Askep Gadar 3 Kel. 5
Askep Gadar 3 Kel. 5
ASKEP GADAR 3
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
VISI DAN MISI
VISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
MISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
i
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH ASKEP GADAR 3
SEMESTER : 7 (TUJUH)
Pembimbing Akademik,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah Askep Gadar 3 yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat Sistem Integumen: Toxic Epidermal Necrolysis”. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan modul ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Penulis
Kelompok 5
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
oleh alergi obat. TEN dipercaya merupakan immune-related cytotoxic reaction
yang menghancurkan keratinosit yang mengekspresikan sebagai antigen asing.
TEN menyerupai reaksi hipersensitivitas dengan karakteristik reaksi lambat pada
pajanan pertama dan reaksinya meningkat cepat pada pajanan ulang.
Adanya bukti yang mendukung beberapa jalur immunopatologik yang
mengacu pada apoptosis keratinosit, sebagai berikut:
1. Aktivasi Fas-ligand pada membran keratinosit death receptor–mediated
apoptosis.
2. Pelepasan protein dekstruktif (perforin and granzyme B) dari sitotoksik T
limfosit akibat interaksi dengan sel yang mengekspresikan major
histocompatability complex (MHC) class I.
3. Produksi berlebih dari T cell dan/atau macrophage-derived cytokines
(interferon-γ, tumor necrosis factor-α [TNF-α], and various interleukins).
4. Drug-induced secretion of granulysin dari CTLs, natural killer cells, dan
natural killer T cells.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan
tentang Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem Integumen:
Toxic Epidermal Necrolysis.
2. Tujuan khusus
6
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada Toxic
Epidermal Necrolysis.
D. Manfaat Penulisan
2. Penulis
Manfaat penulisan untuk menambah wawasan mengenai Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Pada Toxic Epidermal Necrolysis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Etiologi
Etiologinya sama dengan Syndrome Steven Johnson. NET juga dapat terjadi
akibat reaksi graft versus host.
1. Infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit).
2. Sepertiga kasus nekrolisis epidermal toksika disebabkan oleh suatu reaksi
terhadap suatu obat.
3. Obat yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah:
a. Penisilin, Allopurinol
b. Antibiotik yang mengandung sulfa
c. Makrolida
d. Quinolon
8
e. Barbiturat
f. Antikonvulsi (anti-kejang)
g. Obat anti peradangan non-steroid
F. Patofisiologi
A. Obat-obatan,
Kelainan Hipersensitifitas
Infeksi Virus,
Keganasan
Aktivasi S.Komplemen
Melepaskan
limfokin/sitotoksik
Degranulasi sel mast
Penghancuran sel-sel
Akumulasi netrofil
memfagositosis sel rusak
Reaksi peradangan
9
Resiko infeksi Ketidakseimbangan nutrisi Ansietas
kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit perawatan diri
G. Manifestasi Klinik
10
4. Mukosa pipi, bibir, konjungtiva, genitalia, anus Lesi eritem,
vesikel, erosi.
5. Onikolisis, alis, bulu mata rontok + epidermolisis kelopak mata.
6. KU buruk, suhu ↑, Kesadaran ↓.
7. Tanda Nikolsky (+): Jika daerah-daerah kulit yang tampak normal
diantara lesi-lesi digaruk, epidermis dengan mudah terkelupas dari
permukaannya.
8. Organ tbh: perdarah tr. GI, trakeitis, bronkopneumonia, udem paru,
emboli paru, ggg keseimbangan cairan & elektrolit, syok
hemodinamik & kegagalan ginjal.
9. Sebuah ruam papular atau makular yang “terbakar/nyeri” kemerah-
merahan dengan batas tidak tegas kemudian terbentuk membentang
mulai dari wajah sampai batang-tubuh atas. Pelepuhan terjadi dan
kemudian bergabung. Epidermis bisa terkelupas.
H. Pemeriksaan Penunjang
5. Pemeriksaan laboratorium:
a. Tidak terdapat tes laboratorium yang spesifik yang mengindikasi
Nekrolisis Epidermal Toksik.
b. Pemeriksaan darah ditemukan neutropenia (tidak digunakan sebagai
landasan prognostic).
c. Pemeriksaan elekrolit ditemukan proteinuria.
d. Pada pemeriksaan dapat membantu perencanaan dalam terapi
simtomatik dan terapi suportif.
6. Pemeriksaan Dermatopatologi terhadap hasil biopsi kulit:
a. Fase awal: Terdapat vakuolisasi dan nekrosis dari keratinosit pada
stratum basal dan apoptosis pada epidermis.
b. Fase laten: Nekrosis total pada pada lapisan epidermis dan terjadi
robekan sehingga epidermis lepas dengan lapisan subepidermal pada
membran basalis. Terdapat infiltrat limfosit yang tipis di dermis.
11
c. Tes enzim liver: untuk mengetahui apakah ada kerja enzim-enzim
liver efektif dalam metabolisme obat-obatan.
d. Pemeriksaan CD4 T limfosit pada fase akut, akan terjadi penurunan
karena adanya apoptosis.
e. Analisa histopatologik terhadap biopsi pada kulit, dihasilkan pada fase
awal terjadinya epidermolisis, dan sangat penting untuk menunjang
tegaknya diagnosis yang akurat dan terarah.
I. Komplikasi
J. Penatalaksanaan
12
Kemungkinan penggunaan immunoglobulin intravena, siklosporin,
plasmaferesis atau oksigen hiperbarik. Steroid sistemik tidak lagi
direkomendasikan.
1) Pengaturan keseimbangan cairan & elektrolit.
