Anda di halaman 1dari 5

Nama : M.

Farhan Thariq

Nim : 11170360000041

Matkul : Filsafat Al-Qur’an

Prodi : Ilmu Hadis

Rangkuman : buku Fazlur Rahman (Tema-Tema pokok Al-Qur’an)

Al-qur’an sedikit sekali membahas tentang penciptaan alam. Menegenai


bagaimana penciptaan alam, al-Qur’an mengatakan bahwa alam diciptakan oleh Allah
dengan hanya mengatakan “jadilah!”. Oleh karena itu allah adalah pemilik mutlak dari
alam semesta yang tak dapat disangkal. Karena kekuasaan-Nya yang mutlak maka jika
Allah hendak menciptakan langit dan bumi, maka ia berkata kepada kedua seperti
dalam firman Allah:

‫ثم استوى إلى السماء وهي دخان فقال له ولألرض ائتيا طوعا أو كرها قالتا أتينا طائعين‬

Artinya:
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia
berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku
dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “kami datang dengan patuh.”
Itulah mengapa dalam penciptaan alam oleh Allah maka alam itu sendiri akan
otomatis akan menuruti perintah dari Allah. Berbeda dengan manusia yang dapat
mentaati atau mengingkari Allah.

Perbedaan yang terpenting dari Allah dengan ciptaanya adalah jika Allah tak
terhingga dan mutlak maka ciptaanya memiliki “ukuran” (qada qadar dan taqdir). Jika
sesuatu ciptaan melanggar hukumnya atau melampaui ukurannya, maka alam semesta
akan menjadi kacau.

Dalam ini harus kita camkan bahwa setiap “ukuran” memiliki bias holistik
seperti pola-pola , watak-watak, dan kecenderungan. Pada level holistik Qadar atau
“ukuran” ini juga berlaku bagi tingkahlaku moral manusia secara definitif memiliki
kemerdekaan bagi dirinya. Misal hukuman yang dilakukan oleh manusia didalam dunia
adalah kebebasan yang diberikan oleh Allah kepada manusia di dunia, namun hukum
di hari akhir adalah hukuman yang dikenakan pada setiap individu manusia. Perbedaan
anatara keduanya adalah jika manusia dan moralnya adalah kendak sendiri maka alam
tidak demikian.

Manusia seringkali meremehkan dan mengingkari Allah, karena menurut


pandangan mereka alam tercipta itu dengan sendirinya, bukan dari kehendak Allah.
Manusia tidak menyadari bahwa semesta alam ini adalah sebuah petanda yang
menunjukan kepada sesuatu yang berada “di atasnya” dan tanpa sesuatu itu maka alam
semesta ini tidak akan tercipta.

Masalah pertama ialah karena manusia tidak memandang alam semesta yang
sudah sangat teratur ini sebagai petanda atau sebagai keajaiban. Namun mereka ingin
menyelingi atau menekan proses alamiah untuk menemukan keajaiban yang dilakukan
oleh Allah. Masalah yang kedua adalah bahwa alam yang sebagai petanda itu hilang
apabila “ditaruh di sisi” Allah, karena jika di sisi-Nya tak sesuatupun mempunyai
jaminan untuk ada dan bahwa dunia tempat manusia ini tidak berantakan. fuyfuue

Maka sebagai adanya Tuhan itu, jagad raya juga disebut sebagai ayat yang
menjadi sumber ajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran yang dapat diambil bagi
manusia terhadap alam ialah keserasian, keharmonisan, dan ketertiban. Hfghfd

Keharmonisa alam itu adalah sejalan dengan, serta disebabkan oleh, adanya
hukum yang menguasai alam, yang hukum tersebut ditaqdirkan oleh Allah demikian.
Dalam hal ini sepadan dengan penggunaan kata Sunnatullah dalam kehidupan manusia
ini. Taqdir digunakan dalam al-Qur’an ialah sebagai pemastian hukumm Allah untuk
alam ciptaan-Nya. Oleh karena itu, perjalanan pasti benda alam seperti matahari yang
beredar di orbitnya, bulan yang berubah menjadi sabit itu semua adalah disebut sebagai
taqdir Allah.

Doktrin kepastian hukum Allah untuk alam semesta disebut sebagai taqdir itu
juga dinamakan qadar( ukuran yang persis dan pasti). Karena itu salah atu makna
beriman kepada taqdir dan qadar Tuhan, dalam penglihatan kosmologis ini, ialah
beriman kepada adanya hukum kepastian yang menguasai alam sebagai ketetapan dan
keputusan Allah yang tak bisa dilawan. Maka manusia tidak bisa tidak harus
memperhitungkan dan tunduk kepada hukum itu dalam amal perbuatannya.

Belaskasih Allah merupakan hal yang penting, didalam pengertian belaskasih


adalah sinonim dengan penciptaan. Walaupun dapat dikatakan alam bersifat otonom
yang berjalan menurut hukum yang telah Alah buat. Namun, kita juga tak bisa dapat
mengatakan bahwa alam ini berjalan dengan sesuai kehendaknya sendiri.

