Konsep Dan Karakteristik Paradigma Qur'ani
Konsep Dan Karakteristik Paradigma Qur'ani
Apa yang dimaksud dengan paradigma? Apa pula yang dimaksud paradigma
Qur’ani? Mengapa Al-Qur’an dijadikan paradigma untuk menghadapai pelbagai
persoalan?
Secara etimologis, kata paradigma berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya
adalah para dan digma. Para mengandung arti “di samping” sementara Digma
memiliki makna “sudut pandang”. Secara garis besar, paradigma merupakan cara
pandang dan cara berpikir tentang sebuah realitas. Adapun secara terminologis
paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan
konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan
menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode
keilmuan yang bisa dipercaya.
Untuk apa Al-Quran diturunkan? Apa tujuan Al-Quran diturunkan? Yusuf al-
Qaradawi menjelaskan bahwa tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh
motif, yaitu: 1) meluruskan akidah manusia, 2) meneguhkan kemuliaan manusia
dan hak-hak asasi manusia, 3) mengarahkan manusia untuk beribadah secara
baik dan benar kepada Allah, 4) mengajak manusia untuk menyucikan rohani, 5)
membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat
bagi perempuan, 6) membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan, dan ke
7) mengajak manusia agar saling menolong.
Lebih detailnya, jika kita amati dalam bagian yang berisi konsep-konsep hokum,
Al-Qur’an bermaksud membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai
ajaran Islam. Sedangkan dalam bagian yang berisi kisah-kisah historis, Al-Qur’an
ingin mengajak melakukan perenungan untuk memperoleh wisdom. Dengan
pendekatan sintetik dimaksudkan untuk menonjolkan nilai subjektif-normatifnya,
dengan tujuan mengembangkan perspektif etika dan moral individual.
Sedangkan dengan pendekatan analitik dimaksudkan untuk menterjemahkan
nilai-nilai normative ke dalam level objektif.
Namun, untuk dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai paradigma dan kemudian
merumuskan nilai-nilai normatifnya ke dalam teori-teori sosial, menurut
Kuntowijoyo, diperlukan adanya lima program reinterpretasi, yaitu: