ x ( k ) h(n−k )
k=0

Bila diberikan pasangan transformasi-Z, x(n) X (z), h(n) H(z), y(n) 


Y(z) dan y(n) = x(n)*h(n) maka

Y ( z )=X ( z ) H (z )

Contoh :
Diketahui barisan x(n) = {1,2,3,4,5} dan h(n) = {1,1,1,1,1}. Tentukan
y(n)= x(n) * h(n)

Jawab :

x ( n )∗h (n)=∑ x ( k ) h(n−k )
k=0

10
Dari bentuk diatas didapatkan,

y ( n )=∑ x ( k ) h(n−k)
k=0

Sedangkan bentuk barisan x(n) = {1,2,3,4,5} dan h(n) = {1,1,1,1,1}


berturut-turut dapat diuraikan menjadi,
x(0) = 1
x(1) = 2
x(2) = 3 dan h(0) = … = h(4) = 1
x(3) = 4
x(4) = 5
sehingga diperoleh,
n= 0


y (0)=∑ x ( k ) h (−k )=x ( 0 ) h ( 0 )=1
k=0

n=1


y ( 1 )=∑ x ( k ) h(1−k )
k=0

¿ x ( 0 ) h ( 1 ) + x (1 ) h ( 0 ) =1+ 2=3

n=2


y (2)=∑ x ( k ) h(2−k )
k=0

¿ x ( 0 ) h ( 2 ) + x (1 ) h ( 1 ) + x ( 2 ) h ( 0 )=1+2+3=6


y (3)=∑ x ( k ) h(3−k )
k=0

11
n=3 ¿ x ( 0 ) h ( 3 ) + x ( 1 ) h ( 2 ) + x (2 ) h ( 1 ) + x ( 3 ) h ( 0 )
¿ 1+2+3+ 4=10

n=4


y ( 4 ) ∑ x ( k ) h ( 4−k )=15
k=0

n=5


y ( 5 )=∑ x ( k ) h ( 5−k )=14
k=0

n=6


y (6)=∑ x ( k ) h ( 6−k )=12
k=0

n =7


y (7)=∑ x ( k ) h ( 7−k ) =9
k=0

n=8


y ( 8 )=∑ x ( k ) h ( 8−k ) =5
k=0

Jadi y(n)=x(n)*h(n) ={1,3,6,10,15,14,12,9,5}

6. Masalah Nilai Awal dan Nilai Akhir

12
Misal X(z) merupakan transformasi-Z dari x(n) dan lim X(z) ada maka
nilai awal dari barisan diberikan dengan,

x ( 0 )=lim X (z )
z →∞

Bila x(0) bukanlah nilai dari X(∞ ¿ maka kekeliruan telah dilakukan dalam
melakukan transformasi. Masalah nilai awal ini dapat digunakan untuk
mengecek perhitungan dari inverse transformasi-Z.

Sedangkan nilai akhir ditentukan berikut. Dari sifat pergeseran yang


diberikan,


Z [ x (n−1) ] =z x ( z )=∑ x (n−1) z−n
−1

n =1

Notasi sigma dimulai dengan n = 1 sebab nilai x(-1) dipandang sama


dengan nol. Selanjutnya akan digunakan argumentasi ini untuk
membuat notasi sigma dimulai dari n = 0 , yaitu

∞ ∞
( 1−z ) x ( z ) =∑ x (n)z −∑ x ( n−1 ) z −n
−1 −n

n=0 n=1

Pandang jumlah sampai suku ke- N berikut,

N N
S ( N )=∑ x ( n ) z−n−∑ x (n−1) z−n
n=0 n=1

¿ x ( 0 ) ( 1−z−1 )+ x( 1) ( z−1−z−2 )

