Anda di halaman 1dari 32

TINJAUAN PUSTAKA STASE CEBIOR

GAUCHER DISEASE

DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERKAIT

Oleh :
Audric Komala

Pembimbing :
dr. Herniah Asti Wulanjani, Sp.PK

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


BAGIAN PATOLOGI KLINIK FK UNDIP
RS DR KARIADI SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan Tinjauan Pustaka:

Nama : dr. Audric Komala

Bagian : PPDS-1 Patologi Klinik


FK Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi, Semarang

Stase : CEBIOR

Judul : Gaucher Disease dan Pemeriksaan Laboratorium Terkait

Pembimbing,

dr. Herniah Asti Wulanjani, Sp.PK

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .............................................................................................. i


Lembar Pengesahan ................................................................................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Daftar Tabel .................................................................................................. iv
Daftar Gambar .............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
II. GAUCHER DISEASE ........................................................................... 4
2.1. Etiologi ..................................................................................... 4
2.2. Klasifikasi ................................................................................... 7
2.3. Gejala Klinis .............................................................................. 9
2.4 Patofisiologi .............................................................................. 13
2.5. Komplikasi dan Prognosis ......................................................... 16
2.6. Tata Laksana .............................................................................. 17
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ............................................... 19
3.1. Pemeriksaan Enzim Glucocerebrosidase ................................... 20
3.2. Pemeriksaan Molekuler ............................................................. 22
Daftar Pustaka ............................................................................................... 26

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Gaucher .......................................................... 9


Tabel 2. Manifestasi Klinis Penyakit Gaucher .............................................. 13
Tabel 3. Tabel 3. Identifikasi Genotipe .......................................................... 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peluang menderita penyakit Gaucher ...................................................... 5


Gambar 2. Lokasi Gen GBA (glucosidase beta acid) ................................................. 6
Gambar 3. Gejala Klinis Penyakit Gaucher pada Semua Kelompok Usia ...................... 10
Gambar 4. Gangguan Organ pada Penyakit Gaucher .......... ....................................... 11
Gambar 5. Sel Gaucher .............................................................. ............................... 12
Gambar 6. Metabolisme Glucosylceramide ................................................................. 15
Gambar 7. Gambaran Kontinu Penyakit Gaucher ....................................................... 16
Gambar 8. Reaksi Kinetik β-glucosidase pada 96 wells plate ................................... 21
Gambar 9. Prosedur Pos-Amplifikasi ......................................................................... 23
jenis kelamin ......................................................................................... 57
Gambar 10. Prosedur Pemindahan pada Plate Deteksi ................................................. 24
Gambar 11. Interpretasi Visual Genotipe ...................................................................... 25

v
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit Gaucher adalah penyakit genetik dengan kondisi substansi lemak


(sfingolipid) terakumulasi dalam sel ataupun organ-organ tertentu. Penyakit ini merupakan
bagian dari kelompok penyakit Lysosomal Storage Disease (LSD), suatu penyakit yang
diturunkan dan disebabkan oleh adanya defisiensi enzim spesifik yang dalam keadaan normal
dibutuhkan untuk memecah kompleks karbohidrat tertentu yaitu glikoasminoglikan (GAGs).
Apabila enzim spesifik dari lisosom tersebut tidak berada dalam jumlah yang mencukupi,
maka proses normal dari pemecahan GAGs menjadi tidak lengkap atau terhambat. Sel
kemudian tidak dapat mengekskresikan residu dari karbohidrat dan terakumulasi dalam
lisosom sel. Akumulasi tersebut akan mengganggu fungsi normal sel dan mengakibatkan
timbulnya gejala klinis LSD. Sekurang-kurangnya terdapat 50 tipe dan subtipe dari LSD
hingga saat ini dan bentuk yang paling umum dijumpai dalam kelompok ini ialah penyakit
Gaucher.1-3
Penyakit Gaucher (diucapkan sebagai “go-shay”) merupakan suatu penyakit kronik,
progresif, dan diturunkan secara genetik, yang mengakibatkan terjadinya defisiensi enzim
sehingga sejumlah besar substansi lemak atau lipid terakumulasi dalam tubuh. Lipid dan sel-
sel tua yang seharusnya dibuang dari tubuh menjadi terakumulasi dalam organ-organ tertentu,
seperti hati, limpa, paru, sistem limfatikus, dan tulang. Pada beberapa kasus yang relatif berat,
yang diderita oleh anak-anak di usia muda, sel-sel tua tersebut dapat terakumulasi pada
susunan saraf pusat. Enzim yang tidak bekerja dengan baik pada penyakit Gaucher adalah
glucocerebrosidase. Enzim ini memecah glucocerebroside, yaitu suatu substansi lemak yang
tersimpan dalam lisosom sel, suatu bangunan yang menyerupai kantung yang berada dalam
sel.3,4
Penyakit ini dinamakan sesuai dengan nama penemunya yakni Philippe Charles Ernest
Gaucher, seorang dokter berkebangsaan Perancis yang mendeskripsikan penyakit ini pertama
kali pada tahun 1882. Pada tahun tersebut dokter Philippe Charles Ernest Gaucher menjumpai
seorang wanita berusia 32 tahun dengan splenomegali dan sel-sel berukuran besar yang tidak

1
lazim dalam limpa, yang kemudian dinamainya sebagai “primary epithelioma of the spleen”.
Kelainan sistemik dari penyakit ini, riwayat genetik yang diturunkannya, serta varian lain
penyakit ini yang melibatkan visera, susunan saraf pusat, kemudian menjadi penelitian dan
pembahasan semenjak penemuan pertama tersebut. Penyakit ini merupakan penyakit LSD
pertama yang dapat dijelaskan dan menjadi prototipe deskripsi klinis serta berbagai perbedaan
fenotipe dari 50 lebih LSD.1,5,6
Beberapa persamaan istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan kelainan ini,
antara lain:
• cerebroside lipidosis syndrome
• Gaucher splenomegaly
• Gaucher syndrome
• glucocerebrosidase deficiency
• glucocerebrosidosis
• glucosylceramidase deficiency
• glucosylceramide beta-glucosidase deficiency
• glucosylceramide lipidosis
• glucosyl cerebroside lipidosis
• kerasin histiocytosis
• kerasin lipoidosis
• kerasin thesaurismosis
• lipoid histiocytosis (kerasin type)7

Penyakit Gaucher diperkirakan terjadi 1 dalam 50.000 hingga 100.000 orang pada
populasi umum. Tipe I adalah bentuk kelainan yang paling umum dijumpai; kelainan ini
terjadi lebih sering pada bangsa keturunan Yahudi Ashkenazi (timur dan tengah Eropa) dari
pada orang dengan latar belakang yang berbeda. Pada masyarakat Ashkenazi, insidens
meningkat sampai 1 dari 500 hingga 1.000 orang keturunan Yahudi Ashkenazi. Bentuk lain
dari penyakit Gaucher tidak umum dijumpai dan jarang terjadi pada keturunan Yahudi
Ashkenazi. Tingginya frekuensi penyakit Gaucher diantara populasi Ashkenazi, telah
mengakibatkan timbulnya kesalahan pengertian bahwa penyakit Gaucher merupakan
“penyakit genetik bangsa Yahudi”, tetapi pada kenyataannya, individu dengan latar belakang

