Anda di halaman 1dari 29

Pengujian dan Pemeriksaan Visual Hasil

Pengelasan

Dalam suatu konstruksi bangunan, mutu hasil produk merupakan persyaratan


mutlak yang harus dipenuhi selain dalam rangka memuaskan pengguna juga
menjamin rasa keselamatan dan kenyaman pemakainya. Untuk itu tuntutan
pemenuhan terhadap mutu produk harus betul-betul dijamin kualitasnya.

Pemastian mutu hasil produk pengelasan dalam suatu konstruksi bangunan


dapat dilaksanakan pada seluruh tahap pelaksanaan proyek atau pekerjaan,
mulai dari tahap engineering (pemilihan tukang las), pengadaan barang
(material), tahap fabrikasi, tahap konstruksi sampai tahap dimana produk
tersebut siap dipakai oleh pengguna.

Guna memenuhi persyaratan dan spesifikasi standar yang telah di tentukan dan
tidak menyimpang dari peraturan pemerintah yang berlaku, maka hasil produk
tersebut harus melalui proses pengujian dan pemeriksaan hasil pengelasan.
Dalam modul ini yang akan dibahas adalah pengujian dan pemeriksaan hasil
pengelasan secara visual.

Pengujian visual dilakukan untuk mendeteksi adanya cacat pada material di


daerah yang terjangkau oleh mata normal tanpa menggunakan alat bantu.
Namun, keandalan inspeksi visual sangat dipengaruhi oleh faktor manusia
bahkan personel yang berpengalaman saja dapat tertipu oleh adanya goresan
atau tanda permesinan dalam melihat cacat yang tidak tampak.

1. Persyaratan Pengujian dan Pemeriksaan Hasil Las


Prosedur pengujian dan pemeriksaan hasil las adalah suatu perencanaan untuk
melaksanakan pengujian dan pemeriksaan hasil pengelasan yang meliputi
mulai penyiapan bahan las, perlengkapan keperluan pengelasan, cara
menyiapkan material hasil pengelasan serta peralatan uji yang standar agar
sesuai dengan rencana dan spesifikasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengujian dan pemeriksaan hasil las.

PPPPTK BOE MALANG Hal 1


Oleh karena itu dalam menentukan serta melakukan proses pengujian dan
pemeriksaan hasil pengelasan, maka persyaratan seorang penguji dan
pemeriksa harus:
 Mempunyai pengetahuan dalam teknologi pengelasan
 Mempunyai pengetahuan mutu standar pengujian dan pemeriksaan
 Mempunyai pengetahuan tentang jenis-jenis pengujian dan pemeriksaan
hasil lasan
 Mempunyai pengetahuan jenis-jenis cacat las dan penyebabnya
 Mempunyai pengetahuan dalam menanggulangi cacat hasil pengelasan
 Mempunyai pengetahuan kualitas standar ukuran dan kondisi hasil
pengelasan
 Mampu mengoperasikan peralatan uji (mesin uji DT dan NDT)

Visual test (VT) adalah pengujian non-destruktif (NDT) dimana proses pengujian
kualitas hasil lasan diperiksa dengan mata (visual) untuk menentukan
diskontinuitas permukaan. Metode pengujian ini yang paling umum dan banyak
dipakai pada pengujian kualitas las.

Adapun keuntungan menggunakan metoda pengujian inspeksi visual (VT) adalah


sebagai berikut:
• Murah (biasanya hanya beban kerja)
• Peralatan sederhana dan biaya untuk pembelian peralatan relatif murah
• Tidak ada kebutuhan daya
• Proses identifikasi dalam menemukan cacat permukaan las cepat dan
jika ada biaya perbaikan dapat di kalkulasi dari awal karena masalah
yang terjadi sudah ditangkap dari awal

