Anda di halaman 1dari 4

A.

Konsep dan Karakteristik Paradigma Qur’ani

Apa yang dimaksud dengan paradigma? Apa pula yang dimaksud paradigma
Qur’ani? Mengapa Al-Qur’an dijadikan paradigma untuk menghadapai pelbagai
persoalan?

Secara etimologis, kata paradigma berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya
adalah para dan digma. Para mengandung arti “di samping” sementara Digma
memiliki makna “sudut pandang”. Secara garis besar, paradigma merupakan cara
pandang dan cara berpikir tentang sebuah realitas. Adapun secara terminologis
paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan
konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan
menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode
keilmuan yang bisa dipercaya.

Menurut Kuntowijoyo (2008), Al-Qur’an mengandung muatan-muatan keilmuan


yang sangat layak untuk dijadikan sebuah paradigma dan akan memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan umat manusia. Kegiatan tersebut tentu saja akan
menjadi stimulus baru bagi munculnya alternatif kreatif ilmu pengetahuan.
Kuntowijoyo memaknai paradigma Qur’ani sebagai cara pandang, yakni cara
Alquran memandang semua realita.

Berikutnya, mengapa Al-Qur’an patut dijadikan sebagai paradigma? Apakah


cukup seorang akademisi muslimmemakai referensi dari bidang keilmuan
berdasarkan bidang yang ia geluti saat ini saja? Semua orang menyatakan bahwa
ada suatu keyakinan dalam hati orang-orang beriman, Al-Qur’an mengandung
gagasan yang sempurna mengenai kehidupan; Al-Qur’an mengandung suatu
gagasan murni yang bersifat metahistoris.
Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi kehidupan. Al-
Quran adalah sumber ajaran teologi, hukum, mistisisme, pemikiran,
pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspek-aspek lainnya. Tolak ukur benar /
salah, baik / buruk, dan indah / jelek adalah Al-Quran. Jika mencari sumber lain
dalam menentukan benar /salah, baik / buruk, dan indah / jelek, maka seseorang
diangap tidak konsisten dalam ber-Islam, suatu sikap hipokrit yang dalam
pandangan Al-Quran termasuk sikap tidak terpuji.

Untuk apa Al-Quran diturunkan? Apa tujuan Al-Quran diturunkan? Yusuf al-
Qaradawi menjelaskan bahwa tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh
motif, yaitu: 1) meluruskan akidah manusia, 2) meneguhkan kemuliaan manusia
dan hak-hak asasi manusia, 3) mengarahkan manusia untuk beribadah secara
baik dan benar kepada Allah, 4) mengajak manusia untuk menyucikan rohani, 5)
membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat
bagi perempuan, 6) membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan, dan ke
7) mengajak manusia agar saling menolong.

Lebih detailnya, jika kita amati dalam bagian yang berisi konsep-konsep hokum,
Al-Qur’an bermaksud membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai
ajaran Islam. Sedangkan dalam bagian yang berisi kisah-kisah historis, Al-Qur’an
ingin mengajak melakukan perenungan untuk memperoleh wisdom. Dengan
pendekatan sintetik dimaksudkan untuk menonjolkan nilai subjektif-normatifnya,
dengan tujuan mengembangkan perspektif etika dan moral individual.
Sedangkan dengan pendekatan analitik dimaksudkan untuk menterjemahkan
nilai-nilai normative ke dalam level objektif.
Namun, untuk dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai paradigma dan kemudian
merumuskan nilai-nilai normatifnya ke dalam teori-teori sosial, menurut
Kuntowijoyo, diperlukan adanya lima program reinterpretasi, yaitu:

1. Pengembangan penafsiran sosial structural lebih daripada penafsiran


individual ketika memahami ketentuan-ketentuan Al-Qur’an. Ketentuan
larangan berfoya-foya misalnya, bukan diarahkan kepada individualnya,
melainkan kepada struktur sosial yang menjadi penyebabnya.
2. Reorientasi cara berpikir dari subjektif ke objektif. Tujuan dilakukannya
reorientasi berpikir secara objektif ini adalah untuk menyuguhkan Islam
pada cita-cita objektifnya. Misalnya, zakat yang secara subjektif adalah
untuk membersih diri, tetapi juga untuk tercapainya kesejahteraan umat.
3. Mengubah Islam yang normative menjadi teoritis, misalnya konsep
fuqara dan masakin yang normative dapat diformulasikan menjadi teori-
teori sosial.
4. Mengubah pemahaman yang a historis menjadi historis. Kisah-kisah
dalam Al-Qur’an yang selama ini dipandang a historis, sebenarnya
menceritakan peristiwa yang benar-benar historis, seperti kaum tertindas
pada zaman Nabi Musa dan lain-lain.
5. Merumuskan formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi formulasi
yang spesifik dan empiris. Dalam hal konsep umum tentang kecaman
terhadap sirkulasi kekayaan yang hanya berputar pada orang-orang kaya
harus dapat diterjemahkan ke dalam formulasi-formulasi spesifik dan
empiris ke dalam realitas yang kita hadapi sekarang. Dengan
menterjemahkan pernyataan umum secara spesifik untuk menatap gejala
yang empiris, pemahaman terhadap Islam akan selalu menjadi
kontekstual, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran mengenai realitas
sosial dan pada gilirannya akan menyebabkan Islam menjadi agama yang
lebih mengakar di tengah gejolak sosial
Sumber Referensi

Ikhsan, Khairul. 2017. Membangun Kembali Paradigma Qur’ani di Bulan Suci.


http://tanjungpinangpos.id/membangun-kembali-paradigma-qurani-di-bulan-
suci/. (9 Juni 2017).

Abdussalam, A. Tanpa tahun. Paradigma Tauhid: Kajian Paradigma Alternatif


Dalam Pengembangan Ilmu dan Pembelajaran.

Aliyudin. 2016. Mewujudkan Paradigma Qur’ani.


https://aliyudinweb.wordpress.com/2016/12/17/mewujudkan-paradigma-
qurani/. (17 Desember 2016).

Abidin, Muhammad Z. 2016. Paradigma Islam Dalam Pembangunan Ilmu


Integralistik: Membaca Pemikiran Kuntowijoyo. Banjarmasin: IAIN Antasari Press.

Ulya, Azkiyatul. Tanpa tahun. Bagaimana Membangun Paradigma Qur’ani?


https://www.academia.edu/37463028/BAB_5_BAGAIMANA_MEMBANGUN_PA
RADIGMA_QURANI.

Izutsu, Toshihiko. 2003. Konsep-konsep Etika Religius dalam Al-Quran.


Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Hassan, Mohd K. 2010. A Return to the Qur’anic Paradigm of Development and
Integrated Knowledge: The Ulu al-Albab Model. (Desember 2010).
Wahyuddin dkk. 2019. Pendidikan Agama Islam, Membangun Karakter
Mahasiswa Unggul di Perguruan Tinggi. Surabaya: Litera Jannata Perkasa.

Anda mungkin juga menyukai