2
dari berbagai etnis maupun ras, juga dapat menderita penyakit ini. National Gaucher
Foundation (Amerika Serikat) menyatakan bahwa insidens penyakit Gaucher sekitar satu dari
20.000 kelahiran hidup. Sekitar satu dari 100 orang dalam populasi umum di Amerika
merupakan karier terhadap penyakit Gaucher tipe I, yang berarti prevalensi penyakit ini
menjadi satu dari 40.000 orang. Diantara bangsa Yahudi Ashkenazi, jumlah rerata karier
termasuk tinggi, diperkirakan sebanyak satu dari 15 orang. Mengingat hal-hal tesebut, maka
pembahasan selanjutnya akan lebih ditekankan pada penyakit Gaucher.2,4,7

3
BAB II
GAUCHER DISEASE

2.1. Etiologi
Penyakit Gaucher merupakan penyakit gangguan metabolisme yang diturunkan.
Gangguan metabolisme yang diturunkan ini merupakan kondisi akibat gangguan fungsi
spesifik dari satu atau lebih berbagai proses kimia dalam tubuh. Walau setidaknya telah
diketahui 34 mutasi yang telah diketahui dapat menyebabkan penyakit Gaucher, terdapat 4
mutasi genetik yang dapat menyebabkan 95 % dari penyakit Gaucher pada populasi bangsa
Yahudi Ashkenazi, dan sebanyak 50 % penyakit Gaucher pada populasi umum.1
Karakteristik penampilan, bahkan termasuk penyakit genetik seseorang diwariskan
dari kedua orangtua pada anak-anaknya. Gen-gen untuk karakteristik tersebut diatur oleh 23
pasang kromosom. Gen-gen menyandi cetakan blueprint agar sel-sel tubuh dapat
menghasilkan protein yang sesuai, suatu struktur pembangun kehidupan. Seorang individu,
secara alamiah akan mewarisi satu kopi dari tiap gen yang dimiliki oleh masing-masing
orangtuanya. Gen yang menyandi glucocerebrosidase (sejenis protein) juga diwariskan dari
orangtua kepada anak-anaknya. Pada penyakit Gaucher, cetakan blueprint untuk
menghasilkan enzim glucocerebrosidase, mengalami gangguan. Akibatnya, enzim
glucocerebrosidase yang dihasilkan oleh gen yang mengalami gangguan, tidak dapat
berfungsi sebagaimana seharusnya.3
Kopi dari gen-gen untuk glucocerebrosidase dibawa oleh kromosom yang tidak
berperan dalam menentukan jenis kelamin. Akibatnya, gen glucocerebrosidase dapat
diwariskan kepada laki-laki maupun perempuan. Sepasang kromosom, yang dinamakan
kromosom sex, berbeda sedemikian rupa antara laki-laki dan perempuan sehingga
menentukan identitas jenis kelamin seseorang. Dua puluh dua pasang kromosom lain disebut
sebagai kromosom autosomal. Gen yang menyandi enzim glucocerebrosidase merupakan
salah satu pasangan dalam kromosom autosomal tersebut. Penyakit Gaucher adalah penyakit
yang tergolong kelainan resesif autosomal. Resesif berarti agar dapat berkembang menjadi
penyakit Gaucher, seseorang harus mewarisi dua kopi gen yang mengalami kelainan, masing-
masing satu dari kedua orangtuanya.3,7

4
Seseorang dengan satu gen normal dan satu gen yang mengalami gangguan dalam
menyandi enzim glucocerebrosidase dinamakan karier penyakit Gaucher. Individu tersebut
tidak akan kemudain menjadi penderita penyakit Gaucher selama satu dari dua gen untuk
glucocerebrosidase tersebut masih normal, sejumlah enzim glucocerebrosidase masih dapat
dihasilkan untuk mencegah glucocerebroside terakumulasi. Walau karier Gaucher tidak
memiliki gejala penyakit Gaucher, peluangnya adalah 50 % bahwa “gen Gaucher” akan
diwariskan kepada tiap anak-anaknya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seorang anak
akan menderita penyakit Gaucher hanya apabila ia mewarisi kedua gen yang mengalami
kelainan dari kedua orangtuanya.3

Gambar 1. Peluang Menderita Penyakit Gaucher3

Gen yang menjadi penyebab penyakit Gaucher adalah glucosidase beta acid (GBA).
Gen GBA terletak pada kromosom pertama, yang mengatur instruksi dalam pembuatan enzim
beta-glucocerebrosidase. Enzim ini aktif dalam lisosom dan memiliki massa sebesar 55,6 ribu
Dalton, serta panjang 497 asam amino. Beberapa nama lain yang sering digunakan untuk
menyebut gen GBA, yaitu:

5
• Acid beta-glucosidase
• Alglucerase
• beta-D-glucosyl-N-acylsphingosine glucohydrolase
• Beta-glucocerebrosidase
• D-Glucosyl-N-acylsphingosine glucosylhydrolase
• GBA1
• GLCM_HUMAN
• GLUC
• Glucocerebrosidase
• Glucocerebroside beta-Glucosidase
• glucosidase, beta; acid (includes glucosylceramidase)
• glucosphingosine glucosylhydrolase
• Glucosylceramidase
• Glucosylceramide beta-Glucosidase
• Imiglucerase 6,7

Sebanyak lebih dari 200 mutasi pada gen GBA telah dapat diidentifikasi pada orang
yang mendertia penyakit Gaucher. Dari 200 mutasi gen GBA yang telah dapat diidentifikasi
tersebut, terdapat 4 mutasi yang sering dijumpai ((N370S, L444P, 84GG, dAN IVS2) pada
populasi Yahudi Ashkenazi.7,8
Lokasi gen GBA secara sitogenetik adalah 1q21, yang berarti gen GBA berada pada
lengan panjang (q) dari kromosom 1 pada posisi 21. Lokasi molekuler pada kromosom 1 yaitu
pada pasangan basa 155,234,447 hingga pasangan basa 155,244,861.7,9

