Anda di halaman 1dari 8

-De liefdesbrief-

a.k.a love letter

....mogelijkheden die u niet klein krijgen, maken u groot....1)

Leiden – Amsterdam.

Siang itu setelah Narendra selesai mengurus permohonan cutinya, ia segera bergegas

pergi menuju Leiden Centraal. sambil berjalan kaki Narendra bisa melihat bunga-bunga

tulip yang sudah tumbuh semarak memenuhi taman-taman di kota Leiden. Tidak seperti dua

bulan terakhir ketika ia harus mengenakan berlapis-lapis mantel hangat agar terlindung dari

udara dingin, hari itu Narendra hanya mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih

dan celana katun, tentu saja karena udara di kota Leiden sekarang sudah mulai hangat,

mengingat hari itu sudah masuk minggu pertama bulan April atau lebih tepatnya kota Leiden

sedang menikmati indahnya musim semi.

Sesampainya Narendra di Leiden Centraal, ia langsung bergegas menuju platfrom

4B , dari sana ia hanya butuh waktu sekitar lima belas menit melewati leimuiderbrug untuk

bisa sampai di bandar udara internasional Schiphol. Sambil menenteng sebuah tas ransel yang

terbuat dari bahan kulit, Narendra tiba di bagian imigrasi, tidak banyak masalah berarti

yang ia hadapi ketika ia harus mengurus perijinannya di sana, karena selain menjadi urutan

keempat sebagai bandar udara tersibuk di Eropa, bandar udara internasional Schiphol juga

memang terkenal dengan sistem imigrasinya yang tidak ribet dan menyesatkan.

Sekitar pukul dua belas siang lebih lima menit tepatnya, Narendra sudah duduk

dengan nyaman di bangku penumpang pesawat Garuda Indonesia tujuan Cengkareng Jakarta.

Gemuruh suara mesin pesawat mulai terdengar, seorang pramugari dan pramugara nampak

sibuk memberikan panduan mengenai prosedur keselamatan apabila dalam perjalanan


mereka nanti tiba-tiba terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja Narendra tidak terlalu

memperhatikan arahan tersebut, sudah dua minggu ini pikirannya hanya berputar-putar pada

persoalan pelik yang tengah ia hadapi.

Sebenarnya ia tahu bahwa akar permasalahan tersebut adalah buah dari keegoisannya

sendiri. Selepas lulus dari salah satu perguruan tinggi di kota Padang, Narendra memutuskan

untuk mengejar beasiswa S2-nya di Leiden- Amsterdam, Meskipun jauh, Sebagai seorang

keturunan yang ada pertalian darah dengan sosok Hoessein Djajadinigrat2), Narendra tidak

bisa menolak panggilan hatinya untuk pergi ke negeri dimana buyut dari buyutnya itu

menimba ilmu, bukan hanya karena merasa bangga atas pencapaian buyutnya yang amat

terkenal sebagai intelektual asal Indonesia yang berpengaruh di negeri itu.

Narendra juga terpesona dengan keindahan kota Leiden, banyak hal tentang

Indonesia yang ia pelajari disana. tahun berganti tahun, musim berganti musim. Narendra

lulus dengan pencapaian akademik yang bisa dibilang tidak mengecewakan. Ia bahkan

mendapat tempat di kedutaan besar Indonesia untuk Amsterdam. Hari-harinya mulai

disibukkan dengan berbagai kegiatan kenegaraan, ia juga mulai aktif bekerja sebagai

wartawan harian lepas di salah satu redaksi surat kabar di kota Leiden.

Semua hal di hidup Narendra berjalan dengan sempurna, sampai dua minggu terakhir

ini, tiba-tiba ia mendapat kabar kurang mengenakkan dari Keumala. Keumala adalah seorang

teman dekatnya, wanita cantik dan cerdas yang ia kenal ketika mereka masih sama-sama

menimba ilmu di kota Padang. Tidak butuh waktu dan usaha yang lama bagi Narendra untuk

mendapatkan simpati Keumala. Rasa cintanya dibalas Keumala dengan tangan terbuka. Ia

bahkan tahu bahwa Keumala amat sangat mencintainya.