+ x ( 2 ) ( z−2−z −3 )+ …+ x (N )z− N

Bila diambil limit pada z → 1 maka z−1 → 1 dan ( z k−1−z−k ) → 0


Jadi

13
lim S ( N ) =x(N )
z→1

Akhirnya dengan mengambil limit pada N → ∞ maka didapatkan nilai


akhir,
lim (1−z −1 ¿ ) X ( z ) = lim lim S ( N )=lim x (n)¿
z→1 N → ∞ z →1 n→∞

Contoh :
Tentukan nilai awal dan nilai akhir dari x(n) bila

1
X ( z )=
(
2 z−
2)
9
z ( z−1 ) ( z − )
10

Jawab :
Menggunakan bentuk persamaan Pembalikan Waktu didapatkan nilai
awal,
1
x ( 0 )=lim X ( z ) =lim
(
2 z−
2)
=0
z →∞ z→∞ 9
( z−1 ) ( z− )
10

Sedangkan dengan Konvolusi didapatkan nilai akhir,

1
x ( ∞ )=lim x ( n ) =lim ( 1−z−1
2 z−
) x ( z ) =lim
( 2)
=10
n →∞ z →1 z→1 9
z ( z− )
2
10

C. Inverse Transformasi-Z
1. Metode Perluasan Pecahan Parsial
Bila kutub dari X(z) mempunyai order pertama atau merupakan kutub
sederhana dan n =m , kita tuliskan bentuk transformasinya menjadi,

14
b0 z m +b1 m−1+ …+b m
X ( Z )=
( z −p 1 )( z −p 2 ) … ( z −p n )

Akan kita uraikan persamaan diatas menjadi,

z z k
x ( z )=k 0 +k 1 +k 2 +…+ n
z −p 1 z −p 2 z− pn

Langkah selanjutnya,dari persamaan diatas didapatkan,

X (z ) k 0 k k k
= + 1 + 2 + …+ n
z z z− p1 z− p2 z −p n

2. Metode Inverse Integral (Metode Residu)


Misal diberikan kembali transformasi-Z satu sisi,


X ( z )=∑ x (n) z−n
n=0

Bila kedua ruas dikaliakan dengan z m−1dan diintegrasikan atas lintasan


tutup C yang terletak dalam daerah kekongvergenan dari X(z), maka
didapatkan,

❑ ❑ ∞

∮ X ( z ) z m −1 dz=∮ ❑ ∑ x (n) z −n+m−1 dz


c c n−0

Bila barisan x(n) konvergen absolute,yaitu


15

∑|x(n)|<∞
n=0

Maka dapat dilakukan pertukaran urutan integrasi dan sigma dari


persamaan diatas (persamaan sebelum konvergen absolut), sehingga
dihasilkan,

❑ ∞ ❑
m −1
∮ X ( z)z dz=∑ x ( n) ∮ z−n+m −1 dz
c n=0 c

Menggunakan residu, didapatkan nilai integral diruas kanan yaitu

∮ z−n +m−1 dz={02,nπi≠, nm }


c

Substitusikan hasil diatas ke (persamaan sebelum konverge absolut)


didapatkan,

∮ X ( z ) z m −1 dz=2 πix ( m)
c

Atau


1
x ( n )= ∮ X ( z ) z n−1 dz
2 πi c

Selanjutnya dengan menggunakan residu, didapatkan

k
x ( n )=∑ Res [ X ( z) zn−1 ]
i=1

3. Metode Deret Kuasa

16
Misal diberikan transformasi-Z ,

p( z)
x ( z)
q ( z)

Dengan p(z) dan q(z) merupakan polinom (suku banyak), maka metode
deret kuasa dapat diterapkan untuk menghitung invers dari X(z) bentuk
diatas dengan menyatakan fungsi rasional X(z) menjadi,

X ( z )=x ( 0 ) + x ( 1 ) z−1+ x ( 2 ) z −2 + x ( 3 ) z −3 +…

Koefisien x(0),x(1),x(2), … ini merupakan invers dari X(z)yang dapat


diperoleh dari pembagian langsung pembilang p(z) oleh penyebut q(z),
namun dapat juga digunakan rumusan Jury [lihat:Emmanuel C
Ifeachor,2002].