Gambar 2. Lokasi Gen GBA (glucosidase beta acid)7

6
2.2. Klasifikasi
Penyakit Gaucher dibedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan gejala klinis
tertentu, yakni tipe neuronopatik dan tipe non-neuronopatik. Pada kelompok non-
neuronopatik, organ dan jaringan yang terlibat relatif cukup banyak, tetapi bukan meliputi
susunan saraf pusat. Pada tipe neuronopatik, yang terkena adalah susunan saraf pusat.4,6
• Kelompok Non-neuronopatik – Penyakit Gaucher Tipe 1
Tipe 1 penyakit Gaucher merupakan kelompok yang paling sering dijumpai dan yang
tidak melibatkan susunan saraf pusat, sehingga dinamakan non-neuronopatik. Walau
penyakit Gaucher tipe 1 sering dikatakan sebagai “Penyakit Gaucher dewasa”, tetapi
pada kenyataannya, semua kelompok usia dapat menderita keadaan ini, dan pada
banyak kasus telah dilaporkan bahwa gejala awal timbul sebelum penderita beranjak
dewasa.4,6,10
Penyakit Gaucher tipe 1 memiliki tanda serta gejala klinis yang relatif cukup beragam.
Pada beberapa kasus, gejala sudah dimulai sejak masa kanak-kanak dan semakin parah
dengan berjalannya waktu. Pada kasus lain, gejala awal, baru dapat dikenali ketika
penderita memasuki usia dewasa. Bahkan terdapat kasus seseorang yang memiliki
kelainan gen glucocerebrosidase, tetapi tidak menujukkan gejala sama sekali. Pada
umumnya dapat disimpulkan bahwa semakin dini gejala penyakit Gaucher timbul,
akan semakin berat penyakit tersebut di kemudian hari, dan akan semakin berlangsung
dengan cepat dan berat bila tidak ditangani sejak dini.4,6,10
Gejala yang umum dijumpai pada penyakit Gaucher tipe 1 ialah pembesaran limpa.
Pembesaran limpa seringkali merupakan tanda yang pertama kali dijumpai ketika
kanak-kanak. Gejala yang mengenai sistem skeletal dapat timbul sewaktu-waktu, baik
itu pada masa dewasa maupun kanak-kanak. Gangguan pada sistem skeletal juga
relatif cukup sering dijumpai dan timbul pada cukup banyak pasien saat awal
diagnosis.4,6

• Kelompok Neuronopatik
Jika fungsi susunan saraf pusat terganggu oleh penyakit Gaucher, perjalanan penyakit
dapat timbul ketika usia dini dan dapat berlangsung dengan cepat sebagaimana

7
penyakit Gaucher tipe 2 atau neuronopatik yang berat, atau dapat juga berlangsung
semakin memburuk secara perlahan-lahan, sebagaimana penyakit Gaucher tipe 3.4,6

Penyakit Gaucher Tipe 2


Penyakit Gaucher tipe 2 sangat jarang terjadi dan merupakan bentuk penyakit
Gaucher yang berkembang dengan cepat, serta menyerang susunan saraf pusat, yang
mirip dengan tipe 1 yang juga menyerang organ. Penyakit Gaucher tipe 2 sebelumnya
dikenal dengan nama ”infantile Gaucher disease”, dengan ciri khas adanya gangguan
neurologis yang berat pada satu tahun pertama kehidupan. Kurang dari 1 dalam
100.000 kelahiran memiliki kemungkinan menderita tipe 2. Bentuk penyakit Gaucher
tipe ini tidak muncul pada kelompok etnis tertentu. Bayi dengan tipe 2 dapat tampak
normal pada bulan-bulan pertama kehidupan sebelum timbulnya gejala neurologis
serta banyak dari tanda dan gejala yang timbul berhubungan dengan tipe 1. Seorang
anak yang menderita penyakit Gaucher tipe 2, biasanya hidup tidak lebih dari usia 2
tahun akibat gangguan yang berat pada susunan saraf pusat. Kerusakan sistem saraf
menyebabkan hilangnya kendali pada gerakan mata, gerakan tangan dan kaki, dan
ketidakmampuan untuk minum atau menelan makanan.4,6

Penyakit Gaucher tipe 3


Pada awalnya tipe 3 disebut sebagai “Juvenile Gaucher disease”, dengan ciri khas
menyerang susunan saraf pusat secara perlahan-lahan, tetapi organ tubuh lain dalam
kondisi yang berat. Penyakit Gaucher tipe 3 juga termasuk sangat jarang dijumpai.
Walau tidak terbatas pada kelompok etnis tertentu, tetapi telah dilaporkan banyak
diderita di Swiss dan sejumlah besar kasus dibandingkan dengan populasi umum
terdapat di Spanyol dan Jepang.4,6
Tanda dan gejala penyakit Gaucher tipe 3 muncul pada awal masa kanak-kanak.
Selain menyerang susunan saraf pusat dengan perlahan, penyakit Gaucher tipe 3
memiliki tanda dan gejala yang sama dengan tipe 1. Bila disfungsi susunan saraf pusat
tidak terlalu tampak jelas pada saat diagnosis ditegakkan, penyakit Gaucher tipe 3
seolah menyerupai penyakit Gaucher tipe 1 non-neuronopatik. Diagnosis pasti hanya
bisa ditegakkan apabila telah timbul gejala neuronopatik dan gejala lain berkembang

8
serta pemeriksaan klinis. Pembesaran pada limpa dan hati penderita tipe 3 dapat
ditangani, tetapi kerusakan otak perlahan-lahan akan menurunkan kemampuan
koordisasi sistem organ. Gejalanya sama dengan tipe 2, tapi terjadi lebih lamban.
Seseorang dengan penyakit Gaucher tipe 3 yang dapat mencapai usia dewasa dapat
bertahan hidup hingga usia di atas 40 tahun.4,6

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Gaucher4


Non-neuronopatik Neuronopatik
Tipe
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
• Populasi umum
(1 : 40.000-60.000)
Prevalensi < 1 dalam 100.000 < 1 dalam 100.000
• Yahudi Ashkenazi
(1: 850)
Susunan saraf pusat Tidak Berat Sedang - berat
Onset gejala Semua usia 1 tahun pertama Kanak-kanak

2.3. Gejala Klinis


Gejala umum pada penyakit Gaucher ialah pembesaran pada organ, terutama limpa
dan liver. Pada tahap yang parah, pembesaran ini dapat menyebabkan organ pecah, dan
mengakibatkan komplikasi pada sistem pertahanan tubuh, sistem peredaran darah (anemia),
sistem pernafasan, dan sistem gerak (rusaknya sendi tulang).11
Pemeriksaan fisik pada tipe 1 biasanya mencakup adanya splenomegali. Pembesaran
limpa ini biasanya bisa terjadi hingga ujung limpa mencapai panggul. Memar di seoanjang
sisi bagian depan dari betis dan petechiae juga merupakan bukti bahwa pendertia mengalami
trombositopenia. Postur pendek serta kurus juga kadang ditemukan pada pasien dengan
organomegali yang realtif berat. Selain temuan-temuan ini, pasien dengan tipe 2 dan 3,
mungkin mengalami gangguan perkembangan, kelainan okulomotor maupun neuorologis.11
Pasien dengan derajat splenomegali yang tinggi, mengalami peningkatan ukuran limpa
dari 5 hingga 80 kali lipat bila dibandingkan dengan berat badan (rerata berat limpa adalah 0,2
% berat badan). Ukuran absolut limpa telah diketahui beragam, dari 300 gram hingga lebih
dari 10 Kg, terhitung hingga 25 % dari berat badan. Pembesaran dari limpa cenderung
berjalan dengan cepat pada anak-anak dengan penyakit Gaucher. Berbeda dengan proses yang