Sejak kepergian Narendra ke Leiden, baik Keulama maupun dirinya selalu berusaha

menyempatkan diri untuk saling bertukar kabar, bahkan ada satu waktu dimana Keumala

memberanikan diri datang ke Leiden untuk menemuinya sembari mengerjakan tugas akhir
kuliahnya. Hampir delapan tahun sudah hubungan mereka terjalin. Sebenarnya tidak pernah

satu hari pun Narendra melupakan Keumala. Tapi tentu saja, kadang ada saat-saat dimana ia

merasa bosan dan jenuh akan hubungan mereka. Jarak yang terlampau jauh dan kesibukkan

pekerjaan Narendra membuatnya mulai mengesampingkan urusan yang ada sangkut-pautnya

dengan Keumala. Narendra tidak menyadari bahwa ternyata rasa jenuhnya itu justru

membuahkan hasil yang tidak pernah ia harapkan.

Tiba-tiba saja Narendra menerima surat dari Keumala yang mampu meluluhlantahkan

perasaaannya. Dari surat yang ia terima itu, Narendra bisa merasakan betapa perempuan yang

amat sangat dicintainya, kini tengah merasa sangat putus asa. Maka tanpa pikir panjang lagi,

setelah Narendra menyelesaikan semua tugas dan pekerjaan di Leiden, ia segera mengambil

cuti dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia secepatnya.

Narendra tidak mau kehilangan orang yang sangat ia cintai. Pelita di hidupnya.

Sambil melihat ke arah jendela pesawat, pikiran Narendra pergi mencari sosok Keumala.

butuh waktu kurang lebih, sekitar empat belas jam agar ia bisa sampai di Cengkareng, dari

sana Narendra harus melanjutkan perjalanan lagi menuju kota Padang, mungkin butuh waktu

sekitar delapan jam lebih sampai ia bisa benar-benar tiba di kediaman Keumala.

Entah kenapa hari itu waktu jadi terasa begitu lambat, Narendra hanya bisa

mengumpat dirinya sendiri, tentu saja dengan hati berkecamuk hebat, ia takut jika ia tidak

punya cukup waktu. Sambil berupaya menenangkan diri, dibacanya lagi surat terakhir yang

ia terima dari Keumala.

“Narendra kekasihku....

Aku yakin beberapa minggu terakhir ini kau jadi tidak bisa berkonsentrasi pada

pekerjaanmu. itu bisa aku pahami dari pilihanmu yang tidak juga membalas surat-suratku

belakangan ini, maaf jika aku sudah membebanimu. Aku percaya bahwa kau tahu betapa
besar harapanku padamu, tapi ternyata harapanku itu tidak cukup kuat untuk melawan

takdir pilu yang akan segera menimpa kita. Dari surat-surat yang sudah aku kirimkan

sebelumnya, kau pasti sudah mengerti bahwa mak dang3) terus saja mendesakku agar

segera menikah. Tolong jangan salahkan tindakan mak dang, aku bisa mengerti

kekhawatirannya itu. Bukan hanya karena terlambatnya pernikahanku bisa menjadi

penghalang untuk kelancaran pernikahan Anida dan Safiya putrinya, jauh dari itu, aku tahu

bahwa ia hanya tidak ingin melihatku, kemanakan satu-satunya yang sangat ia kasihi

melebihi anaknya sendiri tidak juga kunjung menikah. kau tahu tidak seperti laki-laki,

perempuan punya masa yang tidak akan pernah bisa kembali. kau juga tahu betul semenjak

ayah meninggal, mak dang-lah yang membantu ibu membesarkanku. Apa-apa yang

menjadi keperluan ibu dan aku selalu dipenuhinya tanpa sedikit pun ia mengeluh. Kau pun

tahu kalau bukan karena mak dang tentu aku tidak akan pernah bisa mengapai mimpi ku

untuk menjadi seorang dokter. Bagaimanapun, kita tidak bisa memungkiri bahwa banyak

jasa mak dang atas keberlangsungan hidupku.

Narendra kekasihku..

