Anda di halaman 1dari 28

SGD 6

SKENARIO 4
- PSIKIATRI -
SKENARIO
Seorang pasien laki-laki 38 tahun sejak 5 tahun
yang lalu telah menderita gangguan psikotik dan
telah berulang kali kambuh. Kedatangannya untuk
berobat kali ini karena gangguan yang dulu
dideritanya kambuh kembali. Pasien tidak patuh
pada obatnya serta selalu menganggap bahwa
apabila merasa suda sembuh maka dengan
sendirinya ada kecenderungan untuk memutus
obatnya. Tetapi justru itulah yang menyebabkan
kekambuhan kembali gangguan tersebut.
TERMINOLOGI
• Gangguan Psikotik:
Gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu untuk menilai kenyataan yang terjadi.

• Biological Priority:
Faktor biologis yang diprioritaskan.

• Psycological Supremacy:
Aspek psikologis yang terpenting  yang unggul.
IDENTIFIKASI MASALAH
• 5 tahun yang lalu menderita gangguan psikotik
dan telah berulang kali kambuh.
• Tidak patuh pada obat.
• Bila merasa sudah sembuh  cenderung
memutus obatnya  kembali kambuh.
ANALISA MASALAH
Apa faktor pencetus terjadinya kekambuhan
kembali?
JAWAB:
Tidak patuh minum obat  menyebabkan
dopamine meningkat terus-menerus.

Apa saja yang termasuk gangguan psikotik?


JAWAB:
Depresi, skizofrenia
Jenis obat apa yang dikonsumsi OS pada skenario?
JAWAB:
Anti Psikotik
 Typical: CPZ dan haloperidol
 Atypical: risperidone

Berapa lama OS harus mengonsumsi obat?


JAWAB:
• Pertama kali: 1-2 tahun
• Berulang: 2-5 tahun
• Berat, berulang dan sering kambuh (tidak mempan
dengan obat lain): seumur hidup
MAPPING CONCEPT
Gangguan
Psikotik

Jenis Dosis
FARMAKOLOGI

Efek samping Antidotum


LEARNING OBJECTIVE
Farmakologi pada pasien Psikiatri:
 Jenis-jenis obat
 Dosis obat
 Efek samping obat
 Antidotum
BELAJAR
MANDIRI
PSIKOFARMAKA
Yaitu meliputi obat-obat yag memiliki efek
utama terhadap proses mental dan SSP seperti
proses berfikir, perasaan dan fungsi motorik
atau tingkah laku.

Dibagi 4 kelompok besar:


 Obat antipsikotik
 Obat antidepresan
 Obat antiansietas
 Obat antimanik
Antipsikotik

Sering disebut dengan neuroleptik  memiliki


beberapa efek samping: pseudoneurologis
(major tranquilizer)  efek sedasi / ngantuk
berat.
Klasifikasi:
Berdasarkan Rumus Kimia:
 Golongan fenitiazin  Chlorpomazine  Obat
berpotensi rendah (low potency)
 Golongan nonfenotiazin  Haloperidol  Obat
berpotensi tinggi (high potency)

Berdasarkan cara kerja:


 Dopamin Receptor Antagonist (DAC)  Antipsikotik
tipikal
 Serotonine Dopamine Antagonist (SDA)  Antipsikotik
atipikal
Farmakokinetik:
Dipengaruhi oleh pemakaian bersama enzyme
inducer seperti barmazepin, phenytoin,
ethambutol, barbiturate. Kombinasi dengan
obat-obat tersebut  mempercepat pemecahan
antipsikotik  diperlukan dosis tinggi.

Farmakodinamik:
Obat-obat antipsikotik terutama bekerja sebagai
antagonis reseptor dopamin dan serotonin di
otak  menurunkan gejala-geala psikotik
(halusinasi)
Efek Samping:
Efek samping neurologis akut:
o Akatisia: peasaan tidak nyaman, gelisah
o Distonia akut: kekakuan dan kontraksi otot
secara tiba-tiba
o Parkinsonism: bradikinesia, tremor, rigiditas
o Sindroma Neuroleptik Maligna: reaksi
idiosinkrasi yang sangat serius dengan gejala
utama rigiditas, hiperpiretik, gangguan sistem
saraf otonom dan delirium.
Prinsip Pengobatan
Dimulai dari terapi inisial dilanjutkan ke terapi
pengawasan dan kemudian diberikan terapi
pemeliharaan.
Terapi Inisial Terapi Pengawasan Terapi Pemeliharaan
Diberikan segera setelah Setelah diperoleh dosis Dosis dapat
diagnosis ditegakkan optimal, maka dosis dipertimbangkan untuk
dan dosis dimlai dari tersebut dipertahankan mulai diturunkan secara
sosis anjuran dinaikkan selama lebih kurang 8- bertahap sampai
perlahan-lahan secara 10 minggu sebelum diperoleh dosis minimal
bertahap dalam waktu masuk ke tahap yang masih dapat
1-3 minggu sampai pemmeliharaan. dipertahankan tanpa
dicapai dosis optimal menimbulkan
yang dapat kekambuhan.
mengendalikan gejala.
Beberapa obat antipsikotik yang sering
digunakan:
Golongan Nama Obat Dosis anjuran / hari
APG I Haloperidol 5 - 20 mg
Khlorpromazin 100 – 400 mg
APG II Risperidone 2 – 8 mg
Olanzapne 10 - 20 mg
Quetiapine 200 – 800 mg
Clozapin 150 – 450 mg
Paliperidone 6 mg
Aripiprazole 10 – 30 mg
Antidepresan