9
berjalan cepat pada orang dewasa, yang berarti adanya kemungkinan berhubungan dengan
penyakit terkait metabolisme yang cepat dari glikolipid seperti keganasan hematologi,
trombositopenia terkait proses imunologi, serta anemia hemolitik autoimun.11
Nodul-nodul pada permukaan limpa menunjukkan area hematopoiesis ekstramedular,
penimbunan sel-sel Gaucher, maupun perbaikan dari infark. Adanya infark lama cukup sering
dijumpai pada kasus-kasus dengan pembesaran limpa yang mencapai 20 kali lipat.
Kebanyakan dari infark limpa tersebut, tidak memberikan gejala klinis, namun infark
subkapsular dapat muncul berupa keluhan nyeri perut yang terlokalisasi. Perdarahan
intrakapsular juga mungkin dapat terjadi.11

Gambar 3. Gejala Klinis Penyakit Gaucher pada Semua Kelompok Usia12

Hepatomegali muncul pada lebih dari 50 % pasien dengan penyakit Gaucher tipe 1.
Dari sebanyak 88 pasien, volume liver beragam hingga 8,7 kali lipat dari ukuran berat normal
(normal berat liver adalah 2,5 % berat badan) dengan nilai tengah 1,75 %. Kadar
glucocerebrosidase liver, meningkat dari 23 hingga 389 kali lipat di atas nilai rujukan normal.

10
Pembesaran liver yang berat tersebut biasanya dapat teraba dengan jelas melalui palpasi
dengan permukaan yang tidak rata. Cirrhosis dan hipertensi portal jarang dijumpai tetapi
muncul pada sebagian kecil pasien dengan penyakit Gaucher. Kompresi sinusoid oleh sel-sel
Gaucher dapat meningkatkan peluang terjadinya hipertensi portal.11
Kematian akibat perdarahan varises juga dilaporkan, terutama dikarenakan terapi
enzim pengganti. Peningkatan kadar fungsi liver juga umum dijumpai, bahkan pada pasien
dengan derajat sedang, tetapi bila ditemukan adanya jaundice atau fungsi sintesis
hepatoseluler yang terganggu, maka hal ini merupakan indikator prognosis yang buruk.
Jaundice pada penderita penyakit Gaucher biasanya merupakan akibat dari infeksi, proses
hepatitis kronis, atau yang jarang dijumpai ialah sebagai akibat dekompensasi dari liver pada
stadium akhir. Adanya hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi diduga merupakan akibat dari
proses hemolisis.11

Gambar 4. Gangguan Organ pada Penyakit Gaucher;


A.Pingueculae Penyakit Gaucher (kuning kecoklatan di konjungtiva); B.Hepatosplenomegali;
C.Deformitas Erlenmeyer flask (infark multipel, penipisan korteks)13

Peningkatan kadar serum feritin kadang ditemukan pada penderita Gaucher, meskipun
demikian, kadar transferin biasanya tetap normal. Adanya sel Glycolipid-laden Gaucher pada

11
sinusoid merupakan bukti penyakit ini melalui biopsi liver, tetapi hepatosit tidak ditemukan
pada tempat penyimpanan glikolipid, hal tersebut mungkin dikarenakan ekskresi
glicocerebrosidase melalui sistem bilier dan metabolisme glikolipid eksogen, diatur oleh
sistem fagosit mononuklear. Masih adanya sel-sel liver sesuai dengan rendahnya insidens
gagal hati pada individu dengan penyakit Gaucher.11

Gambar 5. Sel Gaucher;


(A,C) Sel Gaucher (histiosit dengan gambaran seperti kulit bawang);
B.Biopsi dengan pewarnaan PAS; D.Histiosit dalam limpa13

Manifestasi sistem skeletal penyakit Gaucher bervariasi mulai dari tidak ada gejala.
Deformitas Erlenmeyer flask dari bagian distal tulang femur hingga fraktur patologis, kolaps
tulang vertebra, dan krisis tulang berat yang seringkali rancu dengan osteomyelitis berat.
Nyeri tulang yang berat merupakan akibat dari infark tulang, sehingga menyerupai
osteosklerosis yang terdapat pada penyakit sickle cell. Pada anak-anak dengan penyakit
Gaucher, lesi akut tulang panggul dapat disalahartikan sebagai penyakit Legg-Calvé-Perthes,

12
selain itu nekrosis avaskuler tulang panggul juga seringkali merupakan komplikasi bagi
semua orang di segala usia.11
Manifestasi hematologi dari penyakit Gaucher meliputi sitopenia dan koagulopati
yang didapat karena defisiensi faktor XI. Walau demikian, defisiensi gen untuk faktor XI
sering dijumpai pada keturunan Ashkenazi dan dapat muncul pada beberapa pasien dengan
penyakit Gaucher. Sitopeni yang diderita oleh pasien yang telah menjalani operasi
splenektomi merupakan gambaran akibat adanya infiltrasi dari sel-sel Gaucher ke dalam
sumsum tulang. Kegagalan sumsum tulang serta munculnya myelofibrosis terjadi pada
beberapa penderita penyakit Gaucher.11
Berbagai kelainan imunologis juga dapat dijumpai pada individu dengan penyakit
Gaucher, termasuk di dalamnya yaitu hipergamaglobulinemia, defisiensi limfosit-T pada
limpa, dan gangguan kemotaksis dari neutrofil.11

Tabel 2. Manifestasi Klinis Penyakit Gaucher13


Manifestasi Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
Onset 1 tahun < 1 tahun 2-20 tahun
Hepatosplenomegali ++ +/- +
Penyakit tulang ++ - +/-
Penyakit katub jantung - - +
Penyakit susunan saraf pusat - +++ +/-
Apraksia okulomotor - + +/-
Opasitas kornea - +/- +/-
Akhir usia 60-90 tahun < 5 tahun < 30 tahun

2.4. Patofisiologi
Sebagaimana telah disebutkan di atas, mutasi pada GBA akan menyebabkan terjadinya
penyakit Gaucher. Gen GBA menyandi kode untuk membuat enzim yang disebut beta-
glucocerebrosidase. Enzim ini akan memecah substansi lemak yang dinamakan
glucocerebroside menjadi gula (glukosa) dan molekul lemak yang lebih sederhana
(ceramide). Mutasi pada gen GBA akan sangat mengurangi atau bahkan menghentikan
aktivitas enzim beta-glucocerebrosidase. Tanpa jumlah yang cukup dari enzim ini,
glucocerebroside serta substansi lain yang terkait dapat menjadi bersifat toksik di dalam sel.