Misal
b0 +b 1 z−1 +b2 z−2+ …
X ( z )= −1 −2
a0 +a 1 z +a2 z + …

Maka invers dari X(z) bentuk diatas dapat diperoleh menggunakan

n
x ( n )=
1
[ ]
b −∑ x ( n−i ) ai , n=1,2 ,…
a0 n i=1

b0
x ( 0 )=
a0

D. Transformasi-Z dengan Matlab


Untuk mendapatkan transformasi-Z dan inversnya berturut-turut dapat
digunakan fungsi ZTRANS dan IZTRANS di Matlab. Adapun selengkapnya
instruksi yang digunakan dibderikan berikut,
17
1. Xz = ZTRANS(xn) merupakan transformasi-Z dari skalar xn dengan
peubah n dan hasil transformasi X diberikan dengan peubah z.
2. Xw = ZTRANS(x,w) menghasilkan transformasi Xw dengan peubah w.
3. Xw = ZTRANS(xk, k, w) merupakan transformasi-Z dari skalar xk dengan
peubah k dan hasil transformasi Xw dengan peubah w.
4. Xn = IZTRANS (Xz) merupakan invers transformasi-Z dari skalar Xz
dengan peubah z dan hasil invers xn dengan peubah n.
5. Xk = IZTRANS (X, k) menghasilkan invers xk dengan peubah k.
6. Xk = IZTRANS (X, w, k) merupakan invers transformasi-Z dari skalar Xw
dengan peubah K.

Contoh :

ZTRANS

Tentukan transformasi-Z dari x ( n )=2n−2n+ 3 dengan menggunakan


fungsi ZTRANS, bila hasil transformasi dinyatakan dalam

1. Peubah z
2. Peubah w

Jawab :

Didefenisikan peubah n dan z menggunakan fungsi syms, selanjutnya


didefenisikan peubah xn untuk menyatakan barisan x(n). Bila Xz merupakan
hasil transformasi dari xn maka secara lengkap dituliskan pada command
window sebagai berikut.

>> syms n z

>>xn = 2^n-2*n+3;

>>XZ = ztrans (xn)

XZ =
18
1/2*z/(1/2*z-1)-2*z/(z-1)^2+3*z/(z-1)

Didefenisikan peubah n dan w menggunnkan fungsi syms, selanjutnya


didefenisikan peubah xn untuk menyatakan barisan x(n). Bila Xw
merupakan hasil transformasi dari xn maka secara lengkap dituliskan pada
command window sebagai berikut.

>> syms n w

>> xn = 2^n-2*n+3;

>> Xw = ztrans(xn, w)

Xw =

½*w(1/2*w-1)-2*w/(w-1)^2+3*w/(w-1)

IZTRANS

z2
Carilah invers transformasi dari X ( z )= dengan fungsi IZTRANS
( z−0,75 ) ¿ ¿
bila hasil invers dinyatakan dalam,

1. Peubah n
2. Peubah k

Jawab :

Didefenisikan peubah n, k dan z dengan menggunakan fungsi syms. Bila Xz


menyatakan transformasi X(z) sedang xn dan xk berturut-turut menyatakan
invers dari Xz maka diperoleh berikut.

>> syms z n k

>> Xz = z^2/((z-0,75)*(z+0,25)^2);
19
>> xn = iztrans(Xz,n)

Xn =

3/4*(3/4)^n-3/4*(-1/4)^n*n

>>xk = iztrans(Xz,z,k)

Xk =

3/4*(3/4)^k-3/4*(-1/4)^k-(-1/4)^k*k

2.2 Transformasi Laplace


A. Pengertian

Transformasi Laplace adalah suatu metode operasional yang dapat


digunakan secara mudah untuk menyelesaikan persamaan diferensial linier.
Dengan menggunakan transformasi Laplace, dapat diubah beberapa fungsi
umum seperti fungsi sinusoida, fungsi sinusoida teredam, dan fungsi

20
eksponensial menjadi fungsi-fungsi aljabar variabel kompleks . Bila
persamaan aljabar dalam dipecahkan, maka penyelesaian dari persamaan
diferensial (transformasi Laplace balik dari variabel tidak bebas) dapat
diperoleh dengan menggunakan tabel transformasi Laplace.

