NIM : 1742520199
Absen : 20
Kelas : 4G AKM
Matkul : Etika Bisnis
Xerox Corporation merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
penyedia perlengkapan fotokopi, pencetak digital, scanner, projector dan beberapa
perlengkapan kantor lainnya yang berpusat di Stamford, Connecticut, Amerika Serikat.
Xerox corporation merupakan perusahaan besar yang pernah menjadi perusahaan fotokopi
terbesar didunia. Walaupun pernah mejadi perusahaan fotokopi terbesar perusahaan xerox
corporation pernah membuat kesalahan yang fatal dengan fraud revenue yang mencapai US$
2 Miliar, dan nyaris bertepatan dengan terjadinya skandal akuntansi keuangan terbesari di
dunia yang melibatkan beberapa perusahaan di Amerikan seperti Enron dan WorldCom.
Dalam skandalnya Xerox Corportion melakukan berbagai kesalahan pencatatan akuntansi
dalam keuangan mereka. Ketika masalah ini muncul pertama kalinya, Xerox Corporation
didenda karena dengan sengaja melakukan pencatatan keuangan bisnis perusahaan dan
laporan keuangan perusahaan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan standar Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP). Setelah kejadian tersebut, kemudian ditemukan
selisih keuntungan jyang mencapai US $ 2 Miliar selama beroperasi dari tahun 1997 sampai
2001 oleh Securities and Exchange Commision. Fraud Xerox Corporation merupakan
sebuah skandal yang multidimensional, karena fraud accounting yang besar dan tidak
langsung terungkap seluruhnya tetapi secara bertahap satu demi satu.
Namun, setelah terungkapnya skandal tersebut, laporan dari Wall Street atas
kebocoran pencatatan keuangan Xerox Corp menyebutkan bahwa saham perusahaan di
pasaran tidak anjlok secara drastis. Pada hari yang sama, setelah mengalami kegegeran
mencapai 25% harga saham, saham Xerox Corp ditutup pada $ 6,97 dari pembukaan sebesar
$ 8.00, atau turun $ 1,03. Xerox Corp kemudian membentuk tim manajemen baru untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada, termasuk penyusunan ulang keuangan perusahaan
serta laporannya.
Auditor resmi Xerox Corp, KPMG, menyatakan bahwa laporan audit atas Xerox
Corporation hingga tahun 2001 telah sesuai dengan standar yang berlaku dalam GAAP.
Tetapi pada realita fraud yang terjadi melibatkan kesalahan yang disengaja atas
pengalokasian pendapatan leasing, sesuatu yang sebelumnya belum terungkap dalam kasus
fraud dengan Securities And Exchange Commision (SEC). Untuk perusahaan office
equipment seperti Xerox corporation, perbedaan angka untuk lease equipment akan bernilai
sangat besar karena memang berorientasi pada jenis peralatan seperti itu. Nilai penjualan
yang dibukukan dalam satu tahun dapat berubah menjadi dibukukan pada tahun setelahnya
apabila dilakukan penyusunan ulang terhadap laporan keuangan perusahaan.
Berita mengenai fraud accounting Xerox Corp telah menjadi salah satu skandal audit
terbesar di dunia. Xerox Corp yang beberapa tahun belakangan ini mulai bersusah payah
karena tidak adanya permintaan pasar dan juga kerasnya persaingan di Benua Asia, dahulu
merupakan perusahaan besar setelah sekitar akhir 1960-an menguasai pasarnya ketika
memperkenalkan 914, mesin fotokopi xerografis pertama di dunia. Ketika itu Xerox Corp
dapat disejajarkan dengan Microsoft dan produksi 914 menjadi produk industri dengan hasil
penjualan terbesar di dunia sepanjang masa. Namun setelah itu Xerox Corp gagal
melanjutkan penemuan barunya setelah penelitian Xerox Labs di Silicon Valley menemui
kegagalan. Xerox Labs berhasil menciptakan mouse komputer, tetapi sama sekali tidak
berguna karena kerangka kerja atas Personal Computer (PC) malah dieksploitasi oleh
Microsoft, dan ciptaan lainnya yaitu laser printer, tidak dapat bersaing di pasaran.
Pada bulan Mei 1999, harga saham Xerox Corp di pasar saham benar – benar jatuh,
dari nilai yang cukup besar pada point $ 64 hingga hanya menjadi $ 3,81 saja pada bulan
Desember 2000. Namun belakangan Xerox Corp berhasil merestrukturisasi kembali
perusahaan mereka dan telah melunasi hutang sebesar US$ 7 miliar, yang langsung
mengangkat kembali nilai saham perusahaan sebesar 14,3% menjadi $8,97.
Kesimpulan
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa Xerox Corp sudah melanggar kode etik
yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk
dilanggar. Mungkin pada awalnya pelanggaran tersebut mendatangkan keuntungan yaitu
untuk memenuhi standar pasar saham Wall Street sehingga dapat menutupi kinerja operasi
perusahaan yang sebenarnya dari para investor, tetapi pada akhirnya dapat menjatuhkan
kepercayaan publik dan investor terhadap Xerox Corp.
2. Kasus Pelanggaran Etika Bisnis PT. Metro Batavia ( Dalam Negeri )
Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13
Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mangajukan
somasi atau peringatan. Namun karena maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya,
maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Pesawat yang sudah disewa juga menganggur dan tidak dapat dioperasikan untuk
menutup utang. Dari bukti-bukti yang diajukan ILFC sebagai pemohon, ditemukan bukti
adanya utang oleh Batavia Air. Sehingga sesuai aturan normatif, pengadilan menjatuhkan
putusan pailit. Ada beberapa pertimbahan pengadilan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
antara adalah adanya utang, tidak adanya pembayaran utang, serta adanya kreditur lain. Dari
semua unsur tersebut, maka ketentuan pada pasal 2 ayat 1 undang-undang kepailitan
terpenuhi.
Jika menggunakan dalil “force majeur” untuk tidak membayar utang, Batavia Air
harus bisa menyebutkan adanya syarat-syarat kondisi itu dalam perjanjian. Namun Batavia
Air tidak dapat membuktikannya. Batavia Air pun diberi kesempatan untuk kasasi selama 8
hari. “Kalau tidak mengajukan, maka pailit tetap”. Batavia Air pasrah dengan kondisi ini.
Artinya, Batavia Air sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan utang yang
dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air tidak bisa
berkecimpung lagi di dunia penerbangan.
Jenis Pelanggaran :
Batavia Air memiliki tagihan sebesar USD 440rb ditahun pertama, USD 470rb di
tahun kedua, USD 550rb ditahun ketiga dan ke empat, dan USD 520rb ditahun kelima dan
keenam. Keseluruhan hutang dari IFLC sebesar USD 4,68 juta ini jatuh tempo pada 13
Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mengajukan
somasi atau peringatan. Namun karena maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya,
maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan untuk
menutup utang.
Kesimpulan
Dari kasus diatas bahwa pihak Batavia tidak mematuhi aturan dalam kerjasamanya
dengan ILFC sehingga menyebabkan dampak kepada semua pelanggan yang menggunakan
jasa Batavia, oleh karena itu Batavia Air juga mencoreng citranya sendiri dikarenakan
tidak memperdulikan seberapa besar akibat yang akan diterima jika Perusahaan Batavia
melanggar aturan kerjasama dalam etika bisnisnya.