Sedangkan kekurangan dari penggunaan metode inspeksi visual ini adalah


sebagai berikut:
 Perlu adanya pelatihan inspeksi las (welding inspection)
 Diperlukan penglihatan yang baik
 Kerusakan cacat internal las sering kali tidak terdeteksi dan terlewatkan
 Laporan harus dicatat oleh inspektur

PPPPTK BOE MALANG Hal 2


 Terbuka kesalahan pengamatan karena faktor manusia

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan pengujian


dan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual untuk menentukan kualitas
pengelasan adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan prosedur aplikasi pengelasan (WPS)
2. Memeriksa bahan sebelum pengelasan seperti memeriksa jenis elektroda,
dimensi material atau bentuk sambungan
3. Menguji kualitas pengelasan selama berlangsung proses pengelasan
seperti memeriksa dan menguji pemanasan sebelum dan setelah
pengelasan atau temperatur antar lapisan
4. Memeriksa hasil pengelasan setelah selesai proses pengelasan seperti
ketepatan ukuran, rigi-rigi, panjang kaki, penembusan, kampuh, retakan
dan sebagainya.
5. Menandai kerusakan cacat las dan rekomendasi perbaikan lasan.
6. Mencatat laporan hasil pemeriksaan

2. Standar Ukuran Kampuh dan Kondisi Cacat Las


Pemeriksaan visual dititikberatkan pada kondisi tampak luar barang atau
peralatan, seperti cacat permukaan. Selain hal tersebut masih ada cacat-cacat
permukaan lain yang disebabkan oleh pengelasan, misalnya arc strike, spatter
atau sisa weld slag yang belum dibersihkan (digerinda) dan mencairnya kabel las
kedalam bahan baja (copper burnt).

Selanjutnya perlu diperhatikan juga cacat-cacat permukaan sambungan las,


seperti surface undercut, surface crack, pin hole, high low, stop start dan lain
sebagainya. Disamping hal tersebut diatas, masih ada hal yang perlu
diperhatikan yakni kemungkinan terjadinya shrinkage crack pada barang cor
(casting) dan serangan karat air laut atau atmosfir selama pengangkutan barang
melalui laut.

PPPPTK BOE MALANG Hal 3


Tabel 3.1. Tabel ukuran dan kondisi cacat las pada pelat dan pipa yang ditolak inspektur

No Bentuk Cacat Las Ukuran Cacat Las


1 Incomplete penetration  Individual > 1 inchi
 Jumlah dalam 12 inchi las > 1 inchi
 Jumlah dalam <12 inchi las > 8%
panjang las tersebut
2 High low  Jika satu sisi akar terbuka > 2 inchi
(individual)
 Dalam 12 inchi las > 3 inchi
3 Internal concavity  Jika tidak diperbaiki > ¼ inchi atau
tebal pipa
 Jumlah yang tidak diperbaiki dalam
las sepanjang 12 inchi > ½ inchi
4 Incomplete fusion  Secara individual > 1 inchi
 Jumlah dalam 12 inchi las > 1 inchi
 Jika panjang las , 12 inchi, jumlah >
8% panjang las
5 Incomplete fusion karena cold lap  Secara individual > 2 inchi
 Jumlah dalah 12 inchi las > 2 inchi
6 Burnt though :  Jika tidak diperbaiki > ¼ inchi
a. Pipa > 23/8 inchi  Jumlah yang tidak diperbaiki dalam
las sepanjang 12 inchi > ½ inchi
b. Pipa < 23/8 inchi  Lebih dari satu yang diperbaiki dan
secara individual melebihi ¼ inchi
atau tebal pipa
7 Slag inclusion
a. Elongated slag inclusion(wagon
track)  Panjang > 2 inchi, lebar 1/16 inchi
 Pipa  23/8 inchi  Jumlah panjang dalam 12 inchi las >
2 inchi

