Anda di halaman 1dari 11

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SEKOLAH DASAR

Pandapotan Tambunan
Dosen FKIP Universitas Quality
Email: dapot1002@gmail.com

ABSTRAK
Pembelajaran keterampilan berbicara merupakan materiyang penting diajarkan di
sekolah. Sebab melalui pembelajaran berbicara diharapkan siswa mampu
mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau perasaannya
dengan baik. Akan tetapi, pembelajaran berbicara belum diajarkan sebagaimana mestinya
sesuai tuntutan kurikulum. Pembelajaran berbicara sebaiknya dilakukan melalui latihan,
bukan dengan menyuguhkan teori-teori berbicara. Untuk mengajarkan latihan berbicara
dapat disampaikan dengan menggunakan metode ulang ucap, memerikan, menjawab
pertanyaan, bertanya, pertanyaan menggali, reka cerita gambar, bercerita, melaporkan,
dan metode bermain peran. Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran berbicara dapat
dilakukan dengan melaksanakan penilaian. Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk
menilai keberhasilan berbicara siswa adalah dengan cara menugaskan kembali sesuai
dengan apa yang hendak dinilai.
Kata Kunci: Pembelajaran, Keterampilan berbicara

ABSTRACT
Learning speaking skills is an important material taught in schools. Because,
through learning to speak students are expected to express/ convey thoughts, opinions,
ideas, ideas, or feel well. However, speaking lessons have not been properly taught as the
curriculum demands. Speech learning should be done through practice, not by presenting
speech theories. To teach speech practice can be conveyed using the method of repeating
the words, describing, answering questions, asking, digging questions, making pictures,
telling stories, reporting, and role plying methods. To know the success of speaking
learning can be done by carrying out the assessment. An assessment technique that can be
used to assess students' speaking success is by reassigning according to what they want to
assess.
Keywords: Learning, speaking skills

1
A. Pendahuluan Kemampuan berbicara memang
Pembelajaran bahasa Indonesia dapat dimiliki oleh semua manusia
terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) normal. Akan tetapi, keterampilan
keterampilan berbahasa Indonesia, (2) berbicara tidak dapat dimiliki oleh setiap
pengetahuan kebahasaan bahasa manusia. Bukan berarti bahwa
Indonesia atau tatabahasa Indonesia, dan keterampilan berbicara tidak dapat
(3) apresiasi sastra. Pembelajaran dimiliki oleh semua orang. Setiap orang
keterampilan berbahasa Indonesia terdiri yang mau berlatih dengan sungguh-
lagi atas empat aspek, yaitu (1) sungguh dapat terampil berbicara. Untuk
menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, itulah pembelajaran berbicara diperlukan
dan (4) menulis. Berdasarkan hal di sekolah. Harapannya agar siswa-siswa
tersebut, berbicara merupakan salah satu kita terampil berbicara.
aspek dalam pembelajaran bahasa Pembelajaran berbicara merupakan
Indonesia. yang penting untuk diajarkan dan tidak
Keberadaan pembelajaran berbicara boleh dia-baikan. Sebab, melalui
sering menimbulkan persoalan di pembelajaran ini siswa diharapkan
kalangan pengajar bahasa Indonesia. mampu mengungkapkan/menyam-
Yang menjadi persoalan adalah paikan pikiran, pendapat, ide, gagasan,
anggapan yang menyatakan, “Untuk apa atau perasaannya dengan baik. Hal ini
pembelajaran berbicara diajarkan?. sesuai de-ngan tujuan pembelajaran
Bukankah siswa-siswa kita sudah pintar berbicara di sekolah yaitu agar siswa
berbicara?” dapat berkomunikasi dalam berbagai
Siswa-siswa kita memang benar situasi secara tepat dan benar dengan
sudah pintar berbicara, sudah pintar menggunakan bahasa Indonesia lisan
berkata-kata. Meraka sudah bisa untuk mengemukakan pemikiran,
menyampaikan keinginan-nya, pendapat, perasaan, dan pengalaman,
kemauannya, dan perasaannya. Akan serta menjalin komunikasi, melakukan
tetapi, ada satu hal yang belum dimiliki interaksi sosial dengan anggota
oleh kebanyakan siswa kita yaitu belum masyarakat yang lain.
terampil berbicara pada situasi resmi dan Akan tetapi, Pembelajaran
di muka umum. Pada umumnya mereka berbicara di sekolah diyakini belum
hanya mampu berbicara dengan teman diajarkan degan maksimal sesuai
dekatnya saja dan di hadapan orang tuntutan kurikulum. Hal ini sesuai
yang itu-itu saja. dengan penelitian Sarono (2002:2) yang
Ketidakmampuan berbicara pada menyatakan bahwa guru yang kurang
situasi resmi dan di muka umum ini memberi perhatian khusus pada
tidak hanya terdapat pada siswa-siswa pembelajaran bercerita yang dapat
saja. Orang dewasa pun banyak yang dilihat dari materi dan metode
tidak mampu. Bahkan, mereka yang pembelajaran yang kurang bermakna
memiliki tugas berbicara di muka umum dan menyentuh. Penelitian tersebut
pun (seperti guru, pengkhotbah, dan diperkuat oleh Galda (dalam Supriyadi,
narasumber) masih ada yang belum 2005:180) yang menyebutkan bahwa
terampil berbicara dengan baik. guru hanya memberikan perhatian
Misalnya, seorang pengkhotbah atau sedikit pada aspek pengembangan
pengajar, masih ada keluhan pada bahasa lisan/berbicara.
pendengarnya yang mengatakan khotbah Selanjutnta, Hafizah (2008:1)
atau pengajarannya tidak menarik. Ada menyatakan bahwa selama ini
yang berkeluh, “Tidak tau apa yang pengajaran keterampilan berbi-cara dan
disampaikan”. menyimak (khususnya berbicara) belum
mendapatkan hasil yang maksimal