13
Jaringan dan organ yang terkena melalui akumulasi dan penyimpanan abnormal substansi
tersebut akan memberikan gejala klinis dari penyakit Gaucher.7
Cerebroside adalah nama umum bagi kelompok glicosphingolipid (monoglicosyil
ceramide) yang merupakan komponen penting pada jaringan otot dan membran sel saraf.
Cerebroside yang disintesis oleh RE halus ini terdiri dari satu unit gula yang berikatan dengan
satu gugus asam lemak. Unit gula ini dapat berupa glukosa atau galaktosa. Bila unit gulanya
glukosa, disebut glucocerebroside, dan bila unit gulanya galaktosa, disebut
galactocerebroside. Galactocerebroside umumnya ditemukan pada jaringan saraf sebagai
komponen utama penyusun selubung myelin, sedangkan glucocerebroside ditemukan pada
jaringan lemak kulit, limpa, eritrosit, leukosit, dan jaringan saraf. Glucocerebroside juga
ditemukan pada tumbuhan dan fungi, sehingga glucocerebroside dapat dikatakan lipid yang
umum bagi eukariotik tingkat tinggi.6
Pemecahan glucocerebroside terjadi di lisosom, dan menghasilkan asam lemak,
sphingosine dan glukosa. Enzim yang bertugas dalam memecahkan glucocerebroside melalui
proses hidrolisis adalah glucocerebrosidase. Enzim beta-glucocerebrosidase aktif di dalam
lisosom, yakni suatu struktur bangunan di dalam sel yang berfungsi sebagai suatu tempat
daur ulang. Lisosom menggunakan enzim-enzim pencernaan untuk memecah substansi-
substansi yang bersifat toksik, bakteri yang menginvasi sel, serta komponen-komponen sel
yang sudah rusak.6,7
Glucosylceramide, yakni glikolipid yang terakumulasi, terutama berasal dari
fagositosis serta degradasi leukosit dan juga membran eritrosit. Penimbunan glikolipid, dapat
menyebabkan munculnya sel Gaucher, makrofag yang mengandung lipid dengan
penampakan seperti kertas tissue yang tidak rapi serta inti sel yang tergeser ke arah tepi.
Lisosom makrofag yang bertugas mencerna leukosit dan eritrosit tidak mampu memecahkan
glucocerebroside. Akibatnya glucocerebroside menumpuk dalam sel makrofag, inti sel
berpindah ke tepi dan bentuk sel berubah menjadi seperti kertas tissue yang tidak rapi.
Makrofag yang rusak inilah yang disebut sebagai sel Gaucher. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya gejala neurologis pada penyakit Gaucher tipe 2 dan 3 masih belum
jelas diketahui, tetapi diperkirakan berkaitan dengan akumulasi dari glikolipid sitotoksik,
glucosylsphingosine, di dalam susunan saraf pusat akibat defisiensi aktivitas enzim
glucocerebrosidase maupun reaksi neuroinflamasi.6,11

14
Akumulasi pada organ lain disebabkan oleh perpindahan sel Gaucher yang ikut
bersirkulasi, baik melalui sistem peredaran darah maupun sistem limpa. Akumulasi
glucosylceramide dalam sumsum tulang, liver, limpa, paru dan organ lain, menyebabkan
terjadinya pansitopenia, hepatosplenomegali berat, dan kadang penyakit paru infiltratif difus.
Infiltrasi dari sel Gaucher ke dalam sumsum tulang mengakibatkan terjadinya penipisan
korteks tulang, fraktur patologis, nyeri tulang, infark tulang, serta osteopenia. Gejala-gejala
pada tulang ini disebabkan karena produksi sitokin-sitokin oleh makrofag.6,11
Gangguan terhadap rasio ceramide dan glucocerebroside akan mempengaruhi formasi
perlindungan dari lapisan epidermis kulit, sehingga dapat timbul ichtyosis (kulit tampak
mengkilat dan ketat / collodion skin) pada penderita yang cukup berat (tipe 2).11

Gambar 6. Metabolisme Glucosylceramide2

15
2.5. Komplikasi dan Prognosis
Mortalitas dan morbiditas penderita penyakit Gaucher berbeda sesuai dengan tipenya.
Pada tipe 1 penyakit Gaucher, penyakit sering muncul pada masa kanak-kanak dengan
hepatosplenomegali, pansitopenia, serta penyakit tulang, walau perbedaan gejala klinis yang
timbul tersebut mempengaruhi derajat keparahan penyakitnya.11
Pada tipe 2 penyakit Gaucher dapat menyebabkan gangguan penimbunan pada sistem
neuroviseral yang dapat berjalan dengan sangat cepat pada masa bayi maupun satu tahun
pertama kehidupan. Kondisi tersebut pada tipe 2 ini, berhubungan dengan ichtyosis kongenital
serta hydrops foetalis, yang dianggap sangat berbahaya bagi neonatus, sehingga seringkali
terjadi kematian perinatal maupun dalam rahim.11
Pada tipe 3 penyakit Gaucher, penimbunan pada sistem neuroviseral tidak berjalan
sedemikian cepat seperti tipe 2. Berbagai keadaan klinis telah dilaporkan dan beberapa
menyebabkan kematian pada masa kanak-kanak maupun dewasa muda. Berdasarkan gejala
klinis serta komplikasi yang timbul sebagaimana yang telah disampaikan di atas, termasuk di
dalamnya ialah komplikasi dengan penyakit Parkinson dan neuropati perifer, ada beberapa
peneliti yang menganggap bahwa pembagian tipe penyakit Gaucher dianggap sebagai suatu
progresifitas perjalanan penyakit dan bukan berdiri sendiri.10,11

Gambar 7. Gambaran Kontinu Penyakit Gaucher3,12

16
Salah satu penelitian yang dilakukan terhadap 2.876 penderita penyakit Gaucher tipe
1, telah dilaporkan terdapat sebanyak 102 kasus kematian. Pada penelitian tersebut dikatakan
bahwa usia harapan hidup mencapai 68 tahun dibandingkan dengan usia harapan hidup pada
populasi, yakni 77 tahun; Pada pasien splenektomi 64 tahun, dan pada pasien yang tidak
menjalani splenektomi 72 tahun. Keganasan tidak mengakibatkan penurunan usia harapan
hidup. Beberapa penyebab kematian yang dilaporkan, yaitu:
• Komplikasi dan penyakit selain Gaucher
• Hipertensi pulmonal (Genotip L444P)
• Kejang disertai gagal nafas
• Komplikasi transplantasi sumsum tulang
• Komplikasi bedah jantung
• Acute lymphocytic leukemia
• Meninggal oleh sebab kecelakaan14