 Pipa < 23/8 inchi  Secara individual > 1/16 inchi lebar
atau panjang melebihi 3X tebal
nominal pipa
 Slag lines yang paralel dihitung
secara individual apabila masing-
masing mempunyai lebar > 1/32 inchi
b. Isolated slag inclusion
 Pipa > 23/8 inchi  Secara individual lebar > 1/8 inchi
 Panjang total dalam 12 inchi las > ½
inchi
 Apabila dalam panjang las yang
sama terdapat > 4 buah slag inchi
yang mempunyai lebar 1/8 inchi
 Pipa < 23/8 inchi  Secara individual lebar > ½ inchi
tebal nominal pipa dan jumlah
panjang > 2X tebal nominal
8 Porosity/gas pocket

PPPPTK BOE MALANG Hal 4


a. Spherical porosity  Secara individual melebihi 1/8 inchi
atau 25% tebal pipa
 Distribusinya melebihi ketentuan API
1104
b. Cluster porosity  Terjadi pada lajur terakhir pada area
dengan diameter > ½ inchi dengan
gas pocket didalamnya secara
individual berukuran > ½ inchi
 Jumlah panjang cluster porosity
dalam 12 inchi las melebihi ½ inchi
c. Piping porosity  Secara individual melebihi 1/8 inchi
atau 25% tebal nominal pipa
 Distribusi maksimum melebihi
ketentuan API 1104
c. Hollowed bead (pada akar las)  Secara individual melebihi panjang ½
inchi
 Jumlah panjang dalam 12 inchi las
melebihi 2 inchi
 Individual melebihi ¼ inchi berjarak
kurang dari 2 inchi satu dengan yang
lain
9 Retak (crack)  Crater crack dianggap tidak
berbahaya kecuali panjangnya
melebihi 5/32 inchi
 Semua jenis retak lainnya
10 Pengelompokan jenis-jenis cacat  Semua jenis AOD kecuali high low
dan undercut dalam 12 inchi las
secara akumulatif lebih dari 2 inchi
atau 8% dari panjang las
11 Undercutting
Kedalaman Panjang
 >1/32 inchi atau 12% tebal nominal -
 1/64 inchi hingga 1/32 inchi atau  2 inchi dalam 12 inchi panjang las
lebih  > 1/6 inchi dari panjang las
 > 6 inchi hingga 12 ½% tebal
nominal
Undercut pada permukaan atau akar las lebih dari 2 inchi dalam 12 inchi
panjang atau > ¼ inchi panjang las tersebut

Untuk memastikan bahwa hasil produk pengelasan sesuai dengan perencanaan,


maka perlu diverifikasi ukuran bagian-bagian konstruksi secara acak. Ukuran
tersebut harus dalam batas toleransi yang diizinkan dan sesuai dengan standar.
Demikian juga dengan hasil kampuh pengelasan harus memenuhi standar dan
kondisi cacat hasil las juga tidak boleh melebihi batas ukuran yang diizinkan.

PPPPTK BOE MALANG Hal 5


Tabel 3.2. Tabel batas penyimpangan ukuran kampuh
Batas penyimpangan penilaian ukuran
No Bentuk las kampuh
rendah sedang tinggi
h 0,2 s, h 0,1 s,
max. 2 mm max. 1,5 mm

h 1 mm +0,3 a, h 0,5 mm +0,2 a, h 0,5 mm+0,1 a,


max. 4 mm max. 3 mm max. 2 mm

h 1,5 mm h 1 mm h 0,5 mm

h 1 mm + 0,25 h 1 mm + 01,5 b h 1 mm + 0,1 b


b max. 7 mm max. 5 mm
4 max. 10 mm

h 1 mm + 0,25 h 1 mm + 0,25 b h 1 mm + 0,25 b


b max. 4 mm max. 3 mm
max. 5 mm
5

h 1 mm + 0,3 a h 1 mm + 0,3 a h 1 mm + 0,3 a


max. 5 mm max. 4 mm max. 3 mm

h 1 mm + 1,2 b h 1 mm + 0,6 b h 1 mm + 0,3 b


max. 5 mm max. 4 mm max. 3 mm
7

h 0,25 t h 0,15 t h 0,1 t


max. 5 mm max. 4 mm max. 3 mm
8

PPPPTK BOE MALANG Hal 6


h 0,2 t h 0,1 t h 0,05 t
max. 2 mm max. 1 mm max. 0,5 mm
9

h 1,5 mm h 1mm h 0,5 mm

10

3. Pengujian dan Pemeriksaan Visual Hasil Las


Pemeriksaan visual bertujuan untuk mengungkapkan kelemahan permukaan,
dan merupakan indikasi dari kualitas hasil las. Pengujian dan pemeriksaan visual
ini sangat sederhana, mudah diakses dan metode inspeksi murah, tetapi
membutuhkan seorang inspektur terlatih. Selain itu, dapat menjadi alat kontrol
yang baik untuk membantu proses fabrikasi dalam menghindari masalah dan
mengevaluasi pengerjaan.

Pada pengujian dan pemeriksaan hasil las secara visual test terdapat beberapa
hal penting di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Tampak las biasanya ditunjukkan pada manik las (kampuh las).
Penampakan yang tidak menarik juga memberikan keraguan terhadap
mutu lasan.
2. Dalam hal las tembus satu sisi, kepastian tampak las sangat penting.
3. Cacat permukaan disamping diperiksa dengan serbuk magnet dan zat
penembus (penetran) berwarna diperiksa juga dengan amatan.
4. Perlakuan las seperti pembersihan terak, pembersihan percikan dan
perlakuan lainnya harus dapat dipastikan dengan pengujian amatan.

Pengujian ini dilakukan dengan mempersiapkan test piece dan peralatan uji
terlebih dahulu. Setelah peralatan uji dan test piece telah siap maka pengujian
dapat dilakukan. Dalam melakukan pengujian ini, terdapat prosedur pengujian
yang harus diperhatikan antara lain :
 Pengukuran dimensi material uji, untuk mengetahui dimensi material yang
diuji

PPPPTK BOE MALANG Hal 7


 Persiapan alat uji, persiapan dilakukan dengan menyiapkan
penggaris, kaca pembesar, alat ukur kedalaman takik, dan peralatan
lainnya.
 Persiapan pengujian, setelah alat uji siap maka pengujian visual dapat
dilakukan dengan memperhatikan cacat pada material dengan cermat
dengan panduan dan referensi yang ada.

Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan bahwa


pengujian visual ini membutuhkan kecermatan, kesabaran, dan juga pengalaman
yang tinggi. Sulit untuk melakukan indikasi cacat pada material dengan hanya
melihat secara sekilas, perlu pengukuran dan kecermatan dalam mengindikasi
cacat tersebut. Hal ini sangat wajar karena para inspektur las yang
berpengalamanpun masih kesulitan untuk melakukan indikasi dengan pengujian
visual.

3.1. Inspeksi Visual Sebelum Pengelasan


Sebelum dilakukan pengelasan, hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga
kualitas mutu pengelasan adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa gambar dan spesifikasinya
b. Memeriksa prosedur dan kualifikasi kinerja
c. Menetapkan poin-poin tertentu jika diperlukan
d. Menetapkan rencana dokumentasi
e. Mengulas bahan dokumentasi
f. Memeriksa material bahan
g. Memeriksa kecocokan dan penyelarasan sambungan-sambungan las
h. Mengulas data-data pengelasan

Jika inspektur pengelasan mempunyai perhatian khusus hal-hal tersebut diatas,


maka banyak masalah yang mungkin terjadi dikemudian hari bisa dicegah. Dan
yang sangat penting adalah seorang inspektur harus meninjau dan mengatur
dokumen untuk menentukan persyaratan pekerjaan. Oleh karena itu sebuah
sistem harus dibentuk untuk memastikan bahwa akurasi dan catatan lengkap
tentang produksi dibukukan dalam bentuk laporan.

PPPPTK BOE MALANG Hal 8


Sedangkan untuk melakukan pemeriksaan serta menginspeksi kualitas bahan,
maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
 Pada saat pembelian bahan memeriksa spesifikasi bahan sesuai dengan
ukuran logam dasar
 Memeriksa jenis dan ukuran elektroda
 Memeriksa bahan tidak ada cacat kontaminasi seperti berkarat, laminasi
dan lain-lain.
 Memeriksa bahan untuk pengelasan sudut yang dipersiapkan sudah
benar

Gambar 3.1. Pemeriksaan ukuran pipa sebelum di las

Selanjutnya untuk pemeriksaan secara menyeluruh terhadap kualitas perakitan


dapat dilakukan seperti langkah-langkah sebagai berikut:
 Penyelarasan perlengkapan dan jig
 Pemeriksaan kebersihan seperti percikan kotoran dari pengelasan
 Pemeriksaan kualitas metode pengelasan yang digunakan
 Pemeriksaan penggunaan pemanasan awal untuk memperlambat laju
pendinginan dan untuk meminimalkan terjadinya distorsi
 Pemeriksaan gap sambungan antar bahan

PPPPTK BOE MALANG Hal 9


Gambar 3.2. Pemeriksaan gap sambungan

Kemudian untuk pemeriksaan peralatan yang dipakai dalam mengelas atau


mesin las yang digunakan adalah sebagai berikut:
 Memeriksa kerusakan seperti kabel, klem ground dan pemegang
elektroda
 Memeriksa arus tegangan
 memeriksa ampere meter dalam range spesifikasinya

Gambar 3.3. Pemeriksaan arus tegangan

PPPPTK BOE MALANG Hal 10


3.2. Inspeksi Visual Selama Pengelasan
Selama proses pengelasan berlangsung, beberapa faktor yang harus
diperhatikan dan dilakukan oleh seorang inspektur pengelasan adalah sebagai
berikut:
a. Memeriksa pemanasan awal dan interpass temperatur
Ketika melakukan pemanasan awal maka diperlukan kode referensi, dokumen
kontrak, atau welding prosedur spesifikasi (WPS). Pemanasan awal dan suhu
interpass harus diverifikasi oleh inspektur. Peralatan untuk mengukur
temperatur digunakan untuk memeriksa suhu bahan seperti gambar 3.4.

Gambar 3.4. Pemeriksaan suhu menggunakan Pyrometer

Indikasi suhu perkiraan akan menunjukkan bahan yang sering digunakan.


Kemudian tanda dibuat di logam di daerah yang akan diperiksa. Misalnya,
ketika menggunakan suhu indikatornya 500°F (260°C), maka ketika tanda itu
mencair setidaknya suhu pada bagian itu menunjukkan suhu 500°F (260°C)
seperti gambar 3.5.

PPPPTK BOE MALANG Hal 11


Gambar 3.5. Pemeriksaan daerah indikasi suhu sensitif

b. Memeriksa kesesuaian welding procedure specification (WPS)


Pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan
pengelasan sesuai dengan welding prosedur spesifikasi (WPS). Adapun
variabel yang perlu di cermati adalah seperti kecepatan kawat pakan, desain
penyambungan (joint), karakteristik listrik, ukuran elektroda dan teknik-teknik
antara lain harus diverifikasi.

c. Memeriksa akar las (root pass)


Sebuah cacat besar banyak yang ditemukan pada lasan yang berhubungan
dengan kampuh akar las (root pass). Pemeriksaan visual sebaiknya
mengikuti penerapan manik akar las sebagai koreksi atau perbaikan jika ada
masalah terhadap cacat yang timbul.