3
seperti yang diharapkan. Para siswa kependidikan mengajar di SD yang
belum sepenuhnya mempunyai kemudian mengambil program Akta IV.
kemampuan komunikatif. Mereka masih Guru-guru yang latar belakang
takut, malu, dan ragu ketika harus pendidikannya seperti ini tentu tidak
berbicara di depan umum dan akan mampu dan tidak tahu
menyampaikan gagasan-gagas-annya. mengajarkan materi berbicara.
Salah satu penyebabnya karena metode Untuk hal tersebutlah maka
yang digunakan oleh guru belum tulisan ini dibuat dengan tujuan agar
sepenuhnya di-sesuikan dengan situasi para pengajar bahasa Indonesia dapat
dan kondisi siswa serta kelas. mengetahui apa yang akan diajarkan,
Rendahnya hasil pembelajaran bagaimana cara mengajarkan, dan
keterampil-an berbicara juga disebabkan bagaimana menilai hasil belajar
kurang perhatian dari guru terhadap berbicara supaya pembelajaran berbicara
aspek tersebut. Guru banyak yang dapat diajarkan dengan baik di sekolah.
mengabaikan bahkan tidak mengajarkan Selanjutnya agara pembelajaran
materi berbicara di kelas. berbicara dapat berhasil dan bermakna.
Penyebab tentang pengabaian B. Kegiatan berbicara
pembelajaran berbicara adalah karena Kegiatan berbicara merupakan
adanya anggapan yang menyatakan aktivitas yang tidak bisa lepas dari
bahwa siswa di Indonesia sudah lancar kehidupan manusia normal dari zaman
berbicara. Siswa-siswa dinyatakan sudah dahulu sampai zaman sekarang ini.
mampu berkata-kata dengan baik, Sebab, berbicara itu merupakan salah
mampu bercerita, mampu satu aspek kemampuan berbahasa yang
mengungkapkan keinginannya, mampu yang alami yang dimiliki manusia.
membantah, bahkan sudah mampu untuk Berbeda halnya dengan kemampuan
ribut dan bertengkar. Oleh karena itu, berbahasa yang lain, seperti membaca
maka materi pelajaran berbicara tidak dan menulis, tidak semua manusia
perlu lagi diajarkan. normal mampu melakukan kegiatan
Alasan tersebut tidaklah benar. membaca dan menulis. Kemampuan
Siswa-siswa belum memliki membaca dan menulis membutuhkan
keterampilan berbicara. Yang dimiliki latihan yang lebih khusus lagi untuk
siswa saat ini adalah kelancaran mampu memilikinya.
berbicara bukan keterampilan berbicara. Namun demikian, keterampilan
Sedangkan yang diajarkan di sekolah berbicara tidak dimiliki oleh setiap
adalah keterampilan berbicara bukan manusia.Tarigan (1983:15)
kelancaran berbicara. mendefinisikan bahwa
Penyebab tentang diabaikannya berbicaraadalah kemampuan
pembelajaran berbicara, secara khusus mengucapkanbunyi-bunyi artikulasi atau
pada tingkat sekolah dasar (SD), kata-kata untuk mengekspresikan,
sebagian besar guru SD tidak tahu apa menyatakan, serta menyampaikan
yang akan diajarkan dan tidak tahu pikiran, gagasan, dan perasaan.Sebab,
bagaimana cara mengajarkan berbicara. seseorang yang dinyatakan terampil
Kondisi ini terjadi terutama bagi guru berbicara adalah orang yang sanggup
SD lulusan non-PGSD atau pendidikan berbicara dalam segala situasi, kapan
bahasa Indonesia, seperti sarjana saja, dan dimana saja dia berada.
Pendidikan Matematika, Pendidikan Kemampuan berbicara yang
Biologi, Pendidikan Kimia, atau sarjana diharapkan dari pembelajaran di sekolah
pendidikan lainnya yang mengajar di adalah agar siswa terampil berbicara.
SD. Bahkan guru yang berasal dari Keterampilanberbicara yang diharapkan
sarjana ilmu murni atau non- adalah kemampuan mengungkapkan