2.6. Tata-Laksana
Pada masa lalu, penanganan maupun tata-laksana penyakit Gaucher tipe 1 hanya
bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi gejala. Tata-laksana meliputi berbagai terapi
pengurang rasa sakit, transfusi darah, bedah ortopedi untuk tulang dan sendi, serta
splenektomi bila memungkinkan. Walau beberapa tata-laksana tersebut masih ada yang
diterapkan hingga kini, namun sejak awal 1990, fokus penanganan penyakit berubah berkat
kemajuan dalam terapi spesifik dari penyakit Gaucher. Terdapat dua pendekatan utama dalam
terapi spesifik penyakit Gaucher tipe 1, yakni terapi pengganti enzim (enzyme replacement
therapy / ERT) dan terapi pengurangan substrat (substrate reduction therapy).4
• Terapi Pengganti Enzim (Enzyme replacement therapy / ERT)
Tujuan dari ERT adalah memberikan enzim dalam jumlah yang cukup agar substansi
lemak dapat dicerna oleh sel. Oleh karena itu, ERT bekerja dengan cara menambah
atau mengganti enzim yang dibutuhkan pada penyakit Gaucher. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa anemia, trombositopeni maupun pembersaran limpa menjadi
berkurang. Pada ERT, sejumlah kecil substansi lemak dapat dibuang dari sel melalui

17
proses alamiah. Walau demikian, ERT tidak dapat diterapkan pada penderita dengan
gejala yang sudah mengenai susunan saraf pusat sebagaimana pada tipe 2 dan 3.4
Injeksi obat alglucerace (Ceredase), yang merupakan enzim yang diperoleh dari
plasenta, telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun1991
sebagai tata-laksana penyakit Gaucher tipe 1. Obat ini adalah ERT pertama yang
terbukti efektif dalam mengobati penyakit Gaucher tipe 1. Bentuk sintetis dari obat
tersebut adalah imiglucerase (Cerezyme), yang diakui pada tahun 1994. Pada salah
satu penelitian, disebutkan bahwa pemberian ERT 30-40 unit/Kg berat badan selama 2
hingga 4 minggu dinilai sama efektifnya dengan pemberian 60 unit/Kg berat badan
untuk dapat memberikan hasil klinis yang diharapkan.4,15
Teknologi DNA rekombinan atau teknik genetik digunakan dalam memproduksi
Cerezyme. Penemuan ini merupakan langkah yang penting untuk mengatasi
keterbatasan dari Ceredase yang berasal dari plasenta manusia. Cerezyme yang
diproduksi oleh Genzyme, menggantikan enzim glicocerebrosidase lisosom pada
penderita penyakit Gaucher. Beberapa alternatif obat lain yang juga telah diakui oleh
FDA yakni: Cerdelga (Eliglustat), Velaglucerase alfa (VPRIV), Elelyso (Uplyso atau
taliglucerase alfa), dan Zavesca.16
• Terapi Pengganti Substrat (Substrate reduction therapy / SRT)
Tujuan dari SRT adalah untuk meminimalkan produksi dan akumulasi substansi
berlebih atau substrat tertentu (glicosylceramide / GL1) dalam sel. Oleh sebab itu,
SRT bekerja dengan cara mengurangi GL1 yang diproduksi oleh sel. Hal ini berarti
walau penderita memiliki defisiensi enzim yang digunakan untuk memecah GL1,
tetapi dengan adanya SRT ini, enzim yang dimiliki penderita dalam jumlah sedikit
tersebut diharapkan masih dapat untuk dapat mencegah terjadinya akumulasi GL1
dalam sel.

18
BAB III
PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERKAIT

Penyakit Gaucher adalah kondisi autosomal resesif yang diturunkan akibat defisiensi
enzim glucocerebrosidase, sehingga terjadi penumpukan glucocerebroside dalam sel dari
sistem monosit maupun makrofag. Manifestasi perdarahan cukup sering dijumpai pada
penderita penyakit Gaucher dan terutama disebabkan karena trombositopeni akibat
splenomegali, tetapi abnormalitas dari fungsi trombosit pada beberapa kasus juga ditemukan.
Selain itu, kadar yang rendah dari faktor-faktor pembekuan, termasuk di dalamnya FII, FV,
FVII, FX, FIX, FXI, dan FXII pada 38 % penderita, juga dilaporkan bersama-sama dengan 42
% penderita dengan nilai PT dan APTT yang memanjang. Walau demikian, defisiensi FXI
pada beberapa kasus diperkirakan merupakan kelainan yang berdiri sendiri karena baik itu
defisiensi FXI maupun penyakit Gaucher, cukup banyak dijumpai pada bangsa Yahudi
Ashkenazi.17,18
Meskipun gangguan pada sistem koagulasi terjadi cukup berat, namun perdarahan
yang terjadi cenderung sedang, dan paling baik kondisi perdarahan dihubungkan dengan
derajat trombositopeni. Patofisiolofi dari kondisi koagulopati ini masih belum dapat
dimengerti dengan jelas, meskipun tampaknya juga tidak mewakili gangguan sintesis akibat
disfungsi liver. Efek dari ERT dengan aglucerase juga beragam, dengan perbaikan parsial
pada gangguan terhadap sistem koagulasi, yang dinilai oleh Hollak dan rekan-rekan tidak
memberikan pengaruh apa-apa.17,18
Deteksi alel N370S pada seseorang yang menderita penyakit Gaucher memiliki makna
klinis yang cukup penting hingga saat ini karena menentukan nilai prognostik dari tipe 1
penyakit Gaucher non-neuronopatik. Pada semua varian dari penyakit Gaucher, yang menjadi
ciri khas ialah adanya sel Gaucher pada sumsum tulang maupun jaringan lain. Sel Gaucher
merupakan struktur bangunan penyimpanan (lisosom) dari sel makrofag. Sitoplasma sel ini
berwarna biru-abu-abu pucat dengan pengecatan Giemsa, dan memiliki inti eksentrik akibat
banyaknya vakuola yang berukuran besar. Struktur penyimpanan terlihat longgar, dengan
nilai positif lemah pada pewarnaan PAS, dan positif kuat dengan fosfatase asam, serta abu-
abu pucat dengan pengecatan lipofilik yaitu Sudan Black. Sel-sel ini tidak tampak “berbusa’

19
(foamy). Pada penyakit kronik granulomatosa, thalasemia, multipel myeloma, penyakiy
Hodgkin, limfoma, AIDS, serta Acute Lymphoblastic Leukemia terdapat sel yang secara
morflologi menyerupai sel Gaucher, namun masih dapat dibedakan dengan cukup jelas. Pada
beberapa penderita, sel-sel Gaucher dapat berada dalam jumlah yang cukup banyak (hampir
menggantikan) dalam sumsum tulang sehingga mempengaruhi hematopoiesis. Terkadang juga
dapat dijumpai myelofibrosis dan / atau kegagalan dari sumsum tulang.17,18
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam mendiagnosis penyakit Gaucher, yaitu:
• Pemeriksaan aktivitas enzim glucocerebrosidase pada leukosit maupun sle berinti
lainnya untuk konfirmasi diagnosis.
• Pemeriksaaan genetik molekuler dan identifikasi dari kedua alel yang menyebabkan
penyakit Gaucher. Terdapat heterogenitas yang cukup luas dari penyebab mutasi.
Pada individu yang telah diketahui mengalami mutasi GBA, pemeriksaan biokimiawi
tetap harus dilakukan untuk konfirmasi.
• Apabila diagnosis penyakit Gaucher sudah dapat dipastikan melalui pemeriksaan
biokimiawi dan molekuler dari leukosit dalam darah tepi, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan melalui biopsi sumsum tulang.19

