DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
Kelas 01
b. Nilai Wajar
Nilai wajar mencerminkan nilai utang saat ini. Tingkat suku bunga kini
dicerminkan oleh nilai wajar yang menyimpang dari biaya perolehan,
namun berbeda dengan biaya diamortisasi lebih mencerminkan tingkat
suku bunga saat penerbitan. Jika dalam kondisi nomal, nilai wajar berguna
untuk mengukur nilai likuidasi hutang hingga jatuh tempo.
c. Feture Debt Retrement
Seorang analis secara rutin harus memeriksa jadwal pembayaran hutang
yang dimiliki. Awalnya hal ini dapat membantu peramalan arus kas.
Namun pada tingkat yang lebih tinggi, seorang analis dituntut untuk
mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya ketika
jatuh tempo. Biasanya perusahaan membayar utang jatuh tempo dengan
pinjaman segar dari pihak lain. Sebagai seorang analis tidak hanya
berhenti berfikir sampai disitu bahwa utang tersebut akan di biayai
kembali, terutama bagi perusahaan yang memiliki keuangan yang tidak
sehat. Perusahaan yang mengalami tunggakan sering melakukan negosiasi
untuk memperpanjang jatuh tempo, renegosisasi inilah yang memakan
biaya lebih besar dalam bentuk suku bunga yang lebih tinggi.
- Pengungkapan Sewa
Dalam aturan akuntansi perusahaan dengan capital lease mewajibkan untuk
melaporkan asset dan kewajiban sewa dalam neraca. Disisi lain perusahaan harus
terbuka untuk komitmen sewa dimasa mendatang untuk capital lease dan
operating lease yang tidak dapat dibatalkan. Tujuan dari pengungkapan ini untuk
tujuan analisis.
- Dampak Operating Lease
Standar akuntansi mengizinkan untuk menggunakan metode alternative untuk
mencerminkan perbedaan ekonomi yang berkaitan dengan transaksi sewa, namun
kebijakan tersebut sering disalahgunakan oleh penyewa yang menyusun kotrak
sewa sehingga mereka dapat menggunakan metode operating lease. Dampak
lainnya adalah mengurangi kegunaan dari laporan keuangan karena proporsi
capital lease dan operating lease akan berbeda-beda disetiap perusahaan, Berikut
merupakan dampak dari operating lease terhadap neraca dan laba rugi :
1) Kewajiban yang disajikan lebih rendah dari yang seharusnya, karena tidak
menyajikan pendanaan sewa.
2) Aset yang disajikan lebih rendah dari yang seharusnya, hal ini dapat
meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi dan perputaran aset.
3) Operating lease menunda pengakuan dibandingkan dengan capital lease,
artinya dimasa awal sewa pendapatannya melonjak tinggi namun pada
akhir sewa pendapatannya menurun.
4) Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya
dengan tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun dalam neraca. Hal ini mengakibatkan rasio lancar dan
pengukuran likuiditas lainnya.
5) Operating lease memasukan bunga dalam beban sewa. Dengan demikian
operating lease menyajikan lebih rendah dari yang seharusnya laba oprasi
dan beban bunga. Ini menyebabkan naiknya coverage ratio seperti time
interest earned.
Kemampuan operating lease untuk meningkatkan rasio utama dalam anlisis kredit
dan analisis profitabilitas memberikan dorongan kepada penyewa untuk
melakukan pendanaan diluar neraca. Penyewa juga percaya dengan
mengklasifikasikan sewa sebagai operating lease akan membantu mereka dalam
pemenuhan perjanjian hutang dan meningkatkan prospek mereka untuk
mendapatkan dana tambahan.
Kontijensi lain yang perlu diawasi juga adalah cadangan untuk kerugian dimasa
depan. Didalam konservatisme akuntansi mewajibkan perusahaan mengakui
kerugian yang terjadi atau diramalkan. Namun perusahaan cenderung
mengestimasi lebih untuk kerugian kontijensi, hal ini disebut dengan mandi besar
dimana pencatatan kerugian atas pelepasan aset, relokasi dan penutupan pabrik.
Dengan mengestimasi lebih untuk kerugian akan menarik biaya masa depan ke
periode sekarang dan manajer dapat menggunakannya sebagai alat untuk
mengatur laba.
- Komitmen
Komitmen adalah potensi klaim atas sumber daya perusahaan atas kinerjanya
dimasa depan berdasarkan kontrak. Komitmen tidak diakui dalam laporan
keuangan karena komitmen diangkap sebagai kesepakatan yang bukan merupakan
transaksi tetap.
1. Penerbitan saham.
2. Konversi obligasi dan saham preferen.
3. Masalah berdasarkan dividen dan pembagian saham.
4. Masalah stok dalam akuisisi dan merger.
5. Masalah berdasarkan opsi saham dan waran yang dilaksanakan.
Aspek penting lain dari analisis modal adalah adanya opsi lain yang menyebabkan
jumlah saham yang beredar meningkat dan dapat melemahkan kepemilikan. Opsi ini
termasuk:
a. Saham preferen merupakan salah satu bentuk saham yang memiliki fitur yang
tidak dimiliki oleh saham biasa. Saham preferen memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Prioritas atas pembagian dividen daripada pemegang saham biasa, termasuk hak
partisipasi dan dividen kumulatif. Hak partisipasi merupakan hak untuk
mendapatkan tambahan dividen apabila masih terdapat kelebihan dividen setelah
dibagi kepada pemegang saham preferen dan bias. Hak kumulatif merupakan hak
untuk mendapatkan dividen setiap tahun dengan mengabaikan kondisi perusahaan
apakah dalam kondisi laba atau rugi (memiliki jumlah deviden tetap), dan jika
perusahaan memiliki hutang dividen kepada pemegang saham preferen, maka
perusahaan wajib membayarkan dividen terutang tersebut sebelum membagikan
dividen kepada pemegang saham preferen dan pemegang saham biasa.