pendapat, ide, gagasan, pemikiran, atau dimaksudkan dalam tulisan ini tidak
perasaannya di muka umum dalam dimiliki oleh setiap orang. Untuk
bahasa Indonesia yang baik dan benar. memperoleh kemampuan tersebut harus
Kemampuan berbicara dalam segala melalui segala bentuk ujian dalam
situasi inilah yang belum dimiliki oleh bentuk latihan dan pengarahan atau
sebagian besar masyarakat Indonesia. bimbingan yang intensif (Maidar G.
Persoalan paling serius pada Arsjad dan Mukti U.S., 1991: 1).
siswa kita dalam bidang berbicara saat
ini adalah jika mereka diminta berbicara C. Materi danTeknik Pembelajaran
di depan umum, mereka akan diam dan Berbicara
garuk-garuk kepala. Akan tetapi, jika Materi pembelajaran berbicara
diminta diam mereka malahanakan yang akan diajarkan di sekolah adalah
berbicara (berbisik-bisik) dengan kegiatan berbicarabukan teori-teori
temannya. Mereka akan berbicara berbicara. Kundharu Saddhono dan St.
dengan teman atau orang-orang di Y. Slamet (2012:59) mencatat bahwa
sekelilingnya. Kondisi yang demikian materi pembelajaran berbicara yang
dijumpai tidak hanya pada siswa-siswi tertera dalam kurikulum mencakup
saja, Kondisi seperti itu juga kerap kegiatan, (1) berceramah, (2) berdebat,
ditemukan di kalangan orang dewasa. (3) bercakap-cakap, (4) berkhotbah, (5)
Bangsa kita tidak mampu berbicara di bertelepon, (6) bercerita, (7) berpidato,
depan umum dengan baik. (8) bertukar pikiran, (9) bertanya, (10)
Orang Indonesia memang sanggup bermain peran, (11) berwawancara, (12)
mengomentari segala hal, akan tetapi berdiskusi, (13) berkampanye, (14)
jika diminta menyampaikan komentar di menyampaikan sambutan, selamat,
muka umum,hanya sedikit yang pesan, (15) melaporkan, (16)
sanggup. Sesuai dengan hal tersebut di menanggapi, (17) menyanggah
atas, maka dapat dinyatakan bahwa pendapat, (18) menolak permintaan,
kemampuan berbicara yang dimiliki tawaran, ajakan, (19) menjawab
oleh siswa kita adalah kemampuan pertanyaan, (20) menyatakan sikap, (21)
berbicara nonformal atau dengan istilah menginformasikan, (22) membahasa,
yang lebih populer disebut kemampuan (23) melisankan isi drama, (24)
ngerumpi. Kalau ngerumpi, orang menguraikan cara membuat sesuatu,
Indonesia memang ahlinya. Orang (25) menawarkan sesuatu, (26) meminta
Indonesia sanggup ngerumpi mulai jam maaf, (27) member petunjuk, (28)
7.00 sampai jam 19.00 tetapi ketika memperkenalkan diri, (29) menyapa,
diminta berbicara di muka umum hanya (30) mengajak, (31) mengundang, (32)
sebagian kecil yang mampu. memperingatkan, (33) mengoreksi, dan
Untuk penyampaian suatu (34) tanya-jawab.
ide/gagasan, pendapat, atau menjelasan Materi-materi di atas diajarkan
suatu permasalahan di depan umum, agar siswa mampu melakukan kegiatan-
tidak semua orang mampu kegiatan berbicara. Siswa dilatih supaya
melakukannya dengan baik. Dibutuhkan mampu berceramah, berdebat, bercakap-
suatu keterampilan atau kecakapan cakap, berkhotbah, bertelepon, bercerita,
mumpuni. Agar kemampuan berbicara berpidato, bertukar pikiran, bertanya,
dapat dimiliki oleh pembelajar bahasa bermain peran, berwawancara,
Indonesia maka dibutuhkan proses berdiskusi, berkampanye,
latihan yang cukup. Kemampuan menyampaikan sambutan,
berbicara bukanlah kemampuan genetik menyampaikan selamat, atau
yang diwariskan secara turun-temurun. menyampaikan pesan, melaporkan,
Akan tetapi, kemampuan berbicara yang menanggapi, menyanggah pendapat,