3.1. Pemeriksaan Enzim Glucocerebrosidase


Prosedur yang sederhana, langsung dan siap digunakan dalam mengukur aktivitas
enzim β-glucosidase menjadi populer dalam penelitian serta penemuan obat. Salah satu alat
pemeriksaan yang akan selanjutnya dibahas ialah Beta-Glucosidase Assay Kit untuk
mengukur aktivitas β-glucosidase secara langsung pada sampel biologis tanpa adanya
perlakuan terlebih dahulu.20
Metode yang telah dikembangkan ialah dengan menggunakan prinsip bahwa p-
nitrophenyl-β-D-glucopyranoside, secara spesifik akan dihidrolisis oleh β-glucosidase
menjadi suatu substansi yang berwarna kuning (maksimal daya serap pada panjang
gelombang 405 nm). Rerata reaksi ini berbanding lurus dengan aktivitas enzim β-glucosidase.
Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi kinetik dengan menggunakan 96 wells pada suhu 37 °C.20
Prosedur pemeriksaan enzim β-glucosidase dengan menggunakan Beta-Glucosidase
Assay Kit :

20
• Berikan 20 µL air destilasi (H2 O) pada 2 wells dengan dasar jernih dari 96 plate wells.
Tambahkan 200 µL H2 O ke dalam salah satu dari wells tersebut dan kepada yang lain
200 µL kalibrator (total volume 220 µL).
• Berikan 20 µL sampel ke dalam wells yang lain. Tambahkan 200 µL reagen kerja
hanya kepada well yang berisi sampel. Ketuk perlahan agar tercampur.
• Baca dengan plate reader pada OD 405 nm (t = 0), dan dibaca kembali setelah 20
menit (t = 20).
• Perhitungan aktivitas enzim β-glucosidase (U/L) adalah sebagai berikut :

OD20 – OD0
β-glucosidase = x 250 (U/L)
ODCALIBRATOR – ODH20

OD 20 dan OD0 adalah nilai OD 405nm dari sampel saat menit ke-20 dan 0. OD CALIBRATOR
dan ODH 2 O adalah nilai OD 405nm dari kalibrator dan H 2 0 saat menit ke-20.
Definisi dari Unit adalah satu unit enzim dapat mengkatalis proses hidrolisis dari 1 µmol
substrat per menit pada pH 7,0.20

Gambar 8. Reaksi Kinetik β-glucosidase pada 96 wells plate20

21
3.2. Pemeriksaan Molekuler
Pemeriksaan terhadap karier bagi kerabat yang mungkin memiliki risiko, memerlukan
pemeriksaan identifikasi yang penting dalam mendiagnosis penyakit yang menyebabkan
penyakit Gaucher. Karier meupakan heterozigot dari kelainan resesif autosomal ini dan tidak
berisiko untuk berkembang menjadi penyakit. Diagnosis prenatal serta preimplantation
genetic diagnosis (PGD) bagi kehamilan yang berisiko, memerlukan pemeriksaan yang dapat
mengidentifikasi penyakit penyebab mutasi di dalam keluarga ini.19
Salah satu pemeriksaan molekuler yang selanjutnya akan dibahas ialah dengan Single
Nucleotide Primer Extension Assay, yang ditentukan dengan metode ELISA, dengan maksud
agat dapat mendeteksi secara in vitro kualitatif dari 6 mutasi, yaitu: 84GG, VIS2+1, N370S
(1226G), D409H (1342C), L444P (1448C), dan V394L (1297T) terhadap gen
glucocerebrosidase manusia dalam DNA yang telah di-amplifikasi.21
Tahapan-tahapan dari pemeriksaan ini, yaitu:
• Amplifikasi DNA Target: Fragmen DNA yang diduga mengalami mutasi akan di-
amplifikasi. Amplifikasi DNA ini merupakan substrat bagi reaksi primer extension.
• Penanganan Pos-Amplifikasi: Nukleotida bebas dari DNA yang telah di-amplifikasi
akan dinon-aktifkan, agar tidak mempengaruhi proses reaki primer extension.
• Primer Extension Reaction: Primer extension reaction dari nukleotida tunggal akan
berlangsung dalam 96 well thermoplate. Setiap well mengandung 5’-primer berlabel
yang akan menempel pada DNA sampel di sebelah lokasi yang diduga terjadi mutasi,
serta spesies nukleotida biotynilated tunggal yang akan ditempelkan, untuk
melengkapi basa nukleotida pada lokasi pemeriksaan. Sampel yang telah melalui
proses penanganan pos-amplifikasi, diperiksa dalam 2 wells untuk tiap mutasi: well
pertama untuk mengetahui adanya alel mutan (mut), sementara well kedua untuk alel
normal (wt). Nukleotida biotynilated akan bergabung atau tidak dengan primer sesuai
proses reaksi, bergantung pada genotipe dari individu yang diperiksa.
• Deteksi dengan ELISA: Deteksi biotynilated primer dilakukan dengan metode
ELISA. Primer berlabel biotin akan berikatan dengan plate ELISA yang sudah
terlapisi oleh streptavidin dan akan dideteksi oleh antibodi berlabel peroksidase (HRP)
langsung terhadap masing-masing 5’ antigen primer. Reaksi peroksidase muncul
dengan adanya substrat TMB.

22
• Interpretasi Hasil: Hasil ditentukan secara visual (substrat tetap jernih atau berubah
warna menjadi biru) atau dengan cara kolorimetri dengan menggunakan ELISA reader
dengan panjang gelombang 620 nm.21

Prosedur kerja pemeriksaan mutasi gen pada DNA, yaitu:


1. Ekstraksi DNA: dari sampel plasma EDTA penderita.
2. Amplifikasi DNA:
• Volume per reaksi: 2 µL template DNA + 22,5 µL amplification mix + 0,5 µL Taq
polymerase.
• Protokol cycling: 94 °C 2 menit  35 siklus (terdiri dari 94 °C 30 detik / 60 °C 30
detik / 72 °C 45 detik)  72 °C 5 menit.
3. Prosedur Pos-Amplifikasi:
• Volume per reaksi:
o Buffer 100,0 µL
o Larutan C 4,0 µL
o Larutan D 3,0 µL
• Campur (dengan cara menghisap dan mengeluarkan dari pipet)
• Tambahkan 107 µL ke dalam tiap well yang mengandung 20 µL sampel DNA dan
campurkan dengan baik
• Teteskan 1 tetes ColoRed™ Oil
• Inkubasi 30 menit pada suhu 37 °C, kemudian 10 menit pada suhu 95 °C

