Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

(SPGDT)

Disusun oleh

BOB AFRINALDO

PUTRA 20100320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA 2016
1. Pengertian

SPGDT adalah sostem penanggulangan pasien gawat darurat terdiri

dari Pra RS, RS, dan antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang

menekankan time saving is lifi and limb saving  yang melibatkan masyarakat

umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan

komunikasi.

Menurut Depkes tahun 2006 dalam buku pedoman PPGD menyatakan

sistem Penanggulangan Gawat Terpadu adalah sistem yang merupakan

koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai

kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk

menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam

keadaan bencana maupun sehari - hari. pelayanan medis sistem ini terdiri

3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan antar RS dan memiliki 8

komponen yaitu :

a. Komponen/ Fase Deteksi

 b. Komponen/ Fase Supresi

c. Komponen/ Fase Pra Rumah Sakit

d. Komponen / Fase Rumah Sakit

e. Komponen/Fase Rehabilitasi

f. Komponen Penanggulangan Bencana

g. Komponen Evaluasi/”Quality Control”

h. Komponen Dana
2. Tujuan Sistem Penanggulangan Gawat Terpadu

SPGDT bertujuan untuk tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang

optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada

dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita

gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang

harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah

kematian atau cacat yang mungkin terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :

a. Penanggulangan penderita ditempat kejadian

 b. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke sarana

kesehatan yang lebih memadai

c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan

 penanggulangan penderita gawat darurat

d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.

e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat ditempat rujukan

(unit gawat darurat dan ICU).

f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat

3. Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Terpadu

A. Fase Deteksi

Fase ini dapat dideteksi dimana sering terjadi kecelakaan seperti

Kecelakaan Lalu Lintas (KLL), derah bekerja di pabrik yang

 berbahaya, tempat olahraga/main anak sekolah yang tidak memenuhi


syarat, di daerah mana sering terjadi tindak criminal, gedung umum

mana rawan terjadi rubuh/konstruksi tidak sesuai dengan kondisi

tanah, daerah mana rawan terjadi gempa.

B. Fase Supresi

Kalau kita dapat mendeteksi apa yang menyebabkan kecelakaan atau

diamana dapat terjadi bencana/korban maka kita dapat melakukan

supresi :

a. Perbaikan konstruksi jalan (Engineering)

 b. Pengetahuan peraturan lalu lintas (Enforcement)

c. Perbaikan kualitas helm

d. Pengetahuan undang - undang lalu lintas

e. Pengetahuan peraturan keselamatan kerja

f. Pengetatan peraturan keselamatan kerja

g. Peningkatan patrol keamanan

h. Membuat “Disaster Mapping”

C. Sistem Pelayanan Medik Pra Rumah Sakit

1) Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Orang Awam

dan Petugas Kesehatan (Sub - Sistem Ketenagaan)

Pada umumnya yang pertama menemukan penderita gawat

darurat ditempat musibah adalah masyarakat yang dikenal dengan

istilah orang awam. Oleh karena itu, sangatlah bermanfaat sekali


 bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan

dalam penanggulangan penderita gawat darurat.

a. Klasifikasi orang awam

Ditinjau dari segi peranan dalam masyarakat orang awam

dibagi 2 (dua) golongan :

1. Golongan awam biasa antara lain seperti, guru, pelajar,

ibu rumah tangga, petugas hotel dan lain - lain.

2. Golongan awam khusus antara lain :

a) Anggota polisi

 b) Petugas Dinas Pemadam Kebakaran

c) Satpam/hansip

d) Petugas DLLAJR

e) Petugas SAR (Search and Rescue)

f) Anggota pramuka (PMR)

Kemampuan penanggulangan penderita gawat darurat ( Basic

LifeSupport)  yang harus dimiliki oleh orang awam

adalah:

a) Cara meminta pertolongan

 b) Resusitasi kardiopulmoner sederhana

c) Cara menghentikan perdarahan

d) Cara memasang balut/bidai

e) Cara transportasi penderita gawat darurat


f) Tenaga perawat/ paramedic

2) Upaya Pelayanan Transportasi Penderita Gawat Darurat ( sub  – 

system Transportasi)

AGD 118, Basic Trauma And Cardiac Life Support

menguraikan bahwa tujuan transportasi adalah memindahkan

menderita gawat darurat dengan aman tanpa memperberat

keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai. Persyaratan

yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita gawat darurat

adalah :