Gambar 3.6. Root pass sambungan pipa

PPPPTK BOE MALANG Hal 12


d. Memeriksa lapisan las
Untuk mengevaluasi berlangsungnya pekerjaan pengelasan, sangat bijaksana
jika untuk pemeriksaan visual dilakukan setiap pengisian lapisan kawah
(crater). Hal ini sekaligus untuk pemeriksaan apakah sudah dilakukan
pembersihan terak yang memadai ketika sedang melakukan pengelasan.
Selain itu juga proses tersebut dapat membantu untuk meringankan
terjadinya inklusi terak dilas akhir.

Gambar 3.7. Model-model pengisian lapisan kawah (crater) sambungan

e. Memeriksa kedua sisi las


Kondisi kritis akar las mungkin terjadi kedua sisi las atau sambungan las.
Daerah ini harus diperiksa setelah pembersihan terak dan penyimpangan
lainnya. Hal ini untuk memastikan bahwa semua diskontinuitas atau hasil
lasan yang tidak tersambung telah dihilangkan dan sekaligus sebagai akses
untuk pengelasan selanjutnya.

Jika salah satu faktor tersebut diabaikan, maka dapat mengakibatkan


diskontinuitas yang dapat menyebabkan penurunan kualitas serius hasil
pengelasan.

3.3. Inspeksi Visual Setelah Pengelasan


Setelah pengelasan selesai di kerjakan oleh tukang las, maka selanjutnya hasil
lasan tersebut dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk mengetahui kualitas

PPPPTK BOE MALANG Hal 13


mutunya. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh inspektor pengelasan
setelah selesai proses pengelasan sebagai berikut
a. Memeriksa kualitas permukaan las
Dalam memeriksa visual permukaan las dan memverifikasi bahwa kriteria
kontur las cekung (concavity) dan las cembung (convexity), maka dibutuhkan
dokumen kontrak. Standar pengerjaan yang baik dapat mengatasi beberapa
masalah seperti kekasaran permukaan (surface roughness), rintik-rintik las
(spatter), dan nyala api singgung (arc strike). Kebanyakan kode dan
spesifikasi menggambarkan jenis dan ukuran diskontinuitas yang dapat
diterima. Banyaknya diskontinuitas ini dapat ditemukan dengan pemeriksaan
visual setelah selesai pengelasan. Berikut ini adalah diskontinuitas yang
ditemukan pada permukaan lasan:
1. Keropos (Porosity
2. Incomplete fusion
3. Incomplete joint penetration
4. Undercut
5. Underfill
6. Overlap
7. Cracks
8. Metallic and nonmetallic inclusions
9. Excessive reinforcement

b. Memverifikasi dimensi las


Untuk menentukan apakah pemenuhan kriteria las telah diperoleh, maka
inspektur las harus memeriksa dan melihat apakah semua hasil lasan
memenuhi persyaratan gambar kerja seperti ukuran, panjang dan lokasi.
Ukuran sambungan sudut las (fillet) dapat ditentukan dengan menggunakan
salah satu dari beberapa jenis alat pengukur las yang akan dibahas diatas.

PPPPTK BOE MALANG Hal 14


Gambar 3.8. Pengukuran las cembung (convexity)

Gambar 3.9. Pengukuran las cekung (concavity)

Kemudian kampuh lasan (groove weld) harus diisi dengan penuh pada sudut
sambungan atau sesuai dengan permintaan yang ditentukan dan penguat las
tidak boleh berlebihan. Beberapa kondisi mungkin memerlukan penggunaan
alat pengukur las khusus untuk memverifikasi dimensi ini.

Gambar 3.10. Pengukuran tinggi kampuh

PPPPTK BOE MALANG Hal 15


c. Memverifikasi akurasi dimensi
Inspeksi terakhir dari hasil pengelasan adalah harus memverifikasi bahwa
seluruh dimensi sesuai dengan gambar.

d. Meninjau persyaratan berikutnya


Ulasan dan tinjauan persyaratan spesifikasi yang lain akan ditentukan jika
prosedur tambahan diperlukan. Prosedur tersebut dapat mencakup proses
perlakuan panas pasca pengelasan, pemeriksaan non destruktif (NDT),
pengujian bukti, dan lainnya. Inspektur pengelasan harus bertanggung jawab
sampai akhir penerimaan verifikasi.