Gambar 9. Prosedur Pos-Amplifikasi21

23
4. Primer Extension Reaction:
• Pisahkan sebanyak 8 µL DNA yang telah melalui proses pos-amplifikasi ke dalam
12 wells dari plate
• Teteskan 1 tetes ColoRed™ Oil
• Mulai proses protokol cycling: 94 °C 15 detik  20 siklus (yang terdiri dari 94 °C
30 detik / 60 °C 10 detik)  diamkan hingga tidak panas
*Plate thermocycler dimasukkan bila temperatur telah mencapai 90°C
5. Deteksi:
• Tambahkan dan campur 100 µL larutan pemeriksaan ke dalam masing-masing
well dalam plate
• Pindahkan 100 µL dari tiap-tiap well dari plate ke dalam tempat yang sesuai dari
detection plate kemudian inkubasi selama 10 menit
• Kosongkan wellsdan bilas sebanyak 4 kali dengan 350 µL dari wash solution
• Tambahkan 100 µL konjugat HRP 1 : 100 ke dalam tiap well; inkubasi selama 10
menit pada suhu ruang
• Bilas kembali wells
• Tambahkan 100 µL substrat ke dalam tiap well; inkubasi selama 10-30 menit21

Gambar 10. Prosedur Pemindahan pada Plate Deteksi21

6. Interpretasi Hasil
• Hasil positif (sesuai dengan genotipe heterzigot maupun homozigot) perlu
dikonfirmasi melalui pemeriksaan ulang sampel. Penggunaan ekstraksi DNA yang
masih baru, sangat disarankan.

24
• Kriteria interpretasi visual adalah adanya warna biru yang nyata untuk menyatakan
hasil positif, sedangkan warna biru jernih pucat pada well berarti negatif.
• Genotipe dari tiap sampel ditentukan berdasarkan 2 kriteria:
o Nilai densitas optik (OD) dari well mut dan wt
o Nilai dari rasio mut / wt
Perhitungan rasio mut / wt dengan cara membagi sinyal dari well mut dengan
sinyal dari well wt.
• Identifikasi genotipe yang sesuai untuk tiap mutasi berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3. Identifikasi Genotipe21


Genotipe mut wt rasio mut / wt
Normal OD ≤ 0,35 OD ≥ 0,5 Rasio ≤ 0,5
Heterzigot OD ≥ 0,5 OD ≥ 0,5 0,5 ≤ rasio ≤ 2,0
Homozigot OD ≥ 0,5 OD ≤ 0,35 Rasio ≥ 2,0

Gambar 11. Interpretasi Visual Genotipe21

25
DAFTAR PUSTAKA

1. National Gaucher Foundation. Gaucher Disease (Gaucher's Disease) [Online]. 2015


[cited 2015 June 30]; Available from: URL: http://www.gaucherdisease.org/.
2. Wikipedia. Gaucher's disease [Online]. 2015 June 23 [cited 2015 June 30]; Available
from: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Gaucher's_disease.
3. Children’s Gaucher Research Fund [Online]. 2015 [cited 2015 June 30]. Available
from: URL: http://www.childrensgaucher.org/about-gaucher/gaucher-basics/.
4. Genzyme Corporation. Gaucher Care [Online]. 2015 [cited 2015 June 30]; Available
from: URL:http://www.gauchercare.com/.
5. Grabowski GA. Gaucher disease and other storage disorders. Hematology Am Soc
Hematol Educ Program. 2012; p. 13-8.
6. Monruw. Gaucher Disease. WordPress. 2010 April [cited 2015 June 2]. Available
from:URL: https://monruw.wordpress.com/2010/04/08/gaucher-disease/.
7. U.S. National Library of Medicine. Gaucher Disease [Online]. 2015 June 22 [cited 2015
June 30]; Available from: URL: http://ghr.nlm.nih.gov/condition/gaucher-disease.
8. Genetic Disease Foundation. Gaucher Disease (Type I) [Online]. 2010 [cited 2015 June
30]; Available from: URL: http://www.geneticdiseasefoundation.org/genetic-
diseases/gaucher-disease-type-i/.
9. Shaffer LG. ISCN 2009: An International System for Human Cytogenetic
Nomenclature (2009). Switzerland: Karger; 2009. p. 1-140.
10. Thomas AS, Mehta A, Hughes DA. Gaucher disease: haematological presentations and
complications. Br J Haematol. 2014 May; 165(4): p. 427-40.
11. Sidransky E. Gaucher Disease. In: Descartes M, editor. MedScape. WebMD; 2014 Nov
24 [cited 2015 June 30]; Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/944157-overview#a6.
12. Physiopedia. Gaucher Disease [Online]. 2011 [cited 2015 July 2]; Available from:
URL: http://www.physio-pedia.com/Gaucher_Disease.
13. Hoffbrand AV, Pettit JE, Vyas P. Color Atlas of Clinical Hematology. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2010. p. 168-70.
14. Weinreb NJ, Deegan P, Kacena KA, Mistry P, Pastores GM, Velentgas P, et al. Life
expectancy in Gaucher disease type 1. Am J Hematol. 2008 December; 83(12):p. 896–
900.
15. Shemesh E, Deroma L, Bembi B, Deegan P, Hollak C, Weinreb NJ, et al. Enzyme
replacement and substrate reduction therapy for Gaucher disease. Cochrane Database
Syst Rev. 2015 Mar 27; 3: CD010324.
16. NORD - National Organization for Rare Disorders, Inc. Gaucher Disease [Online]. 2015
[cited 2015 July 2]; Available from: URL: http://rarediseases.org/rare-diseases/gaucher-
disease/.
17. Bain BJ, M.Clark D, S.Wilkins B. Bone Marrow Pathology. 4th ed. West Sussex, UK:
Wiley-Blackwell; 2010. p. 530-2.
18. Tinkle BT, Grabowski GA. Lysosomal storage disorders. In: Arceci RJ, Hann IM,
Smith OP, editors. Pediatric Hematology. 3rd ed. Massachusetts, USA: Blackwell;
2006. p. 778-91.

26
19. Pastores GM, Hughes DA. Gaucher Disease. In: Pagon RA, Adam MP, Ardinger HH,
Wallace SE, Amemiya A, Bean LJH, et al, editors GeneReviews. Seattle: University of
Washington; . 2000 Jul 27 [Updated 2015 Feb 26] [cited 2015 June 30]; Available from:
URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1269/.
20. beta-Glucosidase Assay Kit [package insert]. Taiwan: Abnova; 2013 December 11th.
21. Pronto® Gaucher Instructions for Use [package insert]. Tel Aviv-Yafo: Pronto
Diagnostic; 2012.

27

Anda mungkin juga menyukai