Anda di halaman 1dari 2

NAMA : APRIL LILI NINGSIH

KELAS : 3B
NIRM : 18056

Lakukan survey mengenai tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja lembaga peradilan baik
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan maupun Lembaga Pemasyarakatan.
Apakah masyarakat menilai lembaga-lembaga ini telah berperan dengan baik dengan bersikap
imparsial, jujur dan adil atau justru kinerja lembaga ini dinilai buruk oleh masyarakat. Berikan
analisis anda mengapa demikian ?
Jawab :
Tingkat kepuasan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum dan peradilan di
Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan lembaga legislative. Hal ini terungkap berdasarkan
hasil riset terhadap kinerja 11 kementerian dan lembaga (K/L) pada 100 hari masa pemerintahan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode 2019-2024, yang disampaikan Alvara Research Center.
Berdasarkan data hasil riset yang diterima, lembaga penegak hukum, yaitu Polri, dan
lembaga peradilan Mahkamah Agung sama – sama mendapatkan tingkat kepuasaan sebesar 72,7
persen. Sementara itu, berada di tempat pertama kepuasan tertinggi lembaga TNI.
“Tingkat kepuasan tertinggi diperoleh TNI (85,2%), disusul kemudia oleh Polri (72,7%), dan
Mahkamah Agung (72,7%).” Kata Founder dan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali
berdasarkan data yang diterima, Jumat (14/2/2020).
Setelah itu, berada di urutan selanjutnya berdasarkan peringkat kepuasan public adalah
Mahkamah Konstitusi 72,4 % ; KPK (71,1%) ; Kejaksaan Agung (70,1%); DPD (65,3%), dan
KPU (63,3%). Sementara di peringkat ketiga terbawah ditempati lembaga, partai politik (60,8%),
MPR (60,2%) dan di peringkat paling buncit ada DPR (53,7%).
Dalam garis besar, masyarakat di Indonesia terbagi dua yaitu masyarakat kalangan atas
(orang kaya) dan kalangan bawah (orang miskin). Penegakkan hukum diantara keduanya pun
sangat berbeda penyelesaiannya. Hal ini karena pola pikir dan pengetahuan yang jelas berbeda.
Jika orang kalangan bawah, keinginan atau taatnya pada suatu hukum oleh seseorang sangat
kecil kemungkinannya atau tidak mau mematuhi hukum yang telah diatur. Hal ini, disebabkan
kurang pengetahuan dan pendidikan yang mereka miliki sangat terbatas, dan tidak dapat
mengetahui bahwa ada sanksi yang akan mengikat jika dilanggar (blue collar crime). Sedangkan,
orang-orang kalangan atas cenderung mengikuti hukum atau aturan-aturan yang ada, karena
mereka lebih memiliki pengetahuan yang banyak tentang hukum dan mengetahui sanksinya. Hal
ini terjadi cenderung lebih bersifat tertib. Pada kalangan atas ini jika terjadi kejahatan, maka
dapat dikatakan white collar crime (untuk kepentingan semata). Masyarakat di Indonesia
semakin lama, jumlah masyarakat miskinnya semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari factor
masyarakat, maka masalah kejahatan atau penegakkan hukum ini ada di lapisan ini. Setiap
stratifikasi sosial memiliki dasar-dasarnya tersendiri, sehingga dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain pemberian pengetahuan hukum kepada masyarakat yang mungkin tidak begitu
mengerti akan hukum sehingga memudahkan mereka untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku di lingkunganny.

Anda mungkin juga menyukai