Suatu kelebihan metode transformasi Lapalace adalah bahwa metode ini


memungkinkan penggunaan teknik grafis untuk meramal kinerja sistem
tanpa menyelesaikan persamaan diferensial sistem. Kelebihan lain metode
transformasi Laplace adalah diperolehnya secara serentak baik komponen
transien maupun komponen keadaan tunak.

Secara sederhana prosedur dasar pemecahan menggunakan metode


transformasi Laplace adalah:

• Persamaan diferensial yang berada dalam kawasan waktu (t),


ditransformasikan ke kawasan frekuensi (s) dengan transformasi Laplace.
Untuk mempermudah proses transformasi dapat digunakan tabel
transformasi laplace. • Persamaan yang diperoleh dalam kawasan s
tersebut adalah persamaan aljabar dari variabel s yang merupakan
operator Laplace. • Penyelesaian yang diperoleh kemudian ditransformasi-
balikkan ke dalam kawasan waktu. • Hasil transformasi balik ini
menghasilkan penyelesaian persamaan dalam kawasan waktu.

Secara umum Transformasi Laplace digunakan mentransformasikan sinyal


atau sistem dari kawasan waktu ke kawasan-s.

L [ f (t ) ] =F ( s )=∫ f (t )e−st dt
0

Fungsi F(s) adalah transformasi Laplace dari f(t) yang adalah suatu frekuensi
s, s = σ + jw

21
Contoh :

1. Hitunglah transformasi laplace untuk fungsi undak satuan (unit step)


u(t)

u ( t )= 0 , t< 0
{ 1,t ≥0

L [ u (t) ] =∫ 1 e−st dt
0

1
¿− e−st ∞
s 0 |
¿ ( −1s e )−( −1s e )
−s ,∞ −s , 0

0= ( −1s )= 1s

2. Hitunglah transformasi laplace dari f ( t )=e−at !

∞ ∞
L [ f (t ) ] =∫ e−at e st dt=∫ e−(s +a )t dt
0 0

1 −( s+a ) t ∞
¿−
s+ a
e
0|
¿ ( s+−1a e )−( s+−1a e )=−( s +a1 )
−∞ −0

1
¿
s+ a

3. Hitunglah transformsi laplace dari f(t)= At

22
∞ ∞
− st
L [ f ( t ) ] =∫ Ate dt= A ∫ te −st dt
0 0


L[f ( t ) ]= At
e−st ∞
∫ e−st
−s 0− A 0 −s |dt

∞ ∞
e−st e− st
L [ f ( t ) ] =0− A ∫ dt=A ∫ dt
0 −s 0 s

1 e−st ∞ −1 −s ∞
L [ f ( t ) ]=
s −s 0 | (
= 2 e
s
−1
− 2 es 0
s )( )

L¿

4. Hitunglah transformasi laplace dari f ( t )= A s∈ωt


Berdasarkan rumus Euler,
1 jωt − jωt
A sin ωt= A ( e −e )
2j

Maka
∞ ∞
1 jωt − jωt −st
L[f ( t ) ]= A ∫ sin ( ωt ) e−st dt = A∫ (e −e ) e dt
0 0 2j


1 ( ( jω−s) t (− jω− s) t )
L [ f ( t ) ] =A ∫ e −e dt
0 2j

23

1 ( −(s− jω )t ) −( s+ jω ) t
L [ f ( t ) ] =A ∫ e −e ¿ dt
0 2j

∞ ∞
L [ f ( t ) ]=
A
2j [∫ 0
− ( s − jω ) t
e dt−∫ e−(s + jω ) t dt
0
]
A 1 1
e−( s− jω ) t ∞ − e−(s + jω ) t ∞
L [ f ( t ) ]=
(
2 j −( s− jω ) |
0 −( s+ jω) 0|)
1 1 1
L [ f ( t ) ]= ( −
2 j s− jω s+ jω )
A s + jω−( s− jω) A 2 jω
L [ f ( t ) ]=
2j ( s+ ω2
=
2 j s+ω 2 ) ( )

L [ f ( t ) ]=
s+ ω2

Untuk mempermudah proses transformasi laplace kita dapat


menggunakan table transforamasi laplace :

Tabel Transformasi Laplace

No. F(t) F(s)


1 Implus satuan δ (t ) 1

2 Unit step u(t) 1


s

3 T 1
s2

4 tn , dimana n = 1,2,3, … n!
s n+1

24
5 e−at 1
s +a

6 te−at 1
¿¿

7 t n e−at n!
¿¿

8 sin ωt ω
s + ω2
2

9 cos ωt s
s + ω2
2

Sifat – Sifat Transformasi Laplace


1. Kombinasi Linear
Jika f1(t) dan f2(t) adalah dua fungsi waktu yang berbeda maka


L [ f 1 ( t ) + f 2 ( t ) ]=∫ [f 1 ¿ ( t )+ f 2 (t)] e− st dt ¿
0

∞ ∞
− st
¿∫ f 1 ( t ) e dt+∫ f 2 (t)e−st dt
0 0

¿ L [ f 1 ( t ) ] + L[ f 2 ( t ) ]

2. Translasi Fungsi

25
Kita akan mencari transformasi Laplace dari fungsi yang
ditranslasikan, f (t−a) disini,
f(t) → 0 untuk nilai t < 0 atau dengan kata lain
f( t−a ) → 0 untuk nilai t < a

Karena f ( t−a )=0 untuk 0< t< a ,maka


F ( s ) =∫ f (u)e−su du dimana u=t−a
0


¿ ∫ f (t−a) e−s(t −a) dt
0


as
¿e ∫ f (t−a)e−s t dt
0

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

L [ f ( t−a ) ] =e−as F (s )

26
3. Perkalian f ( t ) dengan e−at


L=[ e f ( t ) ] =∫ e−at f ( t ) e− st dt
−at

0
∞ ∞
L=[ e f ( t ) ] =∫ f ( t)e dt=∫ f (t)e−(s +a) t dt
−at −st−at

0 0


L=[ e−at f ( t ) ] =∫ f ( t ) e−( s+a ) t dt=F(s+ a)
0

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


L=[ e−at f ( t ) ] =F(s+ a)

4. Penskalaan Waktu f a (t)



t t − st
L= f
a [ ( )] ( )
=∫ f
0 a
e dt

∞ −ast
t
¿∫ f
0 a ()
e a
d ( at )
∞ −ast
t
¿∫ f
0 a ()
e a
d ( at ) jika at =τ


¿ ∫ f ( τ ) e−ast d ( τ)
0

27
¿ aF ( s)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

t
[ a )]=aF( s)
L= f(

5. Diferensiasi


d d
L= [
dt ]
f ( t ) =∫ f ( t ) e−st dt
0 dt

Persamaan diatas dapat diintegralkan secara parsial dengan


memisalkan : u=e−st dan dv=df ( t ) kemudian disisipkan ke dalam
persamaan :

∞ ∞
∫ udv=uv
0
| ∞

0−∫ vdu
0

Karena du=−se−st dan v=f (t )

∞ ∞
d d
[ f (t) =∫ f (t )e− st dt=e−st f ( t ) ∞ −∫ −se st f ( t ) dt
]
L=
dt 0 dt
|
0 0

28

d
L=
dt[ ]
f (t) =[ e−s ∞ f ( ∞ ) −e−s 0 f ( 0) ]+ s ∫ f (t) e−st dt
0

d
L= [ dt
( )]
f t =−f ( 0 )+ sF ( s )

maka dapat disimpulkan bahwa

d
L= [ dt ]
f ( t ) =sF ( s )−f ( 0 )

Untuk turunan berikutnya

d2 d
L= [ dt ]
f ( t ) =s 2 F ( s )−sf ( 0 )− f ( 0 )
dt

dn d d n−1
L= [ dt ]
f ( t ) =sn F ( s )−s−1 f ( 0 )−sn−2 f ( 0 )−…+ n−1 f ( 0 )
dt dt