Adalah kelompok obat-obat heterogen dengan


efek utama dan terpenting adalah untuk
mengedalikan gejala depresi

Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis / hari


Fluoxetine Prozac 10 mg, 20 mg 1 x 10 – 20 mg
Paroxetine Seroxat 10 mg, 20 mg 1 x 10 – 20 mg
Sertralin Zoloft 25 mg, 50 mg 1 x 25 – 50 mg
Fluxoamine Luvox 25 mg, 50 mg, 100 mg 1 x 25 – 50 mg
Escitalopram Cipralex 5 mg, 10 mg 1 x 5 – 20 mg
Klasifikasi
Derivat trisiklik: Derivat SSRI
(SelectivSerotonin Reuptake
 Imipramin Inhibitor):
 Amitriptilin  Sertralin
 Fluoxetine
Derivattetrasiklik:  Fluvoxamine
 Parovetine
 Maproptilin  Escitalopram
 Mianserin
Derivat SNRI (Serotonn
Derivat MAOI (Mono Norepinephrin Reuotake
Inhibitor):
Amin Oksidase
 Venlafaxine
Inhibitor):
 Desvenlafaxine
 Moclobemide  Duloxetine
Cara Kerja
Antidepresan bekerja di sistem neurotransmitter
serotonin dengan cara meningkatkan jumlah
serotonin di paska sinap.

Efek Samping
 Hipotensi
 Gangguan jantung
 Gejala gangguan saraf otonom
 Gejala gangguan SSP
 Alergi
 Gejala hematologi
 Gejala psikis (maniakal, gelisah,
delirium)
Prinsip Pengobatan
Dimulai dari dosis rendah  ditingkatkan
bertahap sampai mecapai dosis terapeutik. Efek
terapi baru akan tampak pada minggu ke 2 – 3
sehingga pemberian obat harus memperhatikan
ha ini, sehingga pada minggu-minggu pertama
biasanya erlu diberikan benzodiazepin 
memberi efek cepat. Setelah efek terapi tercapai
 terapi pemeliharaan untuk mencapai remisi
dan mecegah relaps selama minimal 6 bulan
bahkan sampai 3 – 5 tahun.
Antiansietas

Adalah kelompok obat yang dipergunakan terutama


untuk mengatasi kecemasan dan juga biasanya
memiliki efek sedasi, relaksasi otot, amnestik dan
antiepileptik.
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis / hari
Diazepam Valium 2 mg, 5 mg, 10 mg tablet, 1 x 2 – 40 mg
10 mg injeksi
Clonazepam Klonopin 0,5 mg, 1 mg, 2 mg tablet 1 x 0,5 – 2 mg
Alprazolam Xanax 0, 25 mg, 0,5 mg, 1 mg, 2 2 – 3 x 0,5 – 2 mg
mg tablet
Lorazepam Ativan 0,5 mg, 1 mg, 2 mg tablet 1 – 2 x 0,5 – 2 mg
Clobazam Frisium 10 mg tablet 2 – 3 x 5 – 10 mg
Klasifikasi Cara Kerja Efek Samping
Derivat
benzodiazepin: Reseptor  Mengantuk
GABA  Sakit kepala
 Diazepam membiarkan
 Bromazepam ion chlorid  Disartri
 Lorazepam masuk ke  Ataxia
 Alprazolam dalam sel   Nafsu
 Clobazam terjadi makan
hiperpolarisas meningkat
Derivat gliserol: i neuron dan
 Meprobamat menghambat
pelepasan
Derivat barbiturat: transmisi
 Fenobarbital neuronal.
Antimanik (Mood Stabilizer)

Adalah kelompok obat yang divergen, dikenal


berjhasiat terutama untuk mempertahankan
stabilitas suasana perasaan, mencegah munculnya
kondisi manik pada gangguan afektif bipolar.
Klasifikasi Cara Kerja  Efek Samping:
Garam lithium Lithium memiliki  Tremor halus
efek akut dan  Diare dan
kronis dalam
Lithium carbobat: muntah
pelepasan
 Priadel serotonin dan  Rasa lelah dan
norepinephrin di vertigo
 Threralit
neuron terminal.  Ataksia dan
Dalam konentrasi tremor kasar
Lain-lain: tinggi berefek juga  Penurunan
 Carbamazepine dalam pompa ion kesadaran
 Asam valproate transmembran 
 Konvulsi
bermanfaat dalam
 Natrium pegobatan  Oliguria
divalproatec gangguan afektif.  Oedem
Terapi Biologik

Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)


Adalah salah satu jenis terapi fisik untuk indikasi
terapi pada beberapa kasuus gagguan psikiatri
 depresi berat adalah indikasi utama.

Metode: memberikan aliran listrik pada otak


melalui 2 elektrode yang ditempatkan pada
bagian temporal kepala  menimbulkan kejang.
Pelaksanaan
 Pasien tidur terlentang tanpa bantal dengan
pakaian longgar
 Bantalan gigi dipasang
 Perawat memegang rahang bawah / kepala,
bahu, pinggul dan lutut
 Dokter memberikan aliran listrik melalui 2
elektrode yang ditempel di pelipis
Terapi Biologik Lain
 Light Therapy
 Sleep Deprivation & Alternation of Sleep
Schedules
 Psychosurgery
 Orhomolecular Therapy
 Subcoma Insulin Therapy
 Coma Therapy
 CO2 Therapy
REFERENSI
Elvira, Sylvia. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokeran Unika Atmajaya

Anda mungkin juga menyukai