1. Sebelum diangkat

a) Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah

ditanggulangi

 b) Perdarahan telah dihentikan

c) Luka-luka telah ditutup

d) Patah tulang telah difiksasi

2. Selama perjalanan, harus dimonitor kesadaran, pernapasan,

tekanan darah, denyut nadi dan keadaan luka

3. Ambulans gawat darurat harus mencapai tempat kejadian 6 -

8 menit supaya dapat mencegah kematian karena sumbatan

 jalan napas, henti napas, henti jantung, dan perdarahan

massif.
3) Upaya Pelayanan Komunikasi Medik untuk Penanggulangan

Penderita Gawat Darurat (Sub - Sistem Komunikasi)

Pada dasarnya pelayanan komunikasi di sektor kesehatan

terdiri dari:

a. Komunikasi Kesehatan

Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang

 pelayanan kesehatan di bidang administratif.

 b. Komunikasi Medis

Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang

 pelayanan kesehatan di bidang teknis - medis.

D. Fase Rumah Sakit

Di Indonesia terdapat sekitar 982 Rumah Sakit dengan UGD nya

dengan kualitas yang bebeda - beda dan tidak ada kerjasama/koordinasi

dalam penanggulanagn pendderita gawat darurat maupun

penanggulangan

 bencana. Di suatu daerah sebaiknya kerja sama antar rumah sakit dilaku 

kan dengan ”Regionalisasi”,  seperti urban, Trauma Center Level I

sebaiknya hanya satu dan biasanya adalah “Teaching Hospital” dimana

ada pendidikan specialis yang merupakan Recidency. Service dan juga

mempunyai tanggung jawab.

1) Upaya Pelayanan Penderita Gawat Darurat di Unit Gawat Darurat

Rumah Sakit (Sub - Sistem Pelayanan Gawat Darurat)


Seringkali Puskesmas berperan sebagai pos terdepan dalam

menanggulangi penderita sebelum memperoleh penanganan yang

memadai di rumah sakit. Oleh karena itu Puskesmas dalam wilayah

tertentu harus buka selama 24 jam dan mampu dalam melakukan hal

- hal dibawah ini :

a. Melakukan resusitasi dan “life support” 

 b. Melakukan rujukan penderita-penderita gawat darurat sesuai

dengan kemampuan

c. Menampung dan menanggulangi korban bencana

d. Melakukan komunikasi dengan pusat komunikasi dan rumah

sakit rujukan

e. Menanggulangi “false emergency” baik medical dan surgical

(bedah minor)

Puskesmas tersebut harus dilengkapi dengan laboratorium

untuk menunjang diagnostic. Seperti : Hb, Ht, leukosit, urine dan

gula darah. Tenaga yang harus dimiliki adalah : 1 dokter umum

dan paramedis (2 - 3 orang paramedis yang sudah mendapatkan

 pendidikan tertentu dalam PPGD).

Rumah sakit merupakan terakhir dalam menanggulangi

 penderita gawat darurat. Oleh karena itu fasilitas rumah sakit,

dilengkapi sedemikian rupa sehingga mampu menanggulangi

 penderita gawat darurat (“to save life and limd”).


Unit gawat darurat merupakan salah satu unit dirumah sakit

yang memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan

merupakan bagian dari rangkaian upaya penanggulangan penderita

gawat darurat yang perlu diorganisir.

Tidak semua rumah sakit harus mempunyai bagian gawat

darurat yang lengkap dengan tenaga memadai sampai peralatan

canggih, karena dengan demikian akan terjadi peghamburan dana

dan sarana. Oleh karena itu pengembangan unit gawat darurat harus

memperhatikan 2 (dua) aspek yaitu :

a. Sistem rujukan penderita gawat darurat.

 b. Beban kerja rumah sakit dalam menanggulangi penderita gawat

darurat

Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut, maka

kategorisasi (akreditasi) unit gawat darurat tidak selalu sesuai

dengan kelas rumah sakit yang bersasngkutan. Rumah sakit

tertentu dapat mengembangkan unit gawat darurat dengan

kategorisasi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kelas rumah

sakit tersebut.

2) Unit Pelayanan Intensif / ICU

ICU adalah ruang rawat rumah sakit dengan staf dan perlengkapan

khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, trauma

atau komplikasi yang mengancam jiwa.