Sebenarnya sudah sejak dua tahun lalu mak dang mulai mengkhawatirkan nasib

cintaku, ia sering sekali datang ke rumah untuk menunjukkan beberapa foto laki-laki, yang ia

pikir akan pantas mendampingiku, tapi waktu itu aku masih bisa menolak itikad baiknya,

karena kau masih sering mengirimkan kabarmu padaku, kau juga bahkan pernah sengaja

menyempatkan diri untuk pulang ke Indonesia supaya kita bisa bertemu. Kau juga tahu

bahwa aku sangat mencintaimu, bukan? aku tidak pernah lupa masa-masa indah kita di

Leiden. kota kesukaanmu, kota yang selalu kamu banggakan karena kedekatannya dengan

negeri kita. Aku bisa merasakan kedekatanmu dengan kota itu, ketika kau dengan sangat

antusias menceritakan tentang patung Hoessein Djajadinigrat, buyutmu padaku. Darimu


juga aku bisa mengetahui sesuatu yang lain tentang negeri yang sudah hampir tiga abad

lebih menjajah negeri kita. Kau tahu, di kamarku aku masih mengantung foto kita berdua

ketika kita sedang asyik menikmati hamparan bunga tulip di Keukenhof tiga tahun lalu,

melihat senyummu kala itu membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.

Sungguh, itu adalah kenangan yang sangat indah dan akan selalu aku hargai di sepanjang

kedekatan kita.

Narendra Kekasihku...

Maaf jika firasatku ini salah, itu bukan berarti bahwa aku mulai meragukan

kesungguhanmu padaku. tapi akhir-akhir ini, tiba-tiba aku merasa kau sudah tidak terlalu

peduli padaku, dari sekian banyak surat yang aku kirimkan untukmu, tidak ada satu pun

yang aku terima balasannya. “mungkin kau sibuk”, hanya itu kalimat yang selalu menjadi

penghiburanku. Tapi keadaan sekarang sudah berubah, dua hari lalu aku mendapat

panggilan telepon dari Safiya, ia menangis dan mengatakan bahwa tiba-tiba saja mak dang

jatuh pingsan di kamar mandi. Sebagai seorang dokter aku bisa tahu bahwa umur mak dang

sudah tidak akan lama lagi, dan satu-satunya hal yang ia inginkan saat ini adalah agar ia

bisa segera melihatku dan kedua putrinya menikah. Minggu depan, mak dang sudah

mengatur pertemuanku dengan seorang laki-laki pilihannya, seorang pengusaha batubara

asal Banyuasin. kau pasti tahu bahwa aku bukanlah orang yang mudah tertarik dengan

sesuatu yang bersifat materi, tapi jika semuanya lancar, maka tidak butuh waktu sampai

sebulan untuk kami melangsungkan pernikahan.

Narendra kekasihku...

Sungguh, Tidak ada niatanku untuk mendesakmu apalagi membuatmu merasa

terpojok dengan kabar yang aku sampaikan ini. apa yang aku lakukan ini adalah semata-
mata karena rasa hormatku padamu sebagai seorang teman yang pernah sangat dekat

denganku, dan selama delapan tahun kedekatan kita itu, kaulah yang paling hafal betul,

bahwa aku tidak lagi punya kuasa untuk menolak keinginannya..”

Dari kekasihmu.

Keumala.
Keterangan :

1) “Mogellijkheden die u niet klein krijgen, maken u groot” adalah sebuah pepatah asal Belanda

yang berarti bahwa ketika kita berani mengatasi sebuah kesulitan atau tantangan, bahkan

dalam kegagalanpun kita masih akan mendapatkan sebuah keberuntungan atau pembelajaran

berupa kebijaksanaan dan kebesaran jiwa.

2) Prof Dr. Hoessein Djajadinigrat adalah seorang pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar

doktor dan merupakan profesor pertama asal Indonesia. Kehebatan beliau tidak hanya di

apresiasi pemerintah Indonesia namun juga oleh negara Belanda, patung beliau dapat dilihat

hingga hari ini di Universitas Leiden. (keterikatan tokoh Narendra dengan Prof Dr. Hoessein

Djajadinigrat hanyalah fiktif untuk menguatkan karakter Narendra)

3) Panggilan kakak laki-laki dari ibu kandung (paman) di adat minang.


Biodata penulis

Nama Lengkap : Vera Rismaya

Nama pena : Rismayavera

Instagram : Rismayavera

Email : verairie22@gmail.com

Alamat : Jalan Halteu Utara Gg. Ikhlas Rt 03 Rw 11 kelurahan Dunguscariang

kecamatan Andir Kota Bandung

No. Whatsapp : 085974320169

Anda mungkin juga menyukai