PASIEN DENGAN
HEPATITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima
agen virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan
sampai kronis dan vatal (Carpenito L. J, 1996 page 1332). Hepatitis adalah
keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau
alkohol (Dr. Jan Tambayong,2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.page
145) Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan
agen virus, obat, atau alkohol.
2. Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. page 485-488) :
Virus
Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol
sirosis.
Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis
toksik dan hepatitis akut.
3. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus
melalui cairan tubuh seperti darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah
virus hepatitis sampai di tubuh melalui peredaran darah akan menyerang hati
dan akan menyebabkan peradangan atau inflamasi pada hepar sehingga
menyebabkan kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim
hati dan menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi
kekebalan tubuh, adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan respon
imun seperti demam sehingga timbul hipertermi, respon imun yang timbul
kemudian mendukung respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung
terhadap antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang
terinfeksi sehingga hati menjadi edematosa (hepatomegali). Terjadinya
hepatomegali menimbulkan keluhan seperti nyeri abdomen pada kuadran
kanan atas, nyeri pada epigastrium, nyeri di hulu hati sehingga menimbulkan
perubahan kenyamanan dan perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat dan disertai dengan
hipermetabolik sehingga akan menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang
menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin,
tetapi bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna
gelap. Bilirubin terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran darah sehingga
terjadi kelebihan bilirubin dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya
ikterus pada sclera mata, kulit dan membran mukosa lainnya sehingga
menimbulkan kerusakan integritas jaringan. Pada kulit biasanya menyebabkan
terjadinya pruritus yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
kulit sebagian besar dari bilirubin terkonjugasi tersebut akan diekresikan
melalui ginjal sehinga warana urin menjadi berwarna sangat gelap.
4. Klasifikasi
Adapun 6 jenis hepatitis viral yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit. Page 485) :
1. Hepatitis A
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan
dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi
darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan
lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap
hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa
tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah
pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.
3. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan
paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor asimtomatik,
berbagi jarum dengan pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau
didapat dari tato.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang
tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis
B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang
ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan
dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G
6. Pemeriksaaan Fisik
Difokuskan pada bagian yang terganggu :
Mata
inspeksi : lihat perubahan sclera ikterus
Kulit
Inspeksi : lihat perubahan kulit ikterus
Abdomen
Inspeksi : apakah ada perubahan warna kulit dan luka
Perkusi : apakah ada massa
Palpasi : apakah ada pembesaran hepar dan nyeri tekan
Auskultasi : untuk mengetahui oeristaltik usus.
7. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat meningkat
1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat )
Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat
terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
8. Diagnosis
pada stadium pra ikterik, hepatitis dapat dikacaukan dengan penyakit infeksi
akut lain seperti appendiksitis akut/gastroenteritis akut
9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan
anggota keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap
HAV/HBV pada keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan
imunitas pasif terhadap infeksi, imunitas ini bersifat sementara.
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular
dan berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa
semua individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk
pekerja kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah,
divaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-
orang yang beresiko terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek
yang aktif secara seksual, pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan
bilirubin darah, kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali
normal tetapi bilirubin masih tinggi.
Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
Antibiotik jika diperlukan.
Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.
10. Komplikasi
Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan,
hipoglikemi, hipotensi dan sepsis
Sindroma Guilain Baire
Hepatitis kronik persisten
Hepatitis agresif
Perkembangan karsinoma hepato seluler
11. Prognosis
Menurut Dienstag J.L (2008), 95-99% dari pasien hepatitis yang akut, sembuh
secara total. Namun prognosis penyakit hepatitis memburuk pada pasien yang
mempunyai penyakit lain. Bagi pasien yang telah didiagnosa menderita
penyakit hepatitis yang kronis, prognosisnya baik jika pasien mendapat terapi
yang baik sehingga dapat memperbaiki kondisi pasien. Perubahan dari fase
akut ke fase kronik sangat bergantung pada umur pasien dan cara terinfeksi.