E. Fase Rehabilitasi

Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan maupun bencana

harus dilakukan rehabilitasi secara mental maupun fisik sehingga

mereka dapat kemabli berfungsi di dalam kehidupan masyarakat.

F. SPGDT dalam Penanggulangan Bencana

Dalam penanggulangan bencana ada beberapa prinsip yang harus

disepakati :

a. Penanggulangan bencana adalah eskalasi penanggulangan gawat

darurat sehari – hari.

 b. Penanggulangan bencana tidak akan berhasil kalau penanggulanagn

gawat darurat sehari - hari buruk.

c. Bencana dapat terjadi di daerah “Urban” atau daerah “Rural”

Bencana dapat terjadi :

a. Di rumah sakitnya sendiri

a. Korban bencana di bawa ke UGD/RS

 b. Bencana dalam kota (Urban)

c. Bencana di luar (Rural)

d. Bencana di luar pulau (Regional)

e. Bencana Nasional

f. Bencana Huru - hara/Perang

Untuk daerah “Rural” tau diluar pulau maka sebaiknya didatangkan

 bantuan dari daerah “Urban” jika :


1. Tingkat Penanggulangan gawat darurat sehari - hari di bawah standar

nasional (Ada/tidaknya spesialis Empat Besar/Ahli Bedah)

2. Jumlah korban melebihi kemampuan petugas/ahli bedah

3. Bnatuan yang didatangkan adalah dengan memindahkan sarana:

a. PRA RS (AGD 118)

AGD 188 dalam keadaan bencana dapat berfungsi sebagai

a) Pengganti Puskesmas

 b) Kamar operasi bedah minor

 b. Unit AGD 118 dapat berfungsi sebagi RS lapangan

a) RS (UGD, Kamar Operasi, ICU, Farmasi, Rontgen,

Laboratorium, Dapaur, Satpam, dll)

Sistem SPGDT Pra Rumah Sakit(  Pre Hospital Emergency Medical

Servise) merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk membawa

 penderita GD ke suatu tempat penanganan yang definitf. Konsep AGD

118 adalah mendekatkan sarana GD ke penderita dan bukan penderita ke

sarana GD.

Dalam SPGDT pada fase pra rumah sakit ini juga termasuk

 pendiidkan, pelatihan dan pemberian sertifikat bagi personil yang terlibat

dalam sistem.Konsep utama SPGDT pra RS difokuskan pada kerangka

waktu penanggulangan pra RS yang dikenal sebagai “RESPONSE

TIME” (waktu tanggap).

SPGDT Pra RS dibagi dalam beberapa sub - sistem:


a. Akses

 b. Komunikasi

c. Penanggulangan di temapt kejadian

a) Ekstrikasi

 b) Resusitasi

c) Stabilitasi

d. Transportasi yang cepat ke Rumah Sakit yang sesuai

e. Pembentukan triase dan RS lapangan bila terjadi “Mass


Casualties:

 bencana atau peperangan

f. Pengaturan Personil

g. Pendidikan dan “Quality Improvement” (Gugus Kendali Mutu,

GKM)

h. Orgasnisasi dan Kelembagaan

4. Faktor yang Mempengaruhi SPGDT

Ada beberapa hal yang mempengaruhi SPGDT pada penanggulangan bencana

di Rumah Sakit, yaitu:

1. Akses

a. Telepon 118 untuk pertolongan GD Medik .

 b. Telepon 110 dan 113 untuk pertolongan kepolisian dan kebakaran.

2. Komunikasi

a. Masyarakat (minta tolong) ke system/akses

 b. Komunikasi antar lembaga/unit dalam SPGDT


a) “Alarm Center” yang bertugas sebagai pusat komunikasi

operasional SPGDT

 b) Mempunyai kemampuan secara local, nasional maupun

internasional

c) Design dari alarm center

d) Jenis alat komunikasi berupa radio, telpon, internet, dll

e) Bahasa menggunakan “Ten Code”

f) Bila terjadi bencana dibentuk : Outsid Command dan Onsite

Command

Kedua sistem komando ini mempunyai komunikasi dengan frekuensi

yang berbeda tetapi terkoordinasi

3. Penaggulangan di Tempat Kejadian

A. Awam/Awam Khusus

Penderita umumnya ditemukan oleh orang terdekat dapat

dikategorikan ebagai awam (guru sekolah, orang tua, supir

sekretaris dll) atau awam khusus (petugas pemadam kebakaran,

 pramuka, polisi, satpam dll) Kemampuan awam dan awam khusus

dalam hal :