6. Integral

t ∞ t

[ ] [ ]
L= ∫ f (t ) =∫
0 0
∫ f (t) e− st dt
0

Dengan integral parsial diperoleh :

t t ∞

[ ][ ]
L= ∫ f ( t ) = ∫ f ( t )
0 0
e−st ∞
|
−s 0 0
−∫ f ( t )
e−st
−s
dt

29
|
t t

[ ] [ ]
L= ∫ f (t ) =− ∫ f (t )
0 0
1 ∞ −st
−s t =0−∫ f ( t ) e dt
0 −s

t ∞

[ ] 1 −1 1 −st
L= ∫ f ( t ) = f ( 0 )+ ∫ f ( t ) e dt
0 s s 0

Maka :

[ ] 1 1 −1
L= ∫ f (t ) = F ( s ) + f (0)
0 s s

Sifat Transformasi Laplace

No. Sifat - sifat

1 L [ Af (t) ] =AF (s )

2 L [ f 1 ( t ) ± f 2 (t) ]=F1 ( s)± F 2 (s)

3 L [ e−at f (t ) ]=F (s +a)

4 L [ f (t −a) ] =e as F ( s )

5 t
[ ]
L f ( ) = aF(s)
a
6 d2
L
dt[ ]
f (t ) = sF ( s ) −f ( 0)

7 d2 d
L [ dt ] 2
f ( t ) s F ( s )−sf ( 0 ) − f (0)
dt

30
8 dn n−2 d d n−1
L [ dt ] n n−1
f ( t ) s F ( s ) −s f ( 0 )−s
dt
f ( 0 )−…+ n−1 f (0)
dt

t
9
L
[∫ ]0
1 1 −1
f (t) = F ( s ) + f (0)
s s

Contoh :
a. Tentukan transformasi laplace dari f ( t )=t−3 e−2 t
Solusi
L [ t−3 e−2t ] =L [ t ] −3 L [ e−2t ]

1 1
¿
s 2
−3
s+ 2 ( )
1 3
¿ −
s s+2
2

s+ 2−3 s 2
¿
s 2 (s +2)

−3 s 2+ s+ 2
¿
s 2 (s +2)

b. Tentukan transformasi laplace dari f ( t )=2 t 2

L [ 2t 2 ]=2 L [ t 2 ]

2!
¿2 (s )(2+ 1)

4
¿
s3

31
c. Dengan menggunakan sifat transformasi laplace
Tentukan transformasi laplace dari f ( t )=e−2 t sin ⁡(3 t ) gunakan sifat
L [ e−at f (t ) ]=F (s +a)

L [ e−2 t sin ⁡(3 t) ] , dimana f ( t )=sin ⁡( 3t )

ω
L [ sin ωt ]=
s +ω 2
2

3
L [ sin(3 t) ] =
s +9

3
F ( s) = 2
s +9

3
L [ e−2 t sin ⁡(3 t) ] =F ( s +2 )=
¿¿

3
¿ 2
s + 4 s+13

d. Jika diketahui

1
L [ e−2t ]=
s +2

Dengan menggunakan sifat diferensial

d
L [ dt ]
f ( t ) =sF ( s )−f (0)

Tentukan transformasi laplace dari 2 e−2 t


32
Solusi

d −2 t
( e ) =−2 e−2t
dt

d −2 t
L [ dt ]
(e ) = L [−2 e−2 t ]

d −2 t
L [ 2e−2 t ]=−L [− 2e−2 t ] =−L [ dt
(e ) ]
[ ]
¿− s ( L [ e−2 t ] )−f (0) dimana f (t )=e−2t

1
¿− s
[( )s+2
−e−2(0)
]
1 s s +2 2
¿− s
[( ) ] [
s+2
−1 =− −
s+2 s +2
=−
−2
= ] [ ]
s+2 s+2

33
DAFTAR PUSTAKA
XDanang Mursita. (2011).Matematika Untuk Perguruan Tinggi. Bandung:
Rekayasa Sains,Bandung.

34

Anda mungkin juga menyukai