5
menolak permintaan, menolak tawaran, ada di gambar. Misalnya,Guru
atau menolak ajakan, menjawab meperlihatkan gambar “laptop” dan
pertanyaan, menyatakan sikap, bertanya “Ini gambar apa?” Siswa secara
menginformasikan, membahasa, serentak mengucapkan: ”itu gambar
melisankan isi drama, menguraikan cara laptop”. Cara ini dapat juga ditanyakan
membuat sesuatu, menawarkan sesuatu, secara satu persatu kepada siswa dengan
meminta maaf, memberi petunjuk, menunjukkan gambar atau benda yang
memperkenalkan diri, menyapa, berbeda kepada setiap siswa.
mengajak, mengundang,
memperingatkan, mengoreksi, dan 3.Metode Memerikan
tanya-jawab. Memerikan berarti menjelaskan
Yang terjadi dalam pembelajaran perincian suatu benda atau kegiatan.
berbicara di kebanyakan sekolah adalah Pemberian perincian dapat berupa
guru menyampaikan teori-teori struktur suatu benda atau langkah-
berbicara. Sebagai contoh, dalam langkah suatu kegiatan. Sebagai contoh,
mempelajari materi berpidato, siswa siswa disuruh memperhatikan suatu
disuguhi jenis-jenis berpidato, ada benda atau gambar. Selanjutnya siswa
pidato narasi, pidato argumentasi, pidato diminta memerikan atau membuat
deskripsi, dan pidato persuasi. Langkah- perincian tentang apa yang diperlihatkan
langkah berpidato, menentukan topik, guru kepada mereka. Misalnya, guru
mencari bahan pendukung, memperlihatkan “tiga alat tulis”. Maka
mempersiapkan naskah, dan metode siswa menyebutkan alat tulis dilihatnya,
berpidato, yaitu metode teks, metode “pensil, buku, penghapus”.
hafalan, dan metode serta merta. Hal-hal
seperti itu yang kebanyakan dijumpai di 4. Metode Mejawab Pertanyaan
sekolah-sekolah. Siswa tidak dilatih Metode ini memancing siswa
berpidato, dan lain-lain sesuai dengan untuk berani bertanya jawab. Misalnya,
materi di atas. guru dapat meminta seorang siswa untuk
Materi di atas dapat diajarkan memperkenalkan diri kepada siswa lain
dengan menerapkan metode-metode secara bergantian. Metode ini dapat juga
berikut yang sesuai dengan karakteristik dilakukan dengan cara guru mengajukan
pembelajaran. Metode-metode yang sejumlah pertanyaan kepda siswa
dapat diterapkan dalam pembelajaran tentang nama, alamat, atau hobi masing-
berbicara adalah: masing siswa. Setiap siswa diharapkan
1. Metode Ulang Ucap dapat menjawab setiap pertanyaan guru.
Penerapan metode ulang ucap 5. Metode Bertanya
dilakukan guru memperdengarkan Metode bertanya dapat dilakukan
suaranya sendiri atau rekaman suara dengan caranya meminta siswa
tertentu kepada siswa.Kemudian siswa mengajukan pertanyaan berbagai hal
diminta mengucapkan kembali sesuai tentang suatu benda, di antaranya
dengan model suara yang didengarnya. mengenai gunanya, cara membuat
Suara yang diperdengarkan boleh berupa dimana benda itu, dijualnya dimana,
kalimat sederhana, misalnya: Guru“ini terbuat dari apa. Misalnya tentang
buku baru”. Selanjutnya siswa pensil,dimana pensil dibuat, dimana
mengulangi: Siswa ”ini buku baru”. dijual, dan apa kegunaannya. Untuk
2. Metode Lihat Ucap menerapkan metode ini, sebaiknya guru
Metode lihat ucap dilakukan terlebih memberikan contoh untuk
