Pengelasan
Guna memenuhi persyaratan dan spesifikasi standar yang telah di tentukan dan
tidak menyimpang dari peraturan pemerintah yang berlaku, maka hasil produk
tersebut harus melalui proses pengujian dan pemeriksaan hasil pengelasan.
Dalam modul ini yang akan dibahas adalah pengujian dan pemeriksaan hasil
pengelasan secara visual.
Visual test (VT) adalah pengujian non-destruktif (NDT) dimana proses pengujian
kualitas hasil lasan diperiksa dengan mata (visual) untuk menentukan
diskontinuitas permukaan. Metode pengujian ini yang paling umum dan banyak
dipakai pada pengujian kualitas las.
Pipa < 23/8 inchi Secara individual > 1/16 inchi lebar
atau panjang melebihi 3X tebal
nominal pipa
Slag lines yang paralel dihitung
secara individual apabila masing-
masing mempunyai lebar > 1/32 inchi
b. Isolated slag inclusion
Pipa > 23/8 inchi Secara individual lebar > 1/8 inchi
Panjang total dalam 12 inchi las > ½
inchi
Apabila dalam panjang las yang
sama terdapat > 4 buah slag inchi
yang mempunyai lebar 1/8 inchi
Pipa < 23/8 inchi Secara individual lebar > ½ inchi
tebal nominal pipa dan jumlah
panjang > 2X tebal nominal
8 Porosity/gas pocket
h 1,5 mm h 1 mm h 0,5 mm
10
Pada pengujian dan pemeriksaan hasil las secara visual test terdapat beberapa
hal penting di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Tampak las biasanya ditunjukkan pada manik las (kampuh las).
Penampakan yang tidak menarik juga memberikan keraguan terhadap
mutu lasan.
2. Dalam hal las tembus satu sisi, kepastian tampak las sangat penting.
3. Cacat permukaan disamping diperiksa dengan serbuk magnet dan zat
penembus (penetran) berwarna diperiksa juga dengan amatan.
4. Perlakuan las seperti pembersihan terak, pembersihan percikan dan
perlakuan lainnya harus dapat dipastikan dengan pengujian amatan.
Pengujian ini dilakukan dengan mempersiapkan test piece dan peralatan uji
terlebih dahulu. Setelah peralatan uji dan test piece telah siap maka pengujian
dapat dilakukan. Dalam melakukan pengujian ini, terdapat prosedur pengujian
yang harus diperhatikan antara lain :
Pengukuran dimensi material uji, untuk mengetahui dimensi material yang
diuji
Kemudian kampuh lasan (groove weld) harus diisi dengan penuh pada sudut
sambungan atau sesuai dengan permintaan yang ditentukan dan penguat las
tidak boleh berlebihan. Beberapa kondisi mungkin memerlukan penggunaan
alat pengukur las khusus untuk memverifikasi dimensi ini.
Adapun pengujian dan pemeriksaan secara visual atau amatan dapat dilihat
seperti tabel di bawah ini. Tabel uji amatan ini dapat dikonfirmasikan dengan
tabel standar ukuran kampuh dan kondisi cacat las yang ditolak oleh inspektur
las dan tabel ukuran batas penyimpangan ukuran kampuh yang sudah di
standarkan.
Dalam hal konstruksi dengan dasar perhitungan fatik, keteraturan pada kaki las
lebih penting daripada cacat lasnya sendiri. Karena pemeriksaan ini dilakukan
dengan mata, maka ada kemungkinan perbedaan pendapat. Untuk menghindari
hal ini dianjurkan membuat contoh lasan yang dapat diterima.
Cacat permukaan disamping diperiksa dengan serbuk magnet dan zat penembus
berwarna (penetrant) diperiksa juga dengan amatan. Untuk menentukan
dalamnya takik digunakan alat pengukur welding gauge. Alat ini juga dipakai
untuk menentukan dimensi seperti tebalnya manuk penguat, panjang kaki las
pada las sudut dan sebagainya.
Harsono.W, Prof. Dr. Ir. Dkk. 1996, Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta:
Pradnya Paramita
AWS B1.11:2000, Guide for the Visual Inspection of Welds. American Welding
Society: Miami, Florida
Abrasi pengikisan
Arc strike singgung nyala
Bend test uji tekuk
Be metallic corrosion karat dengan jenis metal berbeda
Blow hole/burnt through lubang tembus
Capping las penutup
Caustic embrittlement kegetasan alkali
Charpy impact test uji ketangguhan
Chemical analysis uji analisis kimia
Copper burnt suatu kondisi dimana tembaga meresap kedalam logam dalam
keadaan cair akibat panas
Corrosion berkarat
Cold bending/forming deformasi dingin
Crater kawah
Cratter crack/crow feet retak bawah
Distress relief pembuangan regangan
DT destructif test (pengujian merusak)
Difusi penyusupan
Erosion keausan
Excessive reinforcement jalur menonjol
Fusion zone zona fusi (peleburan)
HAZ heat affected zone (daerah terimbas panas)
Hot cracking retak karena panas
High low tinggi rendah
Hollow bead jalur berlubang
Incomplete fusion fusi (peleburan) tidak sempurna
Incomplete penetration penetrasi tidak sempurna
Internal crack retak didalam
Internal porosity keropos (porositas) didalam kampuh
Lack of fusion kurangnya peleburan
Leaching pelarutan selektif
scatttered porosity
Elongated porosity
Incomplete fusion
Overlap
Laminations