Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDARURATAN DIARE PADA ANAK

Disususn Oleh : April Lili Ningsih


NIRM : 18056
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
TAHUN 2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE PADA ANAK

A. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa
air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Depkes RI 2011).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya,
dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan
dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis)
(Wong, 2008)
Jika dapat dilihat dari definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih
dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14hari.
Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali
dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.

B. Etiologi
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan
balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan- 2 tahun
(Suharyono,2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit
karena diare berat pada anak- anak kecil merupakan infeksi nasokomial yang signifikan oleh
mikroorganisme pathogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri
pathogen yang paling sering di isolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia 10 dan
Cryptosporodium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut
(Wong,2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus
ini lebih banyak pada kasus orang dewasa dibandingkan anak- anak (Suharyono, 2008).

2
Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal oral melalui
makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat
(Wong, 2009).

C. Patofisiologi
Patofisiologi Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus,
perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh
aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida, dan glukosa (Ulscen,
2000).
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang
benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

D. Manifestasi Klinik
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari, yang
kadang disertai:
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran

E. Pengkajian Kegawat Daruratan (ABC)


Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan
gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :

3
1) Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial
dari kondisi life threatning (berdampat terhadap kemampuan pasien untuk
mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
Penilaian prioritas dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
o Bersihan jalan napas
o Ada tidaknya sumbatan jalan napas
o Distress pernapasan
o Tanda-tanda perdarahan di jalan napas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
o Frekuensi napas, usaha dan pergerakan dinding dada
o Suara pernapasan melalui hidung atau mulut
o Udara yang dikeluarkan dari jalan napas
C = Circulation
Kaji :
o Denyut nadi karotis
o Tekanan darah
o Warna kulit, kelembaban kulit
o Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
o Tingkat kesadaran
o Gerakan ekstremitas
o GCS
o Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya

4
2) Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada
pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan
subyektif dari Riwayat keperawatan (Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit
terdahulu, Riwayat pengobatan, Riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai
kaki.
a) Pengkajian Riwayat Penyakit
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawa ke rumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi
tetanus yang dilakukan dan Riwayat alergi klien
Metode Pengkajian
- Metode yang sering dipakai untuk mengkaji Riwayat klien :
o S (Signs and symptoms) : tanda dan gejala yang di observasi dan dirasakan
klien.
o A (Allergis) : alergi yang dipunyai klien
o M (medications) : tanyakan obat yang telah diminum klien untuk
mengatasi nyeri
o P (pertinent past medical hystori) : riwayat penyakit yang di derita klien
o L (last oral intake solid) : makan/minum terakhir; jenis makanan, ada
penurunan atau peningkatan kualitas makan
o E ((event lending to injury or illnes) : pencetus/kejadian penyebab keluhan
Metode yang sering dipakai untuk menguji nyeri :
o P (provoked) : pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan dan
mengurangi nyeri.
o Q (quality) : kualitas nyeri
o R (radian) : arah penjalaran nyeri
o S (severity) : skala nyeri (1-10)
o T (time) : lamanya nyeri sudah dialami klien
5
b) Tanda-tanda vital dengan mengukur
- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan
- Suhu tubuh
c) Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :
o Pengkajian kepala, leher, dan wajah
- Periksa rambut, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak, adakah
perdarahan serta benda asing
- Periksa mata, telinga, hidung, mulut, dan bibir. Adakah perdarahan, benda
asing, kelainan bentuk, perlukaan atau keluaran lain serta cairan otak
- Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trachea miring atau tidak, distensi
vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan menelan.
o Pengkajian dada
Hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu napas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera petekie, perdarahan, sianosis, abrasi,
dan laserasi
o Pengkajian abdomen dan pelvis
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi, distensi
abdomen dan jejas
- Masa : besarnya, lokasi, dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe, dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
- Distensi abdomen
o Pengkajian ekstremitas
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
6
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
o Pengkajian tulang belakang
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Laserasi
- Luka
o Pengkajian psikososial
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji Riwayat serangan panic akibat adanya faktor pencetus seperti sakit tiba-
tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun anggota keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang di manifestasikan dengan
takikardi, tekanan darah meningkat dan hiperventilasi.
F. Penatalaksanaan Kegawat Daruratan
1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat harus menerapkan
prinsip universal precaution dan mencegah penyebab infeksi.
2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi berkelanjutan.
3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi
masalah biologi dan psikososial klien.
4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.
5. System monitoring kondisi harus dijalankan
6. System dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah dan cepat
7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik perlu diperiksa ; berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari

7
tanda-tanda utama dehidrasi ; kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen, dan tanda-
tanda gejala tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie,
2010).
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak akan bila terdapat hypokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi
(Juffrie, 2010).
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara : obyektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah sakit (Juffrie, 2010).
Pemeriksaan Penunjang
1) Tes tinja
2) Tes darah
3) Biopsy, dengan mengambil sampel jaringan tertentu dari dalam saluran pencernaan
4) Endoskopi, yaitu pemeriksaan kondisi saluran pencernaan secara visual dengan alat
khusus yang dinamakan endoskop
5) Pemindaian, seperti foto rontgen, CT scan, atau MRI
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul menurut North American Nursing
Diagnosis Association 2015-2016, yaitu :
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi buang air besar sering
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan
d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan ketidakseimbangan
kadar glukosa normal
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat bersih urine normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

8
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit baik, membrane mukosa lembab)
4) Tidak ada rasa haus yang berlebihan
Rencana :
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Monitor status hidrasi kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik jika diperlukan
3) Monitor vital sign
4) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
5) Kolaborasikan pemberian intravena monitor status nutrisi
6) Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan. Tahap ini muncul
jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada pasien. Tindakan yang dilakukan
mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada
perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pasien berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi
pasien saat itu dan kebutuhan yang dirasakan oleh pasien (Debora, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang membandingkan
hasil tindakan yang telah dilakukan dengan criteria hasil yang sudah ditetapkan serta
menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratai seluruhnya, hanya sebagian, atau
bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2011).

9
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal PPM dan
PL tahun 2007.

Kemenkes RI, ( 2011 ). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare di Indonesia, Jakarta :
Kemenkes

Hidayat A. A. A. ( 2006 ). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Salemba Medika.

Oda, Debora. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba Medika

10

Anda mungkin juga menyukai