dengan cara guru memperlihatkan mengajukan pertanyaan.
gambar atau benda tertentu, lalu siswa 6.Metode Pertanyaan Menggali
diminta menyebutkan nama benda yang
Metode pertanyaan menggali
dapat dimanfaatkan untuk menggali,
mengetahui keluasan dan kedalaman 10.Metode Bermain Peran
pemahaman atau pengetahuan siswa Metode ini dapat dilakukan
terhadap suatu masalah atau hal. dengan cara menugaskan siswa
Misalnya, guru memperlihatkan sebuah memainkan peran dari salah seorang
benda kepada siswa.Kemudian guru tokoh terkenal. Jadi siswa diajarkan
menanyakan sejumlah per-tanyaan untuk bermain peran tentang peran
kepada siswa sehubungan dengan benda tokoh tersebut dan gaya bicaranya.
tersebut,sepertinya namanyadan Suyatno (2014:112 – 121)
kegunaannya. Selain itu, guru dapat juga mencatat dalam bukunya Teknik
menyanyakan materi pembelajaran yang Pembelajaran Bahasa dan Sastra bahwa
telah diikuti sebelumnya. Misalnya guru teknik pembelajaran berbicara dapat
dapat mengatakan, “Kemarin kita telah dilakukan dengan menggunakan teknik
belajar IPA dengan materi gaya. berikut.
Sebutkan jenis-jenis gaya yang kamu a. Wawancara
pelajari itu”. Metode ini dapat ditujukan b. Cerita Berpasangan
kepada siswa secara orang per orang. c. Pidato Tanpa Teks
d. Pidato dengan Teks
7.Metode Reka Cerita Gambar e. Mengomentari
Metode reka cerita gambar dapat Film/Sinetron/Cerpen/Novel
diterapkan dengan cara, guru f. Debat
memperlihatkan sebuah gambar atau g. Menjadi Pembawa Acara
serangkaian gambar. Siswa ditugaskan h. Memimpin Rapat
memperhatikan gambar i. Menerangkan Penggunaan
tersebut.Selanjut-nya, guru menyuruh Obat/Makanan/Minuman/Benda
siswa bercerita tetang gambar tersebut. lainnya
j. Bermain Peran
8.Metode Bercerita k. Info Berantai
Misalnya siswa disuruh bercerita l. Cerita Berangkai
tentang pengalamannya, kenangan atau
peristiwa yang pernah dialami atau D. Penilaian Keterampilan Berbicara
kejadian yang direkayasa. Misalnya, Keterampilan berbicara sangat
guru menyuruh seorang siswa di depan kompleks karena tidak hanya menuntut
kelas untuk menceritakan kegiatan pemahaman terhadap masalah yang
upacara bendera yang dilakukan pada akan diinformasikan, tetapi juga
hari Senin yang lewat. menuntut kemampuan menggunakan
perangkat kebahasaan dan non-
9.Metode Melaporkan kebahasaan. Oleh karena itu, banyak
Metode melaporkan dilakukan sekali aspek atau faktor yang harus
dengan cara menugaskan siswa untuk diidentifikasi dalam penilaian
melakukan melihat suatu peristiwa atau pembelajaran berbicara. Namun
kegiatan, misalnya melihat siswa kelas demikian, upaya melaksanakan
lain mengikuti pelajaran olah raga penilaian dalam pembelajaran berbicara
bermain kasti dilapangan. Kemudian harus digalakkan dan dilaksanakan
siswa membuat laporan tentang meskipun banyak kendalanya. Ada tiga
permainan kasti tersebut dengan jenis tes penilaian yang dapat
menyampaikan, berapa orang digunakan guru untuk mengukur
pemainnya, siapa saja yang bermain, tim kemampuan berbicara para siswanya,
siapa yang menang dan tim siapa yang yaitu, (1) tes respons terbatas ini
kalah. digunakan untuk mengukur