Adapun pengujian dan pemeriksaan secara visual atau amatan dapat dilihat
seperti tabel di bawah ini. Tabel uji amatan ini dapat dikonfirmasikan dengan
tabel standar ukuran kampuh dan kondisi cacat las yang ditolak oleh inspektur
las dan tabel ukuran batas penyimpangan ukuran kampuh yang sudah di
standarkan.

Tabel 3.3. Tabel uji amatan setelah pengelasan

No Bentuk amatan Kriteria


Keteraturan permukaan manik
1 Penampakan
Bentuk/kesimetrisan kaki las
Lipatan (overlap)
Juluran (excessive reinforcement)
2 Cacat permukaan Takikan (undercut
Sumuran (blow hole/burnt through)
Retak (Crack)
Lebar manik (kampuh)
3 Dimensi Panjang las / tinggi leher las (Troat)
Panjang kaki pada las sudut
Perlakuan pada pinggiran
4 Perlakuan Pembersihan percikan
Pembersihan terak

PPPPTK BOE MALANG Hal 16


Tampak las biasanya ditunjukkan pada manik las atau kampuh las. Permukaan
manik yang tidak teratur disamping memberikan penampakan yang tidak menarik
juga memberikan keraguan terhadap mutu lasnya. Dalam hal las tembus satu sisi,
kepastian tampak las sangat penting sedangkan dalam tas tegak dan las busur
listrik selubung gas beberapa ketidak teraturan akan selalu ada.

Gambar 3.11. Pemeriksaan tembusan akar las dengan cermin fleksibel

Dalam hal konstruksi dengan dasar perhitungan fatik, keteraturan pada kaki las
lebih penting daripada cacat lasnya sendiri. Karena pemeriksaan ini dilakukan
dengan mata, maka ada kemungkinan perbedaan pendapat. Untuk menghindari
hal ini dianjurkan membuat contoh lasan yang dapat diterima.
Cacat permukaan disamping diperiksa dengan serbuk magnet dan zat penembus
berwarna (penetrant) diperiksa juga dengan amatan. Untuk menentukan
dalamnya takik digunakan alat pengukur welding gauge. Alat ini juga dipakai
untuk menentukan dimensi seperti tebalnya manuk penguat, panjang kaki las
pada las sudut dan sebagainya.

Pembersihan las seperti perlakuan pada akhir lasan, pembersihan terak,


pembersihan percikan dan perlakuan las lainnya harus dipastikan dengan
amatan.

PPPPTK BOE MALANG Hal 17


Gambar 3.12. Pengukuran undercut

Gambar 3.13. Pengukuran lebar las sambungan sudut dengan senter

Gambar 3.14. Macam-macam model pengukuran hasil pengelasan

PPPPTK BOE MALANG Hal 18


DAFTAR PUSTAKA

Harsono.W, Prof. Dr. Ir. Dkk. 1996, Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta:
Pradnya Paramita

Ginting. Dines, Ir. 1985, Dasar-dasar Pengelasan. Jakarta Pusat: Penerbit


Erlangga

Sri Widharto. 2000, Inspeksi Teknik buku 1. Jakarta: Pradnya Paramita

DIN-DVS-Taschenbuch 290. 1992, Schweisstechnik. . Dusseldort Berlin: Beuth


Verlas GmbH, DVS

AWS B1.11:2000, Guide for the Visual Inspection of Welds. American Welding
Society: Miami, Florida