Alam semestea yang jika ditelusuri lebih dalam maka akal kita tidak dapat
menjangkaunya itu sudah semestinya menjadi penanda yang sangat nyata untuk
manusia dari Allah. Petanda yang sedemikian rupa ini dapat dikatakan sebagai petanda
yang “alamiah”. Namun, jika manusia tidak dapat melihat kebesaran Allah yang telah
ada maka Allah akan menyampingkan atau meniadakan kehebatan sebab-sebab
“alamiah” tersebut. Maka ketika itu terjadi petanda seperti banjir, gempa bumi,
tsunami, angin topan menjadi petanda yang sangat nyata untuk menyadarkan manusia
atas kesalahan yang sudah mereka perbuat agar kembali kejalan yang benar.

Disisi lain ada pula penanda lain yang dapat dikatakan sangat bertentangan
dengan hukum alam. Sebagai contoh, api yang sifatnya panas ketika api itu ingin
membakar nabi Ibrahim seketika itu pula api itu menjadi dingin dan api itu tidak
mematikan nabi Ibrahim. Contoh berikutnya adalah ketika nabi Musa melemarkan
tongkatnya dan bisa berubah menjadi ular. Yang semua kejadian ini dinamakan sebagai
“mukjizat” . penanda alam yang melawan hukum ini hanya diberikan kepada para
utusan Allah di bumi yaitu para nabi dan Rasul untuk membuktikan para umatnya agar
mereka dapat mempercayai apa yang dibawa para nabi dan Rasul Allah.

Mukjizat yang Allah berika kepada utusannya tidak akan terjadi apabila tidak
ada izin dan pertolongan dari Allah. Dan manusia ketika memnadang peristiwa alam
karena sebab alamiah saja, tanpa melibatkan Allah didalam peristiwa tersebut. Namun
jika melihat kejadian supranautral maka manusia akan melibatkan peristiwa tersebut
dengan Allah.

Walau sebuah petanda atau ayat didalam pengertian religius menunjuk kepada
sebab yang paling awal, sedang transisinya dengan pengertian bersifat rasional, namun
petanda tersebut bukan lah sebuah bukti rasional. dan untuk mengetahui dari petanda
selain akal peikiran yaitu kita harus memiliki keimanan. Maka dari itu para ilmuan
yang naturalis tidak memandang alam semesta sebagai petanda melainkan sebagai
sebuah realitas tertinggi.

Banyak manusia yang keras kepala sehingga petanda yang tak dapat diragukan
lagi ini pun tidak cukup kuat untuk mereka menjadi beriman, walaupun petanda ini
seharusnya lebih meyakinkan daripada ayat yang natural. Padahal sudah tentu sebuah
petanda ialah yang paling efektif bagi orang yang menyaksikan secara langsung.

Ayat ayat al-Quran juga adalah sebuah petanda, karena bersumber dari Tuhan
yang juga menciptakan alam semesta. Tetapi, al-Qur’an menamakan ayat-ayatnya
sebagai penjelas terhadap petanda-petanda yang telah Allah ciptakan. Namun
meanusia sedemikian keras menentang petanda yang tak dapat diragukan lagi sehingga
tidak cukup kuat untuk membuat mereka beriman. Namun petanda bayyinat ini lebih
efektif terhadap orang yang melihat secara langsung.

Al-Qur’an yang dibawa oleh nabi Muhammad adalah sebagai bentuk petanda
untuk para manusia agar mereka bisa beriman. Namun, yang diharapkan oleh orang
Makkah dan Yahudi waktu itu adalah kejadian yang supranatural seperti nabi-nabi
terdahulu. Namun al-Qur’an itu menjawab para penduduk Makkah dan yahudi bahwa
pada zaman dahulu para nabi telah menunjukan mukjizat kepada mereka seperti apa
yang mereka inginkan. Namun, mereka akan terus tetap menyangkalnya.

TANGGAPAN:

Setelah merangkum buku tema-tema pokok Al-Qur’an karya Fazlur rahman


saya setuju dengan pemaparan beliau mengenai bagaimana penciptaan alam semesta
yang begitu komprehensif.
Namun jiika dilihat dari kacamata pandang Ibn Ruysd bahwasanya alam itu
dibentuk dengan hal yang sudah ada sebelumnya yaitu air dan gas sesuai dengan ayat
yang dikutip oleh Fazlur Rahman itu sendiri. Dan Ibn Rusyd berpendapat bahwa alam
dari sisi unsurnya adalah bersifat kekal dari zaman lampau yaitu qadim.

Ibn rusyd berpegang dengan ayat:

‫فال تحسبن الله مخلف وعده رسوله إن الله عزيزذو انتقام‬

‫يوم تبدل االرض غير االرض والسموت وبرزوا لله الوحد القهار‬

Artinya:

Karena itu janganllah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-
Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai
pembalasan, (yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan
(demikian pula) langit, dan semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke
hadirat Allah yang Maha Esa lagi maha Perkasa. (Q.S Ibrahim: 47-48)

Dari ayat diatas Ibnu Ruysd berpendapat bahwa alam ini diwujudkan terus
menerus. Dengan kata lain alam adalah kekal, dengan demikian teori failasuf tentang
kekekalan alam tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’an. Apalagi tidak ada ayat
yang dengan tegas mengatakan bahwa alam diciptakan dari tiada menjadi ada.

Anda mungkin juga menyukai