7
kemampuan berbicara siswa secara Tes berbicara dapat dilakukan
terbatas atau secara singkat, yang dengan berbagai cara, di antaranya tes
termasuk ke dalam jenis tes ini adalah jawaban terbatas, teknik terbimbing, dan
(a) tes respons terarah, siswa wawancara (Madsen,1983:12) tentu saja
dimintamenirukan isyarat yang semua itu dilaksanakan secara lisan dan
disampaikan gurunya, (b) tes isyarat individual. Namun, menurut Harris
atau penanda gambar tujuannya untuk (1974:136) dan Halim (1982) tes
mengetahui kemampuan berbica berbicara dapat juga dilaksanakan secara
siswanya pada kelas rendah dengan tertulis dengan bentuk objektif yang
menggunakan gambar sederhana dapat menunjukkan bukti-bukti tidak
sebagai dasar untuk bertanya, (c) tes langsung mengenai kemampuan
berbicara nyaring, guru meminta siswa berbicara seseorang. Hanya saja, tes
membaca dengan bersuara mengenai bentuk ini kurang valid.
kalimat atau paragraf yang disediakan Nurgiyantoro (1995) membagi tes
berupa kalimat-kalimat lepas dan berbicara berdasarkan kriteria, yaitu (1)
berupa sebuah paragraf yang utuh, (2) kriteria penyelenggaraan. Berdasarkan
tes terpandu, kadaang-kadang panduan kriteria penyelenggaraannya, tes
perlu diberikan guru untuk mendorong berbicara dibedakan menjadi dua, yakni:
siswa menampilkan kemampuan (a) tes berbicara secara terkendali, dan
berbicaranya. Tes terpandu meliputi tes (b) tes berbicara bebas. dan (2) kriteria
parafrase, tes penjelasan, dan tes tingkatan yang dites. Berdasarkan
bermain peran terpandu, (3) tes kriteria tingkatan yang dites, tes
wawancara ini tidak hanya sebatas berbicara dibedakan menjadi tiga, yakni:
menanyakan nama siswa, usia, (a) tes berbicara tingkat ingatan, (b) tes
pekerjaan kepada orang yang berbicara tingkat pemahaman, dan (c)
diwawancarai. Penilaian keterampilan tes berbicara tingkat penerapan.
berbicara dilaksanakan untuk Teknik penilaian yang dapat
mengetahui kemampuan pembelajar digunakan untuk menilai keberhasilan
dalam menggunakan bahasa secara berbicara siswa adalah dengan cara
lisan untuk menyampaikan pikiran, menugaskan kembali sesuai dengan apa
perasaan, dan keberadaannya. yang hendak dinilai. Beberapa contoh
Harris (1969), Halim (1982), dan tes berbicara yang dapat digunakan
Madsen (1983) dalam Supriyadi adalah.
(2012:14–5) menyatakan bahwa “tes 1) Mengucapkan huruf, nama, keadaan.
berbicara umumnya dianggap tes yang 2) Menceritakan kembali dialog, cerita,
paling sukar. Salah satu sebabnya adalah peristiwa yang didengar atau yang
bahwa hakikat keterampilan berbicara dibaca.
itu sendiri sukar didefinisikan. 3) Menceritakan gambar.
Pengalaman dalam kenyataan 4) Melakukan wawancara.
menunjukkan bahwa ada orang yang 5) Menyampaikan pengalaman,
disebut pendiam, ada juga yang banyak peristiwa, ilmu pengetahuan seecara
bicara, tetapi kalau berbicara, lisan.
kualitasnya ditinjau dari segi pilihan 6) Menjawab pertanyaan sederhana
kata, tata bahasa, dan penalarannya, dan komplek.
orang yang termasuk banyak bicara tadi 7) Bermain peran.
belum tentu lebih baik. Orang yang Dalam menilai keterampilan
pandai atau berpendidikan tinggi juga berbicara seseorang pada prinsipnya
belum tentu pembicaraannya lancar dan penilai harus memperha-tikan lima
mudah dipahami. faktor, yaitu.
a) Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vocal 5= Pelafalan fonem jelas, standar,
atau konsonan) diucapkan dengan danintonasi jelas.
tepat? 4= Pelafalan fonem jelas, standar,
b) Apakah pola-pola intonasi, naik dan dan intonasi kurang jelas.
turunnya suara serta rekaman suku 3= Pelafalan fonem kurang jelas,
kata memuaskan? terpengaruh dialek, dan intonasi
c) Apakah ketepatan ucapan kurang tepat.
mencerminkan bahwa sang 2= Pelafalan fonem kurang jelas
pembicara tanpa referensi internal terpengaruh dialek, dan intonasi
memahami bahasa yang digunakan? tidak tepat.
d) Apakah kata-kata yang diucapkan itu 1= Pelafalan fonem tidak jelas,
dalam bentuk dan urutan yang tepat? banyak dipengaruhi dialek, dan
e) Sejauh manakah “kewajaran” dan intonasi tidak tepat.
“kelancaran” ataupun “ke-
nativespeaker-an” yang tecermin bila b. Kosakata
sesorang berbicara? 5 Penguasaan kata-kata, istilah, dan
Penilaian yang digunakan untuk = ungkapan yang tepat, sesuai dan
mengukur kemampuan berbicara siswa variatif.
dilakukan melalui tugas bercerita. Untuk 4 Penggunaan kata,
mengevaluasi kemampuan berbicara = istilahdannungkapankurangtepat,
siswa dibutuhkan format penilaian kurangsesuaimeskipunvariatif.
berbicara. Berikut merupakan format 3 Penggunaan kata, istilah dan
penilaian berbicara/bercerita yang = ungkapankurang dan
dimodifikasi dari penilaian Jakovits dan kurangsesuaisertakurangbervari
Gordon (Nurgiyantoro, 2001:290). atif.
2 Penggunaan kata, istilah dan
Format Penilaian Berpidato = ungkapankurangtepat, kurangsesuai
Nama : dan sangatterbatas.
Pengamat : 1 Penggunaan kata, istilah dan
Tanggal : = ungkapantidaktepat, tidaksesuai,
Hasil : dan sangatterbatas.
Komponen Skala Nilai Ketera
No
yang Dinilai 5 4 3 2 1 ngan c. Struktur
1. Lafal 5= Hampir tidak terjadi kesalahan
2. Kosakata struktur bahasa Indonesia dalam
3. Struktur pembicaraannya.
4. Materi 4= Sekali-kali terdapat kesalahan
5. Kelancaran struktur bahasa Indonesia dalam
6. Gaya pembicaraannya.
JumlahSkor 3= Kesalahan struktur terjadi bahasa
Indonesia dalam pembicaraannya
Untuk mengisi format penilaian berulang-ulang dan tetap
tersebut, guru cukup memberi tanda 2= Kesalahan struktur terjadi
chek list (√) pada kolom-kolom di berulang-ulang dan banyak
bawah angka-angka pada skala penilaian jenisnya.
sesuai dengan kriteria penilaian di 1= Kesalahan struktur banyak,
bawah ini. berulang-ulang sehingga
mengganggu pemahaman.
Kriteria Penilaian:
A. Aspek Kebahasaan B. Aspek Non-kebahasaan
a. Lafal a. Materi