a. Cara meminta tolong

 b. Bantuan Hidup Dasar (BLS)

c. Mengkontrol pendarahan

d. Memasang pembalut dan bidai


e. Transportasi

B. Paramedik

keberhasilan Paramedik AGD 118 sangat ditentukan oleh waktu tanggap

( Response Time).Penanggulangan terdiri atas assessment,  bresusitasi,

ekstrikasi, stabilisasi. Keempat komponen penanggulangan ini dilakukan

secara simultan dengan prioritas ABC dengan selalu memperhatikan

tulang belakang.

4. Transportasi

A. Prinsip transportasi pra RS ialah untuk mengangkut penderita GD

dengan cepat dan aman ke RS/sarana yang sesuai, tercepat dan

terdekat.

B. Kendaraan ambulan darat/khusus dapat difungsikan sebagia

ambulan RS lapangan dan triase lapangan pada keadaan korban

masal atau bencana.

C. Ambulan sepeda motor:

D. Merupakan kedaran khusus bagi paramedic penolong yang menuju ke

lokasi penderita GD mendahului roda empat. Ambulan sepeda motor

ini harus dilengkapi perlatan resusitasi dan

tabilisasiyang“Portable”sesuai kemampuan/daya angkut sepeda

motor.

E. Puskesmas keliling dapat ditingkatkan menjadi ambulan untuk

 pelayanan AGD 118.


5. Personil

Jenis personil yang diikutsertakan adalah:

A. Dokter

B. Paramedik Tingkat I, II, III

C. Universitas

D. Perawat

E.  Non Medik: Administrator, mekanik, pekarya dll.

Paramedik Merupakan personil mutlak harus mempunyai

keterampilan dalam penanggulangan penderita GD pra RS (dan

kadang-kadang di UGD

6. Organisasi

Biasanya diperlukan waktu lebih dari 30 menit pada fase pra RS

sebelum tiba di UGD untuk tindakan pertolongan selanjutnya. Karena itu

dibuthkan organisasi yang baik di semua tingkat. Organsasi harus

menjamin kesiapan pelayanan 24 jam perhari secra terus - menerus.

Penilaian orgasnisasi yang baik dilihat dari waktu tanggap yang

 baik. AGD 118 di beberapa daerah mempunyai orgasnisasi yang

 bervariasi misalnya :

A. Yogyakarta : Dikoordinasi oleh PERSI cabang Yogyakarta

dengan “Alarm Center” ber p  usat di PMI cabang Yogyakarta.

B. Ujung Pandang : Dikoordinasi oleh RS Islam

C. Surabaya : Dikoordinasi oleh RS Dr. Soetomo


D. Jakarta :merupakan yayasan AGD 118 langsung di bawah

koordinasi IKABI Pusat Yayasan AGD 118 merupakan

organisasi Tingkat Nasional yang mempunyai fungsi standard

yang harus diikuti oleh daerah namun diadaptasi sesuai dengan

kondisi setempat. Standard ini juga mencakup struktur

organisasi penataan personil, kurikulum pendidikan, standarisasi

 peralatan (medic dan non - medik), logo, seragam, “badge” dll.

7. Pendidikan dan Quality I mprovement 

Lembaga dari Pendidikan AGD adalah untuk:

A. Mendidik petugas paramedic dari lulusan SPK/AKPER untuk

menjadi paramedic. Lama pendidikan 2 - 3 tahun (120-300 jam

ditambah magang).

B. Mendidik perawat di bidang P3K, resusitasi, stabilisasi, evakuasi

darat, laut, udara, dan mengemudi.

C. Mendidik awam/awam khusus dalam bidang P3K dan cara meminta

tolong.

D. Menjalin hubungan dan “ Fellowship” dengan luar negeri untuk

 pendidikan “Paramedik”, kursus-kursus dll.

E. Membantu pelaksanaan pendidikan ATLS/ACLS bagi dokter -

dokter yang bekerja di UGD atau lembaga - lembaga GD lainnya di

seluruh Indonesia.

F. Menyediakan sarana pendidikan dan perawatnya.

Anda mungkin juga menyukai