2) KS : deksametason : 20-30 mg/hr, i.v. dibagi 3-4 x/hr. Bl lesi baru
(-) ® dosis di ↓ scr cepat dg laju 4 x 0,5 mg/hr atau dg prednison 4-
5 mg/hr, oral ® di ↓ bertahap.
3) AB : th/ AB krn th/ KS dosis ↑, mgk ® infeksi/sepsis/tutup tanda
infeksi ® AB broad spectrum, bakterisidal & tdk ® rx alergi.
a) Sefotaksim : 3 x 1 gr/hr, i.v. (maks. 12 gr/hr) dibagi 3-4 x.
b) Gentamisin : 2 x 60 mg/hr, i.v.
c) Netilmisin sulfat : BB > 50 kg : 2 x 150 mg/hr, i.m. BB < / =
50 kg : 2 x 100 mg/hr,i.m. Rata2 : 4 – 6 mg/kgBB/hr.
d) AB dihentikan bl dosis prednison tlh mencapai 5 mg/hr &
tanda infeksi (-).
e) Infus dekstrosa 5 %, NaCl 0,9 %, Ringer laktat = 1: 1: 1.
f) Tujuan : Mengatur + mempertahankan keseimbangan cairan &
elektrolit.
13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1 Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur : sering terjadi pada anak-
anak di bawah 3 tahun, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,
pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,
hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
I Primary Survey
a) Airway
Jalan napas, adakah sumbatan jalan napas berupa sputum, lendir
atau pun darah yang ditandai oleh kesulitan bernapas atau suara
napas yang berbunyi (stridor, hoarness).
Intervensi :
1 Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
2 Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi
3 Ajarkan batuk efektif
4 Lakukan penghisapan (suction) bila klien tidak bisa
mengeluarkan lender
5 Tempatkan pasien pada resusitasi
6 Beri oksigen 4-6 L/menit dengan kanul sankup
7 Lakukkan tindakan kedaruratan jalan nafas agresif
b) Breathing
1 Klien sesak, batuk, mengi, tidak mampu menelan
2 Bunyi napas : gemerik (edema paru), stridor (edema laryngeal)
ronkhi (sekret jalan napas dalam)
3 Pernapasan menggunakan otot-otot pernapasan
14
4 Pernapasan cepat lebih dari 20 x/menit
5 Irama pernapasan regular/ ireguler
6 Refleks batuk ada
Intervensi :
Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi,
pemberian O2 3 – 5 ltr / menit harus dilakukan. Pada keadaan
yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi
perlu dipertimbangkan.
Pertahankan jalan napas melalui pemberian posisi yang tepat
(tinggikan kepala tempat tidur 15 – 30 derajat)
c) Circulation
1 Tekanan darah hipotensi
2 Takikardia
3 Disritmia, detak jantung tidak beraturan
4 Edema jaringan
5 Kulit dingin, pucat
6 Akral dingin
Intervensi :
Mengatur keseimbangan cairan atau elektrolit tubuh, karena
penderita sukar atau tidak dapat menelan makanan atau
minuman akibat adanya lesi oral dan tenggorokan serta
kesadaran penderita yang menurun. Infus yang diberikan
berupa glukosa 5% dan larutan Darrow.
d) Disability
1 Tingkat kesadaran
2 Gerakan ekstremitas
3 Glasgow Coma Scale (GCS)
4 Ukuran pupil dan respons pupil terhadap cahaya
e) Exposure
Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya
15
II Primary Secondary
1 Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga, alasan kenapa masuk rumah
sakit
2 Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa demam tinggi, malaise,
nyeri, batuk, pilek, Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah
pecah sehingga terjadi erosi yang luas, sering didapatkan purpura.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan
memakan makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi obat-
obatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga,
misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama.
3 Pemberian Sistem
a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, soporous sampai koma.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat, ruam di seluruh tubuh
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c. Eliminasi
Gejala: nyeri tekan perianal, nyeri.
d. Integritas ego
16
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau.
e. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, mual.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
Penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan
sternal, kram otot.
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri
sendiri.
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.
i. Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh.
penglihatan/kerusakan
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal
Tanda: demam, infeksi
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau
epistaksis
17
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan
invasi jaringan Papil edema dan eksoftalmus.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
18
dan jumlah obat
yang di konsumsi
6. Fasilitasi perubahan
pengobatan dengan
doker
2 Nyeri akut Kontrol Nyeri Managemet Nyeri
berhubungan Kriteria Hasil : 1. Lakukan pengkajian
dengan agens Mengenali kapan nyeri secara
pencedera nyeri terjadi komprehensif yang
biologis Menggunakan melewati lokasi,
teknik pencegahan karakteristik,
Menggunakan kualitas,
tindakan onset/durasi,
pengurangan frekuensi,beratnya
(nyeri) tanpa nyeri dan faktor
analgesik pencetus
Melaporkan 2. Observasi adanya
perubahan petunjuk nonverbal
terhadap gejala mengenai
nyeri pada ketidaknyaman
profesional terutama pada
kesehatan mereka yang tidak
Mengenali apa dapat berkomunikasi
yang terkait secara efektif
dengan gejala 3. Pastikan perawatan
nyeri analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang
ketat
4. Pilih dan
implementasikan
19
tindakan yang
beragam (misal,
farmakologi, non
farmakologi) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri,
sesuai dengan
kebutuhan
(Sumber: NIC & NOC edisi 2015-2017)
D. Implementasi
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tinjdakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
implementasinya sudah berhasil dicapai. (Ferry, 2009).
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
K. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, M. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
22