9
5= Topik dan uraian sesuai, Skor Perolehan =
mendalam, mudah dipahami dan Skor keseluruhan yang didapat oleh
unsur wacana lengkap. seorang siswa pada semua aspek
4= Topik dan uraian sesuai, kuarang Skor Maksimum =
mendalam, agak sulit dipahami, Skor yang mungkin paling
unsur wacana tidak lengkap. banyak diperoleh setiap siswa.
3= topik dan uraian sesuai, kurang Skor maksimum ini diperoleh
mendalam, sulit dipahami, unsur dari skor paling tinggi dikalikan
wacana tidak lengkap. dengan jumlah komponen yang
2= topik dan uraian kurang sesuai, dinilai.
kurang mendalam, sulit Misalnya, seorang siswa mendapat skor 5
dipahami, unsur wacana tidak pada semua komponen yang dinilai,
lengkap. sedangkan komponen yang dinilai ada
1= topik dan uraian tidak sesuai, sebanayak 8. Maka skor maksimumnya
tidak mendalam, sulit dipahami, adalah 5 x 8 = 40
unsur wacana tidak lengkap. Contoh Nilai seorang siswa: Si A

b. Kelancaran
5=pembicaraanlancarsejalawalsampaiak
hir, jeda tepat.
4=Pembicaraanlancar, jeda kurangtepat.
3=Pembicaraanagaktersendat,
jedakurangtepat.
2=Pembicaraan sering tersendat, jeda
tidak tepat.
1=Pembicaraan tersendat-sendat, dan
jeda tidak tepat. Skorperolehansiswa si A adalah 21,
c. Gaya makanilainyaadalah
21
5= Gerakan, busanasantun, wajar, tepat, Nilai Berbicara = 30 x100
luwes.
4= Gerakan, busanasantun, wajar, tepat, = 70
kurangluwes.
Format skor penilaian, aspek yang
3= Gerakan, buasanasantun, wajar,
dinilai, dan jumlah aspek yang dinilai
kurangtepat, kurangluwes.
dapat diubah sesuai dengan keperluan
2= Gerakan, busanakurangsantun,
penilaian yang dilakukan. Misalnya
kurangwajar, kurangtepat,
untuk penilaian bercerita, guru dapat
kurangluwes.
membuat format penilaian seperti
1= Gerakan dan busanatidaksantun,
berikut.
tidakwajar, tidaktepat, dan
tidakluwes FORMAT PENILAIAN
Setelah kolom penskoran berbicara BERCERITA
siswa diisi sesuai dengan kriteria penilaian Nama :
yang telah disusun, selanjutnya mencari Kelas :
nilai akhir siswa dengan memasukkan hasil
skor tersebut ke dalam