Prioritas atas likuidasi, karena sering kali selisih antara nilai nominal dan nilai
likuidasi saham preferen bisa besar.
Dapat dikonversi menjadi saham biasa
Tidak memiliki hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
Adanya harga pembelian kembali
Saham preferen juga disebut dengan surat berharga hybrid, karena saham preferen
memiliki karakteristik gabungan yakni saham biasa dan obligasi. Saham preferen
dan saham biasa sama-sama tidak memiliki tanggal jatuh tempo pembayaran, namun
saham preferen memiliki jumlah dividen yang tetap (tidak dipengaruhi kondisi
perusahaan yang sedang dalam kondisi untung atau rugi), sama dengan obligasi yang
memiliki biaya bunga yang tetap dan harus dibayarkan.
b. Saham Biasa merupakan salah satu bentuk saham yang mencerminkan hak kepemilikan
serta memiliki risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja perusahaan. Saham
biasa memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tidak diprioritaskan dalam pembagian dividen, sehingga saham biasa sering
disebut dengan bunga sisa
Memiliki suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
Dapat memiliki nilai nominal (nilai nominal yang ditentukan dalam anggaran
dasar perusahaan dan tidak mempunyai hubungan atau kaitan khusus dengan
kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan setelah pengeluaran saham
tersebut), jika tidak memiliki nilai nominal biasanya memiliki nilai yang
ditetapkan.
Modal saham yang ada pada laporan keuangan perlu dilakukan analisis. Namun, dalam
melakukan analisis terhadap modal saham, dibutuhkan informasi relevan. Informasi
tersebut harus berkaitan dengan komposisi ekuitas dan pembatas-pembatas yang berlaku.
Komposisi ekuitas menjadi bagian yang penting dalam analisis modal saham, sebab
komposisi ekuitas ini dapat mempengaruhi hak sisa atas saham biasa, serta hak, risiko,
dan pengembalian bagi investor ekuitas. Hak tersebut meliputi hak partisipasi dividen dan
hak konversi.
a. Untuk saham yang dibagi≥20% - 25% dari jumlahsaham beredar biasa disebut
dengan dividen saham kecil mencerminkan bahwa dividen saham dinilai sebesar
nilai pasar saat deklarasi
b. Untuk saham yang dibagi<25% dari jumlah saham beredar disebut dengan
dividen saham besar yang mencerminkan bahwa dividen saham dinilai pada
nilai nominalnya
Ada dua bentuk pembagian saham anak perusahaan kepada pemegang saham:
a. Spin-off
Pembagian saham anak perusahaan kepada pemegang saham perusahaan
induk. Perusahaan induk mendistribusikan kepemilikan saham anak
perusahaan kepada pemegang saham melalui dividen saham
b. Split-off
Pemegang saham yang ada membentuk perusahaan baru untuk mengambil alih
anak perusahaan dari perusahaan induk yang ada. Pemegang saham dari
perusahaan induk akan menerima saham dari anak perusahaan dengan
melakukan penukaran dari saham yang dimiliki pada perusahaan induk
Kerangka dasar akuntansi pensiun pertama kali oleh GAAP dan SFAS 87.
Yang menjadi fokus dari SFAS 87 adalah tercapainya ukuran biaya pensiun
yang stabil dan permanen, oleh karena itu beban pensiun yang termasuk dalam
laba bersih disebut dengan biaya pensiun periode bersih, Akuntansi pensiun
terkini SFAS 158 mengakui status pendanaan bagi program pensiun pada
neraca. Status pendanaan adalah perbedaan antara nilai pasar terkini aste
program pensiun dan kewajiban pensiun. SFAS 87 dan SFAS 158 mengakui
perataan biaya periodek pensiun bersih dalam laba, namun SFAS 87 tidak
mengakui status pendanaan dalam neraca, bahkan SFAS 87 hanya mengakui
akumulasi biaya periodik pensiun bersih dalam neraca sebagai akrual atau
biaya pensiun dibayar dimuka.
Perusahaan tidak melaporkan status pendanaan pada neraca ataupun
laporan laba/rugi. Tetapi manfaat pensiun harus diungkapkan secara
menyeluruh di catatan kaki. Catatan ini terdiri dari 5 bagian utama yaitu :
1. Penjelasan tentang posisi yang dilaporkan pada neraca
2. Detail biaya manfaat bersih periodic
3. Informasi terkait aktuaris dan asumsi lainnya
4. Informasi terkait alokasi aset dan kebijakan pendanaan
5. Kontribusi yang diharapkan di masa depan dan pembayaran manfaat
Informasi terkait jumlah yang dilaporkan di neraca terdiri dari dua bagian
yaitu :
1. Pergerakan aset dan obligasi manfaat pensiun serta penentuan status
pendanaan.
2. Bagaimana manfaat dilaporkan dalam neraca, termasuk dalam laba
komprehensif lain.
Jumlah kumulatif yang ditangguhkan (net gain/loss) yang merupakan
keseluruhan dari laba/rugi aktuaris dan perbedaan antara pengembalian yang
diharapkan dengan pengembalian yang sebenarnya terhadap aset perusahaan
ditambahkan bersama. Jumlah tangguhan kolektif dan biaya jasa sebelumnya
dimasukan ke dalam ekuitas pemegang saham sebagai bagian dari akumulasi
laba komprehensif lainya.