PPPPTK BOE MALANG Hal 19


GLOSARIUM

Abrasi pengikisan
Arc strike singgung nyala
Bend test uji tekuk
Be metallic corrosion karat dengan jenis metal berbeda
Blow hole/burnt through lubang tembus
Capping las penutup
Caustic embrittlement kegetasan alkali
Charpy impact test uji ketangguhan
Chemical analysis uji analisis kimia
Copper burnt suatu kondisi dimana tembaga meresap kedalam logam dalam
keadaan cair akibat panas
Corrosion berkarat
Cold bending/forming deformasi dingin
Crater kawah
Cratter crack/crow feet retak bawah
Distress relief pembuangan regangan
DT destructif test (pengujian merusak)
Difusi penyusupan
Erosion keausan
Excessive reinforcement jalur menonjol
Fusion zone zona fusi (peleburan)
HAZ heat affected zone (daerah terimbas panas)
Hot cracking retak karena panas
High low tinggi rendah
Hollow bead jalur berlubang
Incomplete fusion fusi (peleburan) tidak sempurna
Incomplete penetration penetrasi tidak sempurna
Internal crack retak didalam
Internal porosity keropos (porositas) didalam kampuh
Lack of fusion kurangnya peleburan
Leaching pelarutan selektif

PPPPTK BOE MALANG Hal 20


Longitudinal crack retak memanjang
Micro structure analysis uji analisis struktrur mikro
NDT non destructif test (pengujian tidak merusak)
Overlap bersamaan/tumpang tindih
Penetrant test uji cairan berwarna
Pin hole lubang jarum
Porosity keropos
Preheat pemanasan awal
PQR procedure qualification record (rekaman kualifikasi prosedur)
Pyrometer alat pengukur suhu pengelasan
Residual stress sisa regangan
Root akar las
Root pass jalur akar
Root crack retak akar las
Root concavity akar las cekung
RKP rekaman kualifikasi prosedur
Rigi-rigi manik las (tekstur kampuh las)
Segregasi pemisahan
Slag kerak
Slag inclusion kerak didalam las
Slag lines kerak di jalur las
Spatter percikan las
Stop start/fault of electrode junction kesalahan saat penggantian elektroda
Stress corrosion cracking retak karat regangan
Surface porosity permukaan berlubang
Surface undercut
Tension test uji tarik
Test piece benda uji
Transverse surface crack retak permukaan
Underbead crack retak jalur bawah
Undercut cekungan disebelah kampuh
Welding gauge alat ukur hasil las
Welding inspection pemeriksaan pengelasan
Wide bead jalur lebar

PPPPTK BOE MALANG Hal 21


Wear resistance keausan
WPS welding procedure specification (spesifikasi prosedur las)
Worm hole lubang kecil memanjang
Weaving fault salah ayun
Visual test pengujian amatan

PPPPTK BOE MALANG Hal 22


LAMPIRAN

Lampiran 1, Gambar cacat permukaan porosity

scatttered porosity

Tampilan permukaan piping porosity

Porosity dengan crack

Elongated porosity

PPPPTK BOE MALANG Hal 23


Lampiran 2, Gambar cacat permukaan incomplete fusion

Lokasi variasi incomplete fusion

Incomplete fusion

Incomplete fusion pada permukaan groove

Incomplete fusion diantara kampuh las

Incomplete fusion diantara las dan logam dasar

PPPPTK BOE MALANG Hal 24


Lampiran 3, Gambar cacat permukaan incomplete joint penetration

Incomplete joint penetration dengan pemasukan yang habis

Incomplete joint penetration

PPPPTK BOE MALANG Hal 25


Lampiran 4, Gambar cacat permukaan undercut

PPPPTK BOE MALANG Hal 26


Lampiran 5, Gambar cacat permukaan underfill

PPPPTK BOE MALANG Hal 27


Lampiran 6, Gambar cacat permukaan overlap and laminations

Overlap

Laminations

PPPPTK BOE MALANG Hal 28


Lampiran 7, Gambar cacat permukaan type of crack

PPPPTK BOE MALANG Hal 29

Anda mungkin juga menyukai