Skor Perolehan
Nilai Berbicara = x100
Skor Maksimum

Keterangan:
Daftar Pustaka

Hafizah. 2008. Peningkatan


Kemampuan Berbicara-
Menyimak dengan Metode
DuNdong BerABe.
http://haveza.multiply.com/jour
nal/item/26 (Diakses, 26
Nopember 2017. 15.45 WIB).

Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S.. 1991.


Untuk keperluan penilaian siswa satu Pembinaan Kemampuan
kelas yang jumlahnya banyak, guru Berbicara Bahasa Indonesia.
dapat membuat format penilaian berikut: Jakarta: Erlangga.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Penilaian


dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet.


2012. Meningkatkan
E. Penutup
Keterampilan Berbahasa
Pembelajaran berbicara sudah
Indonesia (Teori dan
sepatutnya diajarkan sesuai tuntutan
Aplikasi). Bandung: Karya
kurikulum. Pembelajaran berbicara tidak
Putra Darwati.
perlu lagi diabaikan supaya siswa-siswa
yang belum terampil berbicara dapat Sarono. 2002. “Keterampilan
terampil setelah menyelesaikan Berbicara.” Makalah
studinya. Pembelajaran berbicara disajikan dalam Pelatihan
bukanlah pembelajaran yang sia-sia Guru Sekolah Dasar Mata
dilakukan. Pembelajaran ini sangat Pelajaran Bahasa Indonesia”
bermakna jika dilaksanakan dengan Propinsi Jawa Tengah di
tepat. Semarang.
Untuk melaksanakan
pembelajaran berbicara dibutuhkan Suriyadi. 2013. Evaluasi Pembelajaran
kreatifitas guru untuk meodifikasi Bahasa Indonesia.
pembelajaran sesuai dengan kondisis Gorontalo: Universitas
dan situasi sekolahnya. Pembelajaran Negeri Gorontalo Press.
berbicara di suatu tempat atau daerah
tidak dapat disamakan dengan Suyatno. 2014. Teknik Pembelajaran
pembelajaran di daerah tertentu. Bahasa dan Sastra.
Tulisan ini diharapkan dapat Surabaya: SIC.
menjadi penyegar pengetahuan guru-
guru yang hamper terlupakan Tarigan, Henry Guntur. 1983. Strategi
pemahamannta tentang materi, metode, Pengajaran dan Pembelajar
teknik, dan penilaian hasil pembelajaran an Berbahasa. Bandung:
berbicara. Semoga pembelajaran Angkasa.
berbicara tidak terabaikan lagi di
sekolah.

11

Anda mungkin juga menyukai