1. Peran Bidan
2. Masa Kehamilan
3. Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai standar (minimal 4 kali selama
hamil)
4. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga
5. Melakukan kunjungan rumah
6. Melakukan rujukan bila diperlukan
7. Melakukan pencatatan
8. Membuat laporan
9. Memberdayakan unsur-unsur masyarakattermasuk suami, keluarga, dan kader untuk
terlibat aktif dalam P4K.
10. Masa Persalinan
1. Masa Nifas
2. Peran masyarakat, kader dan dukun juga sangat diperlukan, antara lain sebagai
berikut:
1. Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa binaan.
2. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu (Tanda
Bahaya Kehamilan, Persalinan dan sesudah melahirkan).
3. Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi Stiker,
termasuk KB pascamelahirkan.
4. Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor darah,
transportasi dan pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi
kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin dan sesudah melahirkan.
5. Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan kehamilan,
persalinan, dan sesudah melahirkan.
6. Menganjurkan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan.
7. Partnership kemitraan bidan dan dukun
8. Promosi Bidan Siaga
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang
atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk barang
atau jasa yang dipasarkannya. (Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 133)
Promosi Bidan Siaga merupakan salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu
dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama
dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila
dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat dilibatkan
dalam perawatan Bayi Baru Lahir ( BBL). (Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 133)
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat. (Dep Kes RI.
1994 : 2)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya adalah seorang wanita
yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara
tradisional. Ketrampilan tersebut diperoleh secara turun temurun, belajar secara praktis atau
cara lain yang menjurus kearah peningkatan ketrampilan serta melalui tenaga kesehatan.
Dukun bayi juga merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh mayarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
(Meilani, Niken dkk. 2009:134)
Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang sangat dipercaya di kalangan
masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil samapi dengan nifas
secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka lakukan, sangat diakui oleh masyarakat
bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan bidan.
Umumnya masyarakat merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun
bayi atau lebih dikenal dengan bidan di kampong, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki
oleh dukun bayi tersebut sangat terbatas karena didapatkan secara turun temurun (tidak
berkembang). (Meilani, Niken dkk. 2009: 134)
3.
Pembagian dukun bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
1 Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
.2 Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang, masyarakat, pemerintah dalam
rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan
tugasnya. (Ambarwati, Eny. 2009:135)
Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga
kesehatan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan,
terutama dalam hal higiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat – alat persalinan dan
perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan , deteksi dini
terhadap risiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian.
(Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 132)
Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan
(bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.Supervise /
pembinaan adalah bimbingan teknis yang terus menerus dan berkesinambungan untuk
mencapai suatu tujuan.
Untuk meningkatkan status dukun, maka di lakukan upaya pelatihan dan pembinaan dukun
dengan tujuan :
.1. Agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan
diterima oleh anggota masyarakat.
Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut di hormati,
memiliki peranan penting bagi ibu – ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar
bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat di lakukan bidan di
antaranya adalah :