Prognosis memburuk pada pasien-pasien yang menderita sirosis hati.
Karsinoma hepar merupakan komplikasi tersering bagi infeksi VHB yang
kronik.
DO:
Mual
1. Penurunan
turgor kulit
2. Mukosa mulut Kekurangan volume
kering cairan
3. Kulit kering
mengeluh jika
makan nyeri di
uluhati
3 DS : Nyeri akut
Peradangan pada sel-sel hati
1. Pasien
mengeluh
nyeri di bagian Hati membesar,
perut kanan mendesak dan terjadi
demam
2. P = pasien
mengeluh nyeri
timbul jika Perut kuadran kanan atas
terasa nyeri, tidak
perut kuadran nyaman
atas di sentuh
Q = seperti Nyeri akut
tertusuk-tusuk
R = terjadi di
perut bagian
atas
S = dengan
skala 7 dari 10
T = setiap saat
DO :
1. Pasien tampak
meringis
2. Nadi meningkat
3. Respirasi
meningkat
3.INTERVENSI
Standar Luaran
Standar Diagnosa Standar Intervensi
Keperawatan
No Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
Indonesia
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
9 Hipovolemia SLKI Manajemen hypovolemia
Penyebab : Setelah diberikan Observasi
Kehilangan cairan intervensi selama … Periksa tanda dan
aktif x…. jam maka status gejala hypovolemia
Kegagalan cairan membaik, (mis. Frekuensi nadi
mekanisme regulasi dengan kriteria hasil : meningkat, nadi
Peningkatan Kekuatan nadi terba lemah,
permiabelitas kapiler meningkat tekanan darah
Kekurangan intake Turgor kulit menurun, tekanan
cairan meningkat nadi menyempit,
menurun Kolaborasi
meningkat Kolaborasi
tiba-tiba 0,4%)
Hipoalbuminemia Observasi
Monitor status
kardiopulmogonal
(frekuensi dan
kekuatan nadi,
frekuensi nafas, TD,
MAP)
Monitor status
oksigenasi
(oksimetri nadi,
AGD)
Monitor status
cairan (masukan dan
haluaran, turgor
kulit, CRT)
Periksa tingkat
kesadarajndan
respon pupil
Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanya
DOTS (deformity/
deformitas, open
wound/luka terbuka,
tenderness/nyeri
tekan,
swelling/bengkak
Terapeutik
Pertahankan jalan
nafas paten
Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Persiapkan intubasi
dan ventilasi
mekanis, jika perlu
Lakukan penekanan
langsung (direct
pressure) pada
perdarahan
eksternal
Berikan posisi syok
(modified
tredelenberg)
Pasang jalur IV
berukuran besar
(mis. 14 atau 16)
Pasang kateter urine
untuk menilai
produksi urine
Pasang selang
nasogastric untuk
dekompresi
lambung
Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian infus
cairan kristaloid 1-2
L pada dewasa
Kolaborasi
pemberian infus
cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
Kolaborasi
pemberian transfuse
darah, jika perlu
17 Nyeri akut SLKI: SIKI :
Penyebab :
1. Agen pencedra fisiologis
Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Pemantauan Cairan
Observasi
□ Monior frekuensi dan
kekuatan nadi
□ Monitor frekuensi
napas
□ Monitor tekanan
darah
□ Monitor berat badan
□ Monitor waktu
pengisian kapiler
□ Monitor elastisitas
turgor kulit
□ Monitor jumlah,
warna dan berat jenis
urine
□ Monitor kadar
albumin dan protein
total
□ Monitor pemeriksaan
serum (mis,
osmolaritas serum,
hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
□ Monitor intake dan
output cairan
□ Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
(mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan
darah menurun,
tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
□ Identifikasi tanda-
tanda hipervolemia
(mis, dispnea, edema
perifer, edema
anasarka, JVP
menigkat, CVP
menigkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
□ Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan (mis, prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
□ Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
□ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
□ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
□ Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal
Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill Company,1932-1948.